You are on page 1of 14

Makalah

KEBIJAKAN RESTORATIVE JUSTICE TENTANG HUKUM PERADILAN ANAK

Disusun Oleh Nama NPM CAH!O KRISHADI!ANTO "#$"#$%%

&AKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADI!AH

'#""

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kebijakan Restorative Justice Tentang Hukum Peradilan Anak ini. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan-kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. al ini

dikarenakan kebatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. !ntuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang si"atnya membangun dari semua pihak guna perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya. #khir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. #min$

Metro, %ktober &'((

Penulis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. KATA PENGANTAR............................................................................ DAFTAR ISI........................................................................................... BAB I PENDAHULUAN....................................................................... BAB II PEMBAHASAN........................................................................ #. *eberadaan Peradilan #nak +i ,ndonesia................................... -. -eberapa .orak Peradilan #nak.................................................. .. Model 0estorati1e 2ustice 3uatu #lternati" *onsep Peradilan #nak ,ndonesia............................................................................ BAB III PENUTUP................................................................................ DAFTAR PUSTAKA

i ii iii ( ) ) / 4 5

i1

BAB I PENDAHULUAN

6iloso"i sistem peradilan pidana anak yaitu mengutamakan perlindungan dan rehabilitasi terhadap pelaku anak (emphasized the rehabilitation of outhful offender! sebagai orang yang masih mempunyai sejumlah keterbatasan dibandingkan dengan orang dewasa. #nak memerlukan perlindungan dari negara dan masyarakat dalam jangka waktu ke depan yang masih panjang. Terhadap anak yang terlanjur menjadi pelaku tindak pidana diperlukan strategi sistem peradilan pidana yaitu mengupayakan seminimal mungkin inter1ensi sistem peradilan pidana. #nak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat dipengaruhi beberapa "aktor lain di luar diri anak seperti pergaulan, pendidikan, teman bermain dan sebagainya. !ntuk melakukan perlindungan terhadap anak dari pengaruh proses "ormal sistem peradilan pidana, maka timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum dan kemanusiaan untuk membuat aturan "ormal tindakan mengeluarkan 7remo1e8 seorang anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan memberikan alternati" lain yang dianggap lebih baik untuk anak. -erdasarkan pikiran tersebut, maka lahirlah konsep di1ersion yang dalam istilah bahasa ,ndonesia disebut di1ersi atau pengalihan. Pelaksanaan di1ersi dilatar belakangi keinginan menghindari e"ek negati" terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana. Pelaksanaan di1ersi oleh aparat penegak hukum didasari oleh kewenangan aparat penegak hukum yang disebut discretion atau dalam bahasa ,ndonesia diskresi. 3elanjutnya dalam perkembangan perlindungan terhadap anak juga berkembang konsep restorati1e justice yaitu suatu konsep penyelesaian komplik yang terjadi dengan melibatkan para pihak yang berkepentingan dengan tindak pidana yang terjadi 7korban, pelaku, keluarga korban, keluarga pelaku, maasyarakat dan penegah 7moderator88. Musyawarah yang dilakukan ini penting

untuk menentukan tindakan atau hukuman yang tepat terhadap pelaku. Tindakan atau hukuman yang diberikan berman"aat bagi pelaku, masyarakat dan korban merasa kerugian dan ketidak seimbangan serta ketidak tertiban dalam lingkungannya sudah pulih kembali dengan hukuman yang telah dijatuhkan. *onsep di1ersi dan restorati1e juctice adalah dua konsep yang masih baru untuk masyarakat ,ndonesia. *onsep di1ersi dan restorati1e justice adalah dua konsep yang berbeda, akan tetapi kedua konsep tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap pelaku tindak pidana.

1i

BAB II PEMBAHASAN

A. Keberadaan Peradilan Anak Di Ind nesia Telaah terhadap hukum positi" yang terkait dengan anak nakal adalah meliputi pengaturan yang tersebar dalam undang-undang pidana yang mengatur masalah anak, yaitu Pasal /4, /9, dan /: *! P, Pasal 4' s;d 95 *! #P selaian Pasal 9/ *! #P. !! No.) tahun (<<: tentang Pengadilan #nak, !! No./tahun (<:< tentang *esejahteraan #nak, *eppres No.)9 tahun (<<' tentang pengesahan *on1ensi ak- ak #nak, dan !! No.&) tahun &''& tentang Perlindungan #nak ,khususnya Pasal (9,(:, 4<, 9/ #nak baik secara "isik maupun mental membutuhkan perlindungan serta perawatan khusus, termasuk perlindungan hukum sebelum maupun sesudah mereka dilahirkan. Perlindungan terhadap anak ini telah menjadi kesepakatan internasional sebagaimana diamanatkan dalam deklarasi 2enewa tentang 3edunia tentang ak #nak-anak tahun (<&/, yang selanjutnya telah mendapat pengakuan dalam +eklarasi ak #sasi Manusia serta ketentuan hukum yang dibuat oleh badan-badan khusus dan organisasi-organisasi ,nternasional yang memberi perhatian bagi kesejahteraan anak-anak.2auh hari Majelis !mum P-memaklumkan +eklarasi ak #nak-#nak dengan maksud agar anak-anak dapat menjalani masa kecil yang membahagiakan, berhak menikmati hak-hak dan kebebasan baik kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat Majelis !mum PP- menghimbau agar pemerintah negara-negara untuk mengakui mengakui dan memperjuangkan pelaksanaan hak-hak anak melaui undang-undang maupun peraturan lainnya yang sesuai dengan asas-asas perlindungan terhadap hak-hak anak. !! No.) tahun (<<: tentang Pengadilan #nak dibuat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan perlindungan khusus kepentingan hukum anak yang terlibat tindak pidana, yang sebelumnya dalam

1ii

perundang-undangan yang ada dirasa tidak banyak memberikan perlindungan terhadap anak baik secara "isik maupun mental. 3etelah diundangkannya !! No.) Tahun (<<: diharapkan aparat penegak hukum mulai dari penyelidikan hingga pemeriksaan diperadilan, dapat memperlakukan anak secara khusus dengan dibekali pengetahuan khusus untuk menangani tindak pidana yang dilakukan anak.. 2ika ditelaah secara konprehensi" ketentuan hukum substanti1e dan hukum ajekti" yang di"ormulasikan dalam !! No.) Tahun (<<:, dapatlah dikatakan belum ada pengaturan secara utuh pengaturan hukum pidana anak. B. Bebera!a " rak Peradilan Anak =ordon -a>omore dalam tulisannya "Three Paradigms of Juvenile Justice# memperkenalkan tiga corak atau model peradilan anak, yaitu? (. Model pembinaan pelaku perorangan (individual treatment model!@ &. Model retributi1e (retributive model!@ ). Model restorati1e (restorative model! Model pembinaan pelaku perorangan (individual treatment model! dan model retributi1e (retributive model! telah mempercayakan campur tangan peradilan anak dan menetapkan dengan pasti parameter-parameter kebijakan tentang peradilan anak. +i dalam model pembinaan pelaku perorangan, persidangan anak dilihat sebagai suatu agensi Auasi kesejahteraan dengan mandat peradilan yang samar-samar, pembinaan dilandaskan pada cara medik terapeutik, tentang sebab-sebab timbulnya delinkuensi anak. #tas dasar itu delinkuensi anak dipandang sebagai simptomatik dan gangguan, dan hakikat serta tingkat keseriusannya dilihat tidak lebih sebagai persoalan yang membutuhkan pelayanan terapeutik untuk mengkoreksi gangguan-gangguan yang ada sebelumnya. Model pembinaan pelaku perorangan di negara-negara Eropa dikenal sebagai Bmodel kesejahteraan anakC, berangkat dari satu cara pandang bahwa kejahatan atau delinkuensi anak tidak dipertimbangkan atau diharapkan pada perangkat nilai-nilai, melainkan lebih dilihat sebagai tanda tidak "ungsionalnya sosialisasi. ,nter1ensi adalah sarana untuk mencoba meralat perilaku penyimpangan sosial lewat pemberian sanksi terhadap masalah

1iii

personal seseorang dan kebutuhan pembinaan anak pelaku delinkuen. .orak atau model pembinaan pelaku perorangan ini dirasakan kelemahannya terutama tidak terjaminnya timbul stigmatisasi, paternalistic, mahal, tidak memadai, dan jaminan hukumnya lemah serta diragukan intensitasnya. +i samping itu, model ini dilihat masih belum berhasil mengarahkan secara "ormal kebutuhan untuk meningkatkan e"ekti1itas sanksi terhadap anak pelaku delinkuen dan gagal memainkan peran dari peradilan anak dalam kerangka penyelamatan public. *eputusan bersi"at ambi1alen dan tak taat asas (inconsistent! serta cenderung menyembunyikan maksud pemidanaan dengan mengatasnamakan keselamatan public. 3eiring dengan kritik terhadap model pembinaan pelaku perorangan terhadap anak tersebut, kemudian muncul tuntutan untuk segera mere"ormasi peradilan anak. #rah re"ormasi tertuju pada pengaplikasian "iloso"is Bpemberian ganjaranC. Pengaplikasian "iloso"is itu dimaksudkan sebagai upaya untuk merasionalisasikan ketidakpastian pembuatan keputusan dalam persidangan anak, dan untuk menegaskan kembali pentingnya "ungsi sanksi. *onsekuensi yang muncul kemudian adalah tuntutan akan perlunya mengadopsi pedoman pemberian pidana yang pasti, undang-undang tentang anak tidak lagi menekankan rehabilitasi dan membuang kerangka acuan berorientasi pada keperluan pelaku. ". M del Res# ra#i$e Jus#i%e Sua#u Al#erna#i& K nse! Peradilan Anak Ind nesia Model peradilan anak restorati1e berangkat dari asumsi bahwa tanggapan atau reaksi terhadap perilaku delinkuensi anak, tidak akan e"ekti" tanpa adanya kerja sama dan keterlibatan dari korban, pelaku dan masyarakat. Prinsip yang menjadi dasar pada model peradilan restorati1e ini bahwa keadilan paling baik terlayani, apabila setiap pihak menerima perhatian secara adil dan seimbang, akti" dilibatkan dalam proses peradilan dan memperoleh keuntungan secara memadai dari interaksi mereka dengan system peradilan anak. .iri pembeda model restorati1e dengan kedua model lainnya terletak pada sisi pandang terhadap perilaku delinkuensi anak. Menurut model restorati1e, perilaku delinkuensi anak adalah perilaku yang merugikan korban

iD

dan masyarakat. Tanggapan peradilan restorati1e terhadap delinkuensi terarah pada perbaikan kerugian itu dan penyembuhan luka masyarakat. Peradilan restorati1e tidak bersi"at puniti1e, tujuan utamanya adalah perbaikan luka yang diderita oleh korban, pengakuan pelaku terhadap luka yang diakibatkan oleh perbuatannya dan konsiliasi serta rekonsiliasi dikalangan korban, pelaku dan masyarakat. Model peradilan restorati" juga berkehendak untuk merestorasi kesejahteraan masyarakat melalui cara-cara menghadapkan pelaku anak pada pertanggungjawaban atas perilakunya, korban yang biasanya dihalangi ikut berperan serta dalam proses peradilan kini diberi kesempatan untuk berperan serta di dalam proses. *onsep restorati1e justice telah muncul lebih dari &' tahun yang lalu sebagai alternati" penyelesaian perkara pidana dengan pelaku anak. *elompok *erja Peradilan #nak Perserikatan -angsa-bangsa 7P--8 mende"inisikan restorati1e justice sebagai suatu proses semua pihak yang berhubungan dengan tindak pidana tertentu duduk bersama-sama untuk memecahkan masalah dan memikirkan bagaimana mengatasi akibat di masa yang akan datang. Proses restorati1e justice pada dasarnya dilakukan melalui diskresi 7kebijaksanaan8 dan di1ersi ini, merupakan upaya pengalihan dari proses peradilan pidana ke luar proses "ormal untuk diselesaikan secara musyawarah. Penyelesaian melalui musyawarah sebetulnya bukan hal baru bagi bangsa ,ndonesia. 3ebelum pendudukan -elanda, bangsa kita sudah memiliki hukum sendiri, yaitu hukum adat. ukum adat tidak membedakan penyelesaian perkara pidana dengan perkara perdata, semua perkara dapat diselesaikan secara musyawarah dengan tujuan untuk mendapatkan keseimbangan atau pemulihan keadaan. 3asaran akhir konsep peradilan restorati1e ini mengharapkan berkurangnya jumlah anak-anak yang ditangkap, ditahan, dan di1onis penjara@ menghapuskan stigma;cap dan mengembalikan anak menjadi manusia normal sehingga diharapkan dapat berguna kelak di kemudian hari@ pelaku pidana anak dapat menyadari kesalahannya, sehingga tidak mengulangi perbuatannya mengurangi beban kerja polisi, jaksa, rutan, pengadilan, dan Eapas@

menghemat keuangan negara tidak menimbulkan rasa dendam karena pelaku telah dimaa"kan oleh korban korban cepat mendapatkan ganti kerugian@ memberdayakan orang tua dan masyarakat dalam mengatasi kenakalan anak dan@ pengintegrasian kembali anak ke dalam masyarakat. #dapun sebagai mediator dalam musyawarah dapat diambil dari tokoh masyarakat yang terpercaya dan bila kejadiannya di sekolah dapat dilakukan kepala sekolah atau guru. 3yarat utama dari penyelesaian melalui musyawarah pemulihan adalah adanya pengakuan dari pelaku serta adanya persetujuan dari pelaku beserta keluarganya dan korban untuk menyelesaikan perkara melalui musyawarah pemulihan. 2adi, musyawarah tidak boleh didasarkan atas paksaan. #pabila pihak-pihak tidak menghendaki penyelesaian melalui musyawarah pemulihan, maka proses peradilan baru berjalan.+alam konsep restorati1e ini proses peradilan sebagai ultimum remedium, apabila pintu diskresi tidak ditemukan. Proses peradilan yang diharapkan adalah proses yang dapat memulihkan, ertinya perkara betul-betul ditangani aparat penegak hukum yang mempunyai minat, pehatian, dedikasi, dan memahami masalah anak, dan telah mengikuti pelatihan restorati1e justice, serta penahanan dilakukan sebagai pilihan terakhir dengan mengindahkan prinsip-prinsip dasar dari *on1ensi ak-hak #nak yang telah diadopsi ke dalam !! Perlindungan #nak. #pabila anak terpaksa harus ditahan, penahanan tersebut harus di rutan khusus anak, dan apabila terpaksa harus dihukum penjara, anak harus ditempatkan di lapas anak. -aik di rutan maupun di lapas, anak tetap harus bersekolah dan mendapatkan hak asasinya sesuai dengan The -eijing 0ules 7Peraturan Minimum 3tandar P-- Mengenai #dministrasi Peradilan bagi #nak8 agar mereka dapat menyongsong masa depan yang cerah, karena pengabaian terhadap hak-hak anak adalah juga pengabaian terhadap masa depan bangsa dan negara.

Di

BAB III PENUTUP

Peradilan anak dalam ketentuan !! No.) Tahun (<<: bercorak ,ndi1idual Treatment Model. *eberadaannya adalah merupakan suatu "ormat hukum untuk memberikan perlindungan terhadap anak melalui proses hukum "ormal, dengan harapan anak sebagai asset bangsa walaupun harus mempertanggungjawabkan perbuatannya sebagai anak nakal diharapkan tidak menimbulkan pengaruh negati1e pada jiwa anak. Namun !ndang-undang ini pemberlakuannya dinilai tidak e"ekti". al ini disebabkan oleh beberapa hal ? Pertama, tidak pro"esionalnya aparat penegak hukum, kedua, keterbatasan sarana dan prasarana dalam operasionalisasinya. Perlindungan terhadap anak yang berkon"lik dengan hukum sudah sangat mendesak, dengan demikian semua pihak hendaknya duduk bersama untuk merumuskan langkah apa yang harus dilakukan dalam rangka mengatasi "enomena tersebut guna menyelamatkan anak-anak sebagai generasi muda penerus dalam pembangunan bangsa dan negara. !paya ini lebih dikenal dengan istilah C0estorati1e 2usticeC yang mana semua komponen duduk bersama guna merumuskan secara kolekti" cara mengatasi konsekuensi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak dan implikasinya di masa mendatang, upaya ini dibangun di atas dasar nilai-nilai tradisional komunitas yang positi" dan sanksi-sanksi yang diterapkan atau dilaksanakan selalu menghargai hak asasi manusia. Model restorati1e justice adalah salah satu model peradilan anak, dalam rangka melindungi anak agar terhindar dari trauma psikis dan lebel;cap bekas penjahat. +alam ketentuan !! No.): Tahun (<<: tidak memberikan ruang bagi aparat hukum untuk melakukan diskresi legal, dalam menerapkan proses peradilan anak. %leh karena itu 3istem Peradilan anak di ,ndonesia harus menggunakan paradigma restorati1e justice sebagai suatu alternati" dalam penanggulangan anak nakal.

Dii

+alam pelaksanaan 0estorati1e 2ustice pihak-pihak yang dilibatkan dalam musyawarah pemulihan penyelesaian kasus antara lain? korban dan keluarga korban karena korban adalah bagian dari kon"lik, kepentingan korban dalam proses pengambilan keputusan serta kon"lik merupakan persoalan keluarga@ pelaku dan keluarga karena pelaku merupakan pihak yang mutlak dilibatkan dan keluarga pelaku dipandang perlu untuk dilibatkan karena usia pelaku yang belum dewasa@ wakil masyarakat guna mewakili kepentingan dari lingkungan dimana peristiwa pidana terjadi dan kepentingan-kepentingan yang bersi"at publik. #pabila kita memahani makna 0estorati1e 2ustice dan konsisten menerapkannya, maka beberapa hal yang dicapai antara lain berkurangnya jumlah penghuni Eapas dan terselamatkannya anak-anak berhadapan hukum demi kepentingan terbaik anak.

Diii

DAFTAR PUSTAKA

!ndang-undang No. ) tahun (<<: tentang Pengadilan #nak, 2akarta ? 3inar =ra"ika, &''). 3hanty +ellyana, $anita dan Anak di %ata Hukum,Eiberty, Yogyakarta, (<55. Tau"iA, Peradilan Anak, Mimbar ukum, No. &4 tahun F,,, 2akarta ? #l dan +,T-,N-#PE0# ,slam, (<<9. ikmah

Prints, +arwan& Hukum Anak 'ndonesia, -andung ? .itra #ditya -hakti, &''). Notoprojo 3ri Gidojati , Peradilan Anak(anak, -ina .ipta, -andung, (<:/. 3udarto, Pro"., Pengertian dan Ruang )ingkup Peradilan Anak, (<5( http?;;www.scribd.com;doc;&:/<')</;PEN=#+,E#N-#N#* http?;;rahma5<.blogspot.com;&'((;'/;ketika-anak-berkon"lik-dengan-hukum.html http?;;www.balisruti.or.id;perlakuan-hukum-terhadap-anak-menuju-keadilanyang-restorati1e.html http?;;pkpanias.blogspot.com;&'((;'/;menggagas-konsep-restorati1e-justice.html

Di1

You might also like