You are on page 1of 14

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis atau dikenal dengan TB di Indonesia merupakan salah satu penyakit menular paling berbahaya dengan tingkat kematian tertinggi (Depkes RI, 2006). Berdasarkan data dari WHO tahun 1993 didapatkan fakta bahwa sepertiga penduduk bumi telah diserang oleh penyakit TB. Sekitar 8 juta orang dengan kematian 3 juta orang pertahun. Diperkirakan dalam tahun 2002-2020 akan ada 1 miliar manusia terinfeksi, sekitar 5-10 persen berkembang menjadi penyakit dan 40 persen yang terkena penyakit berakhir dengan kematian. Kasus TB di dunia sekitar 40% berada di kawasan Asia. Indonesia menduduki kedudukan ketiga di bawah Cina dan India. Diperkirakan di antara 100.000 penduduk terdapat 100-300 orang yang terinfeksi TB. TB di kawasan ini menjadi pembunuh nomor satu, kematian akibat TB lebih banyak 2-3 kali lipat dari HIV/AIDS yang berada di urutan kedua (Pustekkom, 2005). Menyadari begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan TB paru di Indonesia, maka Depkes RI menetapkan suatu program penemuan kasus TB Paru BTA (+) dengan target dalam pencapaian penemuan kasus BTA (+) yaitu sebesar 70% dari perkiraan jumlah penderita paru BTA (+) (Depkes RI, 2005). Pada tahun 2012, Puskesmas Nguter berhasil mencapai target penemuan jumlah kasus BTA (+) sesuai standar Depkes. Puskesmas Nguter juga dijadikan sebagai salah satu puskesmas percontohan untuk program penanggulangan TB baik di Indonesia maupun di dunia. Oleh karena itu penulis ingin menganalisis lebih mendalam mengenai penyebab tingginya penemuan jumlah kasus TB serta program penanggulangan penyakit TB di wilayah kerja Puskesmas Nguter.

B. Perumusan Masalah 1. Apakah penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA positif di Puskesmas Nguter? 2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Nguter?

C. Tujuan 1. Mengetahui penyebab tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA positif di Puskesmas Nguter. 2. Mengetahui alternatif pemecahan masalah tingginya jumlah penemuan pasien baru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Nguter. D. Manfaat 1. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa mampu dan berpengalaman dalam menerapkan konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya penemuan pasien baru BTA positif di Puskesmas Nguter. 2. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi bagi unit pelayanan kesehatan setempat mengenai masalah yang ada dalam menurunkan jumlah penderita TB di Puskesmas Nguter. 3. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi dalam meningkatkan peran sertanya dalam penanggulangan penyakit TB di Puskesmas Nguter.

BAB II PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data Berdasarkan data jumlah penduduk wilayah Puskesmas Nguter yaitu sebanyak 67.905 jiwa, ditetapkan jumlah target TB BTA (+) tahun 2013 di wilayah Puskesmas Nguter sebagai berikut: Target TB BTA (+) = 107 x 67.905 = 73 100.000 Angka perkiraan jumlah pasien baru TB BTA (+) ini kemudian menjadi dasar perhitungan untuk menentukan angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa dengan perbandingan 1 : 10 sehingga, angka perkiraan jumlah suspek yang diperiksa adalah 730 orang. Data pemeriksaan dahak yang dilakukan di Puskesmas Nguter sejak bulan Januari hingga Agustus 2013 didapatkan jumlah suspek sebanyak 341 orang. Dari seluruh suspek yang diperiksa didapatkan data pasien BTA (+) sebagai berikut: Tabel 2.1. Pasien BTA (+) di antara suspek
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus TOTAL Jumlah Suspek yang Diperiksa 34 60 38 53 28 31 72 25 341 Jumlah BTA (+) yang Ditemukan 4 5 2 3 5 3 6 5 33

Dari tabel di atas dapat dihitung proporsi pasien TB BTA (+) di antara suspek sebagai berikut: Proporsi pasien TB BTA (+) yang ditemukan = 33 x 100% = 9,6 % 341 Dari penghitungan di atas didapatkan proporsi TB BTA (+) sebanyak 9,6%. Angka ini tergolong dalam batas normal penemuan proprosi TB BTA (+) yaitu antara 53

15%. Pencapaian proporsi TB BTA (+) Puskesmas Nguter sampai dengan bulan Agustus 2013 menunjukkan bahwa penjaringan suspek tidak terlalu longgar maupun terlalu ketat dan tidak diduga terdapat postif maupun negatif palsu. Penemuan kasus BTA (+) tersebut dibandingkan dengan target perkiraan TB BTA (+) yang telah ditetapkan oleh Puskesmas Nguter pada tahun 2013 untuk mengetahui angka penemuan kasus (case detection rate). Angka CDR kasus BTA (+) Puskesmas Nguter dari bulan Januari hingga Agustus 2013 adalah sebagai berikut: CDR = 33 x 100% = 45,2% 73 Berdasarkan angka penghitungan beberapa indikator program penanganan TB tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan penanggulangan TB di Puskesmas Nguter dari bulan Januari hingga Agustus 2013 sebagai berikut: Tabel 2.2. Permasalahan penanggulangan kasus TB di Puskesmas Nguter No Kegiatan/Program Sasaran Target tahun 2013 (12 bulan) 70 % 70 % 10 % Target s/d Agustus 2013 (8 bulan) 46,67 % 46,67 % 10 % Hasil %

1 2 3

Jumlah suspek diperiksa Jumlah suspek BTA (+) / CDR Proporsi BTA (+) di antara suspek yang diperiksa

730 73 341

341 33 33

46,71 45,2 9,6

Keterangan : 1. Jumlah suspek yang diperiksa sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 341 orang dari target 730 orang (46,71%). 2. Jumlah suspek BTA (+) / CDR sampai dengan bulan Agustus 2013 sejumlah 33 orang, yang hanya memenuhi 45,2% dari target 73 orang. 3. Proporsi BTA (+) yang didapatkan di antara suspek yang diperiksa sampai dengan bulan Agustus mencapai sejumlah 33, dimana memenuhi 9,6% dari 161.

B. Pemilihan Prioritas Masalah Pemilihan prioritas masalah dilakukan dengan menggunakan tabel matriks, sebagai berikut: Tabel 2.3. Matrikulasi masalah penanggulangan TB di Puskesmas Nguter
No. 1. Daftar Masalah Jumlah suspek TB paru yang diperiksa per 100.000 penduduk (Suspect Screening Rate) Jumlah penemuan kasus baru suspek BTA positif (Case Detection Rate, CDR) Proporsi BTA positif di antara suspek TB paru yang diperiksa P 3 S 3 RI 3 I DU SB 2 3 T PB 4 PC 5 4 R 3 Jumlah IxTxR 38.880

2.

46.080

3.

6.912

Kriteria penilaian : 1: tidak penting 2: agak penting 3: cukup penting 4: penting 5: sangat penting Keterangan : I P S : Importancy (pentingnya masalah) : Prevalence (besarnya masalah) : Severity (dampak dari masalah)

RI : Rate of Increase (kenaikan besarnya masalah) DU : Degree of Unmeet Need (derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi) SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) PB : Problem Benefit (keuntungan karena selesainya masalah) PC : Public Concern (perhatian masyarakat terhadap masalah) T : Technical feasibility (kelayakan teknologi untuk mengatasi masalah)

R : Resources avaibility (ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah)

Berdasarkan matriks prioritas masalah di atas ditemukan bahwa penemuan kasus


baru suspek BTA (+) adalah prioritas masalah pada penanggulan TB BTA (+). Penyebab

jumlah penemuan kasus baru suspek BTA (+) (Case Detection Rate, CDR) masih di bawah target yang diharapkan, antara lain disebabkan oleh: 1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran penderita untuk berobat rendah. 2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk berobat. 3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang lama serta efek samping yang tidak menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri. 4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para kader kesehatan (Posyandu, Desa Siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke Puskesmas kurang. 5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara maksimal. 6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para dokter, spesialis dan RS swasta dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB.

C. Analisis SWOT Tabel 2.4. Analisis SWOT


Kekuatan (S) Kelemahan (W) Ada tenaga profesional Petugas rangkap jabatan SW Kepercayaan terhadap puskesmas Belum terjalinnya kerja sama dan koordinasi yang baik antara Adanya fasilitas penunjang puskesmas Puskesmas Nguter dengan praktik (ranap dan laboraturium) kesehatan swasta lainnya Adanya OAT gratis Surveilans TB belum optimal Tersedianya dana (JKMM/APBD II, BOK) OT Terjangkaunya pelayanan kesehatan (pustu/pusling) Peluang (O) Strategi SO Strategi WO Adanya kerja sama Meningkatkan kerja sama dengan Mengoptimalkan tenaga yang ada dengan RS/DPS RS/DPS sesuai dengan tugas pokok Banyaknya kader Terus memberikan pembekalan dan Meningkatkan kualitas kerja sama kesehatan di wilayah pelatihan bagi para kader dengan Toma, Toga dan kader Puskesmas Nguter dengan promosi lewat penyuluhan Penggunaan dana secara optimal TB sehingga bisa meningkatkan rujukan suspek TB Meningkatkan peran serta kader dalam mendukung program P2TB Ancaman (T) Strategi ST Strategi WT Adanya stigma Melakukan survei sejauh mana Lebih melibatkan peran serta tokoh masyarakat tentang pengetahuan masyarakat tentang masyarakat dan organisasi penyakit TB penyakit TB masyarakat setempat dalam mendukung program TB Tingkat ekonomi dan Meningkatkan kegiatan-kegiatan Puskesmas Nguter sosial masyarakat promosi kesehatan yang rendah Memperbaiki perencanaan dan Pendekatan secara personal melalui strategi program penyuluhan Kurangnya kesadaran kader-kader desa agar dapat memberi untuk memeriksakan penyuluhan pada saat ada kegiatan Meningkatkan komunikasi dan diri bila sakit kegiatan masyarakat (misal rapat karang koordinasi yang jelas dengan taruna, rapat PKK, rapat ketua RT, dsb) pelayanan kesehatan swasta di wilayah binaan Puskesmas Nguter Meningkatkan penyuluhan di kantongkantong TB Adanya penyuluhan rutin

BAB III PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

A. Alternatif Pemecahan Masalah Berdasarkan penyebab-penyebab yang ada, didapatkan beberapa alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah 1. Pengetahuan masyarakat akan penyakit TB rendah sehingga kesadaran penderita untuk berobat rendah 2. Adanya stigma yang jelek tentang penyakit TB sehingga penderita malu untuk berobat

1.

2.

3. Pengetahuan tentang pengobatan TB yang


lama serta efek samping yang tidak menyenangkan menyebabkan pasien malas untuk memeriksakan diri.

3.

4.

5. 4. Kurangnya informasi dan pengetahuan para


kader kesehatan (Posyandu, Desa Siaga) mengenai TB sehingga rujukan ke Puskesmas kurang.

6. 7.

8. 5. POKJANAL TB yang belum berfungsi secara


maksimal

9.

Alternatif Pemecahan Masalah Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kepada masyarakat Membuat poster, spanduk, leaflet, media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagi-bagikan di tempat-tempat umum Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, di mana setiap kader bertanggungjawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke Puskesmas Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh Dinas Kesehatan Meningkatkan komunikasi antarpihak Puskesmas dengan para dokter, spesialis dan RS swasta

6. Kurangnya koordinasi dan kepatuhan para 10.


dokter, spesialis dan RS swasta dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, pengobatan maupun pencatatan dan pelaporan pasien TB

B. Pemilihan Prioritas Pemecahan Masalah Penentuan prioritas pemecahan masalah, dilakukan dengan skoring menggunakan metode matriks sebagaimana tabel 3.2 dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 3.2. Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah
No. 1. Daftar Pemecahan Masalah Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagikan di tempat-tempat umum Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, di mana setiap kader bertanggungjawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke Puskesmas Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh Dinas Kesehatan Meningkatkan komunikasi antar pihak Puskesmas dengan para dokter, spesialis dan RS swasta Efektivitas M I V 4 4 3 Efisiensi (C) 2 Jumlah MxIxV C 24

2.

12

3.

4.

24

5. 6. 7.

3 4 4

3 4 4

2 3 3

3 2 2

6 24 24

8. 9. 10.

3 3 4

2 3 3

4 3 3

4 3 3

6 9 12

Kriteria efektivitas : M = Magnitude (besarnya masalah yang dapat diselesaikan) I = Importancy (pentingnya jalan keluar)

V = Vulnerability (sensitivitas jalan keluar) Kriteria penilaian efektifitas : 1 = tidak efektif 9

2 = agak efektif 3 = cukup efektif 4 = efektif 5 = paling efektif Kriteria efisiensi : C = Efficiency Cost (semakin besar biaya yang diperlukan semakin tidak efisien) Kriteria penilaian efesiensi : 1. = paling efisien 2. = efisien 3. = cukup efisien 4. = agak efisien 5. = tidak efisien

Berdasarkan kriteria matriks di atas, maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat 2. Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas 3. Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB 4. Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang tuberkulosis, di mana setiap kader bertanggungjawab atas sejumlah keluarga tertentu dan melaporkan apabila menjumpai suspek TB paru 5. Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagikan di tempat-tempat umum 6. Meningkatkan komunikasi antar pihak Puskesmas dengan para dokter, spesialis dan RS swasta 7. Memaksimalkan peran POKJANAL TB dengan melakukan pemantauan oleh Dinas Kesehatan 8. Memberi penghargaan kepada PMO jika pasien telah berhasil sembuh 9. Memberikan reward kepada kader yang merujuk pasien TB BTA (+) ke Puskesmas 10. Mengadakan sharing rutin mengenai pengalaman para penderita TB yang sudah sembuh kepada masyarakat dan kader, dipandu oleh petugas P2TB

10

BAB IV PLAN OF ACTION

Berdasarkan analisis prioritas pemecahan masalah, didapatkan bahwa alternatif pemecahan masalah yang dipilih guna menanggulangi kasus TB BTA (+) adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat. Oleh karena itu, diusulkan beberapa kegiatan yang dapat menunjang alternatif pemecahan masalah tersebut.

1. Pembuatan dan Pembagian Media Edukasi (Video, Poster, dan Leaflet) Mengenai Penyakit TB a. Tujuan Meningkatkan pengetahuan tentang TB kepada kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat supaya dapat menjelaskan kapada masyarakat Membuat poster, spanduk, leaflet, dan media edukasi tentang TB yang diletakkan dan dibagikan di tempat-tempat umum b. Sasaran Masyarakat (kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, PMO) c. Pelaksana Petugas promkes dan P2TB, kader d. Waktu Pertemuan warga masyarakat (arisan, PKK, rapat RT/RW), kegiatan keagamaan e. Lokasi Puskesmas dan balai pertemuan masing-masing desa f. Mekanisme Petugas promkes dan P2TB dari puskesmas mengundang perwakilan kader setiap desa untuk mendapatkan penyuluhan, pemutaran video, dan pembagian poster serta leaflet. Perwakilan kader kemudian memberikan penyuluhan kepada kader yang lain, tokoh masyarakat, tokoh agama, penderita TB, dan PMO di wilayah desa masingmasing dengan menggunakan media yang telah diberikan. g. Pembiayaan Cetak poster Burning video 5 poster x 16 desa x Rp4.000,00 1 CD x 16 desa x Rp5.000,00 Rp 320.000,00 Rp 80.000,00 11

TOTAL

Rp 400.000,00

2. Outbond dan Lomba Kader Seluruh Kecamatan Nguter a. Tujuan Mengadakan pertemuan dengan kader secara rutin untuk berdiskusi tentang TB Membekali para kader dengan pengetahuan dan pelatihan tentang TB Memberikan reward kepada kader Mengadakan sharing program kerja kader antardesa Meningkatkan kinerja POKJANAL dan kader dalam bentuk kompetisi yang sehat

b. Sasaran Kader seluruh Puskesmas Nguter c. Pelaksana Petugas P2TB d. Waktu Satu tahun sekali e. Lokasi Salah satu tempat wisata di sekitar Kabupaten Sukoharjo f. Mekanisme Setiap kader dari masing-masing desa diminta untuk memaparkan program kerja dan pencapaian dalam tahun tersebut. Kader juga diikutsertakan dalam outbond untuk meningkatkan kerja sama dan kekompakan kader di masing-masing desa. Program kerja dan kekompakan kader yang terbaik akan mendapatkan hadiah. g. Pembiayaan Biaya rekreasi Hadiah juara Total 10 kader x 16 desa x Rp50.000,00 Rp 8.000.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp11.000,00,00

3. Kunjungan Kader Keliling a. Tujuan Memberi edukasi ke PMO tentang pentingnya pemantauan pengobatan TB dengan teratur sampai tuntas Menampung kesan dan mengatasi permasalahan dari PMO dan penderita TB untuk bahan sharing dan perbaikan program Memberi penghargaan kepada PMO jika penderita sembuh

b. Sasaran 12

PMO dan penderita TB c. Pelaksana Kader masing-masing desa d. Waktu Setiap bulan selama masa pengobatan e. Lokasi Rumah penderita TB f. Mekanisme Kader masing-masing desa mendatangi rumah penderita TB untuk memberikan edukasi baik secara lisan maupun leaflet, memantau kepatuhan penderita mengonsumsi obat, dan mengingatkan pengambilan obat. Kader juga memantau kendala dan permasalahan yang dialami PMO dan penderita TB sehingga dapat segera diselesaikan dan tidak mengganggu proses pengobatan. g. Pembiayaan Penggandaan pamflet Total 100 pamflet x 16 desa x Rp 200,00 Rp 320.000,00 Rp 320.000,00

13

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1980. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok. Jakarta : Akadoma. Hal:90-91. Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta. Hal. 181-250. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. Hal: 1-23. Dinkes Propinsi Jawa Tengah. 2005. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 71 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten /Kota di Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Propinsi Jawa Tengah. Hal 90-91. Pustekkom, 2005. TBC (TUBERCULOSIS). http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/Peng.Pop/Kesehatan/TBC/all.htm (22 September 2013)

14

You might also like