You are on page 1of 17

Hand, Foot, And Mouth Disease

KOLOM - Edisi Juni 2008 (Vol.7 No.11)

Pendahuluan
Pemerintah RRC (China) yang sedang mempersiapkan Olimpiade Beijing 8 Agustus 2008 dilanda kegalauan, setelah kejadian bentrokan fisik di Tibet beberapa waktu yang lalu, sekarang disibukkan dengan infeksi Enterovirus 71 atau EV-71 yang menelan total jumlah korban tewas dalam pekan terakhir menjadi 34 anak di bawah usia 1 tahun. Dari empa anak yang tewas, seorang bayi erempuan berusia delapan bulan dan bocah laki-laki berusia satu setengah tahun tinggal di Provinsi Guangdong, Cina selatan, serta dua korban lain tinggal di Bozhou, Provinsi Anhui, Cina timur, yang merupakan titik utama wabah virus EV-71 tersebut. Jumlah kasus yang dilaporkan di seluruh China menlonjak menjadi 24. 932 orang, naik 25 persen dari 19. 962 kasusu yang dilaporkan sebelumnya. Kasus-kasus telah bermunculan sampai ke Provinsi Jilin timur laut serta kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai. Penyakit tangan, kaki dan mulut adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengan gejala erupsi vesicle (gelembunggelembung) di mulut, tangan dan kaki. Penyebabnya adalah virus dari golongan Enterovirus, yang paling banyak yaitu Coxsakievirus A16 dan Enterovirus 71. Penyakit ini banyak meyerang anak dan balita, bahkan orang dewasapun juga bisa tekena. Penyakit tangan kaki dan mulut penyebarannya ke seluruh belahan bumi, tercatat beberapa kali Kejadian Luar Biasa (KLB) di banyak Negara. Pada tahun 1975 terjadi KLB di Negara Bulgaria dengan 705 kasus, kenabanyakan anak-anak, sebanyak 21% mengalami kelumpuhan dan 44 anak meninggal. . Pada tahun 1997 terjadi KLB dinegara bagian Malaysia dengan 47 kasus meninggal, 4 orang menderita radang otak(encephalomyelitis). pada bulan mei 1998 juga terjadi KLB di Negara Taiwan dengan korban meninggal, sebanyak 164 orang, kebanyakan karena komplikasi yang dialami. Delapan puluh anak meninggal karena syok disertai edema/perdarahan paru. Di Singapore sejak tahun 1997 sudah ditemukan kasus sebanyak 26 kasu perminggui. kemudian pada tahun 1998 meninggkat sebanyak 27 kasus per minggu, sedangkan pada tahun 2000 menjadi 58 kasus per minggu, puncaknya terjadi KLB pada tahun 2000 bulan Oktober dengan 1. 140 kasus per minggu dengan kematian 2 orang. Pada awal tahun 2001 dilaporkan jumlah kasus sebanyak 135 orang per minggu. Bagaimanan di Indonesia? Di Indonesia pada tahun 2001 tercatat menyebar ke kota Jakarta, Solo dan Wonogori, juga Surabaya. Kebanyakan menyerang anak-anak dan balita yang baru berpergian dari Singapore bersama orang tuanya. Oleh karena itu masyarakat menyebut "flu Singapore". Di kota Solo pada bulan Mei tercatat 25 penderita, tidak ada yang meninggal, sedangkan di Surabaya sudah ada yang menderita namun tidak ada data resm imengenai jumlahnya. pada bulan Mei 2004 dikabarkan penyakit ini menyerang Jakarta, Bekasi dan Tangerang, untungnya belum ada korban yang meninggal. Tahun 2006 infeksi enterovirus yang ditemukan bukan EV-71, melainkan Enterovirus coxsackie (A-16), sedangkan dua kasus yang dirawat di RSCM dengan gejala menyerupai EV-71, setelah diperiksa ternyata tidak disebabkan EV-71.

Etiologi
Penyebab dari penyakit tangan, kaki dan mulut adalah enterovirus yang biasa menyerang saluran pencernaan dan dikeluarkan bersama feces, menyebabkan beberapa macam penyakit baik pada manusia dan hewan

Enterovirus termasuk salah satu dari 5 sub group Picorna virus. Enterovirus tahan terhadap suasana asam dan sangat infeksius pada ph 3 atau lebih rendah. Kemampuan replikasinya pada oropharying terbatas, bisa hidup di lambung dan berkembang di saluran pencernaan bawah. Pada saat ini dikenal 67 serotipe enterovirus.

Epidemiologi
Infeksi Enterovirus pada manusia terjadi di seluruh bagian dunia dengan manusia sebagai satu-satunya reservoir yang diketahui. Pada daerah tropis dan sub tropis infeksi enterovirus sering terjadi sepanjang tahun. Pada daerah bermusim umumnya infeksi enterovirus terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Di negara maju biasanya hanya 1-3 serotipe yang tinggi prevalensinya berantaian setiap tahunnya. Faktor iklim dan social ekonomi ternya masih berpengaruh. Pada Negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk, lebih banyak lagi serotype enterovirus yang beredar. Tingkat infeksi pada balita bisa melebihi 75%. pada pemeriksaan feces bisa didapatkan 3 atau lebih serotype enterovirus bersamaan. Enterovirus menunjukkan tingkat mutasi yang tingi selama replikasi di saluran pencernaan dan menyebabkan timbulnya varian dari antigen mirip dengan strain virus mengakibatkan pertumbuhan jaringan terganggu dan beragam tingkat virulensinya. Penyebaran antigen dan gangguan pertumbuhan sel yang diakibatkan oleh mutasi dan rekombinasi membantu memperkirakan kemungkinan bisa hidupnya suatu serotype enterovirus di alam dan variasi gejala klinis yang terjadi. Penyebaran enterovirus yang utama lewat rute oral-fekal langsung orang ke orang atau lewat muntahan.

Patogenesis
Penyakit tangan, kaki dan mulut meyebar dengan cara kontak langsung, terutama dari feces penderita kemulut orang yang di tulari, bisa juga melalui sekresi hidung dan mulut (air ludah) secara langsung atau dari air ludah yang menempel pada benda dan kontak langsung cairan vesikel. Setelah tercemar virus, maka virus menempel pada jaringan faring dan usus kecil bagian distal (bawah). Replikasi dalam jumlah terbatas dterjadi di faring, tapi yang utama di usus kecil bagian distal. Virus akan menembus usus tanpa dapat dideteksi dan mencapai Peyers patch pada lapisan lamina propria dan berkembang disana, dalam satu atau dua hari virus menyebar ke kelenjar limfe regional dan sektar hari ke tiga virus lepas ke aliran darah, disebut viremia minor, menyebar ke seluruh sistim retikuloendotelial dan beberapa organ sasaran tertentu. Pada hari ke lima virus menyebar keseluruh darah disebut viremia mayor. Keadaan viremia mayor ini akan menyebabkan sejumlah besar virus ke beberapa organ seperti korda spinalis, otak, selaput otak, jantung dan kulit. Replikasi ini menyebabkan lesi keradangan dan selmenjadi nekrosisi (mati)

Manifestasi klinis
Penyakit tangan, kaki dan mulut ditandai dengan erupsoi vesikel di mulut, tangan dan kaki, sering menyerang balita 100%, pada anak usia sekolah 38%, pada dewasa 11%. Penyebab terbanyak adalah coxsackievirus A16, agak sering oleh enterovirus 71dan coxsacievirus A5, A7, A10 kadang-kadang oleh coxakievirus A4, A7, B2, B5. Biasanya disertai komplikasi serius bila disebabkan enterovirus 71. Setelah masa inkubasi 3sampai 6 hari, gejala klinis dimulai dengan demam ringan dengan suhu antara 380 C sampai 390 C, anorexia (tidak mau makan), malaise dan nyeripada rongga mulut. Pada hari kedua mulai timbul lesi vesikuler dalam rongga mulut, paling banyak pada mukosa pipi anterior dan lidah tapi bisa juga didapatkan di mukosa bibir, gusi dan langit-langit keras. pada kebanyakkan anak pra sekolah lesi mulut kebanyakkan disertai denganlesi di kulit, sedangkan pada pang dewasa hanya 10% saja yang disertai lesi kulit. Lesi vesikuler sering di dapatkan pada pernukaan dorsal(punggung) dan lateral tangan maupun kaki, pada jari dan ibu jari, juga pada telapak tangan dan kaki. Yang agak jarang lesi di pantat, extremitas proximal, sedangkan lesi di genitala jarang di dapatkan. Lesi berukuran antara 3-4 mm, dikelilingi eritema (kemerahan), berjumlah antara 2-3 sampai 30 atau lebih vesikel yang merupakan vesicle supepidermial nberisi campuran infiltrate keradangan yaitu limposit, monosit dan netrofil disertai akantolisis dan degenerasi epidermis diatasnya. Lesi dimulai dari wajah dengancepat menyebar ke leher, badanextremitas, bisa berdiri sediri-sendiri atau bergerombol. Hilangna setelah 2-5 hari, tidak gatal atau meneglupas. Biasanya tidak disertai pembengkakan kelenjar ( lymadenopati servikal posterior, suboksipital, postaurikular). Penyebarannya secara peripheral dan sembuh tanpa membentuk krusta.

Diagnosa

Diagnosa biasanya secara klinis tanpa isolasi dan identifikasi dari virusnya. Beberapa factor yang memudahkan mendiagnosa yaitu musim di Negara Barat, cara masuknya virus, gejala klinis yang khas. Pemeriksaan laboratorium meliputi kultur sel, serologi, PCR.

Virus Isolation and Serotyping


Pengambilan swabs dari tenggorokan,, rectal swab, atau stool untuk virus isolasi Sampel diinokulasi kedalam human embryonic fibroblast, LLC-MK2, HEp-2, dan rhabdomyosarcoma cell culture Isolate diidentifikasi sebagai enterovirus 71 dengan immunofluorescence enterovirus 71 monoclonal antibodies (Chemicon International).

Enterovirus 71 Neutralizing Antibodies


Apabila titer neutralizing anitibody mencapai 8 atau lebih maka dinyatakan sebagai seropositiv Makin tinggi titer neutralizing antibody makin bermakna untuk mencegah effek cytopathic

Enterovirus 71 IgM Detection


Enterovirus 71 isolate TW/2086/98 di amplified dan purified sebagai antigen untuk m-capture enzymelinked immunosorbent assay. Dibandingkan dengan metoda standar dari conventional virus culture, tingkat sensitivity untuk -capture enzyme-linked immunosorbent assay adalah 91. 5% dan specificitynya 93. 1%.

Diagnosa banding
Lesi vesicular pada penyakit kaki, tangan dan mulut mirip dengan Herpes Simplex dan Varicella Zoster. Pada penderita herpes ginggivostomatitis tampak lebih toksik, ada pembengakkan kelenjar limpadenopathy leher dan lebih menonjol ginggivitisnya. Pada penyakit campak dan rubella, lesi makulopapular dibedakan dengan tidak adanya lymphadenopathy servikal posterior, suboksipital dan postaurikular, inkubasi yang lebih pendek dibandingkan dengan campak dan rubella, dan pada campak disertai gejala coryza dan konyuctivitis.

Komplikasi
1. 2. 3. Meningitis aseptic (radang selaput otak). Penyakit kelumpuhan (polio) Ensefalitis (radang otak)

Pengobatan
Tidak diperlukan pengobatan khusus karena biasanya infeksinya ringan dan bisa sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala yang timbul dan difokuskan pada penangan komplikasinya. Pada populasi yangn immunocompromized disertai risiko tinggi, terapi dengan immunoglobulin intravena memberikan hasil yang bervariasi Beberapa obat antivirus telah dipakai seperti ribavirin telah dicoba secara invitro.

Pencegahan
Pemberian immunoglobulin untuk pencegahan pada neonatus dan kecurigaan suatu infeksi enterovirus belum banyak dipelajari. Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan dirumah sbb : 1. cuci tangan setelah dari kamar mandi, mengganti popok, membersihkan kotoran penderita

2. 3. 4. 5.

menutup mulut dan hidungkalau bersin/batuk mencuci mainan /alat yang terkena air liur penderita, memakai cairan pemutih 20cc/lt air atau alkohol 70% anak harus dipisahkan bila ada panas dan luka dimulut bila ada lesi terbuka diisolasi sampai ulkus mengering

Kapan anak dirawat ?

Anak harus dirawat bila tidak kencing dalam 8 jam Keadaannya memburuk, gelisah, lemah, pucat keringat dingin dantidak bisa tidur Panas tidak turun lebih dari 3 hari Nyeri pada mulut bertambah Ada kelemahan pada tangan atau kaki dan mengalami kejang

Kesimpulan
Penyakit tangan, kaki dan mulut adalah penyakit infeksi yang disebabkan virus golongan enterovirus yang paling banyak Coxsackievirus A16 dan Enterovirus 71 dengan manifestasi erupsi vesikel di mulut, tangan dan kaki Penyakit ini banyak menyerang anak, balita dan orang dewasa dengan beberapa Kejadian Luar Biasa. Komplikasi seperti meningitis, encefalitis dan kelumpuhan harus dicermati Pengobatan ditujukan untuk mengurangi gejala yang timbul dan difokuskan penanganan komplikasi Pencegahan dilakukan dimulai di rumah dengan menjaga kebersihan diri sendiri lingkungan, isolasi penderita danmetrujuk ke rtuah sakit pada saat yang tepat.

Flu Singapore Atau Hand Foot Mouth Disease (HFMD)


DEFINISI "Flu Singapore" sebenarnya adalah penyakit yang di dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM). Di Indonesia sendiri sebenarnya penyakit ini bukan penyakit baru. Istilah "Flu Singapore" muncul karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura. Karena gejalanya mirip flu, dan saat itu terjadi di Singapura (dan kemudian juga terjadi di Indonesia), banyak media cetak yang membuat istilah "flu Singapore", walaupun ini bukan terminologi yang baku. PENYEBAB PTKM ini adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh VIRUS RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae (Pico, Spanyol = kecil ), Genus Enterovirus ( non Polio ). EPIDEMIOLOGI Penyakit ini menular (seperti penyakit flu lainnya) dan sering terjadi dalam musim panas. PTKM adalah penyakit yang kerap terjadi pada kelompok masyarakat yang padat dan menyerang anakanak usia 2 minggu sampai 5 tahun ( kadang sampai 10 tahun ). Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus, walau bisa juga terkena. Penularannya melalui jalur fekal-pral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta dimana masa inkubasi 2 - 5 hari. GEJALA

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari, diikuti sakit leher (faringitis), tidak ada nafsu makan, pilek, gejala seperti "flu" pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel (kulit melenting berisi air) yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus (gelembung) di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit.

Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain : Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. Demam tidak turun-turun selama 72 jam. Takikardia (nadi menjadi cepat) Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak. Dehidrasi berat. Letargi, lemas, dan mengantuk terus. Nyeri pada leher, lengan, dan kaki. Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial. Fotofobia (tidak tahan melihat sinar). Ketegangan pada daerah perut. Halusinasi atau gangguan kesadaran.

Komplikasi penyakit ini adalah : Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik. Ensefalitis (radang otak). Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis. Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut ("Polio-like illness" )

PENGOBATAN Istirahat yang cukup, banyak minum (untuk mencegah dehidrasi), dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik saja berdasarkan keadaan klinis yang ada (tidak dibutuhkan antibiotik kecuali ada infeksi bakteri) Penyakit ini adalah "SELF LIMITING DISEASES", yaitu dapat sembuh dengan sendirinya, dalam 7-10 hari, pasien perlu istirahat karena daya tahan tubuh menurun. Pasien yang dirawat adalah yang dengan gejala berat dan komplikasi tersebut diatas. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT Penyakit ini sering terjadi pada masyarakat dengan sanitasi yang kurang baik. Pencegahan penyakit adalah dengan menjaga kebersihan (Higiene dan Sanitasi) lingkungan maupun perorangan. Cara yang paling gampang dilakukan adalah membiasakan selalu cuci tangan, khususnya sebelum & sehabis ke toilet juga sebelum & sesudah makan. Pasien sebenarnya tak perlu diasingkan karena ekskresi virus tetap berlangsung beberapa minggu setelah gejala hilang, yang penting menjaga kebersihan perorangan. Penyakit ini belum dapat dicegah dengan vaksin (Imunisasi) / ihc

Flu Singapore atau HMFD (Hand Mouth Foot Disease)


Dibuat : Oct 4th, 2011 18:21:19Author : Rahma

Baru-baru ini bayiku yang berusia 2 bulan terserang HMFD (Hand Mouth Foot Disease) atau yang populer disebut dengan Flu Singapore. Awalnya bayiku habis suntik imunisasi DPT, namun demam yang timbul tidak seperti biasanya. Demamnya mencapai 39 c selama 3 hari berturut-turut dan timbul bercak merah di telapak kaki dan pahanya. Keanehan lainnya dia nampak rewel yang tidak lazim, lemas, nafsu makan berkurang, sering muntah, perutnya tegang dan sering menangis tanpa sebab dalam tidurnya (berhalusinasi). Dokter mendiagnosis bayiku terkena HMFD dan memberinya terapi antibiotik dan anti influenza. Apakah HMFD atau Flu singapore itu? Berikut adalah penjelasannya:

HFMDdi Indonesia dikenal dengan nama Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (PTKM), bukan merupakan penyakit baru. Penyakit ini populer ketika di Malaysia, Taiwan dan Singapura terjadi wabah penyakit ini. Bahkan di Singapura, penyakit yang mirip flu ini memakan banyak korban jiwa, sehingga dinamakan Flu Singapura. Meski bernama sama dengan penyakit kuku-mulut yang terdapat pada hewan ternak, tapi tidak berhubungan satu sama lain dan penyebabnya juga berbeda. Penyakit ini tidak ditularkan dari binatang atau hewan ternak.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Coxsackie virus, suatu virus dari golongan keluarga Enterovirus. Yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit. HFMD merupakan penyakit yang sangat menular melalui pencernaan dan saluran pernafasan. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penderita terbanyak adalah bayi dan anak-anak (di bawah usia 10 tahun). Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Meski orang dewasa lebih kebal terhadap enterovirus, namun bisa terkena juga. Penyakit ini biasanya dimulai dengan luka kecil di daerah tenggorokan dan tonsil (amandel). Sementara di daerah tangan, jari, telapak kaki dan daerah popok timbul kemerahan disertai vesikel (lentingan kecil yang berisi air di dalamnya, seperti melepuh). Penderita hanya merasakan sakit yang ringan dan kemerahan akan sembuh dalam 5-7 hari.
Gejala :

* demam selama 2 - 3 hari, diikuti sakit leher (faringitis) * tidak ada nafsu makan * pilek dan gejala flu lainnya. * timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. * Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain : * Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. * Demam tidak turun-turun * Takikardia (nadi menjadi cepat) - Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak * Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi * Letargi, lemas * Nyeri pada leher, lengan, dan kaki

* Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial * Keringat dingin * Fotofobia Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : * Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik Ensefalitis(radang otak) * Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis * Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness)
Pengobatan :

* Istirahat yang cukup * Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik berdasarkan keadaan klinis yang ada. * Dapat diberikan : - Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus - Extracorporeal membrane oxygenation. * Pengobatan simptomatik : * Antiseptik di daerah mulut * Analgesik misal parasetamol * Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam * Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll )
Pencegahan :

* Hindari kontak dengan penderita * Cuci tangan setiap kali kontak dengan penderita * dan tingkatkan kebersihan diri sendiri Penderita sendiri dapat membantu mencegah penyebaran penyakit dengan cara: * mencuci tangan setelah buang air besar * mengganti popok atau barang apa saja yang terkontaminasi dengan kotoran * tutup mulut atau hidung setiap kali batuk atau bersih * cuci mainan atau barang apa saja yang terkena air liur * jika anak bersekolah, sebaiknya diliburkan agar tidak menulari teman

STOMATITIS

NOV

2 Votes

PENDAHULUAN Jaringan lunak mulut terdiri dari mukosa pipi, bibir, ginggiva, lidah, palatum, dan dasar mulut. Struktur jaringan lunak mulut terdiri dari lapisan tipis jaringan mukosa yang licin, halus, fleksibel, dan berkeratin atau tidak berkeratin. Jaringan lunak mulut berfungsi melindungi jaringan keras di bawahnya; tempat organ, pembuluh darah, saraf, alat pengecap, dan alat pengunyah. 1 Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 3 lapisan, yaitu: 1) Lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih (datar) dimana lapisan sel-sel yang mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut dengan stratified squamous epithelium. 2) Membrana basalis, yang merupakan lapisan pemisah antara lapisan ephitelium dengan lamina propria, berupa serabut kolagen dan elastis. 3) Lamina propria, Pada lamina propria ini terdapat ujung-ujung saraf rasa sakit, raba, suhu dan cita rasa. Selain ujung-ujung saraf tersebut terdapat juga pleksus kapiler, jaringan limf dan elemen-elemen penghasil sekret dari kelenjar-kelenjar ludah yang kecil-kecil. Kelenjar ludah yang halus terdapat di seluruh jaringan mukosa mulut, tetapi tidak terdapat di jaringan mukosa gusi kecuali di mukosa gusi daerah retromolar. Disamping itu lamina propria ini sebagian besar terdiri dari serabut kolagen, serabut elastin dan sel-sel fibroblast serta sel-sel daerah yang penting untuk pertahanan melawan infeksi. Jadi mukosa ini menghasilkan sekret, bersifat protektif dan sensitif. Mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Mukosa mulut dapat mengalami kelainan yang bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan kondisi herediter. Pada keadaan normal di dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam kuman yang merupakan bagian daripada flora mulut dan tidak menimbulkan gangguan apapun dan disebut apatogen. Jika daya tahan mulut atau tubuh menurun, maka kuman-kuman yang apatogen itu menjadi patogen dan menimbulkan gangguan

atau menyebabkan berbagai penyakit/infeksi. Daya tahan mulut dapat menurun karena gangguan mekanik (trauma, cedera), gangguan kimiawi, termik, defisiensi vitamin, kekurangan darah (anemi), dsb. 1 Pada individu tertentu dapat terjadi reaksi alergi terhadap jenis makanan tertentu sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada mukosa mulut, begitu juga dengan faktor psikis dan hormonal. Ini semua dapat terjadi pada suatu gangguan mulut yang disebut stomatitis. Pada kesempatan ini penulis ingin membahas masalah tersebut, terutama jenis stomatitis apthosa yang paling sering dialami penderita. DEFINISI Stomatitis aphtosa atau sariawan adalah radang yang terjadi di daerah mukosa mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan dengan permukaan yang agak cekung, bercak itu dapat berupa bercak tunggal maupun kelompok. Stomatitis aphtosa atau sariawan atau dalam bahasa kerennya oral thrush merupakan penyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang kebih dikenal dengan sebutan Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya. Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa mulut dan alat kelamin, namun adanya jamur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini sering menimbulkan keluhan dikarenakan daya tubuh manusia (imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang. Keadaan seperti ini biasanya terjadi setelah pemberian antibiotic dalam jangka panjang, infeksi virus pada saluran pernapasan, iritasi pada mulut akibat adanya pemasangan gigi palsu, kawat gigi; diabetes, HIV, kanker serta pemberian pengobatan dengan kortikosteroid dan penyakit imunodefisiensi (berkurangnya daya tahan tubuh). Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa mengindikasikan penyakit yang lebih berat, oleh karena itu jangan pernah meremehkan penyakit sariawan ini. Meski penyakit ini tidak begitu berat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. TIPE PENYAKIT Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya: 1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. 2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif. FAKTOR PENYEBAB Ada beberapa faktor-faktor penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa ini, diantaranya: 1. Hal pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan gigi bagi si pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.

2. Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulsersehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa. 3. Mengkonsumsi air dingin atau air panas. 4. Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser. Gejala timbul biasanya segera setelah penderita mengkonsumsi makanan tersebut 5. Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa. 6. Kelainan pencernaan Gangguan saluran pencernaan, seperti Chorn disease, kolitis ulserativ, dan celiac disease sering disertai timbulnya stomatitis apthosa. 7. Faktor psikologis (stress), diduga berhubungan dengan produksi kortison di dalam tubuh. 8. Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi). Terbentuknya stomatitis aphtosa ini pada fase luteal dari siklus haid pada beberapa penderita wanita. 9. Pada penderita yang sering merokok juga bisa menjadi penyebab dari sariawan. Pambentukan stomatitis aphtosa yang dahulunya perokok, bebas simtom ketika kebiasaan merokok dihentikan. 10. Jamur, namun biasanya hal ini dihubungkan dengan penurunan sistem pertahanan tubuh (imuno). Berasal dari kadar imunoglobin abnormal. 11. Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari. 12. Sedangkan sariawan yang dikarenakan kekurangan vitamin C sangat mungkin terjadi, karena bagi si pasien yang kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan jaringan dimukosa mulut dan jaringan penghubung antara gusi dan gigi mudah robek yang akhirnya mengakibatkan sariawan. 13. Kekurangan vitamin B dan zat besi juga dapat menimbulkan sariawan.. Namun kondisi seperti itu dapat diatasi dengan sering memakan buah ataupun makan sayur-sayuran. Penyakit yang menjangkit ini biasanya dapat menyerang siapa saja dan tidak mengenal umur maupun jenis kelamin, termasuk pada bayi yang masih berusia 6-24 bulan. DAERAH YANG TERINFEKSI Biasanya daerah yang paling sering timbul stomatitis aphtosa (sariawan) ini pada daerah mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah, gusi serta langit-langit dalam rongga mulut. TIPE PENYAKIT Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya: 1. Sariawan akut : Bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. 2. Sariawan kronis : Akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif. JENISNYA SECARA KLINIS Secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 subtipe, diantaranya: 1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS)

Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah nonkeratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal bekas. 2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS) Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi. 3. Ulserasi herpetiformis (HU) Istilah herpetiformis digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa. 5. Patofisiologi Tubuh sebenarnya memiliki pertahanan tubuh alamiah terhadap serangan bakteri. Pertahanan ini disebut dengan sistem laktoperoksidase (LP-system). Sistem ini terdapat pada saliva atau ludah. LP system dapat berfungsi sebagai bakteriostatis terhadap bakteri mulut dan bakteriosid terhadap bakteri patogen jika tersedia ketiga komponennya. Yaitu enzim laktoperoksidase, dosianat, dan hydrogen peroksida (H2O2). Bakteri di dalam mulut dapat berkembang biak tak terkendali karena sistem laktoperoksidase yang merupakan pertahanan alami dalam saliva umumnya rusak. Hal ini dikarenakan seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung zatzat kimia, seperti perasa, pewarna, pengawet, bahkan yang memakai zat pembasmi hama. Pemakaian deterjen (sodium laurit sulfat) yang berlebihan dalam pasta gigi juga dapat sebagai peneyebab dari rusaknya ludah. Bila dalam pemakaian yang berlebihan atau melebihi toleransi dapat dengan mudah merusak ludah dan menghancurkan sistem pertahanan alami. Tidak hanya itu, pemakaian antiseptik pada obat kumur atau pasta gigi juga dapat merusakkan LP system, sebab antiseptik ini bersifat bakteriosid sehingga dapat membunuh semua bakteri yang berada di dalam rongga mulut, yang dapat mengakibatkan lingkungan mukosa mulut menjadi rusak. Seperti telah diterangkan bahwa mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman atau rangsangan-rangsangan yang bersifat merusak. Dilain pihak mulut tidak dapat melepaskan diri dari masuknya berbagai jenis kuman ataupun berbagai pengaruh rangsangan antigenik yang bersifat merusak. Rangsangan perusak yang masuk sesuai dengan potensinya akan ditanggapi oleh tubuh baik secara lokal atau sistemik. Tanggapan ini dapat berlangsung wajar, artinya tanggapan-tanggapan tersebut secara normal dapat dieleminasi melalui aksi fagositosis. Sebenarnya reaksi tubuh terhadap rangsangan yang merusak itu bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan

peradangan tersebut. Tetapi kadang-kadang reaksi jaringan amat berlebih, melebihi porsi stimulusnya sendiri sehingga reaksi pertahanan yang tadinya dimaksudkan untuk melindungi struktur dan fungsi jaringan justeru berakhir dengan kerusakan jaringan sendiri. Dalam keadaan yang tidak wajar, (Trauma, Stres dll ) terjadi ketidak seimbangan immunologik yang melahirkan fenomena alergi dan defisiensi immunologi dengan efek kerusakan-kerusakan yang menyangkut komponen vaskuler, seluler dan matriks daripada jaringan. Dalam hal ini sistem imun yang telah dibangkitkan untuk melawan benda asing oleh porsi reaksi yang tidak seimbang akhirnya ikut merusak jaringan-jaringan sendiri disekitarnya. Misalnya pelepasan mediator aktif dari aksi-aksi komplemen, makrofag, sel plasma, sel limposit dan leukosit, histamin, serta prostaglandin. GEJALA Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau tidak. Pada stomatitis aphtosa yang berat, dapat digunakan suatu alat pelindung mulut yang bersih dengan pengolesan anestetik lokal dibawah alat tersebut. CARA MENGATASINYA Dalam mengatasi sariawan ini, dapat menggunakan beberapa jenis obat, baik dalam bentuk salep (yang mengandung antibiotika dan penghilang rasa sakit), obat tetes, maupun obat kumur. Jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam). JENIS OBAT YANG DIPAKAI Ada beberapa jenis obat yang dikenal di masyarakat dan bisa membantu meredakan keluhan akibat sariawan. Ada jenis obat berbentuk salep dengan kandungan kortikosteroid yang dioleskan pada luka sariawan. Ada juga obat tetes yang digunakan untuk meredakan sariawan ini dengan gentien violet, perak nitrat, atau obat kumur yang dapat membantu mengurangi rasa sakit pada penderita sariawan. Dan juga pemberian vitamin C atau zat besi dalam dosis tinggi pada penderita sariawan yang kekurangan zat-zat tersebut sering dapat menolong. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan vitamin, akan lebih baik bila diperoleh dari sayuran dan buahbuahan yang merupakan vitamin natural. Mengonsumsi vitamin natural lebih efetif dibandingkan dengan mengonsumsi suplemen. Bila dikonsumsi berlebihan tidak akan merusak tubuh, karena kelebihannya akan dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu juga lebih mudah diserap oleh tubuh. Pada penderita sariawan kambuhan yang disertai kecemasan obat (faktor psikologis), pemberian obat dapat disertai dengan obat anticemas untuk mengatasi masalah psikologisnya. Dan jika sariawan sudah terlalu parah, bisa digunakan antibiotika dan obat penurun panas (bila sudah kronis disertai dengan demam).

PENCEGAHAN Dengan mengetahui penyebabnya, kita diharapkan dapat menghindari terjadinya stomatitis aphtosa (sariawan) ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama pada makanan yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain itu, anda juga dianjurkan untuk menghindari stress. Namun bila sariawan selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan berkonsultasi dengan dokter gigi dengan meminta obat yang tepat sariawannya. Ada beberapa usaha lain yang dilakukan untuk mencegah munculnya sariawan. Misalnya, menjaga kesehatan umum terutama kesehatan pada mulut, menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan, menghindari pasta gigi yang merangsang, menghindari kondisi stress, menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, sering mengkonsumsi buah dan sayuran, terutama vitamin B, vitamin C, dan zat besi; serta menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.
Penyakit Virus Coxsackie

1. Identifikasi Faringitis vesikuler (herpangina) adalah penyakit akut yang sembuh sendiri tanpa pengobatan, penyakit virus yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, berupa demam, sakit tenggorokan disertai lesi pada faring berukuran 1 2 mm berbentuk papulovesikuler berwarna abu-abu dengan dasar eritematus dan berkembang secara perlahan menjadi lesi yang sedikit lebih besar. Lesi ini yang biasanya muncul pada dinding anterior faucium dari tonsil, palatum molle, uvula dan tonsilnya sendiri, muncul sekitar 4 6 hari sesudah mulai sakit. Penyakit ini tidak fatal. Kejang demam terjadi pada sekitar 5% dari kasus. Stomatitis Vesikuler dengan eksantem (penyakit tangan, kaki dan mulut) berbeda dengan faringitis vesikuler dimana pada penyakit ini lesi pada mulut lebih menyebar dan bisa timbul pada permukaan buccal pada pipi dan gusi dan pada kedua sisi lidah. Lesi papulovesikuler yang muncul dan bertahan 7 hingga 10 hari muncul dalam benuk eksantem terutama pada jari telapak tangan dan telapak kaki kadang-kadang lesi berbentuk makulopapuler muncul pada bagian pantat. Penyakit ini sembuh dengan sendirinya tanpa diobati. Kasus fatal pada anak-anak walaupun pernah terjadi namun sangat jarang. Faringitis limfonoduler akut, berbeda dengan faringitis vesikuler, pada penyakit ini lesi nampak jelas, timbul, terpisah, modul berwarna putih hingga kekuningan dikelilingi oleh zona eritema berukuran sekitar 3 hingga 6 mm. Biasanya lesi muncul di uvula, dinding tonsil bagian anterior dan dinding posterior faring tanpa eksantem. Stomatitis yang disebabkan oleh virus herpes simpleks perlu dibedakan karena pada infeksi virus ini lesi lebih besar, lebih dalam, lebih sakit dan biasanya muncul di mulut bagian depan. Penyakit ini jangan dikacaukan dengan stomatitis vesikuler yang disebabkan oleh virus stomatitis, biasanya menyerang hewan ternak dan kuda, orang yang terserang biasanya pekerja yang mengolah produk susu, mereka yang bekerja di peternakan dan dokter hewan. Penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak, domba dan babi jarang menular kepada petugas laboratorium yang menangani virus namun manusia dapat menjadi pembawa mekanis dari virus dan menjadi sumber KLB pada binatang. Virus secara serologis tidak dapat dibedakan

dengan virus coxsackie B-5 yang menyebabkan penyakit vesikuler pada babi yang bisa ditularkan kepada manusia. Sindroma penyakit yang disebabkan oleh jenis virus coxsackie yang lain dapat dibedakan lebih jelas pada waktu KLB. Virus bisa diisolasi dari spesimen yang diambil dari lesi dan nasofaring serta tinja yang ditanam pada kultur sel dan atau yang disuntikkan kepada tikus. Karena banyak serotipe bisa memberikan gejala penyakit yang sama dan antigen yang umum dipakai untuk pemeriksaan kurang tersedia, maka prosedur diagnostik secara serologis tidak dilakukan secara rutin kecuali virus dapat diisolasi untuk digunakan pada tes serologis. 2. Penyebab penyakit Untuk faringitis vesikuler, penyebabnya adalah virus coxsackie grup A, tipe 1 10, 16 dan 22. Untuk stomatitis vesikuler, penyebabnya adalah virus coxsackie grup A terutama tipe A16 dan tipe 4, 5, 9 dan 10; grup B tipe 2 dan 5 dan yang jarang terjadi adalah enterovirus 71. Untuk faringitis limfonoduler akut, penyebabnya adalah virus coxsakie grup A, tipe 10. Enterovirus lain kadang-kadang dapat sebagai penyebab munculnya penyakit-penyakit ini. 3. Distribusi penyakit Untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler tersebar diseluruh dunia keduanya muncul sporadis dan dalam bentuk wabah, insidens tertinggi terjadi pada musim panas dan awal musim gugur terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun, tetapi kasus dewasa (terutama pada dewasa muda) tidak jarang terjadi. KLB terbatas dari faringitis limfonoduler akut pada anak-anak bisa terjadi pada musim panas dan awal musim gugur. Penyakit-penyakit ini sering muncul sebagai KLB pada anak-anak (misalnya di tempat penitipan anak, tempat bermain anak-anak usia pra-sekolah (3-5 tahun)) 4. Reservoir manusia 5. Cara penularan Kontak langsung dengan discharge hidung dan tengorokan serta tinja dari orang yang terinfeksi (yang mungkin tanpa gejala) dan melalui droplet yang menyebar melalui udara, tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebarkan oleh seranga, air, makanan atau melalui limbah. 6. Masa inkubasi biasanya 3 5 hari untuk faringitis vesikuler dan stomatitis vesikuler, 5 hari untuk faringitis limponoduler 7. Masa penularan penularan terjadi selama periode akut dan mungkin berlangsung lebih lama lagi semasih virus ini bisa ditemukan pada tinja, biasanya berminggu-minggu. 8. Kerentanan dan kekebalan Semua orang rentan terhadap infeksi ini. Kekebalan spesifik mungkin terbentuk baik karena infeksi tanpa atau infeksi dengan gejala klinis, lamanya kekebalan bertahan tidak diketahui. Serangan kedua bisa terjadi pada grup A virus coxsackie dari tipe serologis yang berbeda. 9. Cara cara Pemberantasan

A. Tindakan pencegahan
Mengurangi kontak antara orang ke orang, bila memungkinkan dengan cara mengurangi kepadatan manusia dan memperbaiki ventilasi. Budayakan perilaku hidup bersih dan sehat antara lain kebiasaan cuci tangan dan tindakan higienis lain di rumah.

B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar

1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat. Laporan wajib diberikan jika terjadi wabah, kasus individual tidak perlu dilaporkan. Kelas 4 (lihat tentang pelaporan penyakit menular) 2) Isolasi : Lakukan tindakan kewaspadaan enterik 3) Disinfeksi serentak : Lakukan disinfeksi terhadap discharge hidung dan tenggorokan. Cuci atau buang barang-barang yang terkontaminasi. Berikan perhatian khusus kepada setiap orang untuk mencuci tangan secara tepat jika menangani discharge, tinja dan benda-benda yang terkontaminasi. 4) Karantina : tidak dilakukan 5) Imunisasi kontak : tidak dilakukan 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : kecuali untuk mendeteksi kasus tambahan pada kelompokkelompok tertentu atau pada anak-anak prasekolah. 7) Pengobatan spesifik : tidak ada

C. Upaya upaya penanggulangan wabah


Beritahukan kepada dokter praktek swasta bahwa telah terjadi peningkatan insiden penyakit ini, disertai dengan penjelasan mengenai onset dan gejala klinisnya. Lakukan isolasi terhadap kasus yang terdiagnosa dan terhadap semua anak-anak yang demam, dan terhadap mereka yang diagnosanya masih belum diketahui dengan perhatian serta kewaspadaan spesifik diberikan terhadap sekret saluran pernafasan dan tinja.

D. Implikasi bencana : tidak ada


E. Tindakan internasional : Manfaatkan Pusat kerjasama WHO Jenis - jenis Virus coxsackie merupakan anggota kelompok enterovirus dari keluarga Picornaviridae sebagai penyebab dari kelompok penyakit yang akan dibicarakan pada bab ini seperti wabah mialgia, konjungtivitis enteroviral hemoragika dan meningitis (lihat uraian setiap penyakit ini di dalam bab masing-masing) dan karditis yang disebabkan oleh virus coxsackie (lihat bawah). Virus ini menyebabkan penyakit yang menular pada bayi baru lahir dan ada bukti keterkaitan infeksi virus ini dengan Juvenile Onset Insulin Dependent Diabetes. FARINGITIS VESIKULER ENTEROVIRUS ( Herpangina, faringitis aftosa) STOMATITIS VESIKULER ENTEROVIRUS DENGAN EKSANTEM ( Penyakit tangan, kaki dan mulut ) FARINGITIS LIMFONODULER ENTEROVIRUS ( Faringitis limfonoduler akut, Faringitis vesikuler )

You might also like