You are on page 1of 7

GAMBARAN KLINIS PNEUMONIA PADA ANAK DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI Nesya Andini, Yogi Prawira dan Adriani

Upaya pengendalian angka kematian akibat pneumonia pada anak, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi gambaran klinis secara dini sebelum terjadi keadaan yang lebih berat dan risiko tinggi kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran klinis pneumonia yang banyak terjadi pada anak di RSUD Raden Mattaher. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan observasional. Sampel didapatkan dari rekam medis anak yang telah didiagnosis pneumonia dan mendapatkan perawatan di bangsal anak RSUD Raden Mattaher periode Juli 2011 Juli 2012. Didapatkan 114 sampel dari 179 kasus pneumonia yang ada pada periode waktu tersebut mengalami gambaran klinis berupa kesulitan bernapas atau napas cepat (99,1%), batuk (99,1%), demam dengan suhu 38o - < 39o C (46,5%), nafsu makan menurun (71,1%), ronkhi (100%), retraksi (14%), sianosis (2,6%), napas cuping hidung (7%), penurunan kesadaran (3,5%). Pasien pneumonia anak banyak terjadi pada kelompok usia 29 hari sampai < 1 tahun (53,5%) dan perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 1,28:1. Sebagian besar pasien pneumonia yang dirawat memiliki gambaran klinis berupa kesulitan bernapas atau napas cepat, batuk, demam dengan suhu 38o - < 39o, nafsu makan menurun dan ronkhi. Kata kunci : gambaran klinis; anak; pneumonia

Pneumonia adalah penyakit infeksi menular yang merupakan penyebab utama kematian balita di dunia dan berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) di Indonesia tahun 2007, pneumonia adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah diare.1,2 Proses radang akut pada jaringan paru akibat infeksi mikroorganisme yang terjadi pada pneumonia, menyebabkan gangguan pernapasan.1-3 Umumnya, mikroorganisme mencapai paru melalui inhalasi atau aspirasi.4,5,6 Penyebab paling sering yaitu Streptococcus pneumonia dan Hib (Haemophilus influenzae type b).4 Anak yang menderita pneumonia, alveoli berisi pus dan cairan yang mengakibatkan nyeri ketika benapas dan tubuh kekurangan oksigen.4 Pneumonia yang terjadi pada anak, menunjukkan berbagai gejala seperti kesulitan bernapas atau napas cepat, batuk, demam, dingin atau hipotermia, nafsu makan menurun, serta ronkhi. Ketika pneumonia akut terjadi, anak akan mengalami tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, dimana dada akan tertarik ke dalam atau retraksi selama menarik napas. Pada bayi dapat mengalami kesulitan

makan atau minum bahkan dapat mengalami penurunan kesadaran dan kejang.3,7 Salah satu upaya pengendalian angka kematian akibat pneumonia pada anak, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi temuan klinis ini sebagai dasar untuk memprediksi anak-anak yang mengalami pneumonia dengan risiko tinggi kematian, Oleh karena itu, dipandang perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran klinis pneumonia pada anak yang terjadi di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi periode Juli 2011 Juli 2012.

Metode Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan rancangan observasional. Analisis hasil penelitian berupa penelitian deskriptif berdasarkan pengumpulan data yang diambil dari rekam medis milik pasien pneumonia anak yang mendapatkan perawatan di bangsal anak RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi periode Juli 2011 Juli 2012. Data rekam medis selama periode waktu tersebut terdapat 2475 anak yang menjalani rawat inap di bangsal anak RSUD Raden Mattaher, 179 anak diantaranya menderita pneumonia, usia mulai dari 29 hari hingga < 14 tahun dan sebanyak 114 yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Sebanyak 34 di antaranya dieksklusi dan tidak diambil datanya karena mengalami penyakit lain selain pneumonia serta 31 karena data tidak lengkap (Tabel 1). Data yang dikumpulkan mengenai gejala klinis pneumonia adalah kesulitan bernapas atau napas cepat, batuk, demam, capillary refill time memanjang, nafsu makan menurun, ronkhi, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam / retraksi, sianosis, napas cuping hidung dan penurunan kesadaran. Gambar 1. Jumlah pasien penelitian Pasien Rawat Inap (n=2475) Pasien Pneumonia (n=179)

Data Tidak Lengkap (n=31)

Pneumonia dengan penyakit penyerta (n=34)

Eksklusi

Sampel Penelitian (n=114)

Tabel 1. Kriteria eksklusi Kriteria Eksklusi Data tidak lengkap Tuberkulosis Penyakit Neurologi Akut Penyakit Jantung Anemia Down Syndrome Immunocompromised Penyakit keganasan n 31 15 10 4 1 2 1 1

Data kemudian dimasukkan ke dalam program SPSS 11.5 dan dianalisis. Data dianalisis menggunakan analisis univariat untuk mendapatkan bentuk distribusi frekuensi besarnya proporsi masing-masing variabel yang diteliti.

Hasil dan Pembahasan Pengambilan subjek untuk kasus pneumonia selama periode waktu Juli 2011 Juli 2012 tertera pada Gambar 1. Angka kejadian pneumonia di bangsal anak RSUD Raden Mattaher pada periode Juli 2011 Juli 2012 masih tergolong tinggi yaitu sebesar 7,23% (179 kasus) dari jumlah kasus penyakit yang terjadi pada periode waktu tersebut(2.475 kasus penyakit). Temuan penulis dari laporan setiap bulan di bangsal anak RSUD Raden Mattaher menunjukkan bahwa pneumonia selalu masuk ke dalam 10 penyakit terbesar di bangsal anak dalam 3 tahun terakhir. Perbandingan penderita pneumonia yang dirawat di bangsal anak RSUD Raden Mattaher Periode Juli 2011 Juli 2012 antara laki-laki (56,1%) dan perempuan (43,9%) yaitu 1,28:1. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kisworini8 dkk. yang mendapatkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu 1,22:1.8 Sampai saat ini, belum ada kepustakaan yang dapat menjelaskan mengapa frekuensi pasien pneumonia anak lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Sebagian besar penderita pneumonia yang dirawat di bangsal anak RSUD Raden Mattaher periode Juli 2011 Juli 2012 berada pada rentang usia 29 hari sampai < 1 tahun, yaitu 61 anak (53,5%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo, Surabaya (69%) dan Kisworini8 dkk (52%) dimana sebagian besar penderita pneumonia terjadi pada anak berusia < 1 tahun.8,9 Hal ini dapat

disebabkan karena sistem kekebalan anak berusia < 1 tahun belum sempurna sehingga mudah terinfeksi penyakit.1-3,9-11 Gambaran klinis kesulitan bernapas atau napas cepat terjadi pada hampir semua pasien pneumonia pada anak (Tabel 2). Kesulitan bernapas atau napas cepat merupakan suatu gejala utama dari gangguan sistem pernapasan. Penelitian yang dilakukan oleh Neuman12 dkk. menunjukkan hasil yang berbeda, pasien pneumonia pada anak yang mengalami kesulitan bernapas yaitu sebesar 47%. Hal ini dapat disebabkan faktor orang tua yang cepat membawa anak ke sarana kesehatan saat timbul gejala awal dan langsung terdiagnosa pneumonia dengan pemeriksaan fisis serta pemeriksaan radiologi sebelum timbul gejala kesulitan bernapas yang berat.12 Hampir semua pasien pneumonia pada anak juga mengalami batuk (Tabel 2). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Childrens Hospital Boston oleh Neuman12 dkk. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa 91% anak yang menderita pneumonia datang dengan keluhan batuk.12 Selain kesulitan bernapas, batuk juga merupakan gejala utama pneumonia dan tanda distress pernapasan.1,4,6,11 Demam dengan suhu 38o - < 39 o C terjadi pada sebagian besar anak yang menderita pneumonia (Tabel 2). Penelitian yang dilakukan oleh Anggrek13 dkk. terdapat 51% anak yang menderita pneumonia memiliki suhu antara 38oC 39,4o C. Mikroorganisme penyebab pneumonia pada anak dapat berbeda-beda. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteri umumnya memberikan gambaran klinis berupa demam tinggi (> 39oC) sedangkan pneumonia akibat virus sering menimbulkan demam ringan (< 39o C).10,14 Data mengenai capillary refill time tidak dapatkan (Tabel 2), karena tidak tercantum pada rekam medis anak. Pemeriksaan capillary refill time salah satu pemeriksaan yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama, selain itu perlu dilaporkan dalam rekam medis pasien untuk mengetahui keadaan hipoksia berat.15 Nafsu makan menurun terjadi pada sebagian besar pneumonia anak (Tabel 2). Hal ini disebabkan anak kesulitan menelan makanan atau menetek pada bayi karena adanya kesulitan bernapas akibat pneumonia. Gambaran klinis ini termasuk salah satu alasan untuk dilakukan perawatan di rumah sakit agar pasien tidak kekurangan asupan cairan dan nutrisi.1,11 Ronkhi merupakan gambaran klinis pneumonia yang terjadi pada semua anak dalam penelitian ini (Tabel 2). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Amarudin16 yang mendapatkan 100% anak penderita pneumonia memiliki temuan klinis berupa ronkhi.16 Ronkhi merupakan temuan klinis yang sering ditemukan pada pemeriksaan auskultasi anak yang menderita pneumonia.1,10,11

Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam atau retraksi, napas cuping hidung, sianosis dan penurunan kesadaran termasuk keadaan yang menunjukkan pneumonia berat. Pneumonia menyebabkan kerja pernapasan bertambah sehingga sebagai kompensasi akan terlihat napas cuping hidung maupun retraksi untuk mencukupi kebutuhan oksigen.13 Sianosis dan penurunan kesadaran penting dideteksi karena merupakan keadaan yang menunjukkan terjadinya hipoksemia.17,18 Gambaran klinis berupa retraksi, napas cuping hidung, sianosis dan penurunan kesadaran (Tabel 2) terjadi pada sebagian kecil sampel penelitian. Hal ini dapat disebabkan orang tua cepat membawa anak dengan pneumonia ke sarana kesehatan sebelum terjadi keadaan lebih berat dan faktor tenaga kesehatan yang cepat dan tepat dalam memberikan terapi pada awal gejala sehingga tidak menimbulkan gejala yang lebih berat.

Tabel 2. Gambaran klinis pneumonia Variabel n (%) Kesulitan bernapas atau napas cepat 113 (99,1) Batuk 113 (99,1) Tidak ada demam 42 (36,8) (< 38 o C) Ada demam Demam 53 (46,5) (38o - < 39o C) Demam tinggi 19 (16,7) (> 39o C) Capillary refill time memanjang Not available Nafsu makan menurun 81 (71,1) Ronkhi 114 (100) Tarikan dinding dada bagian bawah 16 (14) ke dalam atau retraksi Sianosis 3(2,6) Napas cuping hidung 8(7) Penurunan kesadaran 4(3,5) Simpulan Gambaran klinis pneumonia pada anak yang dirawat di bangsal anak RSUD Raden Mattaher Jambi periode Juli 2011 Juli 2012. Kejadian pneumonia pada anak yang dirawat di bangsal anak RSUD Raden Mattaher Jambi masih tinggi. Gambaran klinis yang banyak ditemukan yaitu kesulitan bernapas atau napas cepat, batuk, demam dengan suhu 38o - < 39o, nafsu makan menurun dan ronkhi.

Referensi 1. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). IDAI pada peringatan world pneumonia day 2010 (online). 2010 (diakses 12 Mar 2012). Diunduh dari: URL: http://www.idai.or.id/kegiatanidai/artikel.asp?q=201011151539 2. Weber M, F Handy, M Said, CB Kartasasmita, Kusbiyantoro. Pneumonia balita. Dalam: Pangribowo S, A Tryadi, IS Indah, editor. Buletin jendela epidemiologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010. 1-22. 3. Setiawati L, MS Makmuri, AS Retno. Pneumonia (online). (diakses 20 Juni 2012). Diunduh dari: URL: http://www.pediatrik.com/isi03.php?page 4. WHO (World Health Organization). Pneumonia (online). 2011 (diakses 12 Mar 2012). Diunduh dari: URL: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/ 5. Purniti PS, IB Subanada, IK Kari, BMP Arhana, IS Iswari, NMA Tarini. Surveilan pneumokokus dan dampak pneumonia pada anak balita. Sari Pediatri (serial online) Feb 5 2011 (diakses 12 Mar 2012); 12(5):(6 layar). 6. Opstapchuk M, DM Roberts, R Haddy. Community-acquired pneumonia in infants and children. Am Fam Physician (serial online) 2004 (diakses 1 Apr 2012); 70:(10 layar). 7. Supriyatno B, BS Darmawan, K Yangtjik, CB Kartasasmita, D Wasatoro, R Naning et al. Pneumonia. Dalam: Poesponegoro HD, SR Hadinegoro, D Firmanda, B Tridjaja, AH Pudjiadi, MS Kosim et al., editor. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi ke-1. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2004. 352-4 8. Kisworini P, A Setyati, Sutaryo. Mortality predictors of pneumonia in children. Paediatr Indones (serial online) 2010 Mei (diakses 12 Mar 2012); 50(3):(5 layar). 9. Setyoningrum RS, S Landia, MS Makmuri. Pneumonia. Dalam: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak XXXVI, 29-30 Juli 2006; Surabaya; 2006 10. Said M. Pneumonia. Dalam: Rahajoe NN, B Supriyatno, DB Setyanto, editor. Buku ajar respirologi anak. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008. 350-60. 11. Setyanto DB, AU Suardi, L Setiawati, R Triasih, FF Yani. Pneumonia. Dalam: Pudjiadi AH, B Hegar, S Handryastuti, NS Idris, EP Gandaputra, ED Harmoniati, editor. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010. 250-55 12. Neuman MI, MC Monuteaux, KJ Scully, RG Bachur. Prediction of pneumonia in a pediatric emergency departement. Pediatrics (serial online) Jul 11 2011 (diakses 12 Mar 2012); 128(2):(10 layar). 13. Anggrek K, AL Runtunuwu, A Wahani, L Margaretha. Faktor risiko kejadian distress pernapasan pada anak dengan pneumonia. Sari Pediatri (serial online) Apr 6 2008 (diakses 12 Mar 2012); 9(6):(7 layar). 14. Subanada IB, NPS Purniti. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia bakteri pada anak. Sari Pediatri (serial online) Okt 3 2010 (diakses 12 Mar 2012); 12(3):(6 layar). 15. Way C, D Crawford, J Gray, K Bagstaff, F Smith. Standards for assessing, measuring and monitoring vital signs in infants, children and young people. London: Royal College of Nursing; 2011. 5-8. 16. Amarudin. Karakteristik klinis dan demografis pada penderita pneumonia di bagian anak RSUD Raden Mattaher Jambi periode November 2010 Januari 2011. Jambi: program sarjana kedokteran Universitas Jambi, 2011; 18-24. 17. Supartha M, PS Purniti, R Naning, IB Subanada. Clinical predictors of hypoxemia in 1-5 year old children with pneumonia. Paediatr Indones (serial online) Nov 2010 (diakses 12 Mar 2012); 50(6):(6 layar). 18. Gunawijaya E, IM Widia. Clinical predictors of hypoxemia in pneumonia. Paediatr Indones (serial online) Sep-Okt 2003 (diakses 7 Juni 2012); 43(9-10):(7 layar).

You might also like