You are on page 1of 30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA UMUM PERCOBAAN III KARAKTERISASI LIPID KOMPLEKS

OLEH :

NAMA NIM

: MUH. YAMIN A : F1C1 08 049

KELOMPOK : III (TIGA) ASISTEN : GAYUH AGASTIA

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2010

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Bahan bakar atau energi yang disimpan dalam jaringan tanaman adalah pati, sedangkan dalam jaringan hewan adalah glikogen. Baik pada tanaman maupun hewan, cadangan energi dapat pula disimpan dalam bentuk lemak atau minyak. Dalam tanaman, lemak dan minyak dibuat dari karbohidrat (misalnya buah-buahan yang masak patinya akan menurun dan lemaknya meningkat). Pada tubuh hewan pun, lemak dibuat dari karbohidrat (contoh : seekor babi yang kegemukan karena makan makanan yang sebagian besar tersusun dari karbohidrat). Namun, berbeda dengan tanaman, hewan juga bisa menyimpan lemak dalam tubuhnya dalam bentuk lemak ingested. Kolesterol adalah jenis lemak yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol merupakan komponen utama pada struktur selaput sel dan merupakan komponen utama sel otak dan saraf. Kolesterol merupakan bahan perantara untuk pembentukan sejumlah komponen penting seperti vitamin D (untuk membentuk &

mempertahankan tulang yang sehat), hormon seks (contohnya Estrogen & Testosteron) dan asam empedu (untuk fungsi pencernaan ). Apabila didalam tubuh mengalami kelebihan kolesterol, akan dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah yang berakibat stroke dan bahkan serangan jantung. Oleh sebab itu pada percobaan ini dilakukan penentuan kandungan

kolesterol pada otak sapi berdasarkan fraksi-fraksinya dengan cara ekstraksi. Agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengkonsumsi makanan dalam rangka menjaga kesehatan. B. Permasalahan Permasalahan pada percobaan ini yaitu bagaimana cara mengkarakterisasi fraksi I, II dan III melalui uji Salkowski, uji Lieberman-Buchard, uji kromatografi kertas, uji bilangan iod dan uji bilangan penyabunan? C. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk mengkarakterisasi fraksi I, II dan III melalui uji Salkowski, uji Lieberman-Buchard, uji kromatografi kertas, uji bilangan iod dan uji bilangan penyabunan. D. Manfaat dapat mengkarakterisasi fraksi I, II dan III melalui uji Salkowski, uji Lieberman-Buchard, uji kromatografi kertas, penyabunan. uji bilangan iod dan uji bilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lemak terdiri dari unsur C, H dan 0 yang mempunyai sifat tidak larut dalam air, tetapi larut dalam bahan organik misalnya Ether, Petroleum Spirit, Heksan, Kloroform. Lemak juga mempunyai fungsi sebagai pelarut vitamin-vitamin A dan D, E dan K. Lemak dan minyak secara kimiawi merupakan bagian terbesar dari kelompok Lipida, yang umumnya berupa Trigliserida. Trigliserida ini merupakan hasil dari reaksi satu molekul Gliserol dengan tiga molekul Asam Lemak (ketiganya dapat berbeda) yang membentuk reaksi satu molekul Trigliserida dan tiga molekul air. Reaksi pembentukan lemak :

(Darmasih, 1997). Lipid adalah zat yang termasuk senyawa heterogen yang terdapat dalam jaringan tanaman dan hewan, mempunyai sifat tidak larut dalam air dan larut dalam pelarut organik seperti ether, kloroform dan benzena. Salah satu kelompok yang berperan penting dalam nutrisi adalah lemak dan minyak. Lemak tersimpan dalam

tubuh hewan, sedangkan minyak tersimpan dalam jaringan tanaman sebagai cadangan energi (Abun, 2009). Semua asam lemak bersifat hidrofobik (takut air), sedangkan gliserol dengan atom oksigennya lebih bersifat hidrofilik (suka air), karena oksigen dapat membentuk ikatan hidrogen dalam molekul air. Pada atom karbon gliserol yang tidak mengikat asam lemak akan berasosiasi dengan molekul lain yang bersifat hidrofilik karena molekul tersebut bermuatan listrik atau mengandung banyak atom oksigen. Molekul yang mengandung bagian hidrofilik dan hidrofobik yang jelas ini disebut molekulmolekul amfipatik (Haryati, 2003). Lemak jenuh dikaitkan dengan kadar kolesterol darah yang tinggi. Kolesterol biasanya dijumpai pada membran sel penyusun tubuh. Jika kadar kolesterol darah terlalu tinggi, maka kelebihannya akan ditimbun di lapisan dalam pembuluh darah. Timbunan kolesterol dalam dinding pembuluh darah akan menghambat pasokan darah ke organ-organ tubuh dan juga meningkatkan tekanan darah (nutrien dan pencernaan). Kolesterol darah yang berlebihan dapat mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah yang kemudian dapat menyebabkan penyakit jantung (Irawan et al, 2008). Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar,misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas

yang sama dengan pelaut tersebut. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol (Herlina dan Ginting, 2002). Selain fosfolipid, kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran plasma. Kolesterol juga menjadi bagian dari beberapa hormon. Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul plaque pada dinding arteri, yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah karena arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke.

Struktur dasar darikolesterol

(Nugroho, 2000) Lemak pada biji kedelai berupa lemak kasar yang terdiri dari trigliserida sebesar 90-95%, sedangkan sisanya ialah fosfatida, asam lemak bebas dan sterol. Analisis lemak metode Folch et al., 1957 dalam Sudarmadji dkk., 1984 menggunakan kloroform-metanol sebagai pelarut, sehingga lemak yang terlarut dari kedelai adalah

trigliserida dan asam lemak. Ikatan ester trigliserida pada kedelai oleh enzim lipase Rhizopus dihidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak bebas (Septiani et al, 2004).

BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat Waktu dilaksanakannya percobaan ini pada hari Jumat tanggal 26 November 2010 bertempat di Laboratorium Kimia Fakultas MIPA Universitas Haluoleo. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes, rak tabung, erlenmeyer 125 mL, Gelas ukur, buret 50 mL, timbangan analitik, hot plate, pipet kapiler, statif dan klem, pipet ukur 10 mL, gelas kimia 500 mL, filler dan Oven. 2. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2SO4 2 N, KOH 0,1 M, kloroform, lemak 0,27 g, fraksi I, etanol 96% (25 mL), tiosulfat 0,1 N, CH3OH, aquades, NH4OH pekat, larutan iod 0,1 N, etanol 96%, H2SO4 pekat, asam asetat anhidrat dan indikator PP.

C. Rancangan Percobaan 1. Uji salkowski 1 mL CHCL3 + 1 mL H2SO4 dalam tabung I 0,01 g Fraksi I 1 mL CHCL3 + 1 mL H2SO4 dalam tabung II

- Di amati yang terbentuk - Tabung I : terbentuk 2 lapisan, atas bawah bening. - Tabung II Fraksi I : larut. Berwarna kecoklatan. Tidak terbentuk lapisan Fraksi II : Larut. Berwarna merah bata. Tidak terbentuk laipsan Fraksi III : tidak larut, terbentuk 2 lapisan. 2. Uji Liberman Buchard

2 mL kloroform pada tabung I

0,01 gr fraksi I + 2 mL kloroform pada tabung II - Ditambahkan 1 mL asam asetat anhidrida - Diaduk - Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat - Didiamkan 30 menit - Diamati

- Tabung I : larutan bening. Terbentuk 3 lapisan. Atas (keruh), tengah (bening), bawah (bening) - Tabung II Fraksi I : lar.berwarna. Terbentuk 3 lapisan. Atas (merah muda), tengah (coklat tua), bawah (coklat muda) Fraksi II : Lar.keruh. Terbentuk 3 lapisan. Atas (keruh), tengah (bening), bawah (kuning) Fraksi III : lar.tidak larut. Terbentuk 2 lapisan. Atas (bening), bawah (keruh)

3. Kromatografi Kertas

0,01 gr fraksi I

0,01 gr fraksi II

0,01 gr fraksi III - Dilarutkan dalam kloroform : metanol (3:1)

- Dilarutkan dalam kloroform : etanol (3:2)

- Dilarutkan dalam kloroform : metanol (3:1)

- Ditotolkan pada kertas kromatogram - Dielusi dengan eluen (CHCl3 : CH3OH : NH4OH) (75 : 25 : 1) - Dikeringkan diudara - Dikeringkan H2SO4 50 % - Dikeringkan dalam oven - Dihitung Rf nya Semua uji yang dilakukan hasilnya negatif 4. Penentuan Bil. Iod 0,01 gram fraksi I - Dimasukkan dalam erlenmeyer - Ditambahkan 20 mL akuades - Ditambahkan 1 mL H2SO4 2 N dan 10 mL larutan iod 0,1 N - Dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0,1 N sampai warna iod menghilang - Diulangi untuk bilangan blanko - Dihitung jumlah Na-tiosulfat yang diperlukan - Dihitung bil. Iod Bilangan iod = 4314,94 mg iod /gr lemak

5. Bilangan Penyabunan 0,1 gram lemak Dimasukkan dalam erlenmeyer Ditambahkan 25 mL etanol 90 % Ditambahkan 5 10 tetes indikator pp Dititrasi dengan KOH 0,1 M hingga timbul warna merah muda dalam larutan - Dihitung jumlah KOH yang diguanakan - Ditentukan bilangan penyabunan lemak Bilangan penyabunan = 1400 mg KOH / gram lemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan pelarut nonpolar, seperti CHCl3 atau eter. Secara garis besar, lipid terbagi ke dalam 3 kelompok, yaitu lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol), lipid gabungan (lipid asam lemak dengan gugus tambahan), dan derivat lipid (senyawa dari hasil hidrolisis lipid). Berdasarkan kemiripan struktur kimianya lipid terdiri atas asam lemak, lemak, lilin, fosfolipid, sfingolipid, terpen, steroid, dan lipid kompleks. Lipid memiliki sifat tidak dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut organik. Steroid merupakan jenis lipid yang banyak terdapat di alam. Steroid termasuk salah satu lipid yang tidak tersabunkan, artinya jika dihidrolisis dengan basa tidak menghasilakan sabun. Steroid terbagi atas beberapa kelompok, yaitu kolesterol, lanosterol, fitosterol, dan mikosterol. Pada percobaan ini akan diindetifikasi kolesterol pada otak sapi yang telah dibagi ke dalam 3 fraksi. Adanya kolesterol dalam suatu sampel dapat ditentukan melalui beberapa reaksi warna. Reaksi warna yang digunakan untuk menguji adanya kolesterol dalam otak sapi adalah uji Salkowski dan uji Liebermann-Buchard. Pada uji Salkowski digunakan dua tabung reaksi, di tabung I berisi CHCl3 + H2SO4 pekat dan tabung reaksi II berisi CHCl3 + H2SO4 pekat + fraksi I yang diduga

mengandung kolesterol. Larutan pada tabung I digunakan sebagai larutan

pembanding terhadap larutan di tabung II. Dari hasil pengamatan diperoleh warna yang dihasilkan pada tabung satu terdiri atas dua lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan bawah bening, sedangkan pada tabung II lapisan atasnya keruh dan lapisan bawahnya berwarna kecoklatan. Jika kolesterol dilarutkan dalam kloroform yang ditambah asam sulfat pekat, maka bagian asamnya akan berwarna kecoklatan. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan pada tabung disebabkan oleh adanya kolesterol. Sedangkan II, adanya warna kecoklatan pada tabung I warna bening

menunjukkan asam sulfat murni yang terpisahkan dari kloroform akibat perbedaan tingkat kepolaran. Uji warna lain yang dilakukan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol adalah uji Liebremann-Buchard. Pada uji ini juga digunakan dua tabung reaksi, di tabung I berisi CHCl3 + H2SO4 pekat + asam asetat dan tabung reaksi II berisi CHCl3 + H2SO4 pekat + fraksi I + asam asetat yang diduga mengandung kolesterol. Larutan pada tabung I merupakan larutan pembanding bagi tabung II. Dari hasil pengamatan diperoleh warna yang dihasilkan pada tabung satu terdiri atas tiga lapisan, lapisan atas keruh dan lapisan tengan dan bawah bening, sedangkan pada tabung II yaitu pada fraksi I terdiri atas 3 lapisan yaitu atas (merah muda), tengah (coklat tua), bawah (coklat muda). Pada fraksi II juga terdiri dari 3 lapisan yaitu atas (keruh), tengah (bening), bawah (kuning) dan fraksi III terdiri 2 lapisan atas (bening), bawah (keruh). Warna merah yang dihasilkan merupakan larutan kolesterol. Jika larutan ini dipendar pada cahaya warna merah yang tampak akan menunjukkan warna biru atau hijau. Selain untuk uji secara kualitatif, uji Liebermann-Buchard juga dapat

digunakan untuk menentukan jumlah kolesterol secara kuantitatif. Semakin pekat warna yang ditunjukan, maka semakin banyak kolesterol yang terdapat pada sampel. Ada beberapa cara untuk dapat menentukan jumlah lemak yang terdapat dalam sampel secara kuantitatif. Diantaranya adalah penentuan bilangan iod dan penentuan bilangan penyabunan. Lemak mengandung bermacam-macam asam lemak tidak jenuh yang dapat bereaksi dengan iod. Bilangan iod adalah banyaknya iod yang diabsoprsi oleh 100 g lemak/minyak. Iod akan memutuskan ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak tak jenuh. Jumlah iod yang diabsorpsi menunjukkan ketidakjenuhan lipid. . Untuk mengetahui seberapa besar iod yang terikat maka dapat ditentukan dengan titrasi sampel dengan menggunkan Na-tiosulfat (Na2S2O3). Dalam titrasi ini Na-tiosulfat akan mereduksi iod yang terikat menjadi I- yang ditandai dengan hilangnya warna iod (menjadi bening). Dari perhitungan diperoleh bilangan iod sebesar 4314,94 mg Iod/gram lemak. Dalam proses hidrolisis, lemak akan terurai menjadi asam lemak dan

gliserol. Proses ini dapat berjalan menggunakan suasana asam, basa, atau bantuan enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menghasilkan gliseroldan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu, proses hidrolisis ini disebut juga dengan proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan dalam proses penyabunan tergantung pada jumlah mol asam lemak. Untuk lemak dengan berat tertentu, jumlah mol asam lemak tergantung dari panjang rantai karbon pada asam lemak tersebut. Untuk menghitung bayaknya lemak pada sampel dapat ditentukan melalui bilangan penyabunannya. Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang

diperlukan untuk menyabunkan 1 g lemak. Dari data yang ada maka diperoleh bilangan penyabunan pada perlakuan ini sebesar 1400 mg KOH/g lemak. Selain dengan penentuan reaksi warna, penentuan bilangan iod dan penentuan bilangan penyabunan karakterisasi kolesteol juga dilaklukan dengan kromatografi kertas. Dalam kromatografi kertas ini dilakukan dengan tiga perbandingan pada masing-masing fraksi kolesterol (fraksi I, II, III). Oleh karena kolesterol relatif non polar, maka pada percobaan ini menggunakan pelarut lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Pelarut yang digunakan merupakan

campuran antara metanol, CHCl3, dan NH4OH dalam perbandingan 75 : 25 : 1. Dalam kromatografi pelarut ini dinamakan dengan eluen. Ketiga pelarut tersebut memiliki sifat kepolaran yang berbeda, hal ini dimaksudkan agar semua senyawasenyawa yang terdapat dalam sampel dapat teradsorpsi dengan eluen tersebut. Namun pada percobaan ini tidak diperoleh nilai Rf dari satu pun fraksi yang digunakan. Tetapi secara teori, ketika suatu sample memiliki nilai Rf yang sama, maka pada sample tersebut sesungguhnya memiliki sifat atau karakteristik yang sama.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa dalam karakterisasi Fraksi (kolesterol) dilakukan dengan uji warna pada uji Salkowski dan uji Libermann-Buchard. Pada kromatografi kertas harga Rf dari tiap fraksi menunjukkan sifat dan karakteristik tiap fraksi. Bilangan iod diperoleh sebesar 4314,94 mg Iod/g lemak, dan bilangan penyabunan siperoleh sebesar 1400 mg KOH/g lemak.

DAFTAR PUSTAKA Abun. 2009. Lipid dan Asam Lemak pada Unggas dan Monogastrik. Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi Ternak Unggas Dan Monogastrik. Darmasih. 1997. Penetapan Kadar Lemak Kasar dalam Makanan Ternak Non Ruminansia dengan Metode Kering. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Haryati. 2003. Biomembran. Program Study Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. Herlina, N., dan Ginting, H.M.S. 2002. Lemak dan Minyak. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Irawan, A.W., Rismawan, T., dan Kusumadewi, S. 2008. Sistem Pendukung Keputusan Penentu Kadar Prosentase Lemak Tubuh Menggunakan Regresi Linier. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Nugroho, 2000, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX, Penerjemah: Setiawan I, Tengadi LMAKA, Santoso A, Jakarta: EGC. Septiani, Y., Purwoko, T., dan Pangastuti, A. 2004. Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe. Bioteknologi, 1(2) : 48-53.

Lampiran 1. Uji Salkowski No 1. Perlakuan Hasil Pengamatan Tabung I : 1 mL CHCl3 + 1 mL Terbentuk 2 lapisan berwarna H2SO4 putih dan bening Sebagai pembanding Tabung II 0,01 gram fraksi I + 1 mL CHCl3 + 1 Tidak terbentuk lapiasan. Larutan ml H2SO4 berwarna coklat 0,01 gram fraksi II + 1 mL CHCl3 + 1 Tidak terbentuk lapisan. Larutan ml H2SO4 berwarna merah bata 0,01 gram fraksi III + 1 mL CHCl3 + Tidak larut, terbentuk lapisan 1 ml H2SO4

2.

2. Uji Liberman Buchard No 1. Perlakuan Hasil Pengamatan Tabung I : 2 mL CHCl3 + 1 mL Larutannya bening. Terbentuk 3 CH3COOH + 2 mL H2SO4 lapisan. Atas (keruh), tengah (bening), dan bawah (bening) Sebagai pembanding Tabung II : 0,01 gram fraksi I + 2 mL CHCl3 + 1 Larutannya berwarna. Terbentuk mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 3 lapisan. Atas (merah muda), tengah (coklat tua), dan bawah 0,01 gram fraksi II + 2 mL CHCl3 + 1 (coklat muda) mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 Larutan keruh. Terbentuk 3 lapisan. Atas (keruh), tengah 0,01 gram fraksi III + 2 mL CHCl3 + (bening), dan Bawah (kuning). 1 mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 Larutan tidak larut. Terbentuk 2 lapisan. Atas (bening), dan bawah (keruh).

2.

3. Kromatografi Kertas Cat : Semua perlakuan yang dilakukan hasilnya negatif. Tidak terbentuk bercak dari tiap fraksi yang digunakan. 4. Penentuan Bilangan Iod Dik: Vol. Na2S2O3 pada titrasi sampel Vol. Na2S2O3 pada titrasi blanko Massa lemak [Na2S2O3] Mr Iod Dit: Bilangan Iod ? Peny: Angka iod = = ( x N Na2S2O3 x Ar Iod ) = 19,8 mL = 23,2 mL = 0,01 gram = 0,1 mg.ek/mL = 126,91 mg/mmol

= 4314,94 mg iod / gr lemak 5. Penentuan Bilangan Penyabunan Dik: Vol. KOH BM KOH Massa lemak [KOH] Dit: Bilangan Penyabunan ? Peny: = 25 mL =56 mg/mmol = 0,1 gram = 0,1 mmol/mL

Bol. Penyabunan =

= = 1400 mg KOH / gram lemak

LAPORAN SEMENTARA PERCOBAAN IV

Hari, tanggal : Jumat, 19 November 2010 Judul : Ekstraksi dan pemisahan lipid kompleks

Data Pengamatan No Perlakuan Uji Salkowsi Tabung I : 1 mL CHCl3 + 1 mL H2SO4 Hasil Pengamatan Terbentuk 2 lapisan berwarna putih dan bening Sebagai pembanding Tidak terbentuk lapiasan. Larutan berwarna coklat Tidak terbentuk lapisan. Larutan berwarna merah bata Tidak larut, terbentuk lapisan

1.

Tabung II 0,01 gram fraksi I + 1 mL CHCl3 + 1 ml H2SO4 0,01 gram fraksi II + 1 mL CHCl3 + 1 ml H2SO4 0,01 gram fraksi III + 1 mL CHCl3 + 1 ml H2SO4

Uji Liberman Buchard Tabung I : 2 mL CHCl3 + 1 mL Larutannya bening. Terbentuk 3 CH3COOH + 2 mL H2SO4 lapisan. Atas (keruh), tengah (bening), dan bawah (bening) Sebagai pembanding Larutannya berwarna. Terbentuk 3 Tabung II : 0,01 gram fraksi I + 2 mL CHCl3 + 1 lapisan. Atas (merah muda), tengah (coklat tua), dan bawah (coklat mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 muda) 0,01 gram fraksi II + 2 mL CHCl3 + 1 Larutan keruh. Terbentuk 3 lapisan. Atas (keruh), tengah (bening), dan mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 Bawah (kuning). 0,01 gram fraksi III + 2 mL CHCl3 + 1 Larutan tidak larut. Terbentuk 2 lapisan. Atas (bening), dan bawah mL CH3COOH + 2 mL H2SO4 (keruh).

2.

3.

4.

Kromatografi kertas 0,01 g Farksi I dalam kloroform : etanol (3:2) 0,01 g Farksi II dalam kloroform : metanol (3:1) 0,01 g Farksi III dalam kloroform : metanol (3:1) Semua perlakuak dielusi dengan CHCl3 : CH3OH : NH4OH pekat + dikeringkan diudara + dikeringankan dengan H2SO4 50 % Dikeringkan dioven + dihitung Rf-nya Penentuan bialangan Iod 0,01 gr Fraksi I dalam erlenmeyer + 20 mL akuades + 1 mL H2SO4 2 N dan 10 mL larutan iod 0,1 N + dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,1 N Dihitung bilangan iod

Tidak terbentuk bercak dari setiap fraksi yang digunakan. Hasil uji yang dilakukan negatif

Larutan warna iod menghilang

Bilangan iod = 4314,94 mg iod / gr lemak

5.

Bilangan Penyabunan 0,3 gr lemak dalam erlenmeyer + 25 mL Larutan berwarna merah muda etanol 90 % + 5 10 tetes indikator pp + ditirasi dengan KOH Dihitung bilangan penyabunannya Bilangan penyabunan = 1400 mg KOH / gram lemak

Kendari, 26 November 2010 Asisten Pembimbing

GAYUH AGASTIA

You might also like