You are on page 1of 40

PERKOLASI

Perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak jenuh. Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat, jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari. Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah. Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi. Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Sedangkan rembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. Perkolasi juga dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh (antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).

Diposkan oleh Yoga Sugama di 5:36 AM


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook http://yogasugamaobamaindonesia.blogspot.com/2011/04/perkolasi.html

Laporan Tes Perkolasi


I. Tujuan Setelah melakukan kegiatan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat: - Mengetahui daya resap tanah dilapangan secara manual - Menganalisa hasil praktikum dengan mengunakan rumus yang berlaku II. Teori Singkat Air kotor yang keluar dari tangki septik melalui pipa penyalur atau pipa pelimpah masih mengandung bakteri dan kotoran yang dapat membahayakan kesehatan. Untuk menghindari penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan disekitar tangki septik tersebut masih diperlukan suatu proses lebih lanjut. Pemrosesan air atau efluen yang keluar dari tangki septik dapat dilakukan dengan pembuatan suatu bidang resapan. Sebelum pembuatan bidang resapan atau sumur resapan, kita perlu mengetahui daya resap tanah disekitar bangunan tersebut akan dibuat, agar efluen yang masuk ke dalam bidang resapan tidak mencemari tanah sekitarnya. III.Gambar Kerja

Tes Perkolasi

Downloads : Tes Perkolasi Minta Password Kirim ke Email sahnohilham2@gmail.com


Diposkan oleh tekniksipilunp.blogspot.com di 07.29 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke F http://home-civil.blogspot.com/2011/06/laporan-tes-perkolasi.html

1.

Judul Laporan

ISOLASI ETIL P-METOKSISINAMAT 1. II. Tujuan

Memperoleh etil p-metoksisinamat dari rimpang kencur 1. III. Alat : Alat dan Bahan

Selang Botol kaca/ botol syrup Panci kecil Toples kaca Baskom Aluminium foil Isolasi/ lakban Es batu Labu ukur Pembakar spiritus Kaki tiga

Kasa Erlenmeyer Kertas saring Corong

Bahan : Rimpang kencur Alkohol 96%

Alur Cara kerja ISOLASI ETIL P_METOKSISINAMAT

1. IV. No. Perlakuan 1

Hasil Percobaan Sebelum Dengan air yang Sesudah Rimpang kencur

Rimpang kencur dicuci

bersih,

mengalir

bersih

Tipis dan bentuk sesuai dengan Iris tipis dan keringkan aslinya Berbentuk simplisia kering Bentuk simplisia kering Warna krem Tepi melingkar ke Serbukan Timbang dalam Serbuk kencur 47.400 mg Serbuk terendam Masukan toples rendam Berbentuk serbuk dengan alkohol 96% 2 seberat 47.400 mg oleh alkohol yang telah di lebihkan 1 cm dari batas serbuk kencur

Tunggu 124 jam

Saring rendaman kencur dan tampung dalam bekor gelas dan ukur

Rendaman kencur

Ektrak kencur cair

Volume akhir Lakukan rendaman hingga 3x penaringan ektrak kencur 150 ml Alkohol terpisah Ektrak kencur cair di tim untuk memisahkan alkohol dengan ektrak 3 kencur Masukan dalam bekor gelas, tutup dengan aluminium foil. Masukan 4 lemari es Berbentuk ektrak kental Volume 150 ml dari ektrak kencur sehingga diperoleh ektrak kencur kental Terdapat sedikit serbuk dalam ektrak kencur yang kental

Hasil Analisa Pada hasil analisa ini ada bebrapa yang mempengaruhi proses pembuatan ektraksi alami atau ektraksi kencur. Yaitu : 1. Jenis pelarut Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya (Sumarnie et al, 2005).

Pelarut yang digunakan pada proses isolasi EPMS menggunakan Etanol 96% yang bersifat agak polar sedangkan pelarut yang baik untuk menarik EPMS adalah heksana yang bersifat polar. Sehingga hasil yang didapatkan kutang maksimal.

1. Temperatur Beberapa zat dalam larutan akan rusak atau terurai dan menguap dengan pemanasan sehingga suhu ekstraksi harus diperhatikan agar senyawa yang diharapkan tidak rusak. Oleh karena itu ekstraksi etil pmetoksi sinamat dari kencur tidak boleh menggunakan suhu yang lebih dari titik lelehnya yaitu 48 50 C.

Dalam proses isolasi yang digunakan pada praktikum ini pemanasannya menggunakan kompor yang suhunya cenderung lebih tinggi daripada menggunakan pembakar spiritus sehingga EPMS yang di hasilkan kurang maksimal karena banyak yang ikut menguap bersama dengan minyak atsiri.

1. V.

Kajian Teori

MASERASI

Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam) : adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian (Farmakope Indonesia, 1995). Apa yang disebut bahan nabati, dalam dunia farmasi lebih dikenal dengan istilah simplisia nabati. Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentuk selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat tidak campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan

mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (nol%) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya jenuh). Keuntungan dari metode ini : 1. Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam 2. Beaya operasionalnya relatif rendah 3. Prosesnya relatif hemat penyari 4. Tanpa pemanasan

Kelemahan dari metode ini : 1. Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja 2. Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari PERKOLASI

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena: a.Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. b.Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara sinplisia dibagi dalam beberapa percolator. Perkolasi Bertingkat. Dalam proses perkolasi biasa,perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia , maka terjaji aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan

tersebut aakan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesanm pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer. Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang ,disari dengan cairan penyari ang baru. Hal ini diharapkan gar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya sewrbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan denikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional,termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan : 1.Jumlah percolator yang diperlukan. 2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi. 3.Jenis cairan penyari. 4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi. 5.Besarnya tetesan dan lain-lain.

ETIL P-METOKSISINAMAT Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Salah satu tanaman yang dijadikan sebagai obat tradisional adalah Kencur (Kaemeria galangal L.). Ekstrak kencur didapatkan dengan cara perkolasi serbuk rimpang kencur (Kuswahyuning dan Soebagyo, 2005). Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah (Sulianti et al, 2005) Dalam ekstrak kencur terdapat senyawa sinamat. Sinamat adalah salah satu senyawa yang berpotensi sebagai senyawa tabir surya. Oktil sinamat contohnya saat ini cukup populer dalam industri kosmetika karena memiliki aktivitas perlindungan yang tinggi dan tidak memiliki efek samping. Senyawa turunan alkil sinamat lain diharapkan

juga dapat menyerupai sifat dari oktil sinamat tersebut (Wahyuningsih et al., 2002). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya (Sumarnie et al, 2005). Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah salah satu senyawa hasil isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang merupakan bahan dasar senyawa tabir surya yaitu pelindung kulit dari sengatan sinar matahari. EPMS termasuk dalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzena dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air, dan heksana. Senyawa Etil p-metoksi Sinamat adalah berfasa padat dan berukuran sangat kecil, sehingga untuk memisahkannya dari tanaman kencur, kita harus menggunakan teknik pemisahan ekstraksi padat-cair. Ada tiga pilihan yang dapat digunakan untuk teknik ekstraksi padat cair; maserasi, perkolasi dan sokletasi. Jika kita melihat dari senyawa yang akan diisolasi, maka cara perkolasi-lah yang dianggap lebih tepat untuk digunakan. Karena suhu yang tidak terlalu tinggi pada

cara perkolasi tidak akan membuat rusak senyawa Etil p-metoksi Sinamat. Sebenarnya cara maserasi juga dapat digunakan, namun waktu yang diperlukan jauh lebih lama dan isolat yang didapatkan juga tidak banyak. Prinsip kerja dari ekstraksi adalah memisahkan 2 komponen berdasarkan pelarut dan perbedaan konsentrasi, sehingga untuk memisahkan suatu senyawa dari tumbuhan, harus digunakan pelarut yang kepolarannya sejenis dan memiliki konsentrasi yang rendah. Senyawa Etil p-metoksi Sinamat bersifat nonpolar, sehingga digunakan pelarut n-heksan yang bersifat nonpolar pula.

1. VI.

KESIMPULAN

Untuk mengisolasi etil p-metoksi sinamat seharusnya menggunakan pelarut heksana yang bersifat polar, tetapi pada praktikum ini isolasi etil p-metoksi sinamat menggunakan pelarut etanol 96% yang bersifat agak polar . Selain itu suhu yang digunakan pada praktikum ini suhunya lebih dari 50C . Sehingga hasil etil p-metoksi sinamat yang di dapat tidak maksimal di karenakan etil p-metoksi sinamat ikut menguap bersama minyak atsiri .

http://shaniamuzammil.wordpress.com/2012/12/18/contoh-laporan-praktikum-epms/

Vortex selama 15 menit

Saring, tambahkan pelarut lagi sampai bening

Catat volume penambahan pelarut

Uapkan filtrat hingga diperoleh ekstrak kental Hitung Rendemen

c.

Perkolasi

100 gram serbuk sambiloto dibasahi dengan 50 ml cairan penyari lalu dimasukkan bejana tertutup selama 3 jam

Siapkan Perkolator bersih, bagian bawah diberi kapas dan kertas saring Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil ditekan hati-hati, tambahkan kertas saring diatasnya Tuangi cairan penyari, perkolator ditutup dan biarkan selama 24 jam Cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit dan tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas serbuk

Perkolat yang keluar ditampung hingga 80 ml, sisihkan Dilanjutkan hingga 500 ml perkolat yang terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa, perkolasi dihentikan

Perkolat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan penguangan tekanan hingga tinggal 20 ml, dicampur dengan perkolat pertama

bagian masukan ke botol tertutup

bagian uapkan hingga kental Timbang Hitung Rendemen

d.

Infundasi

44,99 gram bahan ,masukkan kedalam panci A, tambah 1L aquadest Panci bag. Bawah ( B ) ditambah air ledeng, hingga panci A terendam sebagian, lalu tutup panci A Panaskan selama 15 menit, dihitung mulai suhu didalam panci A mencapai 90oC ( panci B mendidih sesekali diaduk )

Diserkai selagi panas melalui kain flanel

Infusa diuapkan diatas penanangas air dengan bantuan kipas angin

Timbang ekstrak kental

bag. Ekstrak kental ditambah 5 bag. Etanol 96%

Divortex selama 15 menit, kemudian disaring

Lakukan berulang ulang hingga filtrat yang diperoleh tidak berwarna lagi

Kumpulkan filtrat yang diperoleh, lalu diuapkan lagi sampai diperoleh ekstrak kental

Timbang ekstrak kental yang diperoleh dan hitung rendemen ekstrak kental tersebut.

2.

a.

Kontrol Kualitas Ekstrak Rendemen

Rendemen (%) = b. Organoleptis : warna, bau, rasa dan konsistensi c. Susut pengeringan Timbang 1 gram ekstrak kental Masukkan ke dalam botol timbang yang sudah memenuhi bobot tetap (dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit) Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5-10 m Masukkan dalam ruang pengering, buka tutupnya, keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam

Setelah 5 jam ekstrak dikeluarkan dan didinginkan dalam eksikator, selanjutnya ditimbang kembali

Pengerjaan dilakukan setiap kali dengan lama pemanasan 30 menit sampai tercapai bobot tetap konstan (selisih 2 kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%) Dihitung susut pengeringannya

d.

Profil KLT

100 mg ekstrak dilarutkan dengan 5 ml etanol 96% Vortex hingga larut Totolkan 2 l pada fase diam yang sesuai Kembangkan dengan fase gerak pada bejana yang telah dijenuhkan sebelumnya Sistem kromatografi yang digunakan : Fase diam : Silika gel F254 Fase gerak : Kloroform : Metanol (9:1) Pembanding : Andrografolid standar (2mg/2,5ml ; 1mg/2,5ml ; 0,5mg/2,5ml) Sampel : 50mg/ml (2 l) Deteksi : Tampak, UV254, Uv366, densitometer

A.

BAB III DATA PERCOBAAN DAN PERHITUNGAN Rendemen Ekstrak Sambiloto Rendemen (%) = Maserasi Berat serbuk awal(g) 500 Perhitungan :

a.

Berat ekstrak kental(g) 16,43

Rendemen 3,286% b/b

Rendemen b. Perkolasi

: Berat serbuk awal(g) 100

b/b Berat ekstrak kental(g) 3,4 Rendemen 3,4 % b/b

Perhitungan : Rendemen Infundasi : Berat serbuk awal(g) 44,99 Perhitungan : Rendemen : b/b b/b Berat ekstrak kental(g) 13,56 Rendemen 30,14 % b/b

c.

d. Ekstrak terpurifikasi Ekstrak awal(g) 10,00 Perhitungan :

Berat ekstrak kental(g) 1,6

Rendemen 16 % b/b

Rendemen : b/b Susut Pengeringan a. Penaraan bobot botol timbang Metode Pemanasan Bobot awal ke (g) Maserasi I 1 18,0546 Maserasi II 1 17,7303
B.

Bobot tetap akhir (g) 18,0501 17,7268

Selisih (%) 0,02 0,0019

Infundasi I Infundasi II

1 2 1 2

19,3375 19,3340 18,0965 18,0903 19,3327 18,0899 0,007 0,002

b. Bobot botol timbang dan ekstrak sebelum dipanaskan Metode Bobot botol timbang + Ekstrak (gram) Maserasi I 19,0501 Maserasi II 18,7268 Infundasi I 20,3328 Infundasi II 19,0965 c. Bobot tetap ekstrak Metode

Bobot Ekstrak (gram) 1,0000 1,0000 1,0000 1,0067

Perlakuan

Bobot wadah + simplisia

Bobot Wadah

Bobot Susut Simplisia pengeringan(%) Awal

(gram) Bobot awal (g) Pemanasan I (g) Pemanasan II (g) Pemanasan III (g) Bobot awal (g) Pemanasan I (g) Pemanasan II (g) Pemanasan III (g) Bobot awal (g) Pemanasan I (g) Pemanasan II (g) Pemanasan III (g) Bobot awal (g) Pemanasan I (g) Pemanasan II (g) Pemanasan III (g) 20,3328 19,9824 19,3327 19,9804 19,9779 19,0965 18,5846 18,0899 18,7336 18,7335 19,0501 18,9145 18,0501 18,9164 18,9159 18,7268 18,5832 17,7268 18,5846 18,5841 14,27 1,0000 13,42 1,0000 35,64 1,0000 35,91 1,0067

Infundasi I

Infundasi II

Maserasi I

Maserasi II

C.

Penentuan Kadar Andrografolid Profil KLT : Fase diam : Silika gel F254 Fase gerak : Kloroform : Metanol (9:1) Sampel : Sambiloto : Andrografolid standar (2mg/2,5ml ; 1mg/2,5ml ; 0,5/2,5ml)

Jarak pengembangan Deteksi Gambar KLT :

: 8 cm : Tampak, UV254, Uv366, densitometer

Tampak

UV 254

UV 366 nm

ET

0,5

Inf

EK

Cam

Kromatogram No 1 Rf 0,2 0,75 Warna sebelum disemprot Tampak UV 254 UV 366 ungu kuning ungu ungu

0,875 0,375 0,625 2 0,85 0,625 0,6875 0,775 0,8125 0,475 0,475 0,475 0,5625 0,6875 0,75 0,875 0,85

kuning kuning Kuning kuning kuning -

ungu ungu Ungu Kuning ungu kuning Ungu ungu ungu Ungu Ungu kuning Kuning Kuning Ungu

ungu -

4 5 6 7 8

ungu ungu hijau hijau kuning -

http://togaapoteker.blogspot.com/2011/04/praktikum-fitofarmasetika-1.html

EKSTRAKSI MENGGUNAKAN METODE PERKOLASI


Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena: a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Perkolasi Bertingkat Dalam proses perkolasi biasa, perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang maksimal. Selama cairan penyari melakukan penyarian serbuk simplisia, maka terjadi aliran melalui lapisan serbuk dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya. Proses poenyaringan tersebut akan menghasilkan perkolat yang pekat pada tetesan pertama dan terakhir akan diperoleh perkolat yang encer. Untuk memperbaiki cara perkolasi tersebut dialkukan cara perkolasi bertingkat. Serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna sebelum dibuang, disari dengan cairan penyari yang baru. Hal ini diharapkan agar serbuk simplisia tersebut dapat tersari sempurna. Sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan perkolat yang hampir jenuh, dengan demikian akan diperoleh perkolat akhir yang jernih. Perkolat dipisahkan dan dipekatkan. Cara ini cocok bila digunakan untuk perusahaan obat tradisional, termasuk perusahaan yang memproduksi sediaan galenik. Agar dioperoleh cara yang tepat, perlu dilakukan percobaan pendahuluan. Dengan percobaan tersebut dapat ditetapkan : 1.Jumlah percolator yang diperlukan 2.Bobot serbuk simplisia untuk tiap kali perkolasi 3.Jenis cairan penyari 4.Jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi 5.Besarnya tetesan dan lain-lain. Percolator yang digunakan untuk cara perkolasi ini agak berlainan dengan percolator biasa. Percolator ini harus dapat diatur, sehingga: 1.Perkolat dari suatu percolator dapat dialirkan ke percolator lainnya 2.AmpAs dengan mudah dapat dikeluarkan. Percolator diatur dalam suatu deretan dan tiap percolator berlaku sebagai percolator pertama.

Perkolasi

Daun Kumis Kucing

Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung perkolator 2. Corong pisah 250 ml 3. Batang pengaduk 4. Gelas ukur 50 ml 5. Cawan penguapan 6. Erlenmeyer 250 ml 7. Gelas kimia 300 ml 8. Sendok tanduk Bahan : 1. Serbuk simplisia kumis kucing sebanyak 20 gram 2. Cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml 3. Glas wool secukupnya

Cara Kerja 1. Buatlah cairan penyari etanol 50% sebanyak 150 ml dari etanol 70% dengan cara menghitung terlebih volume etanol 70% dan volume aquades yang harus dikonsentrasikan. C etanol yang tersedia x V etanol yang dibutuhkan = C alkohol diinginkan x V alkohol diingikan 70 x V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150 V etanol yang dibutuhkan = 50 x 150 70 V etanol yang dibutuhkan = 107 ml

V aquades yang ditambahkan = 150 ml 107 ml = 53 ml Dari hasil perhitungan diatas, yang harus lakukan untuk membuat etanol 50% sebanyak 50 ml adalah dengan cara mengkonsentrasikan atau mencapur sebanyak 107 ml etanol 70% dengan aquades sebanyak 53 ml dalam gelas kimia yang tersedia. 2. Timbang 20 gram serbuk simplisia kumis kucing dan masukkan ke dalam gelas kimia. 3. Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari sebanyak 50 ml. 4. Tutup rapat dan diamkan selama 1jam. 5. ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh. http://narfina.blogspot.com/2011/11/ekstraksi-menggunakan-metode-perkolasi.html

TEKNOLOGI OBAT HERBAL I


A. PENDAHULUAN Tujuan : Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode perkolasi. Memahami tentang pengaruh waktu ekstraksi daun teh terhadap kadar kafein yang ditetapkan secara KLT-Densitometri. Memahami cara melakukan ekstraksi dengan metode ultrasonik serta membandingkan kromatogram dari ekstrak secara kualitatif.

Praktek Ekstraksi. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi Antara lain : Tipe persiapan sampel, Waktu ekstraksi, Kuantitas pelarut, Suhu pelarut dan Tipe pelarut. Pada praktikum ini ekstraksi dilakukan dengan Metode Perkolasi. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia di tempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat

berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi). Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.

Pengujian Pengaruh waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak.Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis (KLT) adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium, karena cara ini khas dan mudah dilakukan untuk pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit,. Selain itu penggunaannya yang relatif cepat serta harga alat yang tidak terlalu mahal merupakan kelebihan metode ini. Adapun prinsip kerjanya yaitu memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda. campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT.

Praktek Ekstraksi Ultrasonik. Metode ekstraksi ultrasonik adalah metode yang menggunakan gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik ini dihasilkan oleh transmitter ultrasonic magnetostrictive atauplezoelectric. Beberapa keunggulan pada panggunaan teknologi ultrasonik dalam aplikasinya antara lain prosesnya yang cepat, mudah, tidak memerlukan biaya tinggi, tidak membutuhkan penambahan bahan kimia dan bahan tambahan lain, tidak

menyebabkan perubahan yang signifikan pada struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang digunakan, serta dapar meningkatkan kualitas ekstraksi. Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan menggunakan prinsip dasar yaitu dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan kemampuan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan sehingga meningkatkan proses ektraksi. Dengan adanya gelombang ultrasonik juga meningkatkan permeabilitas dinding sel, menimbulan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta menimbulkan fraksi interfase. Cara kerja metode ultrasonik dalam mengekstraksi adalah sebagai berikut : gelombang ultrasonik terbentuk dari pembangkitan ultrason secara lokal dari kavitasi mikro pada sekeliling bahan yang akan diekstraksi sehingga terjadi pemanasan pada bahan tersebut, sehingga melepaskan senyawa ekstrak. Terdapat efek ganda yang dihasilkan, yaitu pengacauan dinding sel sehingga membebaskan kandungan senyawa yang ada di dalamnya dan pemanasan lokal pada cairan dan meningkatkan difusi ekstrak. Energi kinetik dilewatkan ke seluruh bagian cairan, diikuti dengan munculnya gelembung kavitasi pada dinding atau permukaan sehingga meningkatkan transfer massa antara permukaan padat-cair. Hal-hal yang mempengaruhi kemampuan ultrasonik untuk menimbulkan efek kavitasi antara lain karakteristik ultrasonik seperti frekuensi getaran, intensitas getaran, kapasitas alat, proses ultrasonik dan kondisi sekitar seperti suhu dan tekanan. Selanjutnya efek mekanik yang ditimbulkan adalah meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding membran sel, mendukung pelepasan komponen sel, dan meningkatkan transfer massa (Keil, 2007). Liu et al. (2010), menyatakan bahwa kavitasi ultrasonik menghasilkan daya patah yang akan memecah dinding sel secara mekanis dan meningkatkan transfer material.

B.METODE PRAKTIKUM Alat : Perkolator, Kapas, Botol penampung, Spektrofotometri, Timabangan Analitik, Pipet Volume, Pipet Filler, Corong Pisah, Lempeng Klt Silica Gel 60 F254, Kertas Saring,Waterbath, Vial, KLT chamber, Peralatan

ekstraksi

ultrasonic,

dan

Alat

Glass, Pengaduk Gelas, Corong Gelas, Labu Ukur).

Bahan : Rimpang Temulawak, Etanol 96%, Daun Teh, Pembanding Kafein, Kalsium Karbonat, Kloroform, Toluen, Etil Asetat, Dietil Amin, Pereaksi Dragendorf, Rimpang Kunyit, Benzena, Naoh 5%.

C. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN 1. Ekstraksi dengan Metode Perkolasi. Bahan yang digunakan: Rimpang temulawak, Etanol 96% sebagai menstrum Hasil : - Volume : 200ml - Warna : Coklat kekuningan - Larutan tampak jernih Pada praktikum ini simplisia yang digunakan adalah rimpang kunyit dengan menggunakan cairan penyari etanol 96%. Pertama-tama serbuk simplisia dibasahi dengan etanol 96 % sampai serbuk simplisia terbasahi semua. Tujuan pembasahan serbuk simplisia adalah agar serbuk simplisia yang mau di ekstraksi tidak mengalami pembengkakkan sel secara tiba-tiba di dalam alat perkolator (dapat menyebabkan menstrum sulit mengalir), menjaga keseragaman kelembapan simplisia sehingga mencegah pembentukan saluran-saluran, meningkatkan porositas dinding sel sehingga meningkatkan difusi substansi terekstraksi dari sel ke dalam menstrum atau penembusan sel oleh menstrum. Selanjutnya Perkolator yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dan diberi kapas yang dibasahi etanol pada bagian bawah perkolator agar serbuk simplisia tidak keluar melalui bagian bawah perkolator. Jika ada serbuk simplisia yang keluar maka akan menyebabkan perkolat menjadi keruh. Serbuk simplisia yang telah terbasahi semua dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator yang telah disiapkan, sambil ditambahkan etanol 96%, kemudian letakkan kertas saring di atas serbuk simplisia. Kertas saring berfungsi agar pada saat penambahan menstrum, serbuk simplisia tidak bertebaran ke dinding perkolator. Setelah itu ditambahkan menstrum etanol 96% secara perlahan-lahan melewati dinding perkolator sampai tinggi menstrum 1 1,5 cm di atas simplisia. Kemudian perkolator ditutup dengan aluminium foil untuk mencegah etanol menguap. Setelah itu ditunggu selama 30 menit untuk memberikan waktu simplisia berdifusi ke dalam menstrum. Perkolat diteteskan dengan kecepatan 1tetes/detik sampai diperoleh volume 200 ml (sambil dijaga menstrum selalu berada di atas simplisia). Dari hasil praktikum kami, perkolat yang didapatkan jernih dan berwarna coklat kekuningan.

1. Pengujian Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Mutu Ekstrak Perhitungan Kadar Kafein Kadar kafein = 10 mg / 10 ml = 10 mg / 0.01 L = 1000 mg / L = 1000 bpj Perhitungan pengenceran Kafein - 1 ml 50 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar 1 ml . 50 bpj = x . 1000 bpj X = 0.05ml = 50 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 950 L) - 1 ml 100 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar

1 ml . 100 bpj = x . 1000 bpj X = 0.1ml = 100 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 900 L) - 1 ml 200 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar 1 ml . 200 bpj = x . 1000 bpj X = 0.2ml = 200 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 800 L) - 1 ml 300 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar 1 ml . 300 bpj = x . 1000 bpj X = 0.3ml = 300 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 700 L) - 1 ml 400 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar 1 ml . 400 bpj = x . 1000 bpj X = 0.4ml = 400 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 600 L) - 1 ml 500 bpj diambil dari x L (1000 bpj) V1 . Kadar = V2 . Kadar 1 ml . 500 bpj = x . 1000 bpj X = 0.5ml = 500 L (Sehingga CHCl3 yang digunakan adalah 500 L) Bobot kafein = 10.7 mg Kadar Kafein = 10.7 mg / 10 ml = 10.7 mg / 0.01 L = 1070 mg / L = 1070 bpj Perhitungan Kafein ( yang dipakai ) - Kadar Kafein 50 bpj 50L . 1070 bpj = 1000 L . x bpj X = 53.5 bpj - Kadar Kafein 100 bpj 100L . 1070 bpj = 1000 L . x bpj X = 107 bpj - Kadar Kafein 200 bpj 200L . 1070 bpj = 1000 L . x bpj X = 214 bpj - Kadar Kafein 300 bpj 300L . 1070 bpj = 1000 L . x bpj X = 321 bpj - Kadar Kafein 400 bpj 400L . 1070 bpj = 1000 L . x bpj
X = 428 bp

I. Bobot serbuk daun teh penimbangan awal A. ( 5 menit ) = 1.0346 g = 1034.6 mg B. (10 menit) = 1.0405 g = 1040.5 mg C. (15 menit) = 1.0106 g = 1010.6 mg II. Kadar yang diperoleh dari penimbangan awal (bpj) 5 menit 1034.6 mg/50 ml = 1034.6 mg / 50 x 10-3 = 1034.6 mg / 0.05 L = 20692 mg / L = 20692 bpj 10 menit 1040.5 mg/50 ml = 1040.5 mg / 50 x 10-3 = 1040.5 mg / 0.05 L = 20810 mg / L = 20810 bpj 15 menit 1010.6 mg/50 ml = 1010.6 mg / 50 x 10-3 = 1010.6 mg / 0.05 L = 20212 mg / L = 20212 bpj III. y = a + bx a = 372.4012195 b = 0.432482334 r = 0.845168901 r2 = 0.714310471

Tabel Kadar vs kurva penimbangan Kafein Kadar (bpj) Luas area 53.5 359.5 107 417.3 214 536.4 321 498.6 428 536.1 IV. Kadar Kafein dan hasil Pengamatan Waktu ekstraksi (sampel) 5 menit (A) 10 menit (B) 15 menit (C) Perhitungan: A. Waktu ekstraksi 5 menit Luas area (y) 77.5 111.3 88.9

y = a + bx

77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x


-294.9012199 = 0.432482334 x X = -681.8803826 bpj

B. Waktu ekstraksi 10 menit y = a + bx 111.3 = 372.4012195 + 0.432482334 x


-261.1012195 = 0.432482334 x X = -603.7269014 bpj

C. Waktu ekstraksi 15 menit y = a + bx 77.5 = 372.4012195 + 0.432482334 x


-283.5012195 = 0.432482334 x X = -655.5209245bpj

V. Kadar Kafein dalam masing-masing sampel A. Sampel dengan waktu ekstraksi 5 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100% Kadar Penimbangan = -681.8803826 bpj x 100% 20692 = - 3.295381706 % B. Sampel dengan waktu ekstraksi 10 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100% Kadar Penimbangan = -603.7269014 bpj x 100% 20810 = - 2.901138402 % C. Sampel dengan waktu ekstraksi 15 menit Kk = Kadar Perhitungan x 100% Kadar Penimbangan = -655.5209245bpj x 100% 20212 = - 3.243226422 % Pengaruh waktu ekstraksi dilakukan berdasarkan perbedaan lamanya waktu pemanasan daun teh. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen solut dalam larutan akan meningkat. Kestabilan bahan juga mempengaruhi waktu ekstraksi yaitu jika bahan aktif dari suatu simplisia relatif stabil terhadap pemanasan maka tidak akan mempengaruhi waktu ekstraksi. Sebaliknya, jika bahan aktif suatu simplisia tidak stabil terhadap pemanasan maka akan waktu ekstraksi akan mempengaruhi kadar ekstrak (semakin lama waktu pemanasan, kadar ekstrak akan semakin menurun). Kafein hasil ekstraksi daun teh bersifat stabil terhadap pemanasan, sehingga semakin lama ekstraksi maka kadarnya akan tetap (konstan) dan bahkan cenderung naik. Percobaan dilakukan dengan pemanasan pelarutan daun teh ditambah dengan CaCO3 dalam 5 menit, 10 menit dan 15 menit dengan pengadukan konstan untuk meningkatkan hasil ekstraksi. Tujuan penambahan CaCO3 adalah untuk mengeluarkan bahan-bahan yang terkandung dalam teh kering

secara keseluruhan (salah satunya adalah kafein yang merupakan alkaloid yang mengandung nitrogen dan memiliki properti basa amina organik). Hal ini mengakibatkan kafein keluar dari teh dan ikut larut dalam air. Sedangkan kandungan teh yang lain seperti pigmen flavanoid dan klorofil yang tidak larut dalam CaCO3 dapat larut dalam air. Pada saat teh dan CaCO3 tercampur dalam satu wadah, kedua zat tersebut tidak menyatu, hal ini dikarenakan CaCO3 adalah senyawa organik sedangkan teh adalah senyawa anorganik. Kemudian larutan didinginkan dan disaring dengan penambahan kloroform pada corong pisah. Tujuan penambahan kloroform adalah untuk mengikat kafein dari larutan agar kafein benar-benar terpisah dari zat-zat lain dalam larutan. Setelah dipisahkan, ditambahkan Natrium Sulfat Eksikatus yang berfungsi untuk menarik air yang masih tertinggal pada larutan fase kloroform agar tidak terjadi kesalahan saat penetapan kadar sampel secara KLT-Densitometri. Hasil ekstraksi yang telah di dapat, ditentukan kadarnya dengan metode KLTdensitometri. Pada metode ini, digunakan fase diam yaitu silika gel 60 F254 dan fase geraknya adalah toluene-etil asetat-dietil amin (7:2:1). Dibuat baku primer sebanyak 1000 bpj dan pada silika gel ditotolkan sampel yang akan di hitung kadarnya yaitu pengenceran 50,100,200,300,dan 400 bpj. Silika gel bersifat polar sehingga dipakai pelarut non polar agar lebih lama berada pada fase gerak dan jarak yang ditempuh merupakan jarak terjauh dari kondisi awal sebelum dielusi. Jarak migrasi senyawa pada plat silika gel tergantung pada polaritasnya. Senyawa yang paling polar bergerak naik dengan jarak paling dekat dari titik awal penotolan, sedangkan senyawa dengan polaritas paling kecil bergerak paling jauh dari titik awal penotolan. Selanjutnya, untuk mengetahui kadar kafein dari hasil ekstraksi maka dianalisis dengan densitometry dengan lamda 276 nm. Data ini digunakan untuk perhitungan kadar kafein dalam masing-masing sampel. Pada kelompok kami, hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 5 menit adalah 3,295381706%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 10 menit adalah 2,901138402%. Hasil perhitungan kadar kafein pemanasan selama 15 menit adalah 3,243226422%. Hasil yang kami dapatkan ini tidak sesuai dengan teori yang seharusnya konstan atau cenderung naik. Hal ini disebabkan karena kesalahan dalam melakukan prosedur kerja (penimbangan, pengocokan, waktu yang kurang tepat, kesalahan penotolan), pencucian alat, dan kurangnya ketelitian praktikan saat praktikum.

Posted by AnAn Charmachameleon at 08:10 Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook Labels: TOH

http://lobakwortel.blogspot.com/2013/07/teknologi-obat-herbal-i.html
Latar Belakang

Mencari angka peresapan dan percobaan perkolasi ( percolation test ), dalam bidang resapan atau rembesan, perlu diadakan pengukuran tingkatan tanah untuk dapat mengetahui daya resap tanah terhadap air ( Degree Of Permeability Of The Soil ) dengan mengadakan percobaan pengukuran percolation maka daya resap tanah terhadap air dapat diketahui pada suatu daerah karena setiap jenis tanah mempunyai daya resap yang berbeda. Cara melakukan percobaan percolasi banyak digunakan untuk membuat septik tank agar agar dalam pembuatan sesuai dengan kebutuhan yang

diperlukan. Tujuan 1. 2. Manfaat 1. Dapat mengetahui sejau mana tingkat daya resap tanah pada lokasi- lokasi tertentu. 2. Dapat mengetahui angka percolation. Alat Waktu Hari Pukul Tempat Cara Berikut ini diterangkan cara cara percobaan perkolasi / tanggal : : : Alat Dan kamis, 14,00 28 juli Water dan Bahan Cangkul Meter Parang pas Ember Air Kerikil Pasir percolation Lokasi 2011 wit ---------------------------Kerja : Dapat mengetahui Dapat cara menghidung pengukuran daya angka resap tanah percolation.

1. Banyaknya dan lokasi percobaan 6 atau lebih percobaan percobaan harus dilakukan dengan bentuk lubang yang sama ( uniform ) dalam beberapa tempat sepanjang jalur tanah yang akan di pakai sebagai bidang peresapan. 2. Tipe lubang percobaan , lubang galih , atau pengoboran, dengan ukuran horizontal 10 30 cm dengan kedalaman kedalaman jalur bidang peresapan yang diusulkan akan dibangun. Agar supaya penghematan waktu , pekerjaan, dan volume air yang dibutuhkan pada setiap lubang percobaann, dapat di buat lubang lubang dengan pengoboran yang berdiameter 10 cm. Tetapi umumnya berbentuk persegi 30 cm x 30 cm. 3. Mempersiapkan lubang percobaan. Setelah lubang terbentuk, sisi sisi dan dasar lubang di garuk garuk dengan alat seperti sisir secara berhati hati, dengan maksud agar supaya lapisan tanah pada tepian dinding sisi sisi dan dasarnya lubang yang telah tergantung dari keadaan semula akibat pengoboran yang mungkun pori porinya tersumbat, dapat kembalikan lagi sebagai mana seperti keadaan semula. Demikian pula harus hilang dari adanya benda benda yang lepas dan halus dari lubang percobaan tersebut, juga pada dasar lubang di dasar pasir kasar atau kerikil halus setebal 5 cm . Hal ini dilakukan agar pada waktu air dituangkan kedalaman lubang percobaan

tersebut yang dengan sendirinya harus secara berhati hati. Tidak merusak struktur tanah yang sudah di usahakan seperti keadaan semula. Dimana air merembes tanpa atau tiada gangguan adanya kemungkinan endapan endapan yang terjadi. Jadi proses perembesan air dari lubang percobaan tersebut dapat diperoleh seperti merembesnya air melalui pori pori alami dalam tanah yang akan dipergunakan sebagai jalur bidang rembesan. 4. sebelum dilakukan pengukuran menggunakan alat percolation lubang harus disiram dan di biarkan jenuh selama 24 jam dengan tujuan agar tanah menjadi jenuh dan daya resap tanah bisa dapat diketahui secara maksimal Hasil Praktikum Contoh Waktu Turunnya ( setelah Air perhitungan 1 malam = angka pemekaran ) = 6 30 perkolasi Menit cm

Maka angka rembesan = 6 cm / 30 menit = 2 mm / menit

Kesimpulan adapun kesimpulan yang dapat di ambil yaitu: percolation text adalah suatu alat yang diguanakan dalam mengukur daya resapan tanah, dengan adanya alat ini, kita dapat mengetahui berapa besar daya resapan tanah dalam suatu wilyah/daerah dengan bermacam-macam jemis tanah yang berda pada lokasi tersebut.
http://cai-sl.blogspot.com/2012/07/laporan-praktiku-mengukur-daya.html

You might also like