You are on page 1of 84

TUTORIAL 1 Kelompok 19

KDRT

Keluarga sebagai sistem


Sistem adalah suatu kesatuan dengan komponen bagian-bagian atau unit-unit yang saling berkaitan, dengan setiap unit dibatasi oleh atau bergantung pada kondisi unit-unit yang lain. Di dalam setiap sistem terdapat komponenkomponen yang berinteraksi sedemikian rupa sehingga setiap komponen mempengaruhi dan dipengaruhi komponen-komponen lain yang secara bersama membentuk suatu keseluruhan.

Littlejohn menyatakan bahwa sistem mempunyai beberapa sifat, yaitu: a. Keseluruhan dan interdependensi (wholeness and interdependence) suatu keseluruhan yang unik, karena bagianbagiannya berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipahami secara terpisah,produk dari kekuatan-kekuatan atau interaksiinteraksi diantara bagian-bagiannya. Dan bagian-bagian dari sistem saling bergantungan atau saling mempengaruhi tidak bebas.

b. Hirarki (hierarchy) Keluarga menggambarkan hirarki dengan sangat baik. Supra-sistem adalah keluarga yang diperluas, yang dirinya sendiri adalah bagian dari sistem yang lebih besar yaitu masyarakat. Beberapa unit keluarga inti adalah bagian-bagian dari yang diperluas, dan setiap unit keluarga dapat memiliki subsistem-subsistem seperti unit suami-istri, anak, unit orang tua-anak.

c. Peraturan sendiri dan control (selfregulation and control) Sistem-sistem paling sering dipandang sebagai organisasi yang berorientasi kepada tujuan. Aktifitas-aktifitas suatu sistem dikendalikan oleh tujuan-tujuannya dan sistem itu mengatur perilakunya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bagianbagian dari suatu sistem harus berperilaku berdasarkan garis-garis besar dan harus beradaptasi terhadaptasi terhadap lingkungan pada basis umpan balik.

d. Pertukaran dengan lingkungan (interchange with environment) Sistem-sistem berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka mengambil ke dalam dan membiarkannya ke luar materi dan energi, memiliki masukan-masukan dan keluaran-keluaran. Contohnya, orangorang tua harus secara tetap menyesuaikan terhadap hubunganhubungan putranya di luar keluarga dan berurusan dengan pengaruh-pengaruh dari teman-teman, guru-guru, dan televisi.

e. Keseimbangan (balance) Keseimbangan, seringkali merujuk kepada homeostatis (merawat sendiri). Salah satu tugas dari suatu sistem, jika ia tetap hidup, adalah tinggal dalam keseimbangan. Sistem haruslah bagaimana pun mendeteksi bilamana rusak dan membuat penyesuaian untuk kembali di atas jalurnya, penyimpangan dan perubahan muncul dan dapat ditoleransi oleh sistem, hanya bila telah lama. Akhirnya, sistem itu akan jatuh berantakan jika tidak dapat merawat dirinya.

f. Perubahan dan kemampuan beradaptasi (change


and adaptibity) Karena sistem eksis dalam suatu lingkungan dinamik sistem haruslah dapat beradaptasi. Sebaliknya, untuk bertahan hidup, suatu sistem haruslah memiliki keseimbangan tapi ia juga harus berubah. Sistem-sistem yang kompleks seringkali perlu berubah secara struktural untuk beradaptasi terhadap lingkungan, dan jenis perubahan itu berarti keluaran dari keimbangan untuk sesaat. Sistem-sistem yang telah maju haruslah mampu merngatur kembali dirinya untuk menyesuaikan terhadap tekanan-tekanan lingkungan. Pengertian teknis bagi perubahan sistem adalah morfogenesis.

g. Sama akhirnya (equifinality).


Equifinalty adalah suatu keadaan final tertentu bisa jadi diselesaikan dengan cara-cara yang berbeda dan titik-titik awal yang berbeda. Sistem-sistem yang dapat beradasptasi, yang memiliki keadaan final suatu tujuan, dapat mencapai tujuan itu dalam suatu beragam kondisi lingkungan. Sistem mampu dalam memproses masukan dengan cara yang berbeda untuk menghasilkan keluarannya. Orang tua yang cerdik, misalnya mengetahui bahwa perilakuperilaku anaknya dapat dipengaruhi oleh beragam teknik, pembuatan keputusan keluarga dapat terjadi dalam lebih dari satu cara dan dan anak-anak belajar beberapa metoda untuk mengamankan pemenuhan kedewasaan pada dunianya.

Keluarga
Sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi. Dapat membentuk suatu rumah tangga tunggal, saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial yang timbal balik sebagai suami istri, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan dan saudara laki-laki, serta menciptakan dan memelihara suatu budaya yang sama.

Keluarga
Suatu unit sosial yang biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, namun kadang tanpa adanya salah satu anggota keluarga itu, atau meliputi kakek nenek, sanak saudara lain, bahkan juga teman

Bentuk keluarga
Keluarga inti Keluarga inti yang dibentuk kembali Pasutri tanpa anak/ anaknya tidak tinggal serumah Keluarga dengan orang tua tunggal Keluarga besar

Fungsi Keluarga
Fungsi keagamaan Fungsi budaya Fungsi kecintaan Fungsi melindungi Fungsi reproduksi Funfsi sosialisasi dan pendidikan Fungsi ekonomi Fungsi pelestarian lingkungan. (peraturan pemerintah no.21 tahun 1994)

Aturan ialah pola interaksi yang terus berulang yang menentukan batas tentang perilaku yang dapat di terima dan dipandang layak oleh keluarga. Aturan keluarga Menentukan cara individu memolakan perilakunya (prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan keluarga). Dinyatakan secara terbuka atau tersirat Mungkin terjadinya perubahan selaras dengan lingkungan yang berubah maupun aturanaturan yang memelihara keteraturan dan stabilitas. Keluarga disfungsional mengikuti aturan yang disfungsional, misalnya untuk mengekspresikan kemarahan secara terbuka, melarang untuk mendiskusikan topik-topik tertentu.

Boundaries Menciptakan perimeter (batas) suatu sistem; merekatkan komponen-komponen sistem, melindunginya dari tekanan lingkungan luar dan mengontrol arus energi, hal-hal dan informasi ke dan dari sistem itu sendiri. Memiliki fungsi protektif maupun regulasi Setiap sistem keluarga terdiri atas sejumlah subsistem. Subsistem terdapat terbentuk berdasarkan generasi, jenis kelamin, minat, atau fungsi. Di dalam setiap subsistem, terdapat berbagai derajat power.

Child Maltreatment
Perbuatan disengaja yg menimbulkan kerugian/ bahaya terhadap anak-anak secara fisik maupun emosional, meliputi tingkah laku, dr tindakan ancaman fisik secara langsung o/ ortu/ org dewasa lainnya sampai pada penelantaran kebutuhan dasar anak. Kategori umum yang meliputi semua situasi di mana orang tua atau orang dewasa lain yang bertugas memelihara kesejahteraan anak bertindak menyakiti anak atau mengabaikan kebutuhan anak. 4 standart kategori maltreatment (Cook&Cook, 2005) : Physical abuse, Neglect, Sexual abuse, Psychological abuse

Physical Abuse
tidakan luka fisik pada anak beberapa tipe spesifik : - kekerasan o/ saudara kandung/tiri, ayah, ibu - goncangan bayi (shaken baby syndrome) - pemberian obat yg salah - penggunaan obat & alkohol selama kehamilan

Child Neglect
kegagalan memenuhi kebutuhan dasar anak baik yg bersifat fisik, emosional, edukasional

Sexual Abuse
kegiatan seksual yang tidak layak antara orang dewasa & anak demi kesenangan org dewasa tsb (langsung & tdk langsung)

Psychological/ emotional /mental ab /verbal ab


setiap tindakan/ perilaku yg mengganggu perkembangan mental & sosial anak. 6 bentuk penolakan, menakuti, mengisolasi, mengeksploitasi, mengingkari respon emosi anak, penelantaran pendidikan, kesehatan, mental anak.

Tanda-tanda Child Abuse


- Perilaku agresif, terganggu, tindakan ilegal - Marah, sedih, simptom depresi - Anxiety, takut, mimpi buruk, kilasan ingatan menakutkan - Patah tulang, luka dalam, bekas terbakar - Perubahan perilaku, penurunan prestasi - Rambut, kulit kotor, diapewr rash - Kurang minat, kurang waspada, perilaku pasif, menarik diri, negatif self image, dll

Efek Child Maltreatment


tergantung dr tingkat keparahan, durasi, usia anak, faktor lingkungan. Efek Psysical Abuse luka fisik, kematian, agresi & hostility, tdk simpatik, kriminal, depresi, keterlambatan perkembangan bahasa ekpresif, prestasi turun Efek Neglect prestasi akademik & kognitif rendah, keterlambatan bahasa & intelegensi, sulit mengendalikan impuls, sangat bergantung guru, pasif, introvert Efek Sexual Abuse depresi, peningkatan perilaku seksual, drug abuse, posttraumatic stress disorder

Prasekolah : anxietas, mimpi buruk, perilaku seksual yg tidak layak Sekolah : takut, ggn mental, agresi, mimpi buruk, masalah akademis, hiperaktivitas, perilaku regresif Remaja : depresi, introvert, bunuh diri, merusak diri, keluhan fisik, ilegal, melarikan diri, penyalahgunaan NAPZA.

FR Child Abuse
- Karakteristik orang tua - Karkteristik anak - Faktor ekologis

Karakteristik Orangtua
- distres (pernikahan tidak memuaskan) - pernah mengalami abuse sebelumnya - socially isolated - konflik antar pasangan - org tua tunggal, pendidikan rendah - pandangan tidak realistik tentang hub org tua & anak - respon tidak tepat trhdp perilaku anak

Karakteristik Anak
Anomali kelahiran Penyimpangan fisik dan intelektual Mudah marah Negativism Perilaku yg membuat marah orgtua

Karakteristik Ekologis
Kemiskinan Pengangguran Lingkungan tidak mendukung

Faktor Pencegahan Terjadinya Abuse


Pernikahan bahagia Jejaring sosial mendukung SDM baik Kecerdasan, pendidikan baik Kesehatan baik Kemampuan adaptasi baik

UU Anak

HAK-HAK ANAK 1. Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh berkembang dan partisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapt perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2. Setiap anak berhak atas status nama sebagai identitas diri dan status kewarga negaraan. 3. Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua.

4. (1). Setiap anak berhak untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri.(2). Dalam hal karena suatu sebab orang tuanya tidak dapat menjamin tumbuh kembang anak atau anak dalam keadaan terlantar maka anak tersebut berhak diasuh atau diangkat sebagai anak asuh atau anak angkat oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan per undang-undangan yang berlaku 5. Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai kebutuhan fisik, mental, spiritual dam sosial

.6. (1). Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.(2). khusus bagi anak yang menyandang cacat juga berhak memperoleh pendidikan luar biasa, sedangkan bagi anak yang memiliki keunggulan juga berhak mendapat pendidikan khusus.

7. Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilainilai kesusilaan dan kepatutan. 8. Setiap anka berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri 9. Setiap anak yang menyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi dan bantuan sosial, pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial

11. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan dan atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakanpertimbangan terakhir. 12. Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari a. penyalahgunaan dalam kegiatanpolitik; b. Pelibtana dalam sengketa bersenjata; c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial; d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan e. Pelibatan dalam peperangan.

13. (1). Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, peyiksaan atau penjatuhan hukum yang tidak manusiawi (2). Setiap anak berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum. (3). Penangkapan, penahanan atau tindak pidanan penjara anak hanya dilaukan apabila sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilakukan sebagai upaya terakhir.

14. (1). Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk : a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa. b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak yang obyektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum (2). Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

15. Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.

1. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa stsus hukum anak, urutan kelahiran anak dan kondisi fisik dan / atau mental. 2. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan saranan dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN PEMERINTAH

3. (1). Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaaan dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak.(2). Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak. 4. Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT


Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak

KEWAJIBAN ANAK
a. Menghormati orang tua, wali dan guru. b. Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman; c. Mencintai tanah air, bangsa dan negara d. Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya e. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia

1) Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a. Mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anak; b. Menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan bakat dan minatnya c. Mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA DAN ORANG TUA

(2) Dalam hal orang tua tidak ada , atau tidak diketahui keberadaannya, atau karena suatu sebab, tidak dapat melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya, maka kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat beralih kepada keluarga, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Depresi
Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang (Kaplan, 2010).

PPDGJ III
a. Gejala Utama Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangnya energi yang menuju pada meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktifitas.

b. Gejala lainnya Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu Nafsu makan berkurang

Etiopatogenesa : - Faktor Neurobiologik - Faktor Psikososial - Faktor Perkembangan - Faktor Psikodinamik FR : 1. Perceraian 2. Kematian teman hidup 3. Riwayat keluarga depresi 4. Peristiwa kehidupan yang berat 5. Penyalahgunaan zat 6. Gangguan fisik 7. Kekurangan bantuan sosial 8. Perempuan : pendidikan kurang, perkawinan tidak harmonis dan melahirkan

Tingkat Depresi Ringan Sedang

Gejala Utama 2 2

Gejala Lain 2 3-4

Fungsi Baik Terganggu

Keterangan Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial Nampak kesulitan nyata meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan rumah tangga Sangat tidak mungkin pasien untuk mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan rumah tangga

Berat

>4

Sangat terganggu

KDRT

Definisi KDRT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orangtua, atau pasangan. KDRT dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:
Kekerasan fisik, penggunaan kekuatan fisik; Kekerasan seksual, Setiap aktivitas seksual yang dipaksakan; Kekerasan emosional, Tindakan yang mencakup ancaman, kritik dan menjatuhkan yang terjadi terus menerus; Mengendalikan untuk memperoleh uang dan menggunakannya.

UU No.23 Tahun 2004


Setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga

Bentuk KDRT

Kekerasan Fisik
memukul, menendang, dan lain-lain yang mengakibatkan luka, rasa sakit, atau cacat pada tubuh korban hingga menyebabkan kematian

Kekerasan Psikis
menghina, berkata kasar dan kotor yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri, meningkatkan rasa takut, hilangnya kemampuan untuk bertindak dan tidak berdaya

Kekerasan Seksual
memaksa pasangan untuk melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau bahkan tidak memenuhi kebutuhan seksual pasangan

Kekerasan Ekonomi
membatasi pasangan untuk bekerja di dalam atau di luar rumah membiarkan pasangan yang bekerja untuk dieksploitasi tidak memberikan gajinya pada pasangan tidak mengijinkan pasangan untuk meningkatkan karirnya

Faktor Penyebab KDRT

Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masya-rakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut: Masyarakat membesarkan anak laki-laki dengan menumbuhkan keyakinan bahwa anak laki-laki harus kuat, berani dan tidak toleran Laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat.

Persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga harus ditutup karena merupakan masalah keluarga dan bukan masalah sosial.

Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama mengenai aturan mendidik istri, kepatuhan istri pada suami, penghormatan posisi suami sehingga terjadi persepsi bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan. Budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya ekonomi. Kepribadian dan kondisi psikologis suami yang tidak stabil.

Pernah mengalami kekerasan pada masa kanak-kanak. Budaya bahwa laki-laki dianggap superior dan perempuan inferior. Melakukan imitasi, terutama anak laki-laki yang hidup dengan orang tua yang sering melakukan kekerasan pada ibunya atau dirinya.

Masih rendahnya kesadaran untuk berani melapor dikarenakan dari masyarakat sendiri yang enggan untuk melaporkan permasalahan dalam rumah tangganya Masalah budaya masyarakat yang patriarkis dimana laki laki mendominasi perempuan

Faktor Domestik adanya anggapan bahwa aib keluarga jangan sampai diketahui oleh orang lain

Kurang tanggapnya lingkungan atau keluarga terdekat untuk merespon apa yang terjadi, hal ini dapat menjadi tekanan tersendiri bagi korban

Kekuasaan suami/istri dan diskriminasi gender di masyarakat

Dampak KDRT
Sakit fisik Tekanan mental Menurunnya rasa percaya diri dan harga diri Depresi, dan keinginan untuk bunuh diri Berdampak pada anak

Gejala Kekerasan Terhadap Istri


Cemas Penuh rasa takut Sedih Putus asa Sulit tidur Nyeri tidak jelas Merusak Kondisi psikologis

Angka Kejadian KDRT

Komnas perempuan pada tahun 2001 melakukan survei pada 14 daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kaum perempuan paling banyak mengalami kekerasan dan penganiayaan oleh orang-orang terdekatnya serta tindak perkosaan di lingkungan komunitasnya sendiri. Sekitar 24 juta perempuan dari 217 juta penduduk Indonesia terutama di pedesaan mengakui pernah mengalami kekerasan dan yang terbesar adalah KDRT. Selain daripada itu terdapat 60% kekerasan terhadap anak dilakukan oleh orangtua mereka (Seto Mulyadi, Komnas Anak).

Sementara hasil survei Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada 2011 disebutkan ada sekitar 119.107 kasus kekerasan terjadi pada perempuan. Jumlah ini didapat dari 395 kembaga layanan perempuan korban kekerasan di 33 provinsi di Indonesia. Kekerasan seksual, merupakan bentuk kekerasan paling mencuat dalam catatan Komnas Perempuan selama 2011

Dalam ranah domestik, kasus kekerasan terbanyak terjadi dalam rumah tangga, yaitu mencapai 113. 878 kasus, yang 110. 468 kasus di antaranya kekerasan terhadap istri. Sementara kekerasan lainnya terjadi dalam hubungan pacaran sebanyak 1.405 kasus.

Jumlah korban tertinggi pada 2011 terjadi di daerah Jawa Tengah, yang mencapai angka 25.628 korban Wilayah Jawa Timur menempati urutan kedua korban kekerasan dengan jumlah perempuan korban kekerasan 24.555 Kemudian diikuti wilayah Jawa Barat 17.720, DKI mencapai angka 11.289.

Selain kekerasan dalam rumah tangga, Komnas Perempuan juga mencatat, kekerasan dialami wanita bermacammacam, di antaranya kekerasan kejiwaan, yang mencapai 103. 691 kasus kekerasan ekonomi sebanyak 3.222 kekerasan fisik sebanyak 2.790 kekerasan seksual sebanyak 1.398 kasus.

Karakteristik Pelaku dan Korban KDRT

Menurut Womens Crisis Center menyebutkan bahwa Karakteristik perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai berikut : 1.Mempunyai penghargaan terhadap diri sendiri (self esteem) yang rendah, sehingga cenderung pasrah, mengalah. 2.Percaya pada semua mitos yang memaklumi sikap kasar suami pada istri.

3.Tradisionalis; percaya pada keutuhan keluarga, Stereotype Feminine 4.Merasa bertanggung jawab atas kelakuan suaminya. 5.Merasa bersalah, menyangkut terror dan kemarahan yang dirasakan. 6.Berwajah tidak berdaya, tetapi sangat kuat dalam menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.

7. Stres yang dideritanya menimbulkan keluhan fisik tertentu (sakit kepala, gangguan pencernaan, dan sebagainya). 8. Menggunakan seks sebagai cara untuk membina kelangsungan hubungan dengan suami. 9. Diperlakukan seperti anak kecil ayah (pantas untuk dimarahi, dihukum dan sebagainya). 10.Yakin bahwa tidak ada orang lain yang mampu menolongpenderitaannya.

Sedangkan karakteristik pelaku kekerasan dalam rumah tangga, yaitu sebagai berikut: 1. Mempunyai penghargaan terhadap diri sendiri (self-esteem) yang tinggi (sehingga dimunculkan sikap sangat berkuasa). 2. Percaya pada semua mitos tentang kewajaran laki-laki mendominasi istrinya. 3. Tradisionalis; percaya pada superioritas laki-laki, stereotipe sifat maskulin. 4. Menyalahkan orang lain sebagai pemicu kemarahannya.

5. Memiliki kecemburuan yang berlebihan, sehingga mudah curiga. 6. Tampil dengan kepribadian ganda. 7. Menjadikan stress sebagai alasan untuk mengasari istrinya. 8. Menggunakan seks sebagai bentuk agresi yang seringkali digunakan untuk mengatasi ketidakberdayaannya. 9. Menderita kekerasan di masa kecilnya. 10. Tidak percaya bahwa perilakunya mengandung akibat negatif

PENATALAKSANAAN

Farmakologi
Antidepresan
Fluvoxamine (Luvox) 100mg 1 x 1

Antiulkus,Antireflux,Antasid
Ranitidine 150 mg 2 x 1

Non-Farmakologi
Psychotherapy Rujuk ke penyakit dalam dan psikiater

Strategi Menurunkan Tingkat Abuse (Golden, 2000, Thopmson 1995 dalam Heterington c.s, 2006)
1. 2. 3. 4. 5. 6. Meningkatkan pemahaman ortu ttg perkembangan anak Memberitahu ortu bahwa child maltreatment adalah tindakan kriminal juga mengenai dampaknya terhadap anak Mengajarkan keterampilan parenting dalam rangka membina keakraban (attachment) Menyediakan jejaring pendukung untuk membantu keluarga Mengajarkan kepada ortu tentang teknik disiplin tanpa hukuman fisik Menurunkan kecenderungan untuk menolerir bahkan membenarkan penggunaan kekerasan dalam menyelesaikan masalah-masalah interpersonal dan sosial

Peran Aparat Penegak Hukum dalam Penghapusan KDRT


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kepolisian Advokat Pengadilan Tenaga Kesehatan Pekerja Sosial Pembimbing Rohani Relawan Pendamping

Crosson-Tower, 2002
Sebagai pelapor manakala menemukan kasus child maltreatment Sebagai diagnostiker yang membantu memvalidasi maltreatment Sebagai konsultan dalam merencanakan treatment

Menurut Newberger,1982
Membentuk jejaring sosial (day care center, full time caregiver) Mendukung dan membentuk kelompok-kelompok self help Memanfaatkan peluang alamiah yang ada untuk meningkatkan peran sosial orangtua (mis : dukungan keluarga besar) Mengidentifikasi keluarga-keluarga risiko tinggi untuk melakukan child maltreatment Menggunakan otoritas dokter sebagai jembatan untuk menghubungkan antara ortu yang terisolasi dengan sistem pendukung formal Mendorong personil medis yang lain untuk peduli pada konteks sosial dari hubungan orang tua-anak

Pencegahan

Relasi pernikahan yang hangat dan penuh kepedulian Jejaring sosial pendukung Sumber daya masyarakat yang dapat dijangkau Kecerdasan yang tinggi Pendidikan tinggi Kesehatan yang baik Kemampuan adaptasi yang baik

You might also like