You are on page 1of 23

5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
1. Pengertian.
Anemia adalah suatu keadaan penurunan kadar hemoglobin
hemotrokit dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. (Depkes, 2007).
Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan
defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin
yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 diantara
jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang
darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) dibawah nilai normal.
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah,
misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi
karena kekurangan zat besi. Anemia difisiensi besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi diusus, perdarahan akut maupun
kronis dan meningkatnya kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil,
masa pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit
2. Patofisiologi anemia pada kehamilan.
Perubahan hematology sehubungan dengan kehamilan adalah oleh
karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45 65 % dari
5
6
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 100 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta
kembali normal 3 bulan setelah partus, stimulasi yang meningkat volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi
aldesteron
3. Etiologi
Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu :
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
b. Perubahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c. Kurangnya zat besi dalam makanan.
d. Kebutuhan zat besi meningkat.
(Manuaba, 1999 )
Penyebab tersering dari anemia adalah kurangnya zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi , Vit B12, dan asam
folat. Selebihnya akibat dari beragram kondisi seperti perdarahan, kelainan
genetik, penyakit kronik , keracunan obat , keracunan Pb dan sebagainya.
Anemia sebagai akibat kekurangan gizi disebut anemia gizi, yang
sebagian besar dianggap sebagai akibat kekurangan besi atau asam folat.
Jangankan di lingkungan masyarakat awam, di lingkungan pakar
kesehatan dan gizi di tingkat dunia pun sering terjadi keracunan dalam
mengintepretasikan data anemia (Prawirohardjo, 2002 ).
7
4. Gejala klinis.
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi,
bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala gejala penyakit dasarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan
gejala penyakit dasarnya. Gejala gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang dan perubahan jaringan epitel kuku,
gangguan system neurumuskular lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran limpha. Pada umumnya sudah disepakati bahwa bila kadar
hemoglobin <7 gr/dl maka gejala gejala dan tanda tanda anemia
akan jelas. Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status
anemia ibu hamil, didasarkan pada kriteria WHO tahun 1972 yang
ditetapkan dalam 3 kategori yaitu normal ( 11gr/dl), anemia ringan (9-10
gr/dl) dan anemia sedang (8-7 gr/dl) dan anemia (< 7 gr/dl). Berdasarkan
hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11,28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7,63 mg/dl dan
tertinggi 14 .00 mg/dl
3
(Saifudin 2000).
5. Dampak anemia defisiensi besi pada ibu hamil.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko. Menurut penelitian,
tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen (Gizi.net, 2009).
Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka
8
prematuritas, BBLR dan angka perinatal meningkat. Disamping itu
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita
yang anemis dan lebih sering berakibat fatal.
B. Zat Besi ( Besi ) dan Tablet Tambah Darah
1. Zat besi (besi)
Secara alami zat besi diperoleh dari makanan. Besi terdapat
dalam bahan makanan hewani, kacang kacangan dan sayuran berwarna
hijau tua. Pemenuhan besi yang kurang oleh tubuh memang
sering dialami sebab rendahnya penyerapan besi di dalam tubuh
terutama dari sumber besi nabati. Penyerapan besi asal bahan
makanan hewani dapat mencapai 10 20 %. Besi bahan makanan
hewani (heme) lebih mudah daripada besi nabati (non heme).
Jumlah zat besi yang harus diserap tubuh setiap hari 1 mg atau
setara dengan 10-20 mg zat besi yang terkandung dalam makanan. Zat
besi pada pangan hewani (heme) lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-
30% . Sedangkan sumber nabati (non heme) hanya 1-6 %. Zat besi non
heme absorbsinya dapat ditingkatkan apabila terdapat kadar vitamin C
yang cukup. Vitamin C dapat miningkatkan absorbsi zat besi non heme
sampai dengan 4 kali lipat.
Vitamin C dapat membantu transfer zat besi dari
darah ke dalam bentuk ferritin untuk disimpan di hati dan membantu
memproduksi beberapa enzim yang mengandung besi. Jika terdapat sekitar
9
25-30 mg vitamin C dalam menu makanan yang dapat meningkatkan
absorbsi zat besi sebesar 85 %. Sedangkan jika terdapat 25-75mg
vitamin C dalam menu makanan yang dikombinasikan dengan
24-36 gr faktor dapat meningkatkan absorbsi zat besi non heme sebesar
8 % ( Gizi.net, 2003).
Keanekaragaman konsumsi makanan sangat penting dalam
membantu penyerapan besi didalam tubuh, kehadiran protein hewani,
vitamin C, asam folat dan gizi mikro lain juga dapat meningkatkan
penyerapan zat besi. Manfaat lain mengkonsumsi makanan sumber zat
besi adalah terpenuhi vitamin A. Makanan sumber zat besi umumnya
merupakan sumber vitamin A.
Zat besi yang terdapat dalam semua sel tubuh berperan
penting dalam berbagai reaksi biokimia, diantaranya memproduksi sel
darah merah. Sel ini sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh. Sedangkan oksigen penting dalam pembentukan energi
agar produktifitas kerja meningkat dan tubuh tidak cepat lelah. Zat besi
juga unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar tidak
mudah terserang penyakit. Menurut penelitian orang dengan kadar Hb
kurang dari 10 g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan
bakteri) yang rendah pula (Subagio, 2006).
2. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil.
Selama kehamilan kebutuhan zat besi bertambah sejalan
perkembangan janin, plasenta dan peningkatan sel darah merah ibu.
10
Disamping itu pula volume darah ibu meningkat sehingga jumlah zat besi
yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah juga mengalami
peningkatan.
Pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan
sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih
lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga volume darah dalam
tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %. Ini ekuivalen dengan 450 mg
zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Jadi kebutuhan zat besi
untuk setiap wanita berbeda - beda sesuai siklus hidupnya, dimana wanita
hamil perlu tambahan zat besi sekitar 20 mg per hari.
Kenaikan volume darah akan meningkat kebutuhan besi atau zat
besi. Jumlah besi yang diperlukan ibu hamil untuk mencegah anemia
akibat meningkatnya volume darah adalah 500Mg. Selama kehamilan
seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1000Mg termasuk
untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri.
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah janin dan plasenta.
Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap
kehamilan adalah:
11
Tabel 1. Kebutuhan zat besi ibu hamil
Pada saat kehamilan Jumlah kebutuhan zat besi
Meningkatnya darah ibu 500 Mg Besi
Terdapat dalam plasenta 300 Mg Besi
Untuk darah janin 100 Mg Besi
Jumlah 900 Mg Besi
Jika persediaan cadangan besi minimal, maka setiap kehamilan
akan menguras persediaan besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia
pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena
darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengenceran) dengan peningkatan
volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34
minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin
sekitar 19 %. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11gr % maka
dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia fisiologis dan
Hb ibu akan menjadi 9,5 % sampai 10gr % (Manuaba, 1999).
3. Tablet Tambah Darah
Penanggulangan anemia dan pemenuhan kebutuhan zat besi (Besi)
pada wanita hamil sudah dilakukan secara nasional dengan pemberian
suplementasi pil zat besi atau Tablet Tambah Darah . Tablet tambah darah
adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg Besirro
Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 asam folat.
Penyimpanan tablet tambah darah adalah di tempat yg kering,
12
terhindar dari sinar matahari langsung. Jauh dari jangkauan anak - anak
dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat.
Suplemen tablet tambah darah memang diperlukan untuk kondisi
tertentu, misalnya pada wanita hamil. Cara minum tablet tambah darah
untuk ibu hamil, 1 tablet tambah darah setiap hari paling sedikit selama 90
hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
( Gizi.net, 2007).
Suplementasi tablet tambah darah dapat meningkatkan kadar Hb
dan berat badan. Peningkatan berat badan tersebut diakibatkan karena
peningkatan kadar Hb dalam darah. Dengan meningkatnya kadar Hb akan
menyebabkan oksigenasi sel menjadi lebih baik, metabolisme meningkat
dan fungsi sel akan optimal sehingga daya serap makanan lebih baik dan
timbul rasa lapar sehingga nafsu makan bertambah yg menyebabkan
asupan makanan meningkat sehingga terjadi kenaikan berat badan
(Gizi.net, 2003).
Gejala sampingan yang muncul setelah minum tablet tambah darah
kadang - kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti
perut terasa tidak enak, mual, susah buang air besar, dan tinja berwarna
hitam. Untuk mengurangi gejala sampingan diminum setelah makan
malam, menjelang tidur. Akan lebih jika setelah minum tablet tambah
darah disertai makan buah-buahan seperti : pisang, papaya, jeruk dan lain
lain.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mengkonsumsi
13
tablet tambah darah antara lain minum tablet tambah darah dengan air
putih, jangan minum dengan teh, susu, coklat atau kopi, karena dapat
menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya
menjadi berkurang. Sehingga berikan jarak waktunya antara pemberian
makanan atau suplemen zat besi dengan mengkonsumsi teh, susu, coklat,
atau kopi, sekitar 1,5 2 jam setelah makan. Karena sifatnya yg
menghambat zat besi dan susu sendiri juga tidak mengandung zat besi.
Minum teh setelah makan atau suplemen zat besi dapat menghambat
penyerapan zat besi kedalam tubuh sehingga 80%(Gizi.net.2007)
C. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan adalah kepatuhan dalam menepati anjuran sesuatu
terhadap kebiasaan sehari-harinya dan dapat dinilai dengan score
penelitian. Kepatuhan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dimana
pendidikan merupakan suatu dasar utama dalam keberhasilan pencegahan
atau pengobatan. Tujuan pendidikan antara lain meningkatkan kepatuhan
dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), menambah kepercayaan din pada
ibu hamil dan dapat menghambat terjadinya defisiensi zat besi (Fe) (Sri
Hartini, 1993).
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat
diamati oleh pihak luar. Perilaku terdiri dari Persepsi (Perception), Respon
14
terpimpin (Guided Rcspons), Mekanisme (mechanism), Adaptasi
(adaptation) (Notoatmodjo, 2003).
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi
karena perilaku merupakan hasil dart resultasi dari berba.gai faktor, baik
internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku
manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam
mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia
sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap.
Perilaku seseorang atau subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Dalam perilaku
kesehatan ntenurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) terbagi tiga
teori penyebab masalah kesehatan yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors) yaitu faktor-faktor
yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seesorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors) adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau menfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, serta jarak sarana pelayanan kesehatan.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang
15
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa perilaku berawal dart
adanya pengalainan seesorang serta didukung oleh faktor luar (lingkungan)
baik fisik maupun non fisik, kemudian dipersepsikan, diyakini, sehingga
menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak, yang pada akhirnya terjadilah
perwujudan niat yang berupa melakukan perilaku.
Gambar 1. Skema Perilaku
(Sumber : Modifikasi Lawrence Green dalam Soekidjo Notoatmodjo, 2003)
D. Pendidikan
1. Definisi pendidikan
a) Notoatmojo (2002) mengatakan bahwa :
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia
meningkatkan kpribadian atau proses perubahan perilaku menuju
kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan
membina dan mengembangkan potensi pribadinya, yang berupa rohani
(cipta, rasa, karsa) dan jasmani. Pendidikan merupakan kemajuan-
kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan.
Eksternal
a. Pengalaman
b. Fasilitas
c. Sosio-budaya
Internal
a.Persepsi
b.Pengetahuan
c.Keyakinan
d.Motivasi
e. Niat
f. Sikap
Respons
Perilaku
16
b) Suryo (2001) mengatakan bahwa :
Pendidikan adalah penamaan pengetahuan serta pengembangan
mental maupun ketrampilan yang berlangsung dengan jangkauan
waktu tertentu, sejak mulai waktu pelaksanaanya, sebaiknya juga
diawali dari analisis kebutuhan sampai dengan studi penerapan
pendidikan tersebut ditempat diharapkanya peserta didik dapat bekerja,
dan tidak berhenti sampai pada evaluai hasil pendidikanya saja.
2. Fungsi Pendidikan ( Ihsan, 1996)
Secara mikro, pendidikan tertentu membantu secara sadar
perkembangan jasmani dan rohani. Secara Makro kegiatan pendidikan
berlangsung dalam tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat.
a. Pendidikan keluarga
1) Merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk pertama kali
mendapat pengaruh sadar.
2) Keluarga sangat penting dalam membentuk pola kepribadian
anak, anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.
3) Dalam lingkungan keluarga yang harmonis mampu memancarkan
keteladanan bagi anak-anak, sehingga akan lahir anak yang
mempunyai kepribadian dengan pola yang mantap
b. Pendidikan sekolah
Sekolah merupakan jenis pendidikan yang berjenjang,
berstruktur dan berkesinambungan. Jenis pendidikan sekolah
17
mencakup pendidikan umum, kejurusan, kedinasan, keagamaan dan
pendidikan dasar, menengah, pendidikan tinggi serta ada pendidikan
pra sekolah. Mengenai jenjang pendidikan menuru undang-undang RI
No. 20 th 2003 tentang SISDIKNAS adalah :
1) Pendidikan dasar
Adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan serta
mempersiapkanya untuk mengikuti pendidikan menengah.
Merupakan bekal dasar bagi perkembangan kehidupan baik pribadi
maupun masyarakat oleh karena itu warga negara diberi
kesempatan memperoleh pendidikan dasar, yang terdiri dari SD
dan SMP.
2) Pendidikan menengah
Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial
budaya dengan alam sekitar serta dapat mengembangkan
kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau perguruan tinggi
terdiri dari pendidikan menengah umum dan kejuruan.
3) Pendidikan tinggi
Adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tingkat
tinggi yang bersifat akademik atau profesional sehingga dapat
18
menerapkan, mengembangkan pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan nasional serta meningkatkan kesejahteraan manusia.
c. Pendidikan di masyarakat
Masyarakat merupakan lembaga pendidikan ketiga yang ikut
bertanggung jawab dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui pendidikan dimasyarakat, anak akan dibekali dengan
penalaran, ketrampilan,dan sikap, makanya sering juga pendidikan
dimasyarakat dijadikan upaya untuk mengomptimalkan perkembangan
diri.
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Dari
kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang
tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dan bisa
mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993).
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian
tentang zat besi (Fe) serta kesadarannya terhadap konsumsi tablet zat besi (Fe)
untuk ibu. Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya
seseorang menyerap dan memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang
mereka peroleh. Keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat
ditentukan oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil.
Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan
informasi sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan
berdampak pada terjadi defisiensi zat best (Fe) (Suhardjo, Riyadi, 1990).
19
Semakin baik pendidikan ibu hamil, maka dalam menyerap informasi yang
diterima semakin baik khususnya tentang manfaat zat besi (Fe), hal ini
berdampak pada kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi (Fe)
karena ibu hamil mengetahui manfaat dari konsumsi zat best (Fe) bagi ibu
hamil.
E. Pengetahuan
1. Definisi
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar melalui mata dan
telinga.
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo(2003), pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting bagi pembentuk perilaku seseorang. Pengetahuan yang
mencakup domain kognitif mencapai 6 tingkatan, yakni :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang diterima, oleh sebab itu, tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
20
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginter-prestasikan objek.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari dalam situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Suatu kemapuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada.
3. Cara pengukuran pengetahuan
21
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sutu
objek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan menurut Waridjan (1991) dengan kriteria
a. Kategori baik bila 80-100 % (8-10) pertanyaan dijawab benar.
b. Kategori cukup bila 65-79 % (6-9) pertanyaan dijawan dengan benar.
c. Kategori kurang bila < 65% (<6) pertanyaan dijawab dengan benar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Nasution (1993), pengetahuan pada masyarakat dipengaruhi
beberapa faktor antara lain :
a. Sosial ekonomi
Sosial ekonomi yaitu lingkungan sosial akan mendukung
tingginya pengetahuan seseorang, keadaan ekonomi baik maka tingkat
pendidikan akan tinggi juga.
b. Kultur
Kultur yaitu budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan seseorang karena informasi-informsai yang baru akan
disaring sesuai dengan budaya yang ada.
c. Pendidikan
Pendidikan yaitu semakin tinggi pendidikan ia akan mudah
menerima hal-hal yang baru dan bisa menyesuaikan dengan mudah.
d. Pengalaman
22
Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, karena dengan
pendidikan yang tinggi maka akan mempunyai pengalaman yang lebih
tinggi.
e. Paparan media masa (Sukadinata, 2003)
Melalui bermacam-macam media, baik cetak maupun elektronik
berbagai informasi dapat diterima, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media masa (TV, radio, majalah, dan lain-lain) akan
memperoleh informasi yang banyak, dibanding dengan orang yang
tidak terpapar media massa.
5. Sumber Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), sumber dari pengetahuan didapat
melalui pengindraan. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia
yaitu : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap ibu hamil dan
menimbulkan suatu perilaku pada ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet
besi (Fe) setiap harinya. Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi
(Fe) yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet besi (Fe). Tanpa adanya pengetahuan tentang zat
besi (Fe), maka ibu sulit menanamkan kebiasaan dalam menggunakan
bahan makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan (Soekirman,
1999).
Pengetahuan tentang zat besi (Fe) akan berdampak pada sikap
23
terhadap pangan yang akan terlihat dari praktek dalam penyediaan
makanan sumber zat besi (Fe) yaitu kemampuan untuk menerapkan
informasi yang dimiliki dalam kehidupan sehari-harinya. Pengetahuan ibu
hamil tentang zat besi (Fe) yang baik di harapkan dapat menerapkan
khususnya dalam pemilihan bahan makanan sumber zat besi (Fe)
(Soekirman, 1999).
Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang
penting dalam masalah defisiensi zat besi (Fe). Hal ini dapat terjadi karena
masyarakat kurang mampu dalam menerapkan informasi tentang zat besi
(Fe) dalam kehidupan sehari-hari (Khumaidi, 1994). Semakin tinggi
pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) maka akan semakin patuh
dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). Ibu hamil dengan pengetahuan
tentang zat besi (Fe) yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) serta dalam pemilihan makanan sumber
zat besi (Fe) juga rendah. Sebaliknya ibu hamil yang memiliki
pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang baik, maka cenderung lebih
banyak menggunakan pertimbangan rasional dan semakin patuh dalam
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) (Sediaoetama, 1999).
F. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Zat Besi (Fe) Dengan Kepatuhan
24
Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe).
Terjadinya defisicnsi zat besi (Fe) pada ibu hamil disebabkan
karena kenaikan kebutuhan zat besi (Fe), hal ini dapat menyebabkan
anemia zat besi (Fe) yang bersumber pada pola konsumsi makanan berupa
energi, zat besi (Fe) dan vitamin C yang rendah. Pola menu dengan zat
besi (Fe) yang rendah sebagai penyebab utama dalam bahan makanan
yang prevalensinya masih tinggi yang diperberat dengan keadaan
detisiennsi zat best (Fe). Hal ini juga dipengaruhi oleh karakteristik ibu
hamil yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi dtablet
bei (Fe), dimana kurangnya daya beli makanan sumber zat besi (Fe) yang
rendah, kesibukan karena pekerjaan ibu hamil serta kurangnya
pengetahuan tentang zat besi (Fe) dari ibu hamil yang masih rendah yang
menyebabkan kesadaran untuk mengkonsumsi tablet besi (Fe) menjadi
kurang.
Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dan
karakteristik ibu hamil sangat mempengaruhi dalam hal kepatuhan ibu
hamil dalam mengkonsumsi tablet zat best (Fe) sehari-harinya, salah
satunya adalah pengetahuan tentang sumber makanan zat besi (Fe) dan
pola makan yang salah sebagai salah satu penyebab terjadinya defisiensi
zat besi (Fe), sebaliknya apabila seorang ibu mengetahui pengetahuan
tentang manfaat zat besi (Fe), maka pola makan akan diatur (Iptek, 2006),
Hal ini dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang pola makan
yang benar untuk ibu hamil khususnya macam-macam makanan yang
25
bersumber zat besi (Fe), sehingga dapat menimbulkan terjadinya anemia
pada saat kehamilannya.
Penangganan anemia dengan pemberian suplemen tablet zat besi
(Fe) yang merupakan suatu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
kadar zat besi (Fe) datum jangka waktu yang pendek pada ibu hamil.
Penanggulangan anemia defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil dengan
memberikan tablet zat besi folat (mengandung 60 mg elemental besi dan
250 ug asam folat) setiap hari satu tablet selama 90 hari berturut-turut
selama masa kehamilan. Hal ini di lakukan karena asupan sumber zat besi
(Fe) pada ibu hamil rnasih kurang yang memepengaruhi kadar
Hemoglobin yang rendah, maka dilakukan pemberian suplemen tablet besi
(Fe), yang di bagikan pada waktu memeriksakan kehamilan, di mana
suplemen tablet zat best (Fe) ini merupakan salah satu cara yang paling
elektif untuk meningkatkan kadar zat besi (Fe) dalam jangka pendek.
Suplementasi di tujukan pada golongan yang rawan mengalami defisiensi
zat besi (Fe) seperti ibu hamil, yang di lakukan secara gratis pada ibu
hamil melalui Puskesmas dan Posyandu (BPS, 1999).
Dari uraian diatas dalam mengurangi adanya anemia pada ibu
hamil, maka perlu upaya untuk menurunkan angka kejadian defisiensi zat
besi (Fe) sebagai akibat dari kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat
besi (Fe) yang kurang perlu kegiatan dalam meningkatkan kepatuhan
dalam mengkonsumsi tablet. Zat besi (Fe) dengan cara melakukan yang
meliputi penyuluhan dan konseling tentang pentingnya mengkonsurnsi
26
tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil, pencegahan anemia, melakukan deteksi
ibu hamil dengan pemeriksaan Hb dan pemberian tablet zat besi (tablet Fe)
serta yang dapat menurunkan angka kejadian anemia dalam kegiatan
pelayanan kesehatan misal program Posyandu.
G. Kerangka Teori
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Notoatmodjo (2002), Notoatmodjo (2007)
H. Kerangka Konsep
Faktor Prediposisi
(Predissposing Faktor )
Karakteristik Ibu :
- Umur
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Pekerjaan
- Pendapatan
Faktor yang memungkinkan
(Enabling faktor)
- Faktor jarak
- Sarana penunjang
Faktor-faktor yang
memperkuat
(Reinforcing faktor )
Sikap dan perilaku petugas
kesehatan/kader
Kepatuhan Dalam
Mengkonsumsi Tablet Besi
(Fe)
27
Gambar 3. Kerangka konsep penelitian.
I. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang zat besi (Fe) dengan
kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi.
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi tablet besi.
Pengetahuan
Pendidikan
Kepatuhan ibu hamil
mengkonsumsi tablet zat
besi (Fe)

You might also like