You are on page 1of 29

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Disusun Oleh : Pusfika Sari (15.401.11.035)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PRODI D III KEBIDANAN KRIKILAN GLENMORE BANYUWANGI 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah yang berjudul Kehamilan Ektopik Terganggu ini telah dsetujui/disahkan pada ; Hari Tanggal Jam : : :

Mengetahui, Pembimbing Akademik

Vita Raraningrum, S.ST

ii

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul Kehamilan Ektopik Terganggu ini. Laporan Pendahuluan ini disusun untuk melengkapi tugas IKGD pada semester IV. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang senantiasa mengarahkan kami dalam memahami materi kegawatdaruratan ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan, penyusunan dan penyelesaian Laporan Pendahuluan ini. Kami sangat menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharap kritik dan saran dari pembimbing

maupun pembaca sekalian agar Laporan Pendahuluan ini sempurna.

Krikilan,

Mei 2013

Penyusun

iii

DAFTAR ISI COVER.........................................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................................ii KATA PENGANTAR ..................................................................................................iii DAFTAR ISI ................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Tujuan ............................................................................................................1 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi ..........................................................................................................3 2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu .....................................................................3 2.3 Epidemologi ..................................................................................................4 2.4 Etiologi ..........................................................................................................4 2.5 Patofisiologi ..................................................................................................5 2.6 Gejala Klinis..................................................................................................5 2.7 Dignosa Banding ...........................................................................................6 2.8 Alat Bantu .....................................................................................................6 2.9 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu ..........................................7 2.10 Penanganan Kehamilan Ektopik Terganggu ...............................................8 2.11 Reseksi Kehamilan Ektopik Terganggu ......................................................9 MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN ..................................................................12 BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................22 3.2 Saran ..............................................................................................................22
iv

DAFTAR PUSTAKA LEMBAR KONSULTASI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Di masa lampau, kehamilan etopik terganggu (KET) hamper selalu berakibat fatalnamun baerkat perkembangan alat diagnostic yang canggih, angka kesakitan maupun kematian akibat KET jauh berkurang. Meskipun demikian, kehamilan ektopik masih merupakan salah satu masalah utama dalam bidang obstetric atau kebidanan. Angka kejadian kehamilan ektopik bervariasi pada setiap pusat penelitian tergantung pada beberapa factor antara lain : Pemakaian antibiotic ; Menyebabkan kesembuhan dari infeksi pada tuba, tetapi lumennya menyempit sehingga memperbesar kejadian hamil ektopik, Pemakaian alat kontrasepsi ; Meningkatkan kejadian hamil ektopik karena fungsinya menghindari hamil tapi tidak sekaligus mengurangi kejadian hamil ektopik, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun, Frekuensi kehamilan ektopik yang terjadi 0-14,6 % atau antara 1-125/330 kasus. Di Amerika Serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1 dari 241 kehamilan, dan 85-90% kasus kehamilan ektopik didapatkan pada multi gravida. (Anik Maryunani. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, 2009 : 36 Dan Ratna Dewi Pudiastuti. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal & Patologi, 2011 : 64,70)

1.2 Tujuan A. Tujuan Umum Memahami konsep kegawatdaruratan obstetric khususnya pada kasus Kehamilan Ektopik Terganggu (KET).

B. Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang definisi 2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi 3. Mahasiswa mampu mengetahui tentang epidemologi 4. Mahasiswa mampu mengetahui tentang patofisiologi 5. Mahasiswa mampu mengetahui tentang gejala klinik 6. Mahasiswa mampu mengetahui tentang diagnose banding
1

7. Mahasiswa mampu mengetahui tentang alat bantu diagnostic 8. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksanaan kehamilan ektopik terganggu 9. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penangan kehamilan ektopik terganggu

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi 1. Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang diluar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik terganggu (KET). (Achadiat, 2004) 2. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Hamper 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba uteria. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau rupture apabila masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya tuba) dan peristiwa ini disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu. (Saifudin, dkk, 2006) 3. Suatu kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti ovarium, tuba, seviks, bahkan rongga abdomen. Istilah kehamilan ektopik terganggu (KET). Merujuk pada keadaan dimana timbul gangguan pada kehamilan tersebut sehingga terjadi abortus maupun rupture yang menyebabkan penurunan keadaan umum pasien. (Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 36)

2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak (akut) biasanya tidak sulit. Keluhan yang sering disampaikanadalah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan tenesmus. Dapat terjadi perdarahan vaginam. Yang menonjol adalah penderita tampak kesakitan, pucat dan pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syokserta perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologikditemukan serviksyang nyeri bila digerakkan dan Cavum Douglasyang menonjol dan nyeri raba. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis atipik atau menahun. Kelambatan haid tidak jelas, tanda dan gejala kehamilan muda tidaktidak jelas, demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berangsung lambat. Dalam keadaan demikian, alat bantu diagnostic amat diperlukan untuk memastikan diagnostic. (Sarwono Prawirohardjo, 2009 : 200)
3

2.3 Epidemologi Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pada wanita 20-30 tahun dengan sosio-ekonomi rendah dan tinggal didaerah dengan prevalensi gonore dan prevalensi tuberkulosa yang tinggi. (Wibowo, 2007)

2.4 Etiologi Kehamilan ektopik terganggu dapat disebabkan oleh : a. Faktor uterus 1) Tumor uterus yang menekan tuba 2) Uterus hipoplasia 3) Tuba sempit dan berlekuk lekuk sering disertai dengan gangguan fungsi silia endosalping b. Faktor tuba 1) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalping 2) Tuba sempit, panjang dan berlekuk lekuk 3) Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba 4) Diventrikel tuba dan kelainan konginetal lainnya 5) Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna (lumen tuba menyempit) c. Faktor ovum 1) Migrasi eksterna dari ovum 2) Perlekatan membrane granulose 3) Migrasi interna ovum (Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 41) d. Faktor lain
1) Hamil saat berusia lebih dari 35 tahun 2) Fertilisasi in vitro 3) Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 4) Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya 5) Infertilitas 6) Mioma uteri 7) Hidrosalping

(Rachimhadhi, 2005)
4

2.5 Patofisiologi Tempat-tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat berimplantasi tepat pada sel kolumnar tuba maupun secara interkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah, sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi. Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot. Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul. Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai lapisan miosalping dengan merusak integritas pembuluh darah di tempat tersebut. Selanjutnya, hasil konsepsi berkembang, dan perkembangannya tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi, ketebalan tempat implantasi dan banyaknya perdarahan akibat invasi trofoblas. Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun ditemukan. Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik, intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol. Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella.Karena tempat implantasi pada kehamilan ektopik tidak ideal untuk berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada kehamilan ektopik adalah: 1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi 2. Abortus ke dalam lumen tuba 3. Ruptur dinding tuba. (Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 39)

2.6 Gejala Klinik Trias gejala dan tanda dari kehamilan ektopik adalah riwayat keterlambatan haid atau amenorrhea yang diikuti perdarahan abnormal (60-80%), nyeri abdominal atau pelvik (95%). Biasanya kehamilan ektopik baru dapat ditegakkan pada usia kehamilan 6 8 minggu saat timbulnya gejala tersebut di atas. Gejala lain yang muncul biasanya sama seperti gejala pada kehamilan muda, seperti mual, rasa penuh pada payudara, lemah, nyeri
5

bahu, dan dispareunia. Selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan pelvic tenderness, pembesaran uterus dan massa adneksa. (Saifiddin, 2002; Cunninghametal, 2005). Dikenal dengan sebutan trias adapun gejala kliniknya adalah : a. Amenorhoe Lamanya amenorhoe bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan. Dengan amenorhoe terdapat tanda hamil muda yaitu : morning sickness, mual-mual, perasaan ngidam . b. Terjadi nyeri abdomen Nyeri abdomen disebabkan kehamilan tuba yang pecah. Rasa nyeri dapat menjalar keseluruhan abdomen tergantung dari perdarahan didalamnya. Bila rangsangan darah dalam abdomen mencapai diafragma dapat terjadi nyeri didaerah bahu. Bila darahnya membentuk hematokel yaitu timbunan didaerah Cavum Dauglass akan terjadi rasa nyeri dibagian bawah dan saat buang air besar. c. Perdarahan Terjadinya abortus atau rupture kehamilan tuba terdapat pendarahan kedalam cavum abdomen dalam jumlah yang bervariasi. Darah yang tertimbun dalam cavum abdomen tidak berfungsi sehingga terjadi gangguan dalam sirkulasi umum yang menyebabkan nadi meningkat, tekanan darah menurun, sampai jatuh kedalam ke keadaan syok.

Hilangnya darah dari peredaran darah umum yang mengakibatkan penderita tampak anemia, ekstrimitas dingin, berkeringan dingin, kesadaran menurun dan pada abdomen terdapat tumpukan darah. Setelah kehamilannya mati, desidua dalam cavum uteri dikeluarkan dalam bentuk desidua seperti seluruhnya dikeluarkan bersama dalam bentuk perdarahan hitam seperti menstruasi. (Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 41)

2.7 Diagnosis Banding Kadaan keadaan patofisiologis baik didalam maupun di luar bidang kebidanan dan kandungan (obstetric ginekologi) perlu dipikirkan sebagai diagnosis bonding kehamilan ektopik terganggu. a. Kelainan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang didiagnosisbanding dengan KET antara lain : 1) Abortus
6

2) Kista ovary juga terpuntir, pecah atau terinveksi baik dengan atau tanpa kehamilan muda 3) Perdarahan uteri disfungsional atau metroraghia karena kelainan ginekologik atau organic lainnya 4) Endometriosis 5) Salpingitis 6) Rupture kista kiteal 7) Penyakit trofoblastik gestasional b. Kelainan atau penyakit diluar bidang kebidanan dan penyakit di luar bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang manifestasinya menyerupai KET adalah : 1) Apendisitis 2) Penyakit radang panggul (Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 42)

2.8 Alat Bantu Diagnostik 1. Tes kehamilan Yang dimaksut tes kehamilan disini adalah reaksi imunologik untuk mengetahui ada atau tidaknya hormone human chorionic gonadotropin (HCG) dalam air kemih. 2. Kuldosentesis Kuldosentesis adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah atau cairan lain. Cara ini tidak digunakan pada kehamilan ektopik belum terganggu. A. Teknik a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi. b. Vuva dan vagina dibesihkan dengan antiseptic. c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan tenakulum, kemudian dilakukan traksi ke depan swhingga forniks posterior ditampakkan. d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan sempit 10 ml dilakukan pengisapan. B. Hasil a. Positif Apabila dikeluarkan darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil. Darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterin. Untuk memudahkan sifat pengamatan sifat darah, sebaiknya darah yang dihisap disemprotkan pada kain kasa.
7

b. Negative Apabila cairan yang dihisap bersifat : 1) Cairan jernih, yang mungkin berasal dari cairan peritoneum normal atau kista ovarium yang pecah. 2) Nanah, yang mungkin berasal dari penyakit radang pelviks atau radang apendiks yang pecah (nanah harus dikultur). 3) Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku, darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertusuk. c. Nondiagnostik Apabila pada pengisapan tidak berhasil dikeluarkan darah atau cara lain. 3. Ultrasonografi Aspek yang terpenting dalam penggunaan ultrasonografi pada penderita yang diduga mengalami kehamilan ektopik adalah evaluasi uterus. Atas dasar pertimbangan bahwa kemungkinan kehamilan ektopik yang terjadi bersama-sama kehamilan uterin adalah 1:30.000 kasus, maka dalam segi praktis, maka dalam segi praktis dapat dikatakan bahwa apabila dalam pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kantung gestasi intrauterine, kemungkinan kehamilan ektopik dapat disingkirkan. 4. Laparoskopi Laparoskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir unntuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain menragukan. Melalui prosedur laparoskopik, lat kandungan dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit vistualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk dilakukan laparotomi. (Srawono Prawirohardjo, Ilmu Bedah Kebidanan, 2009 : 200)

2.9 Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik Terganggu Bagaimana sikap bidan / perawatan kebidanan dalam menggapai kahamilan ektopik terganggu?. Kehamilan ektopik tergantung merupakan masalah klinis yang memerlukan penanganan spesialistik, sehingga rujukan merupakan langkah yang sangat penting. Dengan gambaran klinis kehamilan ektopik terganggu, kiranya bidan dapat menegakkan diagnosis kemungkinannya sehingga sikap yang paling baik diambil adalah segera merujuk penderita (ibu) kefasilitas yang lebih lengkap seperti puskesmas, dokter atau langsung ke rumah sakit.
8

Sebagai gambaran penanganan spesialistis tersebut yang akan dilakukan adalah penatalaksanakaan kehamilan ektopik terganggu tergantung dalam beberapa hal, antara lain : lokasi kehamilan dan tampilan klinis. Sebagai contoh, penatalaksanaan kehamilan tuba berbeda dari penatalaksanaan kehamilan abdominal. Selain itu, perlu dibedakan pula penatalaksanaan kehamilan ektopik yang belum terganggu dari kehamilan ektopik terganggu. Tentu saja penatalaksanaan penderita dengan kehamilan ektopik yang belum terganggu berbeda dengan penatalaksanaan dengan kehamilan ektopik yang menyebabkan syok. Adapun prinsip umum penatalaksanaan kehamilan ektopik adalah sebagai berikut : a. Segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap (rumah sakit) b. Obtimalisasi keadaan umum ibu dengan pemberian cairan dan trasfusi darah untuk mengkoreksi hipofolemia dan anemia, pemberian oksigen atau bila dicurigai ada infeksi deberi juga antibiotic (pada keadaan syok segera diberikan infuse cairan dan oksigen sambil menunggu darah. Kondisi penderita harus diperbaiki, control tekanan darah, nadi dan pernafasan). c. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dengan penatalaksanaan bedah (operasi/laparatomi) setelah diagnosis dipastikan. (Anik Maryunani, Asuhan kegawatdaruratan dalam kebidanan, 2009 : 47)

2.10

Penangana Kehamilan Ektopik Terganggu 1. Upaya stabilisasi dengan merestorasi cairan tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.

2. Kemoterapi. Kriteria khusus diobati dengan cara ini kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah, diameter kantung gestasi 4 cm, perdarahan dalam rongga perut 100ml, tanda vital baik dan stabil. Obat yang digunakan metotrexate 1mg/kg IV dan sitrovorum vactor 0,1mg/kg IM berselang-seling setiap hari selama 8 hari. 3. Kuretase. 4. Laparatomi. Memperhatikan berbagai hal diantaranya kondisi penderita, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik, kondisi anatomik organ pelvik, kemampuan teknik bedah micro dokter operator, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. 5. Salpingektomia. Pada kondisi yang buruk seperti syok.

2.11

Reseksi Kehamilan Ektopik Terganggu A. Persetujuan Medik B. Persiapan Operasi a. Pasien b. Penolong c. Tim Operasi C. Pencegahan Operasi Dan Persiapan Operasi D. Tindakan Operasi a. Lakukan insisi mediana / pfannenstuel sepanjang 15 cm b. Perdalam insisi sehingga mencapai rongga peritoneum c. Hisap darah dalam rongga abdomen sehingga menampakkan lokasi kehamilan ektopik das umber perdarahan. Bila sulit melakukan identifikasi, angkat korpus uteri sehingga menampakkan kedua belah tuda dan adneksa. d. Klem bagian yang mengalami perdarahan atau mengandung masa kehamilan pada bagian medial dan lateral (massa berada di antara kedua klem). e. Perhatikan bagian yang telah di klem dan pastikan bahwa perdarahan telah dapat dihentikan serta tidak terdapat bagian-bagian lain yang ikut terjepit f. Angkat dinding perut dengan retractor, kemudian selipkan kasa besar yang membatasi organ genetalia interna (uterus, ovarium dan tuba) terhadap usus dibawah proksimalnya. Jepit ujung kasa dengan kocher ke kain penutup g. Reseksi bagian yang mengandung produk kehamilan (diantara 2 klem) dan simpan dalam larutan pegawet (untuk pemeriksaan PA) h. Sisa potongan tuba kemudian diikat dengan kromik catgut no 2 i. Cek perdarahan, jika tidak ada perdarahan selanjutnya dilakukan

reperitonealisai secara jelujur dengan benang plan catgut no 00 j. Yakinkan tidak ada perdarahan dengan memeriksa luka jahitan beberapa saat k. Kavum abdominal dicuci dengan larutan NaC 0,9% hangat, keluarkan kasa besar dan bersihkan sisa cairan / darah l. Kavum Douglas dibersihkan, periksa uba dan ovarium pada sisi lain, untuk memproduksi fertilitasnya m. Lakukan penjahitan dindin perut n. Aposisi kulit dilakukan dengan jahitan subkutikuler o. Luka operasi ditutup dengan kasa + pofidon iodine 10%
10

p. Kain penutup abdomen dilepaskan hati-hati tanpa menyentuh kasa penutup luka operasi q. Vagina dibersihkan dari sisa cairan / darah r. Daerah vulva juga dibersihkan dari cairan / darah E. Perawatan Pasca Bedah a. Periksa TTV, ukur jumlah urin dan jumlah perdarahan selama operasi, kadar hemoglobin b. Dokumentasi c. Buat perawatan : 1) Jadwal pemeriksaan TTV dan ukur input-output 2) Jenis poengobatan dan gejala-gejala yang harus diwaspadai 3) Kebutuhan transfusi, mobilisasi dan realimentasi (Sarwono Prawirohardjo, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2009 : 564)

11

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU Judul Tempat Tanggal : diberikan setelah dilakukan pemeriksaan pada pasien : untuk mengetahui dimana saja pasien melakukan pemeriksaan : untuk mengtahui kapan pasien melakukan pemeriksaan sehingga memudahkan dalam menjadwal kunjungan ulang. Jam : untuk mengetahui jam berapa dilakukan pemeriksaan

No. Reg : memudahkan tenaga kesehatan mencari data pasien di tepat pelayanan kesehatan I. Pengkajian A. Data obyektif 1. Biodata Nama Umur : memudahkan untuk memanggil klien. : mengetahui terlalu penyebab terjadinya KET

Pendidikan: mengetahui pendidikan ibu untuk pemberian konseling. Agama : menentukan cara pemberian asuhan sesuai keyakinan.

Suku/bangsa: mengetahui adat istiadat klien. Pekerjaan : mengatahui aktivitas klien. Alamat : mempermudah menghubungi klien.

2. Keluhan utama Ibu mengatakan mengatakan anak pertama usia kehamilan 3 bulan dating untuk memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan mengeluarkan darah sedikit (flek) pada celana. (Ratna Dewi Pudiastuti. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal & Patologi, 2011 : 72) 3. Riwayat kesehatan klien Data-data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini dikaji untuk mengetahui penyakit yang di derita oleh ibu saat ini. Seperti penyakit menular, menahun dan menurun Riwayat kesehatan yang lalu 4. Riwayat kesehatan keluarga Dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita oleh keluarga
12

Data yang diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit keluarga atau penyakit akut, kronis seperti jantung, DM, hipertensi, dan asma 5. Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali ibu menikah, status menikah sah atau tidak 6. Riwayat haid Untuk mengetahui usia ibu menarce apakah ibu terlambat haid atau tidak karena berpengaruh dengan KET, siklus, banyaknya, teratur atau tidak, warnanya, ada atau tidak flour albus 7. Riwayat obstetric Hamil Ke 1 UK H Jenis A Persalinan Anak JK N Nifas H/M ASI penyulit I

suami 1

penolong tempat penyulit BB/PB usia M I L I

KB

8. Riwayat KB Dikaji untuk mengetahui ibu menggunakan alat kontrasepsi apa saja, berapa lama ,dan ada keluhan atau tidak. Karena KB dapat mempegaruhi penyebab KET seperti KB AKDR. 9. Pola pemenuhan sehari-hari Pola Nutrisi Selama hamil Dikaji untuk mengetahui pola makan dan minum ibu sebelum hamil Eliminasi Dikaji untuk berapa kali BAB dan BAK serta adakah penyulit. Aktivitas Ibu Selama nifas Dikaji untuk

mengetahui pola makan dan minum ibu selama hamil Dikaji untuk berapa

kali BAB dan BAK serta adakah penyulit. mengatakan

mengatakan Ibu

mengatakan melakukan mengatakan melakukan pekerjaan rumah tangga pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, seperti menyapu,
13

memasak, mencuci. Istirahat Mengetahui istirahat ibu

memasak, mencuci. pola Mengetahui pola selama

selama istirahat

ibu

sehari dan idealnnya sehari dan idealnnya, istirahat 8 jam namun mastitis pada ibu

istirahatnya

akan berkurang karena sering merasa nyeri

pada payudara Seksual Dikaji berapa kali ibu Ibu belum berhubungan melakukan hub seksual dengan dalam seminggu Personal hygiene Mengkaji suaminya

selama masa nifas kebersihan

kebersihan Mengkaji

diri ibu meliputi mandi, diri ibu meliputi mandi, gosok gigi,keramas, gosok ganti gigi,keramas, celana dalam,

ganti celana dalam,

menjaga

kebersihan

pada daerah payudara dan mengganti BH 2x sehari Kebiasaan sehari-hari Untuk mengetahui kebiasasaan ibu seharihari Untuk mengetahui

kebiasasaan ibu seharihari

10. Kehidupan sosial budaya Untuk mengetahui kehidupan ibu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan keluarga. 11. Riwayat psikososial a. Psikologi Untuk mengetahu respon ibu terhadap bayinya Ibudengan KET cemas dan sulit tidur karena nyeri pada adneksa kanan dan kiri.
14

b. Kebutuhan dukungan suami dan keluarga Ibu mengatakan bahwa dari pihak suami dan keluarga sangat khawatir dengan kondisi ibu saat ini. 12. Riwayat spiritual Ibu mengatakan beragama islam dan rajin beribadah. B.Data Objektif Data yang biasa diobservasi dan diukuroleh tenaga kesehatan. 1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum :untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialami ibu (baik) b. Kesadaran : untuk mengetahui tingakat kesadaran ibu composmentis, apatis, somnolen, koma (compos mentis) c. Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu normalnya (100/70mmHg140/90mmHg), umumnya tekanan darah menurun. d. Suhu : untuk mengetahui suhu badan ibu hipotermi atau tidak normalnya (36,50C37,50C) e. Nadi : untuk mengetahui denyut nadi yang dihitung dalam 1 menit normalnya (6080 x/menit), umunya nadi meningkat (takhikardia) f. Respiratory Rate : untuk mengetahui frekuensi pernapasan klien normalnya 1624x/menit g. TB :untuk mengetahui tinggi badan ibu nomalnya > 145 cm h. BB : untuk mengetahui berat badan ibu i. LILA : untuk mengetahui apakah ibu terkena kekurangan energy kronis atau tidak normalnya > 23,5 cm 2. Pemeriksaan Fisik a. Kepala inspeksi: untuk mengetahui keadaan rambut, warna rambut

b. Wajah inspeksi: untuk mengetahui adanya odema atau tidak, muka terlihat pucat atau tidak (biasanya pucat) c. Mata inspeksi: mengetahui warna konjungtiva merah muda atau pucat (biasanya pucat) dan sklera berwarna putih atau kuning
15

d.

Hidung inspeksi: untuk mengetahui adanya kelainan, adanya benjolan dan sekret.

e. Telinga inspeksi: mengetahui adanya serumen atau tidak.

f. Mulut, gigi dan gusi inspeksi : mengetahui adanya stomatitis atau tidak,adanya karies atau tidak.

g. Leher inspeksi: mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid dan pembengkakan vena jugularis. Palpasi: mengetahui adanya pembesaran kelenjar tiroid dan pembengkakan vena jugularis. h. Dada inspeksi: mengetahui ada atau tidak retaraksi dada auskultasi: mengatahu ada atau tidaknay wheezing atau ronchi

i. Payudara inspeksi : mengetahui adanya pembesaran atau tidak, kesimetrisan letak payudara, adanya hiperpigmentasi pada areola. palpasi : mengetahu ada atau tidak benjolan pada payudara, ada atau tidak nyeri tekan, ASI sudah keluar atau belum j. Abdomen inspeksi: ada atau tidak linea, terlihat luka bekas operasi atau tidak palpasi : terdapat tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire) hal ini disebabkan karena darah masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, tanda cairan bebas dalam abdomen. Auskultasi : perut kembung

k. Genetalia Inspeksi: mengetahui adanya Palpasi : nyeri goyang pada pemeriksaan serviks, serviks terlalu lunak dan nyeri tekan, korpus uteri normal atau sedikit membesar kadang sulit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat. l. Anus inspeksi: mengetahui adanya haemorrhoid

m. Ekstremitas inspeksi :, adanya varises atau tidak dan mengetahui


16

Palpasi : mengetahui adanya odema atau tidak, biasanyan ekstrimitas dingin Perkusi : reflek patela kanan dan kiri.

3. Pemeriksaan Penunjang Untuk mengetahui pemeriksaan yang tidak dapat dilakukakn dengan pemeriksaan fisik. a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. b. USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri Adanya massa komplek di rongga panggul

c. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. d. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. e. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus (Ratna Dewi Pudiastuti. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal & Patologi, 2011 : 75 Dan Anik Maryunani. Asuhan kegawatdaruratan Dalam Kebidanan, 2009 : 43)

II.

INTERPRETASI DATA DASAR Dx : Ny. G. P.. UK.dengan kehamilan ektopik terganggu Ds : Ibu mengatakan ada perdarahan pada jalan lahir, ada nyeri perut sebelah kanan. Do : 1. Keadaan umum dan vital sign a. Keadaan umum : lemah b. Tekanan darah : 110/700 mmHg c. Suhu : 380 C d. Nadi : 90x/menit e. Respiratory Rate : 18x/menit f. Pemeriksaan fisik 1) Wajah inspeksi: untuk mengetahui adanya odema atau tidak, muka terliat pucat atau tidak (biasanya pucat) 2) Mata
17

inspeksi: mengetahui warna konjungtiva merah muda atau pucat (biasanya pucat) dan sklera berwarna putih atau kuning

3) Abdomen inspeksi: ada atau tidak linea, terlihat luka bekas operasi atau tidak palpasi : terdapat tanda-tanda rangsangan peritoneal (nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, defense musculaire) hal ini disebabkan karena darah masuk ke dalam rongga abdomen akan merangsang peritoneum, tanda cairan bebas dalam abdomen. Auskultasi : perut kembung

4) Genetalia inspeksi: mengetahui adanya Palpasi : nyeri goyang pada pemeriksaan serviks, serviks terlalu lunak dan nyeri tekan, korpus uteri normal atau sedikit membesar kadang sulit diketahui karena nyeri abdomen yang hebat. 5) Ekstremitas Palpasi : mengetahui adanya odema atau tidak, biasanyan ekstrimitas dingin g. Pemeriksaan Penunjang 1) Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. 2) USG : Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri Adanya massa komplek di rongga panggul

3) Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. 4) Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. 5) Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus

III.

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL. Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
18

a. Syok hipovolemik Penurunan volume intravaskuler yang disebabkan karena kehilangan cairan, penurunan asupan / pemasukan cairan dan redistribusi ciran dari kompartemen / bagian intravaskuler ke ruang-ruang interstestial dan interluminal. b. Abortus iminens Terjadi perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan suatu kehamilan. c. Abortus inkomplit Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil konsepsi telah diluar kavum uteri melalui kanalis servikalis. d. Rupture tuba Robekan yang terjadi pada tuba

IV.

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA ATAU KOLABORASI Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Melakuakn kolaborasi dengan dokter spesialis kandungan dan melakukan rujukan ke Rumah Sakit.

V.

INTERVENSI Tanggal:.. jam:.

Dx : Ny. G. P.. UK.dengan kehamilan ektopik terganggu Masalah : gangguan rasa nyaman (cemas) Tujuan : setelah dilakukan penanganan 1 x 24 jam diharapkan pasien dapat Kreteria Hasil :
19

a. Tanda-Tanda Vital TD S N RR : 100/60 140/90 mmHg : 36,5 37,5 0C : 60 90 x/menit : 16 24 x/menit

b. Ibu tidak cemas dan merasa tenang c. Kehamilan Ektopik Terganggu dapat ditangani sesuai dengan pengobatannya Planning : 1. Jelaskan kondisi ibu saat ini Rasional : ibu mengetahui keadaannya saat ini 2. Jelaskan pada ibu bahwa dukungan keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan ibu Rasional : ibu memerlukan dukungan dari keluarga terdekat agar tidak terbebani 3. Anjurkan ibu untuk melakukan test laboratorium Rasional : ibu mengetahui penyakit yang diderita 4. Kolaborasi dengan dokter spesialis obgyn Rasional : ibu memperoleh penanganan ari dokter spesialis obgyn

Masalah : Cemas 1. Jelaskan pada ibu tentang kehamilan ektopik terganggu Rasional : Kecemasan ibu berkurang

VI. IMPLEMENTASI Tanggal : jam :

1. Menjelaskan kondisi ibu bahwa kehamilan ektopik terganggu berbahaya bagi kondisi ibu apabila tidak segera di tangani. 2. Menjelaskan kepada ibu bahwa dukungan keluarga sangat penting dalam proses penyembuhan ibu serta memberikan motivasi kepada ibu bahwa ibu dapat menghadapi masalah ini

20

3. Menganjurkan

ibu

untuk

melakukan

tes

laboratorium,

USG,

Kuldosentesis

Ultrasonografi di Rumah Sakit 4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam a. Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium, USG, Kuldosentesis Ultrasonografi. b. Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu.

Masalah : Cemas 1. Menjelaskan pada ibu bahwa kehamilan ektopik terganggu dapat di tangani dengan pengobatan dan tindakan lanjut yang di lakukan oleh dokter spesialis obgyn.

VII. EVALUASI Tanggal : Jam :

S : ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang disampaikan oleh bidan. O : ibu menganggukkan kepala tanda mengerti dan dapat mengulangi penjelasan yang telah diberikan. A : Ny. G. P.. UK.dengan kehamilan ektopik terganggu P : Ingatkan ibu untuk melakukan tes laboratorium di Rumah sakit Ingatkan ibu untuk melakukan kunjungan ke dokter spesialis obgyn / ke rumah sakit

21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang tempat implantasi/ nidasi/ melekatnya buah kehamilan di luar tempat yang normal, yakni di luar rongga rahim Sedangkan yang disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu adalah suatu kehamilan ektopik yang mengalami abortus ruptur pada dinding. Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri

menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita kehamilan ektopik. Tempattempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba (lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri, ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal.

3.2 Saran 1. Bagi institusi : sebagai bahan bagi rekan-rekan mahasiswa prodi DIII Kebidanan Akes Rustida, dan juga pihak Akes Rustida data memberikan tambahan tentang kegawatdaruratan obstetric dalam hal ini kehamilan ektopik terganggu dengan lengkapanya refrensi buku yang didaatkan mahasiswa. 2. Bagi penulis : meningkatakan pengetahuan dan keterampilan dalam proses manajemen asuhan kebidanan pada kegawatdaruratan obstetric, dalam hal ini kehamilan ektopik terganggu. 3. Bagi kelompok : meningkatakan pengetahuan dan membangun kerjasama yang baik dalam sebuah tim sebagai pelatihan dasar dalam penyususan makalah dan pengenalan pembuatan karya tulis sebagai salah datu persyaratan dalam menyelesaikan ujian ahir di jenjang pendidikan DIII Kebidanan Akes Rustida

22

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : PT. Bina Ustaka Sarwono Prawirohardjo Http://Jurnalbidandiah.Blogspot.Com/2012/07/Komplikasi-Masa-Nifas-Infeksi Payudara_19 Marmi, Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Bedah. Jakarta : PT. Bina Ustaka Sarwono Prawirohardjo Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Dan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika

23

LEMBAR KONSULTASI No Tanggal Keterangan Paraf

24

You might also like