You are on page 1of 27

1

LATAR BELAKANG
Metode pengobatan luka turun temurun di daerah Tapanuli Selatan, Sumatra Utara Prevalensi penyakit Diabetes Melitus tipe 2 sangat tinggi dikarenakan buruknya life style Adanya prinsip bahwa kemakmuran dinyatakan dari tingkat kegemukan seseorang Gangrene sendiri merupakan komplikasi Diabetes Melitus yang sulit diobati karena banyak faktor yang mempengaruhinya

Bakteri >>

Biji Gambas
2

Flora normal dapat mengalami pertumbuhan berlebih dan menyebabkan infeksi.

Infeksi lebih berat : abses luas, proses invasif, kerusakan organ bahkan syok yang disebut Toxic Shock Syndrom.

Staphylococcus aureus

Karakteristik
Bahan Makanan Mudah didapatkan Murah

Flora normal dalam tubuh manusia

Perlu dikembangkan alternatif pengobatan baru.

Biji Gambas (Luffa acuntangula)


Mengandung senyawa Saponin yang terdiri dari 2 turunan yaitu Steroid alkaloid dan Triterpenoid Senyawa Saponin mudah larut dalam alkohol

EFEK ANTIMIKROBA

???

Rumusan Masalah
Apakah pemberian Ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus?

Tujuan
Umum : Membuktikan bahwa pemberian Ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Khusus Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi Ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

Manfaat
Menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam pemanfaatan tanaman herbal. Memberikan informasi mengenai efektivitas ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Menambah landasan teori mengenai manfaat biji gambas (Luffa acuntangula), tanaman herbal dari Asia , yang berpotensi menjadi salah satu strategi penghambat pertumbuhan abnormal dari Staphylococcus aureus.
4

Staphylococcus aureus
Morfologi :
Kokus gram positif Mudah tumbuh diberbagi medium Flora normal kulit diameter 0,8 m

Faktor Patogenitas
Struktur Antigen
Asam teikhoat Peptidoglikan

Metabolit
Non Toksin Toksin

Pembenihan
Uji Katalase NAP BAP Mannitol Agar

Biji Gambas
Cucurbitasin Menurunkan kadar gula darah Menurunkan Kadar LDL Anti Kanker Saponin Steroid Alkaloid Hambat sintesis dinding sel

Triterpenoida

Denaturasi protein

Kerangka Konsep
Menghambat sintesis dinding sel Denaturasi protein

Steroid Alkaloid Biji Gambas Saponin Triterpenoida

Hambatan Pertumbuhan Staphylococcus aureus

Kandungan Cara kerja Menginduksi

Diteliti

Hipotesis Penelitian
Ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) memiliki efektifitas sebagai antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Desain Penelitian
True Experimental Design Uji antimikroba secara IN VITRO dengan menggunakan tube dilution test.

Pengulangan dan Sampel


Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Jumlah pengulangan yang digunakan dalam penelitian dihitung dengan rumus: P (n-1) 1524 6 (n-1) 15 6n 21 n 3,5 ~ 4 Keterangan : p = jumlah perlakuan ( konsentrasi 6 macam ) n = besar sampel yang diperlukan Jadi penelitian ini menggunakan 4 isolat Staphylococcus aureus.

10

Variabel Penelitian
Variabel Bebas ekstrak biji gambas (Luffa acuntangula) dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25 dan 3,125%. Variabel Terikat Penelitian pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kekeruhan yang timbul pada media cair untuk menentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan jumlah koloni yang tumbuh pada media agar padat untuk menentukan Kadar Bunuh Minimum (KBM).

11

Proses Penelitian
Ekstraksi Identifikasi Bakteri Hasil Dilusi Tabung Pembiakan NA

12

Proses Ekstraksi
Cara Kerja : Timbang bahan yang akan diekstrak dengan jumlah tertentu. Masukkan ke dalam beker gelas dan tuangkan pelarut dengan perbandingan (1 : 3). ex :1 kg bahan dalam 3 ltr pelarut. Rendam bahan dan diamkan pada suhu kamar selama minimal 2 x 24 jam dengan sesekali diaduk (Proses ekstrak dapat dipercepat dengan ultrasonic) Setelah 2 x 24 jam, saring bahan dengan menggunakan kertas saring whatman no 40 dan pelarut yang diperoleh (yang mengandung bahan aktif) di evaporasi untuk menghilangkan sisa pelarut. Oven sisa pelarut yang masih tersisa pada suhu 40 50 C hingga bahan benar-benar tidak mengandung pelarut.
Keuntungan dari metode ini : 1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam 2. Beaya operasionalnya relatif rendah 3. Prosesnya relatif hemat penyari 4. Tanpa pemanasan Kelemahan dari metode ini : Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

13

Hasil Dilusi Tabung

14

Biakan Media NA : Koloni Staphylococcus aureus dengan berbagai konsentrasi ekstrak biji gambas

15

Pertumbuhan Koloni Staphylococcus aureus


Perlakuan (dosis) Ulangan sampel 1 2 3 4 Rata-rata Std. dev.

0%
25% 30% 35%

10772
4900 3543 546

10756
4900 763 979

10734
5379 1208 549

10785
4705 1322 337

10762 21.98
4971 287.11 1709.0 1246.23 602.8 269.75

40%
45% 50%

105
23 0

133
25 0

184
40 0

207
53 0

157.3 46.58
35.3 14.06 0.0 0

55%

0.0 0
16

Grafik rataan jumlah koloni Staphylococcus aureus terhadap berbagai konsentrasi ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula)

17

Analisa Data
Analisis One-Way Anova
Uji Kolmogorov-Smirnov Uji Levene (Levene test homogeneity of variances)

Analisa Post Hoc Test (Tukey Test) Analisis Korelasi Analisis Regresi Linier

18

Uji Kolmogorov-Smirnov
Variabel Jumlah bakteri Staphylococcus aureus (data sebelum di transformasi log) Jumlah bakteri Staphylococcus aureus 1.006 0.263 Data berdistribusi normal K-S Statistik Nilai Signifikansi Kesimpulan Data tidak berdistribusi normal

1.822

0.003

(Logaritma)

Uji Levene (Levene test homogeneity of variances)


Variabel Uji Levene

F hitung = 2.722 Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Sig. = 0.053


19

One Way ANOVA


Sumber Keragaman Perlakuan Derajat bebas (db) 7 Jumlah kuadrat 67.785 Signf Kuadrat tengah F (p-value) 9.684 476.105 0.000

Error

24

0.488

0.020

Total

31

68.273

20

Pembandingan antar Perlakuan dosis

Beda ratarata jumlah bakteri 0.336 0.873 1.283 1.850 2.510 4.032

Sig.

Keputusan

25 % 30 %

0.048 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan

Tukeys Test

0%

35 % 40 % 45 % 50 %

55 %
30 % 35 % 25 % 40 % 45 % 50 % 55 %

4.032
0.537 0.947 1.514 2.174 3.696 3.696

0.000
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Berbeda signifikan
Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan

35 %
30 % 40 % 45 % 50 % 55 % 40 % 35 % 45 % 50 % 55 % 40 % 45 % 50 % 55 % 45 % 50 % 55 %

0.410
0.977 1.637 3.159 3.159 0.567 1.227 2.749 2.749 0.660 2.181 2.181 1.522 1.522

0.009
0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000

Berbeda signifikan
Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan Berbeda signifikan

50 %

55 %

0.000

1.000

Tidak berbeda signifikan

21

Analisis Korelasi
R ( -0,827). Nilai ini menunjukkan bahwa hubungan dosis ekstrak biji gambas dan jumlah Staphylococcus aureus sangat erat. Tanda negatif hubungan kedua variabel tersebut berkebalikan. Semakin tinggi dosis biji gambas, maka semakin sedikit jumlah koloni Staphylococcus aureus yang tersisa.

22

Analisis Regresi Linier


Persamaan regresi Y = 4.963 0.080 X R Square 78.5%

23

Pembahasan
Penelitian ini untuk membuktikan efek ekstrak biji gambas sebagai antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro Metode: dilusi tabung Pengujian bahan pada NA KBM: 50% Semakin > konsentrasi ekstrak semakin < jumlah koloni) Bahan aktif dlm ekstrak biji gambas
Saponin bekerja dengan cara meliputi membranolitik dan juga mendenaturasi protein bakteri.
24

Kesimpulan
Ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) memiliki efek antimikroba terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro Semakin tinggi konsentrasi ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) maka semakin rendah tingkat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus Kadar Hambat Minimal (KHM) ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) terhadap Staphylococcus aureus tidak dapat ditemukan. Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) terhadap Staphylococcus aureus berada pada konsentrasi akhir 50%
25

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan langkah ekstraksi biji gambas (Luffa acuntangula) supaya dihasilkan ekstrak yang murni dan homogen. Perlu ada standardisasi dalam pemilihan bahan, pembuatan ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) serta lama masa simpan ekstrak yang masih memiliki efek antimikroba. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan fungsi biji gambas (Luffa acuntangula) sebagai adjuvant dalam terapi antibiotika infeksi bakteri Staphylococcus aureus Diharapkan dapat dilakukan penelitian lanjutan berkaitan dengan efek ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula) pada bakteri lain, fungi, maupun virus. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai zat-zat aktif lainnya yang terdapat dalam biji gambas (Luffa acuntangula) yang mempunyai efek sebagai antibakteri. Diperlukan uji farmakokinetika untuk dapat mengetahui proses absorpsi, distribusi, metaboisme, serta sekresi dari ekstrak etanol biji gambas (Luffa acuntangula). Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek toksik dari biji gambas (Luffa acuntangula).

26

27

You might also like