You are on page 1of 38

SISTEM PERSEPSI SENSORI

LAPORAN ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILIS

Makalah ini dibuat untuk melengkapi Tugas Sistem Persepsi Sensori Dosen: Elisabet

Disusun Oleh: Kelompok 1 1. . ". $. '. +. .. 0. 2. Apriyanto Ayu !ulansari #erty Annely %eni &ias Sinta Mu(ti Maulid)ar Mu*hlis ,o-i Kristina &inda /anie !idya 1aesaria 3e)en Ade Saputra

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA TAHUN AJARAN 2013/2014

KATA PENGANTAR
Pu4i syukur penulis u*apkan kepada Tuhan /ang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia5,ya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang ber4udul 6Angiofibroma Nasofaring Juvenilis7 ini tepat pada 8aktunya. Makalah ini penulis sa4ikan se*ara sistematis serta dengan bahasa yang sederhana sehingga lebih mudah dipahami. Adapun makalah ini bersumber dari berbagai ma*am in(ormasi9 4uga dari dunia maya. Dari sumber tersebut penulis dapat mengembangkannya sehingga men4adi kumpulan in(ormasi yang berguna. Dalam menulis makalah ini9 penulis banyak mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. ,amun9 berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diker4akan dengan baik. Oleh karena itu9 4ika seandainya dalam makalah ini terdapat hal5hal yang tidak sesuai dengan harapan9 penulis dengan senang hati menerima masukan9 kritikan dan saran dari pemba*a yang si(atnya membangun demi kesempurnaan makalah ini dilain kesempatan. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan serta 8a8asan kita semua dan berguna bagi siapapun yang memba*anya9 amin.

Palangkaraya9 Maret :1"

Penulis9 Kelompok '

DAFTAR ISI Kata Pengantar Da(tar <si Kata Pengantar Da(tar <si #ab 1 Pendahuluan 1.1 =atar #elakang ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;.. ;;;;;;;;;;;;;;;; 1 1. &umusan Masalah ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;. ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;. ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;. ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;. i ii i ii

1." Tu4uan Penulisan ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;.. 1.$ Metode Penulisan;;;;;;;;;;;;;;;;;;;.. #ab Tin4auan Pustaka

.1 Pengertian Angio(roma ,aso(aring >u-enilis . Anatomi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis;;;;;...;; ." Epidemiologi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .$ Etiologi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis ;;;;; .' Pato(isiologi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .+ Mani(estasi Klinis Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .. Komplikasi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .0 Penegakan Diagnosis Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .2 Stadium Angio(roma ,aso(aring >u-enilis .1: .11 .1 Penyebaran Angio(roma ,aso(aring >u-enilis Pemeriksaan Diagnosis Angio(roma ,aso(aring >u-enilis Penatalaksanaa Angio(roma ,aso(aring >u-enilis

#ab " Pembahasan ".1 ". "." ".$ Pengka4ian Angio(roma ,aso(aring >u-enilis;;;;;;;;;;; Diagnosa Kepera8atan Angio(roma ,aso(aring >u-enilis <nter-ensi Kepera8atan Angio(roma ,aso(aring >u-enilis <mplementasi Angio(roma ,aso(aring >u-enilis ;;.. ;;

".'

E-aluasi

#ab $ Penutup $.1 $. Kesimpulan Saran .......................................................................................$0 .......................................................................................$0

Da(tar Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Lata B!"a#a$% Angio(ibroma naso(aring belia adalah sebuah tumor 4inak naso(aring yang *enderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan ter4adi pada laki5 laki prepubertas dan rema4a. ?mumnya terdapat pada rentang usia . s@d 1 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 1$ 5 10 tahun dan 4arang pada usia diatas ' tahun. Tumor ini merupakan tumor 4inak naso(aring terbanyak dan :9:'A dari seluruh tumor kepala dan leher. Dilaporkan insidennya antara 1 : '.::: 5 1 : +:.::: pada pasien T%T. BAngio(ibroma ,asopharynC@ ,asopharyngeal Angio(ibromaD adalah suatu tumor 4inak naso(aring yang se*ara histologik 4inak namun se*ara klinis bersi(at ganaskarena mendestruksi tulang dan meluas ke 4aringan sekitarnya9 seperti ke sinus paranasalis9 pipi9mata dan tengkorak9 serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan. >inak tetapi merupakantumor pembuluh darah lokal yang agresi( dari anak atau rema4a laki5laki9 pernah 4uga dilaporkan pada perempuan tetapi sangat 4arang.<tulah sebabnya tumor ini disebut 4uga angio(ibroma naso(aring belia B>u-enile nasopharyng ealangio(ibromaD. Tetapi istilah 4u-enile ini kurang tepat karena neoplasma initerdapat 4uga pada pasien yang lebih tua. 1.2 R&'&(a$ Ma(a"a) #erdasarkan latar belakang di atas ada berbagai hal yang akan penulis bahas tentang Angio(ibroma naso(aring belia9 diantaranya: 1. .1 #agaimana Asuhan Kepera8atan =aporan Angio(ibroma ,aso(aring >u-enilisE 1.3 1.".1 T&*&a$ P!$&"+(a$ Tu4uan ?mum Mengetahui tentang Asuhan Kepera8atan =aporan Angio(ibroma

,aso(aring >u-enilis dengan berbagai aspek atau bagiannya.

1.".

Tu4uan Khusus Adapun tu4uan khusus penulisan makalah ini sebagai berikut: 1. Mengetahui tentang bagaimana Asuhan Kepera8atan Angio(roma ,aso(aring >u-enilis.

1.4

M!t,-! P!$&"+(a$ ?ntuk mendapatkan data dan in(ormasi yang diperlukan9 penulis

menggunakan metode obser-asi dan kepustakaan. Adapun teknik5teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.$.1 Studi Pustaka Pada metode ini9 penulis memba*a buku re(erensi yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. 1.$. <nternet Dalam metode ini penulis men*ari in(ormasi dari internet dan situs5situs yang rele-an dan realistis.

BAB 2 PEMBAHASAN
LAPORAN ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILIS 2.1 P!$%! t+a$ BFakultas Kedokteran ?ni-ersitas <ndonesia9 ::.9 hal 100D Angio(ibroma naso(aring adalah tumor 4inak pembuluh darah di naso(aring yang se*ara histologik 4inak9 se*ara klinis bersi(at ganas9 Karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke 4aringan sekitarnya9 seperti ke sinus paranasal9 pipi9 mata dan tengkorak9 serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan. #erbagai 4enis tumor 4inak lain dapat 4uga ditemukan di daerah naso(aring seperti papiloma9 neuro(ibroma. Polip di naso(aring bukanlah neoplasma9 berasal dari rongga hidung atau sinus maksila yang keluar melalui ostium sinus maksila dan menggantung di naso(aring9 yaitu di koana9 sehingga disebut 4uga polip koana. Angio(ibroma naso(aring belia adalah sebuah tumor 4inak naso(aring yang *enderung menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan ter4adi pada laki5 laki prepubertas dan rema4a. Angio(ibroma naso(aring belia merupakan neoplasma -askuler yang ter4adi hanya ada laki5laki9 biasanya selama masa prepubertas dan rema4a. ?mumnya terdapat pada rentang usia . s@d 1 tahun dengan insidens terbanyak antara usia 1$510 tahun dan 4arang pada usia diatas dan leher Angio(ibroma naso(aring adalah tumor 4inak pembuluh darah di naso(aring yang se*ara histolagik 4inak9 se*ara klinis bersi(at ganas9 karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke 4aringan sekitarnya9 seperti kesinus paranasal9 pipi9 mata dan tengkorak9 serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan. 2.2 A$at,'+ &uang naso(aring yang relati( ke*il terdiri dari atau mempunyai hubungan yang erat dengan beberapa struktur yang se*ara klinis mempunyai arti penting. ' tahun. Tumor ini merupakan tumor 4inak naso(aring terbanyak dan :9:'A dari seluruh tumor kepala

1. Pada dinding posterior meluas ke arah kubah adalah 4aringan adenoid. . ". Terdapat 4aringan lim(oid pada dinding (aring lateral dan pada resessus (aringeus9 yang dikenal sebagai (ossa &osenmuller. Torus tubarius9 re(leksi mukosa (aring di atas bagian kartilago saluran tuba eusta*hii yang berbentuk bulat dan men4ulang tampak sebagai ton4olan seperti ibu 4ari ke dinding lateral naso(aring tepat diatas perlekatan palatum mole. $. Koana pada posterior rongga hidung. dari penyakit naso(aring9 termasuk (oramen 4ugularis yang dilalui oleh sara( kranial glosso(aringeus9 -agus9 dan spinal assesori. +. Struktur pembuluh darah yang penting yang letaknya berdekatan termasuk sinus petrosus in(erior9 -ena 4ugularis interna9 *abang5*abang meningeal dari oksiput dan arteri (aringea asendens9 dan (oramen hipoglossus yang dilalui sara( hipoglossus. .. Tulang temporalis bagian petrosa dan (oramen laserum yang terletak dekat bagian lateral atap naso(aring. 0. Ostium dari sinus5sinus s(enoid. 2. =okasi dari tumor masih men4adi perdebatan. A8alnya dikira mun*ul dari akar naso(aring atau dinding anterior dari tulang s(enoid tetapi sekarang diper*aya mun*ul dari bagian posterior dari ka-um nasi dekat dengan tepi dari (oramen sphenopalatina. Dari sini tumor bertumbuh masuk kedalam ka-um nasi9 naso(aring dan kedalam (ossa pterygopalatina9 ber4alan dibelakang dinding posterior dari sinus maksillaris dimana menekan kedepan dari pertumbuhan tumor. 2.3 E.+-!'+,",%+ >u-enile nasopharyngeal angio(ibroma B>,AD banyak dialami terutama rema4a putra berusia 1$510 tahun. >ika rema4a putri didiagnosis >,A9 maka sebaiknya men4alani pemeriksaan kromosom atau diagnosis >,A akan terus dipertanyakan. ?mumnya >,A ter4adi pada dekade kedua kehidupan9 tepatnya pada rentang usia .512 tahun. >,A 4arang ter4adi setelah usia ' tahun. '. Foramina kranial9 yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan

<nsiden >,A adalah 1 dari ':::5+:.::: kasus T%T dan dilaporkan :9'A dari semua tumor kepala dan leher. Dilaporkan insiden >,A banyak ter4adi di Mesir dan <ndia. <nsiden dari angio(ibroma tinggi dibeberapa bagian dari belahan dunia9 seperti pada Timur Tengah dan Amerika. Martin9 Ehrli*h dan Abels B12$0D melaporkan rata5rata setiap tahunnya dari satu atau dua pasien untuk ::: pasien yang diobati pada %ead and ,e*k Ser-i*e o( The Memorial %ospital9 ,e8 /ork. Di =ondon9 %arrison B12.+D men*atat status dari satu per 1'::: pasien pada &oyal ,ational Throat9 ,ose and Ear %ospital dimana satu kesimpulan bah8a lebih sedikit angio(ibroma di =ondon dibanding di ,e8 /ork. 2.4 Et+,",%+ Etiologi tumor ini masih belum 4elas9 berbagai 4enis teori banyak dia4ukan. Diantaranya teori 4aringan asal dan (aktor ketidak5seimbangan hormonal. Se*ara histopatologi tumor ini termasuk 4inak tetapi se*ara klinis ganas karena bersi(at ekspansi( dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri (aringealis asenden atau arteri maksilaris interna. Angio(ibroma kaya dengan 4aringan (ibrosa yang timbul dari atap naso(aring atau bagian dalam dari (ossa pterigoid. Setelah mengisi naso(aring9 tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal9 rahang atas9 pipi dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak . Salah satu diantaranya adalah teori 4aringan asal9 yaitu pendapat bah8a tempat pelekatan s(esi(ik angi(ibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung. Faktor ketidakseimbangan hormonal 4uga banyak dikemukakan sebagai penyebab adanya kekurangan androgen atau kelebihan eksterogen. Anggapan ini didasarkan 4uga adanya hubungan erat antara tumor dengan 4enis kelamin dan umur. #anyak ditemukan pada anak atau rema4a laki5laki. <tulah sebabanya tumior ini disebut 4uga # B>u-enile nasopharyngeal angio(ibromaD. Tumor ini 4arang ditemukan9 (rekuensinya 1@':::51@+:::: dari pasien T%T9 diperkirakan hanya merupakan :9:' persen dari tumor leher dan kapala. Tumor ini umunya ter4adi pada laki5laki de*ade ke5 antara .512 tahun. >arang ter4adi pada usia lebih dari ' tahun.

Penyebab pastinya belum dapat ditentukan. ,amun teori yang paling dapat diterima adalah bah8a >,A berasal dari seC steroid5stimulated hamartomatous tissue yang terletak di turbinate *artilage. Pengaruh hormonal yang dikemukakan ini dapat men4elaskan mengapa beberapa >,A 4arang ter4adi Bber5in-oluteD setelah masa rema4a BpubertyD. Teori lainnya yang dia4ukan adalah tumor berasal dari embryonal *hondro*artilage yang berada di o**ipital plate. Selain itu9 ada 4uga teori tentang respon desmoplasti* dari nasopharyngeal periosteum atau embryoni* (ibro*artilage antara basio**iput dan basisphenoid. Teori tentang penyebab dari sel5sel paraganglionik nonkroma(in dari *abang terminal arteri maksilaris 4uga dipostulasikan. %asil analisis hibridisasi genomik komparati( dari tumor ini 4uga berhasil mengungkapkan delesi kromosom 1.9 termasuk daerah untuk tumor suppressor gene p'" sama seperti %er5 @neu on*ogene. #erbagai ma*am teori banyak dikemukakan. Salah satu diantaranya adalah teori 4aringan asal9 yaitu pendapat bah8a tempat perlekatan spesi(ik angio(ibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung. Faktor hormonal dikemukakan sebagai penyebabnya. #anyak bukti memperlihatkan se*ara langsung adanya reseptor seks5hormon9 seperti reseptor androgen B&AD9 reseptor estrogen B&ED9 dan reseptor progesteron B&PD9 pada tumor ini. #ukti ini se*ara langsung memperlihatkan bah8a reseptor seks5hormon mun*ul pada $ angio(ibroma dengan menggunakan teknik sensiti-e immuno*yto*hemi*al dan men*atat populasi sel yang mana memperlihatkan reseptor tersebut. angio(ibroma naso(aring diperoleh dari 4aringan penyimpanan9 dan studi imunositokimia menun4ukkan dengan antibodi pada &A9 &P9 dan &E. Stromal positi( dan nukleus endotelial immunostaining9 menun4ukkan adanya &A pada .'A dari $ kasus9 09"A positi( andibodi &P dan negati( dengan antibodi dengan &E. %asil menetapkan bukti langsung pertama adanya antibodi dari reseptor androgen pada angio(ibroma. Penelitian lain menun4ukkan adanya (aktor pertumbuhan yang memediasi proli(erasi agresi( sel stromal dan angiogenesis. Trans(orming Gro8th Fa*tor51 BTGF51D atau (aktor pertumbuhan pengubah51 adalah polipeptida yang disekresikan dalam bentuk inakti(9 dipe*ah untuk

menghasilkan bentuk akti(9 dan kemudian tidak diakti(kan dalam 4aringan. TGF51 mengakti(kan proli(erasi (ibroblas dan dikenal sebagai induksi angiogenesis. TGF51 akti( diidenti(ikasi pada sel nukleus stromal dan sitoplasma dan pada endotelium kapiler pada semua spesimen angio(ibroma naso(aring 4u-enile. 2./ Pat,0+(+,",%+ Menurut Mans(ield E.9 asal mula >,A terletak di sepan4ang dinding posterior5lateral di atap naso(aring9 biasanya di daerah margin superior (oramen s(enopalatina dan aspek posterior dari middle turbinate. %istologi 4anin mengkon(irmasikan luasnya area 4aringan endotel di daerah ini. #ukannya menyerbu 4aringan disekitarnya9 namun tumor ini berpindah dan berubah menyandarkan diri pada tekanan sel5sel yang telah mati Bne*rosisD untuk merusak dan menekan melalui perbatasan yang banyak tulangnya. Pada 1:5 :A kasus9 ter4adi perluasan intrakranial. Menurut Te8(ik T=.9 tumor mulai tumbuh di dekat (oramen s(enopalatina. Tumor5tumor yang besar seringkali memiliki dua lobus BbilobedD atau dumbbell5shaped9 dengan satu bagian tumor mengisi naso(aring dan bagian yang lainnya meluas ke (ossa pterigopalatina. Pertumbuhan anterior ter4adi pada membran mukosa naso(aring9 memindahkannya ke anterior dan in(erior menu4u ke ruang postnasal. Pada akhirnya9 rongga hidung terisi pada satu sisinya9 dan septumnya berde-iasi B7bengkok7D ke sisi lainnya. Pertumbuhan superior langsung menu4u sinus s(enoid9 yang dapat 4uga ter4adi erosi BerodedD. 1ekungan sinus B*a-ernous sinusD dapat 6diserbu7 atau diin-asi 4uga 4ika tumor berkembang lebih lan4ut. Penyebaran lateral langsung menu4u (ossa pterigopalatina9 mendesak dinding posterior sinus maksila. =alu9 (ossa in(ratemporal dimasuki atau diin-asi. Adakalanya9 bagian s(enoid yang lebih besar Bthe greater 8ing o( the sphenoidD dapat ter5erosi9 membuka middle (ossa dura. Ter4adi proptosis dan atro(i ner-us optikus 4ika (issura orbita didesak oleh tumor. Ke4adian angio(ibroma ekstranaso(aring sangatlah 4arang dan *enderung ter4adi pada pasien yang lebih tua9 terutama pada 8anita9 namun tumor 4enis ini lebih sedikit melibatkan pembuluh darah Bless -as*ularD dan kurang agresi( Bless aggressi-eD 4ika dibandingkan dengan >,A.

Se*ara makroskopik9 angio(ibroma nampak sebagai keras9 berlobulasi membengkak agak lembut9 menyesuaikan dengan peningkatan umur. !arnanya ber-ariasi dari merah muda sampai putih. #agian yang terlihat di naso(aring dan karena itu dibungkus oleh membran mukous tetap ber8arna merah muda9 sedangkan bagian yang keluar ke daerah yang berdekatan ekstra(aringeal sering ber8arna putih atau abu5abu. Se*ara histologik9 angio(ibroma kebanyakan terdiri dari 4aringan (ibrosa padat menyisipkan dengan pembuluh darah dari ukuran ber-ariasi dan kon(igurasi. Pembuluh darah biasanya mudah pe*ah dan dilapisi oleh lapisan tunggal dari endotelium. Karena dindingnya hanya dari lapisan elastik dan lapisan otot halus9 pembuluh darah ini tidak dapat mengalami -asokonstriksi ketika ter4adi trauma9 menyebabkan perdarahan yang berlimpah. Tumor yang berlangsung lama9 *enderung kearah penekanan perlahan dari sinusoid9 4adi batas endotelial sel terdorong saling berla8anan arah seperti kabel9 sementara lainnya ter4adi trombosis intra-askular. Komponen (ibrosa biasanya padat dan seluler. Sel stromal9 yang melambangkan (ibroblas dan atau mio(ibroblas9 mengelilingi pada nukleus stellata dan kadang5kadang9 nekleolus prominent. Mitosis tidak ada. Mikroskop elektron memperlihatkan karakteristik dari granula kromatin padat terdistribusi dalam nukleus dari (ibroblas. Angio(ibroma naso(aring adalah tumor 4inak tetapi in-asi( lokal dan merusak struktur sekitarnya. Dapat meluas ke dalam: 1. 1a-um nasi menyebabkan obstruksi nasi9 epistaksis dan pengeluaran *airan hidung. . Sinus5sinus paranasalis. Sinus maksillaris9 s(enoidales dan ethmoidales semua dapat diserang. ". Fossa pterygomaksillaris9 (ossa in(ratemporalis dan pipi. $. Orbita memberikan ge4ala prodtosis dan de(ormitas 7(a*e5(rog7. Masuk melalui (issura orbitalis in(erior dan 4uga merusak apeks dari orbita. Dapat 4uga masuk ke orbita melalui (issura orbitalis superior. '. 1a-um kranial. Fossa kranialis media yang paling sering.

Ada 4alan masuknya : 1. Dengan pengrusakan lantai (ossa kranialis media anterior ke (oramen la*erum. Tumor berada dilateral dari arteri karotis dan sinus ka-ernosus. . Melalui sinus s(enoid9 kedalam sella. Tumor berada dimedial dari arteri karotikus. 2.1 Ma$+0!(ta(+ #"+$+( 1. Ta$-a 1D Tampak massa merah keabu5abuan yang terlihat 4elas di (aring nasal posteriorH nonen*apsulated dan seringkali berlobus BlobulatedDH dapat tidak bertangkai BsessileD atau bertangkai Bpedun*ulatedD. Angka ke4adian massa di hidung Bnasal massD ini men*apai 0:A. D Mata menon4ol BproptosisD9 langit5langit mulut yang membengkak Ba bulging palateD9 terdapat massa mukosa pipi intraoral Ban intraoral bu**al mu*osa massD9 massa di pipi B*heek massD9 atau pembengkakan )ygoma Bumumnya disertai dengan perluasan setempatD. Angka ke4adian massa di rongga mata Borbital massD ini sekitar 1'A9 sedangkan angka ke4adian untuk mata menon4ol BproptosisD sekitar 1:51'A. "D Tanda lainnya termasuk: otitis serosa karena terhalangnya tuba eusta*hius9 pembengkakan )ygomati*us9 dan trismus Bke4ang otot rahangD yang merupakan tanda bah8a tumor telah menyebar ke (ossa in(ratemporal. >uga terdapat penurunan penglihatan yang dikarenakan opti* ner-e tenting9 namun hal ini 4arang ter4adi. 2. G!*a"a 1D Obstruksi nasal B0:52:AD dan ingus BrhinorrheaD. <ni merupakan ge4ala yang paling sering9 terutama pada permulaan penyakit. D Sering mimisen BepistaCisD atau keluar *airan dari hidung yang ber8arna darah Bblood5tinged nasal dis*hargeD. Mimisen9 yang berkisar $'5+:A ini9 biasanya satu sisi BunilateralD dan berulang Bre*urrentD. "D Sakit kepala B 'AD9 khususnya 4ika sinus paranasal terhalang. $D Pembengkakan di 8a4ah B(a*ial s8ellingD9 ke4adiannya sekitar 1:510A.

'D Tuli kondukti( B*ondu*ti-e hearing lossD dari obstruksi tuba eusta*hius. +D Melihat dobel BdiplopiaD9 yang ter4adi sekunder terhadap erosi menu4u ke rongga kranial dan tekanan pada kiasma optik. .D Ge4ala lainnya yang bisa 4uga ter4adi misalnya: keluar ingus satu sisi Bunilateral rhinorrheaD9 tidak dapat membau BanosmiaD9 berkurangnya sensiti-itas terhadap bau BhyposmiaD9 re*urrent otitis media9 nyeri mata Beye painD9 tuli Bdea(nessD9 nyeri telinga BotalgiaD9 pembengkakan langit5 langit mulut Bs8elling o( the palateD9 kelainan bentuk pipi Bde(ormity o( the *heekD9 dan rhinolalia. 2.2 K,'."+#a(+ Komplikasi tidak dapat dipisahkan dengan perluasan intrakranial Bpenyakit stadium <ID9 perdarahan yang tak terkontrol dan kematian9 iatrogeni* in4ury terhadap struktur -ital9 dan trans(usi perioperati-e. Komplikasi lainnya meliputi: perdarahan yang banyak BeC*essi-e bleedingD. Trans(ormasi keganasan Bmalignant trans(ormationD. Kebutaan sementara Btransient blindnessD sebagai hasil embolisasi9 namun ini 4arang ter4adi. Osteoradione*rosis dan atau kebutaan karena kerusakan sara( mata dapat ter4adi dengan radioterapi. Mati rasa di pipi Banesthesia o( the *heekD sering ter4adi dengan insisi !eber5Ferguson. 2.3 P!$!%a#a$ D+a%$,(+( Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis9 pemeriksaan (isik dan penun4ang seperti C5(oto polos9 1T s*an9 angiogra(i atau M&<. Di4umpai tanda %olman5 Miller pada pemeriksaan C5(oto polos berupa lengkungan ke depan dari dinding posterior sinus maksila$. #iopsi tidak dian4urkan mengingat resiko perdarahan yang masi( dan karena teknik pemeriksaan radiologi yang modern sekarang ini dapat menegakkan diagnosis dengan tingkat ketepatan yang tinggi. Tumor ini dapat didiagnosis banding dengan polip koana9 adenoid hipertro(i9 dan lain5lain.

2.4 Sta-+&' A$%+,0+5 ,'a ?ntuk menentukan perluasan tumor9 dibuat sistem staging. Ada paling sering digunakan yaitu Sessions dan Fis*h. Klasi(ikasi menurut Sessions sebagai erikut : 1. . ". $. '. +. Stage <A : Tumor terbatas pada nares posterior dan@atau naso(aring Stage <# : Tumor melibatkan nares posterior dan@atau naso(aring dengan perluasan ke satu sinus paranasal. Stage <<A : Perluasan lateral minimal ke dalam (ossa pterygomaksila. Stage <<# : Mengisi seluruh (ossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi ke tulang orbita. Stage <<<A: Mengerosi dasar tengkorakH perluasan intrakranial yang minimal. Stage <<<# : Perluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke dalam sinus ka-ernosus. Klasi(ikasi menurut Fis*h : 1. . ". $. Stage < : Tumor terbatas pada ka-um nasi9 naso(aring tanpa destruksi tulang. Stage << : Tumor mengin-asi (ossa pterygomaksila9 sinus paranasal dengan destruksi tulang. Stage <<< Stage <I : Tumor mengin-asi (ossa in(ra temporal9 orbita dan@atau : Tumor mengin-asi sinus ka-ernosus9 *hiasma optikum daerah parasellar sampai sinus ka-ernosus. dan@atau (ossa pituitary. 2.10 P!'! +#(aa$ D+a%$,(t+# 1. P!$!'&a$ H+(t,",%+( Pada pemeriksaan histologis9 ditemukan 4aringan serabut yang telah de8asa@matang Bmature (ibrous tissueD yang mengandung berma*am5ma*am pembuluh darah yang berdinding tipis. Pembuluh5pembuluh darah ini dilapisi dengan endothelium9 namun mereka kekurangan elemen5elemen otot yang dapat berkontraksi se*ara normal. <nilah yang dapat men4elaskan tentang ke*enderungan ter4adi perdarahan. sistem yang

2. La5, at, +&' Anemia yang kronis merupakan keadaan yang sering ditemukan pada keadaan ini. 3. B+,.(+ Kebanyakan kasus dari angio(ibroma naso(aring 4u-enile tidak dian4urkan untuk biopsi sebelum reseksi de(eniti(. !alaupun didapatkan gambaran radiologis yang klasik9 bagaimanapun9 tidak ada tanda absolut dari angio(ibroma. >ika tumor atipikal atau 4ika gambaran klinik tidak biasa9 seharusnya dipertimbangkan untuk biopsi sebelum tumor direseksi. #ila diperlukan9 biopsi dari kasus yang di*urigai angio(ibroma dapat dilakukan di ruang operasi. 4. P!'! +#(aa$ Ra-+,",%+( a. F,t, S+$a 67 Pada (oto sinar5J tumor nampak sebagai massa 4aringan lunak dalam naso(aring. %olman dan Miller menggambarkan karakteristik dari tumor ini pada (oto lateral9 yang tergantung pada lokasi tipikal dalam alur pterygomaksillaris. <ni dikenal sebagai 6tanda antral7 dan terdiri dari tulang Memperlihatkan perluasan ke sinus s(enoid9 erosi dari sayap s(enoid yang besar9 atau in-asi( dari pterygomaksillaris dan (ossa in(ratemporal biasanya terlihat. 5. M + 8Ma%$!t+9 R!(,$a$9! I'a%+$%: Diindikasikan untuk menggambarkan dan men4elaskan batas dari tumor9 terutama pada kasus5kasus dari keterlibatan intrakranial. 9. A$%+,% a0+ Dengan angiogra(i terlihat gambaran -askuler yang banyak BramaiD. Pada Angiogra(i ini terlihat lesi -askuler yang terutama disuplai oleh *abang dari arteri maCillaris interna. Angiogra(i terutama dilakukan pada kasus

dengan ke*urigaan adanya penyebaran intrakranial atau pada pasien dimana pada penanganan sebelumnya gagal. 2.11 P!$ata"a#(a$aa$ M!-+( Penatalaksanaan tumor ini adalah dengan pembedahanH dimana +5 $A rekuren9 stereota*ti* radioterapiH digunakan 4ika ada perluasan ke intrakranial atau pada kasus5kasus yang rekuren. Penatalaksanaan tumor ini adalah dengan pembedahan yang sering didahului oleh embolisasi intra5arterial $5$0 4am preoperati( yang berguna untuk mengurangi perdarahan selama operasi 9$9'. Material yang digunakan untuk embolisasi ini terdiri dari mikropartikel reabsorpsi seperti Gel(oam9 Poly-inyl al*ohol atau mikropartikel nonabsorpsi seperti <-alon dan Terbal. Penggunaan embolisasi ini tergantung pada ahli bedah masing5masing. 1. T! a.+ M!-+( a. H, ',$a" Penghambat reseptor testosteron (lutamide dilaporkan mengurangi tumor stadium < dan << sampai $$A. !alaupun mereduksi tumor dengan hormon9 4alan ini tidak digunakan se*ara rutin. 1D Flutamide hormonal9 suatu nonsteroidal androgen blo*ker atau testosterone re*eptor blo*ker9 e(ekti( untuk mengurangi ukuran tumor pada stadium < dan << hingga $$A. D Terapi hormonal dengan diethylstilbestrol B' mg PO tid untuk + mingguD sebelum eksisi dapat mengurangi -as*ularity >,A namun terkait dengan e(ek samping memiliki si(at ke8anitaan B(emini)ing side e((e*tsD. "D DoCorubi*in dan da*arba)ine disiapkan 4ika >,A berulang atau kambuh. $D S*huon9 et.al. melaporkan analisis immunohisto*hemi*al dari mekanisme pertumbuhan >,A. Mereka berkesimpulan bah8a pertumbuhan dan -askularisasi >,A dikendalikan oleh (aktor5(aktor yang dibebaskan dari stromal (ibroblasts. Oleh karena itu9 dihambatnya (aktor5(aktor ini dapat berman(aat untuk terapi >,A yang tidak dapat dioperasi BinoperableD.

5. Ra-+,t! a.+ #eberapa pusat melaporkan rata5rata menyembuhkan 0:A dengan terapi radiasi. #agaimanapun9 menganggap hubungan e(ek potensial dari radiasi membuat terapi radiasi modalitas yang tidak berguna dalam banyak kasus. &adioterapi stereotaktik Bseperti sinar GammaD mengirim sedikit dosis dari radiasi ke 4aringan sekitarnya. #agaimanapun9 kebanyakan penulis menyiapkan radioterapi untuk penyakit intrakranial atau kasus rekuren. 1D #eberapa *enter telah melaporkan rata5rata kesembuhan 0:A dengan terapi radiasi. D &adioterapi stereota*ti* Byakni: pisau GammaD mengirimkan dosis radiasi yang lebih rendah ke 4aringan di sekitarnya. Para ahli telah menyediakan radioterapi untuk penyakit intrakranial atau kasus yang berulang. "D &adioterapi three5dimensional *on(ormal untuk >,A yang luas BeCtensi-eD atau penyebaran hingga intrakranial memberikan suatu alternati( yang baik untuk radioterapi kon-ensional berkaitan dengan pengendalian penyakit dan morbiditas akibat radiasi Bradiation morbidityD. $D ECternal beam irradiation9 paling sering digunakan untuk penyakit intrakranial yang tidak dapat dibedah Bunrese*tableD9 atau kambuhan Bre*urrentD. Digunakan dosis yang ber-ariasi dari ":5$+ Gy. Sisa tumor seringkali mun*ul dua tahun setelah terapi. Perhatian utama termasuk kulit sekunder9 tulang9 4aringan lunak9 keganasan tiroid9 dan hambatan perkembangan tulang 8a4ah. 9. E'5,"+(a(+ Embolisasi pada pembuluh darah tumor mengakibatkan tumor men4adi 4aringan parut dan menghentikan perdarahan. Embolisasi dilakukan dengan memasukkan suatu )at dalam pembuluh darah untuk membendung aliran darah. Dengan embolisasi sa4a *ukup untuk menghentikan perdarahan hidung9 atau dapat diikuti dengan pembedahan untuk mengangkat tumor. 2. T! a.+ P!'5!-a)a$

a. b. *. d. e.

#eberapa pendekatan yang digunakan tergantung dari lokasi dan perluasan >,A. &ute rinotomi lateral9 transpalatal9 transmaksila9 atau sphenoethmoidal digunakan untuk tumor5tumor yang ke*il BKlasi(ikasi Fis*h stadium < atau <<D. Pendekatan (ossa in(ratemporal digunakan ketika tumor telah meluas ke lateral. Pendekatan mid(a*ial deglo-ing9 dengan atau tanpa osteotomi =eFort9 memperbaiki akses posterior terhadap tumor. Pendekatan translokasi 8a4ah dikombinasikan dengan insisi !eber5Ferguson dan perluasan koronal untuk kraniotomi (rontotemporal dengan mid(a*e osteotomies untuk 4alan masuk.

(. g.

Pendekatan eCtended anterior sub*ranial memudahkan pemotongan tumor sekaligus Ben blo*D9 dekompresi sara( mata9 dan pembukaan sinus ka-ernosus. <ntranasal endos*opi* surgery dipersiapkan untuk tumor yang terbatas pada rongga hidung dan sinus paranasal.

BAB 3 PEMBAHASAN ASKEP ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILIS


3.1 I. A(&)a$ K!.! a;ata$ A$%+,0+5 ,'a Na(,0a +$% J&<!$+"+( PENGKAJIAN

a. b. *.

Faktor herediter atau ri8ayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan ri8ayat kanker payudara =ingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia9 asap se4enis kayu tertentu. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang dia8etkan B daging dan ikanD.

d. e.

Golongan sosial ekonomi yang rendah 4uga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup. Tanda dan ge4ala: a. Akti-itas Perubahan pada pola istirahatH adanya (aktor5(aktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri9 ansietas. Kelemahan dan@atau keletihan9 Perubahan pada pola istirahat dan 4am kebiasaan tidur pada malam hariH adanya (aktor5(aktor yang mempengaruhi tidur9 misalnya nyeri9 ansietas9 berkeringat malam. Keterbatasan partisipasi dalam hobby9 latihan. Peker4aan atau pro(esi dengan pema4anan karsinogen lingkungan9 tingkat stress tinggi. b. Sirkulasi Akibat metastase tumor terdapat palpitasi9 nyeri dada9 penurunan tekanan darah9 epistaksis@perdarahan hidung. Ge4ala: Palpitasi9 nyeri dada pada pengerahan ker4a. Kebiasaan : Perubahan pada tekanan darah. *. <ntegritas ego Ge4ala: (aktor stress Bkeuangan9 peker4aan9 perubahan peranD dan *ara mengatasi stress Bmisalnya merokok9 minum alkohol9 menunda men*ari pengobatan9 keyakinan religious@spiritualD. Masalah tentang perubahan dalam penampilan9 misalnya alopesia9 lesi *a*at9 pembedahan. Menyangkal diagnosis9 perasaan tidak berdaya9 putus asa9 tidak mampu9 tidak bermakna9 rasa bersalah9 kehilangan kontrol9 depresi. Tanda: menyangkal9 menarik diri9 marah. d. Eliminasi

Ge4ala: perubahan pada pola de(ekasi konstipasi atau diare9 misalnya darah pada (eses9 nyeri pada de(ekasi. Perubahan eliminasi urinarius9 misalnya nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih9 hematuri9 sering berkemih. Tanda: perubahan pada bising usus9 distensi abdomen. e. Makanan@*airan Ge4ala: kebiasaan diet buruk Bmisalnya rendah serat9 tinggi lemak9 adikti(9 bahan penga8etD. Anoreksia9 mulut rasa kering9 mual@muntah. <ntoleransi makanan. Perubahan pada berat badanH penurunan berat badan9 kakeksia9 berkurangnya massa otot. Tanda: perubahan pada kelembaban@turgor kulitH edema. (. ,eurosensori Sakit kepala9 tinitus9 tuli9 diplopia9 4uling9 ekso(talmus g. ,yeri@kenyamanan Ge4ala: tidak ada nyeri9 atau dera4at ber-ariasi9 misalnya ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat Bdihubungkan dengan proses penyakitD9 rasa kaku di daerah leher karena (ibrosis 4aringan. h. Pernapasan Merokok Btembakau9 mariyuana9 hidup dengan seseorang yang merokokD. i. Keamanan Ga4ala: pema4anan pada kimia toksik9 karsinogen. Pema4anan matahari lama@berlebihan. Tanda: demam9 ruam kulit9 ulserasi. 4. Seksualitas Ge4ala: masalah seksualitas9 misalnya dampak pada hubungan9 perubahan pada tingkat kepuasan. ,uligra-ida lebih besar dari usia ": tahun. Multigra-ida9 pasangan seks multiple9 akti-itas seksual dini. %erpes genital. k. <nteraksi sosial Ge4ala: ketidakadekuatan@kelemahan sistem pendukung. &i8ayat perka8inan Bberkenaan dengan kepuasan di rumah9 dukungan9 atau bantuanD. Masalah rentang (ungsi@tanggung 4a8ab peran. l. Penyuluhan@pembela4aran

Ge4ala: ri8ayat kanker pada keluarga9 misalnya ibu atau bibi dengan kanker payudara. Sisi primer: penyakit primer dalam rumah tangga ditemukan@didiagnosis. Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibatH bila tidak ada9 ri8ayat alamiah dari primer akan memberikan in(ormasi penting untuk men*ari metastatik. m. Pemeriksaan diagnostik 1. Tes9 seleksi tergantung ri8ayat9 mani(estasi klinis9 dan indeks ke*urigaan untuk kanker tertentu. . S*an Bmisalnya M&<9 1T9 galliumD dan ultrasound: dilakukan untuk tu4uan diagnosti*9 identi(ikasi metastatik9 dan e-aluasi respon pada pengobatan. ". #iopsy Baspirasi9 eksisi9 4arum9 melubangiD: dilakukan untuk diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat dilakukan melalui sumsum tulang9 kulit9 organ9 dan sebagainya. $. Penanda tumor B)at yang dihasilkan dan disekresi oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum9 misalnya 1EA9 antigen spesi(ik prostat9 K5 (etoprotein9 %1G9 asam (os(at prostat9 kalsitonin9 antigen onko(etal pan*reas9 1A 1'5"9 1A 12529 1A 1 ' dan sebagainyaD: dapat membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih berman(aat sebagai prognosti* dan@atau monitor terapeutik. '. Tes kimia skrining9 misalnya elektrolit Bnatrium9 kalium9 kalsiumDH tes gin4al B#?,@1rDH tes hepar Bbilirubin9 AST@SGOT alkalin (os(at9 =D%DH tes tulang Balkalin (os(at9 kalsiumD +. >D= dengan di(erensial dan trombosit: dapat menun4ukan anemia9 perubahan SDM dan SDPH trombosit berkurang atau meningkat. .. Sinar C dada: menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer. n. Prioritas kepera8atan 1. . Dukungan adaptasi dan kemandirian. Meningkatkan kenyamanan.

". $. '.

Memeprtahankan (ungsi (isiologis optimal. Men*egah komplikasi. Memberikan in(ormasi tentang proses@kondisi penyakit9 prognosis9 dan kebutuhan pengobatan.

o. Tu4uan pemulangan 1. Pasien menerima situasi denga realistis. . ,yeri hilang@terkontrol. ". %omeostatis di*apai. $. Komplikasi di*egah@dikurangi. '. Proses@kondisi penyakit9 prognosis9 pilihan terapeutik dan aturan dipahami.

II. DIAGNOSA KEPERA=ATAN Diagnosa kepera8atan adalah pernyataan yang menguraikan respons a*tual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang pera8at mempunyai i)in dan berkompeten untuk mengatasinya. BPotter9 Patri*ia A. ::'. %al 1++D Diagnosa kepera8atannya adalah: 1. ,yeri berhubungan dengan kompresi@destruksi 4aringan sara( . Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status organ sekunder ". ,utrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia9 mual muntah sekunder $. &esiko in(eksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi '. &esiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik

III. INTERVENSI KEPERA=ATAN 1. Diagnosa 1: ,yeri BakutD berhubungan dengan proses penyakit

Bpenekanan@kerusakan 4aringan syara(9 in(iltrasi sistem suplay syara(9 obstruksi 4alur syara(9 in(lamasiD9 e(ek samping terapi kanker. Tu4uan 1. Melaporkan nyeri yang dialaminya . Mengikuti program pengobatan ". Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui akti-itas yang mungkin Kriteria hasil: mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri. <nter-ensi 1. Tentukan ri8ayat nyeri9 lokasi9 durasi dan intensitas . E-aluasi therapi: pembedahan9 radiasi9 khemotherapi9 biotherapi9 a4arkan klien dan keluarga tentang *ara menghadapinya ". #erikan pengalihan seperti reposisi dan akti-itas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TI $. Mengan4urkan tehnik penanganan stress Btehnik relaksasi9 -isualisasi9 bimbinganD9 gembira9 dan berikan sentuhan therapeutik. '. E-aluasi nyeri9 berikan pengobatan bila perlu. Kolaborati(: 1. Disusikan penanganan nyeri dengan dokter dan 4uga dengan klien. . #erikan analgetik sesuai indikasi seperti mor(in9 methadone9 nar*otik dll &asional 1. Memberikan in(ormasi yang diperlukan untuk meren*anakan asuhan. . ?ntuk mengetahui terapi yang dilakukan sesuai atau tidak9 atau malah menyebabkan komplikasi.

". ?ntuk meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri. $. Meningkatkan kontrol diri atas e(ek samping dengan menurunkan stress dan ansietas. '. ?ntuk mengetahui e(ekti(itas penanganan nyeri9 tingkat nyeri dan sampai se4auhmana klien mampu menahannya serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat5obatan anti nyeri. +. Agar terapi yang diberikan tepat sasaran. .. ?ntuk mengatasi nyeri.

. Diagnosa

: Gangguan sensori persepsi berubungan dengan gangguan status

organ sekunder. Tu4uan: mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi Kriteria hasil: mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan <nter-ensi Kepera8atan: 1. Tentukan keta4aman penglihatan9 apakah satu atau dua mata terlibat. . Orientasikan pasien terhadap lingkungan ". Obser-asi tanda5tanda dan ge4ala disorientasi $. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur '. #i*ara dengan gerak mulut yang 4elas +. #i*ara pada sisi telinga yang sehat ". Diagnosa ": Gangguan nutrisi Bkurang dari kebutuhan tubuhD berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker9 konsekuensi kemotherapi9 radiasi9 pembedahan Banoreksia9 iritasi lambung9 kurangnya rasa ke*ap9 nauseaD9 emotional distress9 (atigue9 ketidakmampuan mengontrol nyeri. Tu4uan 1. Klien menun4ukkan berat badan yang stabil9 hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi

. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat ". #erpartisipasi dalam penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya <nter-ensi 1. Monitor intake makanan setiap hari9 apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya. . Timbang dan ukur berat badan9 ukuran tri*eps serta amati penurunan berat badan. ". Ka4i pu*at9 penyembuhan luka yang lambat dan pembesaran kelen4ar parotis. $. An4urkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake *airan yang adekuat. An4urkan pula makanan ke*il untuk klien. '. Kontrol (aktor lingkungan seperti bau busuk atau bising. %indarkan makanan yang terlalu manis9 berlemak dan pedas. +. 1iptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga. .. An4urkan tehnik relaksasi9 -isualisasi9 latihan moderate sebelum makan. 0. An4urkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien. Kolaborati(: 1. Amati studi laboraturium seperti total limposit9 serum trans(erin dan albumin . #erikan pengobatan sesuai indikasi: Phenotia)ine9 antidopaminergik9

*orti*osteroids9 -itamin khususnya A9 D9 E dan #+9 anta*id ". Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan se*ara enteral9 imbangi dengan in(us. &asional 1. Memberikan in(ormasi tentang status gi)i klien. . Memberikan in(ormasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.

". Menun4ukkan keadaan gi)i klien sangat buruk. $. Kalori merupakan sumber energi. '. Men*egah mual muntah9 distensi berlebihan9 dispepsia yang menyebabkan penurunan na(su makan serta mengurangi stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas. +. Agar klien merasa seperti berada dirumah sendiri. .. ?ntuk menimbulkan perasaan ingin makan@membangkitkan selera makan. 0. Agar dapat diatasi se*ara bersama5sama Bdengan ahli gi)i9 pera8at dan klienD. 2. ?ntuk mengetahui@menegakkan ter4adinya gangguan nutrisi sebagi akibat per4alanan penyakit9 pengobatan dan pera8atan terhadap klien. 1:. Membantu menghilangkan ge4ala penyakit9 e(ek samping9 meningkatkan status kesehatan klien. 11. Mempermudah intake makanan@minuman dengan hasil yang maksimal dan sesuai kebutuhan.

$. Diagnosa $: &esiko in(eksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder imunosupresi. Tu4uan: tidak ter4adi in(eksi Kriteria hasil: 1. Menun4ukkan suhu normal dan tanda5tanda -ital normal . Tidak menun4ukkan tanda5tanda in(lamasi : edema setempat9 eritema9 nyeri. ". Menun4ukkan bunyi na(as normal9 melakukan na(as dalam untuk menegah dis(ungsi dan in(eksi respiratori <nter-ensi Kepera8atan: 1. Ka4i pasienterhadap bukti adanya in(eksi . Periksa tanda -ital9 pantau 4umlah SDP9 tempat masuknya patogen9 demam9 menggigil9 perubahan respiratori atau status mental9 (rekuensi berkemih atau rasa perih saat berkemih

". Tingkatkan prosedur *u*i tangan yang baik pada sta( dan pengun4ung9 batasi pengun4ung yang mengalami in(eksi. $. Tekankan higiene personal '. Pantau suhu +. Ka4i semua sistem Bperna(asan9 kulit9 genitourinariaD '. Diagnosa ': &esiko terhadap perdarahan berhubungan dengan gangguan sistem hematopoetik Tu4uan: perdarahan dapat teratasi Kriteria hasil: 1. Tanda dan ge4ala perdarahan teridenti(ikasi . Tidak menun4ukkan adanya epistaksis <nter-ensi Kepera8atan: 1. Ka4i terhadap potensial perdarahan : pantau 4umlah trombosit . Ka4i terhadap perdarahan: epsitaksis ". <nstruksikan *ara5*ara meminimalkan perdarahan: minimalkan penekanan@ gesekan pada hidung. +. Diagnosa +: 1emas@takut berhubungan dengan situasi krisis BkankerD9 perubahan kesehatan9 sosio ekonomi9 peran dan (ungsi9 bentuk interaksi9 persiapan kematian9 pemisahan dengan keluarga. Tu4uan 1. Klien dapat mengurangi rasa *emasnya . &ileks dan dapat melihat dirinya se*ara obyekti(. ". Menun4ukkan koping yang e(ekti( serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. <nter-ensi: 1. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya. . #erikan in(ormasi tentang prognosis se*ara akurat.

". #eri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah9 takut9 kon(rontasi. #eri in(ormasi dengan emosi 8a4ar dan ekspresi yang sesuai. $. >elaskan pengobatan9 tu4uan dan e(ek samping. #antu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan. '. 1atat koping yang tidak e(ekti( seperti kurang interaksi sosial9 ketidak berdayaa. +. An4urkan untuk mengembangkan interaksi dengan support system. .. #erikan lingkungan yang tenang dan nyaman. 0. Pertahankan kontak dengan klien9 bi*ara dan sentuhlah dengan 8a4ar. &asional 1. Data5data mengenai pengalaman klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi. . Pemberian in(ormasi dapat membantu klien dalam memahami proses penyakitnya. ". Dapat menurunkan ke*emasan klien. $. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan e(ek sampingnya. '. Mengetahui dan menggali pola koping klien serta mengatasinya@memberikan solusi dalam upaya meningkatkan kekuatan dalam mengatasi ke*emasan. +. Agar klien memperoleh dukungan dari orang yang terdekat@keluarga. .. Memberikan kesempatan pada klien untuk berpikir@merenung@istirahat. 0. Klien mendapatkan keper*ayaan diri dan keyakinan bah8a dia benar5benar di tolong.

.. Diagnosa .: Kurangnya pengetahuan tentang penyakit9 prognosis dan pengobatan berhubungan keterbatasan kogniti(. dengan kurangnya in(ormasi9 misinterpretasi9

Tu4uan 1. Klien dapat mengatakan se*ara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap. . Mengikuti prosedur dengan baik dan men4elaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut. ". Mempunyai inisiati( dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan. $. #eker4asama dengan pemberi in(ormasi. <nter-ensi $. &e-ie8 pengertian klien dan keluarga tentang diagnosa9 pengobatan dan akibatnya. '. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatannya9 *eritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker. +. #eri in(ormasi yang akurat dan (aktual. >a8ab pertanyaan se*ara spesi(ik9 hindarkan in(ormasi yang tidak diperlukan. .. #erikan bimbingan kepada klien@keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan9 therapy yang lama9 komplikasi. >u4urlah pada klien. 0. An4urkan klien untuk memberikan umpan balik -erbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya. 2. &e-ie8 klien @keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal. 1:. An4urkan klien untuk mengka4i membran mukosa mulutnya se*ara rutin9 perhatikan adanya eritema9 ul*erasi. 11. An4urkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut. &asional 1. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien. . Memungkinkan dilakukan pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.

". Membantu klien dalam memahami proses penyakit. $. Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan. '. Mengetahui sampai se4auhmana pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien. +. Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat. .. Mengka4i perkembangan proses5proses penyembuhan dan tanda5tanda in(eksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman. 0. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.

0. Diagnosa 0: &esiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan e(ek samping kemoterapi dan radiasi@radiotherapi. Tu4uan 1. Membran mukosa tidak menun4ukkan kerusakan9 terbebas dari in(lamasi dan ul*erasi . ". Klien mengungkapkan (aktor penyebab se*ara -erbal. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan@men4aga kebersihan rongga mulut. <nter-ensi 1. Ka4i kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien dan se*ara periodik. . kekentalan ludah. ". hygiene. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharan oral Ka4i rongga mulut setiap hari9 amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut9 perubahan suara9 rasa ke*ap9

$.

<ntruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas9 pedas9 asam9 makanan keras.

'. oral. Kolaborati(:

Amati dan 4elaskan pada klien tentang tanda superin(eksi

1. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi . #erikan obat sesuai indikasi9 analgetik9 topikal lido*aine9 antimikrobial mouth8ash preparation. ". Kultur lesi oral. &asional 1. Mengka4i perkembangan proses penyembuhan dan tanda5tanda in(eksi memberikan in(ormasi penting untuk mengembangkan ren*ana kepera8atan. . Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman. ". Men*ari alternati( lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi. $. Men*egah rasa tidak nyaman dan iritasi lan4ut pada membran mukosa. '. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda5tanda tersebut. +. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan gusi. .. Tindakan@terapi yang dapat menghilangkan nyeri9 menangani in(eksi dalam rongga mulut@in(eksi sistemik. 0. ?ntuk mengetahui 4enis kuman sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.

2. Diagnosa 2: &esiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan e(ek radiasi dan kemotherapi9 de(isit imunologik9 penurunan intake nutrisi dan anemia. Tu4uan 1. Klien dapat mengidenti(ikasi inter-ensi yang berhubungan dengan kondisi spesi(ik.

. #erpartisipasi dalam pen*egahan komplikasi dan per*epatan penyembuhan. <nter-ensi 1. Ka4i integritas kulit untuk melihat adanya e(ek samping therapi kanker9 amati penyembuhan luka. . An4urkan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal. ". ?bah posisi klien se*ara teratur. $. #erikan ad-ise pada klien untuk menghindari pemakaian *ream kulit9 minyak9 bedak tanpa rekomendasi dokter. &asional 1. Memberikan in(ormasi untuk peren*anaan asuhan dan mengembangkan identi(ikasi a8al terhadap perubahan integritas kulit. . Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan in(eksi. ". Menghindari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu. $. Men*egah trauma berlan4ut pada kulit dan produk yang kontra indikati(.

IV.

IMPLEMENTASI <mplementasi merupakan komponen dari proses kepera8atan9 adalah

kategori dari perilaku kepera8atan dimana tindakan yang digunakan untuk men*apai tu4uan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan kepera8atan dilakukan dan diselesaikan. BPotter9 Patri*ia A. ::'. %al :"D V. EVALUASI E-aluasi menentukan respons klien terhadap tindakan kepera8atan dan seberapa 4auh tu4uan pera8atan telah terpenuhi. BPotter9 Patri*ia A. ::'. %al 2D E-aluasi 4uga merupakan tahap terakhir dari proses kepera8atan9 hasil yang diharapkan merupakan standar penilaian bagi pera8at untuk melihat apakah

tu4uan telah terpenuhi9 dengan pelayanan telah berhasil BBPotter9 Patri*ia A. ::2. %al $+:D 1D Diagnosa 1 &asa nyeri pasien teratasi atau terkontrol dengan kriteria hasil dapat mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi nyeri. D Diagnosa Pasien mampu beradaptasi terhadap perubahan sensori pesepsi dengan kriteria hasil dapat mengenal gangguan dan berkompensasi terhadap perubahan. "D Diagnosa " Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil adanya penurunan mual dan insidens muntah9 pasien mengkonsumsi makanan dan *airan yang adekuat9 pasien menun4ukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab dan tidak adanya penurunan berat badan tambahan. $D Diagnosa $ Tidak ter4adi in(eksi pada pasien dengan kriteria hasil pasien menun4ukkan suhu normal dan tanda5tanda -ital normal9 tidak menun4ukkan tanda5tanda in(lamasi : edema setempat9 eritema9 nyeri dan menun4ukkan bunyi na(as normal9 melakukan na(as dalam untuk menegah dis(ungsi dan in(eksi respiratori. 'D Diagnosa ' Perdarahan pada pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil tanda dan ge4ala perdarahan teridenti(ikasi dan tidak menun4ukkan adanya epistaksis. +D Diagnosa +

Klien dapat mengurangi rasa *emasnya9 rileks dan dapat melihat dirinya se*ara obyekti( dan pasien menun4ukkan koping yang e(ekti( serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan. .D Diagnosa .

Klien dapat mengatakan se*ara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap9 mengikuti prosedur dengan baik dan men4elaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut9 mempunyai inisiati( dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan dan beker4asama dengan pemberi in(ormasi. 0D Diagnosa 0

Membran mukosa tidak menun4ukkan kerusakan9 terbebas dari in(lamasi dan ul*erasi9 klien mengungkapkan (aktor penyebab se*ara -erbal dan klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan@men4aga kebersihan rongga mulut. 2D Diagnosa 2

Klien dapat mengidenti(ikasi inter-ensi yang berhubungan dengan kondisi spesi(ik dan berpartisipasi dalam pen*egahan komplikasi dan per*epatan penyembuhan.

BAB 4 PENUTUP
4.1 K!(+'.&"a$ Angio(ibroma naso(aring adalah tumor 4inak pembuluh darah di naso(aring. Karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke 4aringan sekitarnya9 seperti ke sinus paranasal9 pipi9 mata dan tengkorak9 serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan. #erbagai 4enis tumor 4inak lain dapat 4uga ditemukan di daerah naso(aring seperti papiloma9 neuro(ibroma. Etiologi tumor ini masih belum 4elas9 berbagai 4enis teori banyak dia4ukan. Diantaranya teori 4aringan asal dan (aktor ketidak5seimbangan hormonal. Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri (aringealis asenden atau arteri maksilaris interna. Angio(ibroma kaya dengan 4aringan (ibrosa yang timbul dari atap naso(aring atau bagian dalam dari (ossa pterigoid. Setelah mengisi naso(aring9 tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal9 rahang atas9 pipi dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak. 4.2 Sa a$ Penulis berharap9 makalah yang penulis buat ini dapat berman(aat dan dapat diterima. Penulis mohon kritik9 saran yang bersi(at membangun agar dalam penyusunan makalah berikutnya bisa lebih baik lagi. Semoga dapat berguna bagi masyarakat dan siapapun yang memba*anya.

DAFTAR PUSTAKA

You might also like