You are on page 1of 51

ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA NY.A DENGAN SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI (SVT) DI RUANG ICU RSUD dr.

GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Oleh: Disusun oleh : Kelompok 2 Kustini Retno Winasih Nur Afifah Y. Dwi Kristiarini Iin Apriyanti Lita Heni K Lely Rahmawati Tati Hardiyani Dwi Ichsan Supadi G1B212067 G1B212072 G1B212082 G1B212070 G1B212084 G1B212071 G1B212069 G1B212083 G1B212075

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS PURWOKERTO 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan irama jantung dapat terkena pada siapa saja di dunia tanpa memperhatikan distribusi suku atau ras. Kematian mendadak yang berasal dari gangguan irama jantung diperkirakan mencapai angka 50 % dari seluruh kematian karena penyakit jantung. Gangguan irama jantung yang terjadi dapat berupa atrial fibrilasi, atrial flutter, blok jantung, ventrikel fibrilasi, ventrikel takikardi, supraventrikular takikardi serta gangguan irama lainnya. Takikardi supraventrikular (TSV) adalah satu jenis takidisritmia yangditandai dengan perubahan frekuensi jantung yang mendadak

bertambahcepat menjadi berkisar antara 150 sampai 280 per menit. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel (Smeltzer, 2001). SVT dapat terjadi pada penyakit jantung kongenital, yang lebih sering dengan anomali ebstein katup trikuspidalis dan transposisi benar pembuluhpembuluh darah besar. .Angka kejadian SVT diperkirakan 1 per 250.000 sampai 1 per 250. Angka kekerapan masing-masing bentuk SVT pada anak berbeda dengan SVT pada dewasa. Takhikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus dianggap sebagai keadaan gawat darurat. Pasien biasanya sadar akan adanya irama cepat ini dan sangat cemas (Smeltzer, 2001). Keterlambatan dalam menegakan diagnosis dan memberikan terapi akan memperburuk prognosis, mengingat kemungkinan terjadinya gagal jantung bila SVT berlangsung lebih dari 24-36 jam, baik dalam kelainan struktural maupun tidak. Untuk itu diperlukan tindakan asuhan keperawatan komprehensif untuk menangani kasus supraventrikular takhikardi dengan cepat dan tepat. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui penanganan supraventrikel takikardi di ruang ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

2.

Tujuan Khusus a. Mengetahui dan memahami konsep dasar supraventrikular takikardi b. Mengetahui pengkajian kritis pada pasien dengan penyakit supra supraventrikular takikardi c. Mengatahui diagnosa dan rencana asuhan keperawatan sesuai pada pasien dengan penyakit supraventrikular takikardi d. Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny. A dengan SVT.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal (Price, 2006). B. Etiologi Menurut Hudak (1997), penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut : 1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, miokarditis karena infeksi. Adanya peradangan pada jantung akan berakibat terlepasnya mediator-mediator radang dan hal ini menyebabkan gangguan pada penghantaran impuls. 2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner, spasme arteri koroner, iskemi miokard, infark miokard). Arteri koroner merupakan pembuluh darah yang menyuplai oksigen untuk sel otot jantung. Jika terjadi gangguan sirkulasi koroner, akan berakibat pada iskemi bahkan nekrosis sel otot jantung sehingga terjadi gangguan penghantaran impuls. 3. Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obatobat anti aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses reenterallarisasi sel otot jantung. Dosis yang berlebih akan mengubah reenterallarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama jantung. 4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiper atau hienteralkalemia). Ion kalium menentukan enteraltensial istirahat dari sel otot jantung. Jika terjadi perubahan kadar elektrolit, maka akan terjadi peningkatan atau perlambatan permeabilitas terhadap ion kalium. Akibatnya enteraltensial

istirahat sel otot jantung akan memendek atau memanjang dan memicu terjadinya gangguan irama jantung. 5. Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan konduktansi ion kalium. 6. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Peningkatan aktivitas simpatis dapat menyebabkan bertambahnya kecepatan deenterallarisasi senteralntan. 7. Gangguan endokrin (hipertiroidisme dan hipotirodisme). Hormon tiroid mempengaruhi proses metabolisme di dalam tubuh melalui perangsangan sistem saraf autonom yang juga berpengaruh pada jantung. 8. Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung tidak dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh.Pada gagal jantung, fokus-fokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang sehingga menimbulkan impuls tersendiri. 9. Akibat kardiomiopati. Jantung yang mengalami kardiomiopati akan disertai dengan dilatasi sel otot jantung sehingga dapat merangsang fokus-fokus ektopik dan menimbulkan gangguan irama jantung. 10. Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun terganggu.

C. Patofisiologi Secara umum terdapat tiga macam mekanisme terjadi aritmia, termasuk aritmia ventrikel, yaitu automaticity, reentrant, dan triggered activity 1. Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari enteraltensial aksi jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada gangguan akut seperti infark miocard akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, dan tonus adrenergik yang tinggi. Oleh karena itu bila berhadapan dengan aritmia ventrikel karena

gangguan

automaticity,

perlu

dikoreksi

faktor

penyebabnya

yang

mendasarinya. 2. Reentry adalah mekanisme aritmia ventrikel tersering dan biasanya disebabkan oleh kelainan kronis seperti infark miokard lama atau kardiomiopati dialtasi. Jaringan parut yang terbentuk akibat infark miokard yang berbatasan dengan jaringan sehat menjadi keadaan yang ideal untuk terbentuknya sirkuit reentry. Bila sirkuit ini terbentuk maka aritmia ventrikel reentrant dapat timbul setiap saat dan menyebabkan kematian mendadak 3. Triggered activity memiliki gambaran campuran dari kedua mekanisme diatas . mekanismenya adalah adanya kebocoran ion enteralsitif kedalam sel sehingga terjadi lonjakan enteraltensial pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari aksi enteraltensial jantung. Bila lonjakan ini cukup bermakna maka akan tercetus aksi enteraltensial baru. Keadaan ini baru disebut after deenterallarization (Sudoyo, 2006).

D. Tanda dan Gejala SVT biasanya terjadi mendadak dan berhenti juga secara mendadak Serangan bisa terjadi mungkin hanya beberapa detik saja, bahkan dapat menetap sampai berjam-jam. Tanda dan gejala supraventrikular takikardi anatar lain : 1) Frekuensi jantung 150 kali/menit sampai 250 kali/menit 2) Perubahan tekanan darah, nadi tidak teratur, iraama jantung tidak teratur, kulit pucat, sianosis, berkeringat 3) Pusing, disorientasi, letargi, perubahan reflek pupil 4) Nyeri dada ringan sampai berat, gelisah 5) Napas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan 6) Terdapat nafas tambahan (krekels, ronkhi, mengi) 7) Demam, kulit kemerahan, inflamasi eritema, edema,kehilangan tonus otot (Hudak & Galo, 1997)

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dari ventrikel takikardi adalah : 1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung. 2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia. 3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup 4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan enteralmpa. 5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia. 6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia. 7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin. 8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia. 9. Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia. 10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia. (Sudoyo,2006)

F. Pathway (Terlampir)

Gambar 1. Supraventrikular takikardi

G. Pengkajian 1. Identitas klien, meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, agama, diagnosa medis, no.RM) 2. Keluhan utama 3. Riwayat penyakit sekarang 4. Riwayat penyakit dahulu, seperti penyakit jantung, stroke dan hipertensi 5. Riwayat penyakit keluarga 6. Pengkajian primer : a. Airway 1) Apakah ada peningkatan sekret ? 2) Adakah suara nafas : krekels ? b. Breathing 1) Adakah distress pernafasan ? 2) Adakah hienteralksemia berat ? 3) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ? 4) Apakah ada bunyi whezing ? c. Circulation 1) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ? 2) Apakah ada takikardi ? 3) Apakah ada takipnoe ? 4) Apakah haluaran urin menurun ? 5) Apakah terjadi penurunan TD ? 6) Bagaimana kapilery refill ? 7) Apakah ada sianosis ? 7. Pengkajian sekunder a. Riwayat penyakit 1) Faktor risiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi 2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi 3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi 4) Kondisi psikososial

b. Pengkajian fisik 1) Aktivitas : kelelahan umum 2) Sirkulasi : perubahan TD (hipertensi atau hienteraltensi); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat. 3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis. 4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit 5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah 7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. 8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus

otot/kekuatan. H. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara lain: 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard. 2. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler

3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada. 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

I.

Rencana Keperawatan Rasional 1. Mengetahui kondisi umum klien 2. Mengetahui perubahan status kardiovaskuler klien 3. Mengkaji kondisi nyeri pasien 4. Mengetahui perubahan tekanan darah 5. Mengetahui adanya suara abnormal jantung 6. Mempercepat pemulihan kondisi 7. Mempercepat proses pemulihan

Diagnosa Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard.

Kriteria Hasil Intervensi setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care selama 1x24jam, diharapkan curah jantung 1. Monitor TTV pasien normal dengan kriteria hasil : Cardiac pump effectiveness : 2. Monitor Status kardiovaskuler No Indikator Skala Skala awal target 3. Evaluasi adanya nyeri dada 1 TD dalam 2 4 (intensitas, lokasi dan batas normal durasi) 2 HR dalam 2 4 4. Monitor adanya perubahan batas normal tekanan darah 3 Tidak terdapat 2 4 5. Auskultasi suara jantung disritmia klien 4 Tidak terdapat 2 5 6. Anjurkan untuk istirahat suara jantung abnormal 7. Kolaborasi pemberian obat 5 Tidak terdapat 2 4 antiaritmia angina Fluid monitoring 1. Monitor Balance cairan Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan Inefektif perfusi setelah dilakukan tindakan keperawatan Intracranial pressure jaringan kardio selama 1x24jam, diharapkan perfusi 1. Monitor intake dan output pulmonal jaringan kardiopulmonal efektif, dengan berhubungan dengan kriteria hasil : 2. Ukur tanda-tanda vital:

1. Mengetahui keadaan pasien

1. Memantau kondisi intak dan output klien 2. mengetahui kondisi pasien

kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler

Circulation Status : No Indikator 1 2 3 4 5 TTV dalam batas normal Perfusi jaringan perifer JVP tidak tampak Edema perifer tidak muncul Kelemahan ekstrim tidak ada Intake dan output seimbang

Skala awal 2 2 2 2 2

Skala target 4 4 4 5 4

tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi O2 3. Monitor kemampuan aktivitas pasien 4. Anjurkan untuk cukup istirahat 5. Monitor Balance cairan 6. Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet

3. Mengetahui kemampuan pasien 4. Mempercepat pemulihan kondisi 5. Mengetahui keadaan pasien 6. mempercepat pemulihan kondisi

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management : selama 1x24 jam pola nafas efektif, dengan 1. Enteralsisikan klien untuk kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi Respiratory status : ventilation 2. Monitor RR klien

1. Mencukupi kebutuhan oksigen 2. Mengetahui keadaan klien 3. Mengeidentifikasi adanya suara nafas tambahan klien

No 1 2

Indikator

3 4

RR dalam batas normal Tidak terdapat 2 suara nafas tambahan Tidak terdapat 2 dispnea Tidak terdapat 2 nafas pendek

Skala awal 2

Skala target 4 4

3. Auskultasi suara nafas klien

4. Mengetahui keadaan klien 5. Mencukupi kebutuhan oksigen

4. Monitor respirasi dan status O2 5. Berikan terapi O2

4 4

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan aktivitas klien meningkat, dengan kriteria hasil : Pain Level : No Indikator Skala Skala awal target Activity therapy 1. Rencanakan dan jadwalkan periode istirahat dan tirah baring yang cukup dan adekuat. 2. Pantau resenteraln kardiopulmonal sebelum dan sesudah beraktivitas

1. Upaya untuk menurunkan keletihan dan kelemahan pasien.

2. Menjaga kemungkinan adanya resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

1 2 3 4 5

HR dalam batas normal RR normal Tekanan darah sistol normal Tekanan darah diastol normal EKG dalam batas normal

2 2 2 2 2

4 4 5 5 4 3. Minimalkan kerja kardiovaskuler dengan memberikan enteralsisi setengah duduk 4. Monitor RR, HR, dan tekanan darah

3. Mengurangi pemakaian enargi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

4. Menjaga kemungkinan adanya resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 5. Pernafasan dapat meminimalkan kerja kardiopulmonal

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan

5. Ajarkan klien bagaimana menggunakan teknik mengontrol pernafasan

Pathway Mekanisme VT

Otomatisasi

Reentry

Sel mengalami percepatan (di atrium, AV- juntion, bundel HIS dan ventrikel) Jalur distal Hipokalemia dan hipoksia

Dua jalur

Jalur proksimal

Perubahan irama jantung

Ventrikel Takikardi

Membentuk rangkaian kondisi tertutup

Penurunan curah jantung Hipoksia jaringan

Terjadi aliran listrik antegad secara lambat

Jalur distal terangsang Cerebral Kardio Pulmo


Sesak nafas/ hiperventilasi

Terjadi aliran listrik retrograd secara cepat Mempengaruhi pusat kardiovaskuler dan reduksi mekanik vena dan arteri

Pola nafas tidak efektif Perubahan irama jantung Intoleransi aktifitas Terjadi kelelahan

Inefektif perfusi jaringan kardiopulomonal

BAB IV TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian Jam

: 19 Juni 2013 : 08.30 WIB

Tanggal masuk ICU : 19 Juni 2013 Jam Ruang No. Reg Med : 08.15 WIB : ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga : 532745

A. IDENTITAS KLIEN Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Suku Bangsa Agama Diagnosa Suku No. RM Alamat Penanggung Jawab Nama Usia Suku Bangsa Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat Status : Tn. R : 26 tahun : Indonesia : Islam : Sekolah Dasar (SD) : Swasta : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara : Suami klien : Ny. A : 22 tahun : Perempuan : Sekolah Dasar (SD) : Swasta : Indonesia : Islam : Supraventrikular takikardi (SVT) : Jawa : 532745 : Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara

B. PENGKAJIAN 1. Wawancara a. Keluhan utama Pasien mengatakan sesak nafas b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien dibawa ke RS karena mengeluh jantung terasa berdebar debar sejak 1 hari yang lalu. Klien juga mengatakan sesak bertambah bila klien melakukan aktivitas. Pada tanggal 19 juni 2013 jam 07.00 Klien langsung dibawa ke IGD dan jam 08.15 klien dibawa ke ruang ICU RSUD dr. Goeteng Taroenadibrata. Pada saat dilakukan pengkajian pada jam 08.30 pasien mengatakan jantung bedebar-debar dan sesak nafas. Pasien terpasang NRM 10 liter/menit. Pada saat pemeriksaan HR klien 197 x/menit dan tekanan darah 103/62 mmHg. Pasien terlihat lemah dan tampak tidak dapat memenuhi ADL karena sesak nafas bertambah bila beraktivitas. c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit sama seperti yang dirasakan sekarang. Pasien pernah dirawat dirumah sakit RSMS sekitar 4 bulan yang lalu dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, DM, stroke dan asma. d. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga pasien mengatakan terdapat ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan riwayat penyakit asma. e. Riwayat Pekerjaan Pasien bekerja sebagai karyawan swasta f. Riwayat Geografi Pasien merupakan warga asli Langkap RT/RW 05/01, Kertanegara. Desa Langkap merupakan desa yang dekat dengan jalan raya sehingga paparan polusi udara tinggi yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. g. Riwayat Alergi Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan. h. Kebiasaan Sosial Pasien merupakan seorang istri. Pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya. Kebiasaan pasien setiap harinya yaitu bekerja, mengurusi suami, dan rumah. Pasien suka mengikuti kegiatan-kegiatan dilingkungan rumahnya seperti pengajian rutin dan kalau ada

hajatan, pasien suka ikut serta suka mengikuti perkumpulan-perkumpulan lainnya dengan tetangga. Pasien mengatakan sangat suka dengan anak kecil. i. Kebiasaan Merokok Pasien tidak mempunyai riwayat merokok.

2. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum a. Breath (Pernafasan) 1. Inspeksi: bentuk dada normochest, iramanya reguler, ekspansi dada maksimal dan simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak terdapat luka di daerah dada, tidak ada bantuan otot-otot tambahan pernapasan, oksigenasi menggunakan NRM 10 liter per menit, saturasi oksigen 100%. 2. Palpasi: pengembangan dada simetris 3. Perkusi: bunyi sonor pada semua lapang paru 4. Auskultasi: Suara napas bersih tidak ada sumbatan, suara paru vesikuler, RR 29x/menit b. Blood (Kardiovaskuler) HR Bunyi jantung EKG TD JVP Sianosis perifer Cafillary refill Nadi karotis c. Brain (Persyarafan) Tingkat keadaran GCS Bentuk kepala Mata : compos mentis : E4V5M6 : mesosefal : konjungtiva tidak anemis, pupil isokor dan masih berespon terhadap cahaya, sklera tidak ikterik. Refleks Patologis Refleks Fisiologis : negatif : positif : 197 x/menit : S1>S2, gallop (-), murmur (-) : Supraventrikular takikardi : 103/62 mmHg : tidak terlihat peningkatan JVP. : tidak terdapat sianosis di area perifer pasien (area kuku). : < 2 detik : teraba jelas : compos mentis

d. Bladder (Perkemihan) Kandung kemih Urin Alat bantu e. Bowel (Pencernaan) Mulut Bunyi usus BAB Alat bantu Ascites Hepatomegali : bibir dan mukosa lembap, Mulut kurang bersih. : bising usus, 11 x/menit : pada saat dilakukan pengkajian pasien belum BAB. : pasien tidak terpasang kateter urin. : tidak ascites : tidak ada hepatomegali : tidak terdapat distensi : kuning jernih, jumlah urin 100 cc/ 1 jam : terpasang kateter two way

f. Bone (Muskuloskleletal) ROM : ROM aktif. Pasien dapat menggerakan tangan dan kakinya serta pergerakannya masih normal. Deformitas ekstremitas Mobilisasi : (-) : Mobilisasi pasien bedrest di tempat tidur. Dalam melakukan pemenuhan ADL, pasien dibantu oleh keluarga dan perawat. Kekuatan otot 5 5 5 5 :

Turgor Akral g. Sosial

: < 2 detik : hangat

Pasien kurang kooporatif terhadap tindakan medis dan keperawatan di ruangan. Terlihat saat akan dilakukan pemasangan kateter, pasien menolak, tetapi setelah diberikan motivasi pasien mau dipasang. Pasien mengatakan tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun, pasien berhubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar rumahnya. h. Spiritual Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selama dirumah pasien selalu menjalankan solat 5 waktu. Tetapi selama dirumah sakit, pasien jarang terlihat

menjalankan solat, mungkin dikarenakan keterbatasannya dalam mobilisasi dan kelemahan fisik pasien.

C. HASIL UJI DIAGNOSTIK 1. Laboratorium a. Pemeriksaan tanggal 19 Juni 2013 Pemeriksaan Paket darah rutin Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCH MCHC MCV DIFF COUNT Eosinofil Basofil Netrofil segmen Limfosit Monosit Elektrolit Natrium Kalium Klorida GDS Cholesterol total Trigliserida Ureum Creatinin Asam Urat SGOT SGPT Hasil 14,6 14,6 45 5,2 408 28 33 86 1 0 53 41 6 136 3,4 115,0 152,0 167 234 29,2 0,66 7,50 48,0 85,0 mmol/L mmol/L mmol/L mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl mg/dl u/L u/L g/dl 10^3/uL 10^6/uL 10^3/uL Pg g/dL fL Satuan Nilai normal 13,2-17,3 3,8-10,6 40-52 4,4-5,9 150-440 26-34 32-36 80-100 1-3 0-1 50-70 25-40 2-8 135,0-147,0 3,5-5,0 95,0-105,0 100-150 150,0-200,0 70,0-140,0 10-50 0,6-1,1 < 6,8 <= 37 <= 42

b. Pemeriksaan tanggal 20 Juni 2013 Pemeriksaan Paket darah rutin Hemoglobin Leukosit Hematokrit Eritrosit Trombosit MCH MCHC Hasil 13,4 11,1 42 4,8 312 28 32 g/dl 10^3/uL 10^6/uL 10^3/uL Pg g/dL Satuan Nilai normal 13,2-17,3 3,8-10,6 40-52 4,4-5,9 150-440 26-34 32-36

MCV DIFF COUNT Eosinofil Basofil Netrofil segmen Limfosit Monosit 2. EKG

87 1 1 66 26 6

fL

80-100 1-3 0-1 50-70 25-40 2-8

Tanggal 19 juni 2013 Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG Tanggal 20 juni 2013 Marked sinus bradycardia with AV dissociation and junctional rhytm with sinus /atrial capture, ST & T wave abnormalilty, consider anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal EKG Tanggal 21 juni 2013 Normal sinus rhytm, right atrial enlargement, ST & T wave abnormality, consider anterolateral ischemia, prolonged QT, Abnormal EKG

D. PROGRAM TERAPI Tanggal 19 Juni 2013 1. Inj. Fargoxin 75 mg (intravena) 2. Inj. Ranitidin 25 mg 2 x1 (intravena) 3. Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena) 4. Inj. Midazolam 5 mg (intravena) 5. Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral) 6. Acetosal 8 mg 1x1(enteral) 7. ISDN 5mg 3x1 (enteral) 8. Digoxin 30 mg 2x1 (enteral) Tanggal 20 Juni 2013 1. Inj. Ranitidin 25 mg 2x1 (intravena) 2. Inj. Ondancetron 4 mg 2x1 (intravena) 3. Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral) 4. ISDN 5mg 3x1 (enteral) 5. Acetosal 8 mg 1x1(enteral) 6. Digoxin 30 mg 1x1 (enteral)

E. ANALISA DATA Tanggal 19 Juni 2013 Jam 08.30 Data Problem Etiologi DS: pasien mengatakan Pola Nafas tidak Hiperventilasi sesak nafas efektif DO: - HR = 197 x/menit - RR = 29 x/menit - Pasien tampak sesak, kesulitan bernafas - SaO2 100% - Hasil EKG : Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG DS: pasien mengatakan Inefektif perfusi jantung berdebar-debar, jaringan nyeri dada kardiopulmonal DO: - HR = 197 x/menit, teratur - TD = 103/62 mmHg - Hasil EKG : Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG DS: pasien mengatakan Penurunan curah jantung berdebar-debar, jantung nyeri dada DO: Kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar atau membran kapiler

19 juni 2013 Jam 08.30

19 juni 2013 Jam 08.30

Perubahan irama jantung

19 juni 2013 Jam 08.30

HR = 197 x/menit teratur Hasil EKG : Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG TD = 103/62x/menit Pasien tampak cemas aritmia Ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

DS: pasien mengatakan Intoleransi aktivitas tidak mampu melakukan ADL karena lemah dan sesak nafas bila beraktivitas DO: Pasien tampak lemah, pasien dibantu oleh

keluarga untuk memenuhi ADL. HR 197 x/menit teratur, RR 29 x/menit, TD 103/62 mmhg, Hasil EKG : Wide QRS tachycardia, left bundle branch, abnormal EKG

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi 3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan

G. RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler Kriteria Hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam, diharapkan perfusi jaringan kardiopulmonal efektif, dengan kriteria hasil : Circulation Status : No Indikator Skala Skala awal target 1 2 3 TD dalam batas normal HR dalam batas normal Kelemahan ekstrim tidak ada Intake dan output seimbang Nyeri dada tidak ada 2 2 2 5 4 4 Intervensi Circulation Monitoring 1. Monitor nyeri komprehensif Rasional secara 1. Memantau kondisi nyeri klien 2. Memantau intake dan output klien 3. mengetahui kondisi pasien

2. Monitor intake dan output 3. Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi O2 4. Monitor kemampuan aktivitas pasien 5. Anjurkan untuk cukup istirahat 6. Monitor Balance cairan

4. Mengetahui kemampuan pasien 5. Mempercepat pemulihan kondisi 6. Mengetahui keadaan pasien 7. Mempercepat pemulihan kondisi 8. Membantu penyembuhan pasien dengan obat yang tepat

5 7. Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet 8. Kolaborasi pemberian obat sesuai medikasi

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi,

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management : selama 2x24 jam Pola nafas efektif, dengan 1. Enteralsisikan klien untuk kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi Respiratory status : ventilation 2. Monitor RR klien No Indikator Skala Skala 3. Auskultasi suara nafas awal target klien 1 RR dalam 2 4 batas normal 2 Tidak terdapat 2 4 4. Monitor respirasi dan suara nafas status O2 tambahan 5. Berikan terapi O2 3 Tidak terdapat 2 4 dispnea 4 Tidak terdapat 2 4 nafas pendek Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan

1. Mencukupi kebutuhan oksigen 2. Mengetahui keadaan klien 3. Mengeidentifikasi adanya suara nafas tambahan klien 4. Mengetahui keadaan klien 5. Mencukupi kebutuhan oksigen

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung.

setelah dilakukan tindakan keperawatan Cardiac Care selama 1x24jam, diharapkan curah jantung 1. Monitor TTV pasien normal dengan kriteria hasil : Cardiac pump effectiveness : 2. Monitor Status kardiovaskuler No Indikator Skala Skala awal target 3. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi dan durasi)

1. Mengetahui kondisi umum klien 2. Mengetahui perubahan status kardiovaskuler klien 3. Mengkaji kondisi nyeri pasien

1 2 3 4 5

TD dalam batas normal HR dalam batas normal Tidak terdapat disritmia Aktivitas toleran Tidak terdapat angina

2 2 2 2 2

4 4 4 5 4

4. Catat adanya disritmia

5. Monitor adanya perubahan tekanan darah 6. Atur periode latihan dan istirahat 7. Anjurkan untuk mengurangi stress

8. Kolaborasi pemberian obat antiaritmia

4. Kelainan irama jantung menunjuukan adanya kegawatan 5. Mengetahui perubahan tekanan darah 6. Menghindari kelelahan dan mempercepat pemulihan 7. Stres dapat meningkatkan TD dan memperburuk kondisi pasien 8. Mempercepat proses pemulihan

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan berhubungan dengan selama 2x24 jam diharapkan aktivitas klien Ketidakseimbangan meningkat, dengan kriteria hasil : antara suplai O2 dengan kebutuhan

Fluid monitoring 1. Monitor Balance cairan

1. Mengetahui keadaan pasien

Activity therapy 1. Rencanakan dan jadwalkan periode istirahat dan tirah baring yang cukup dan adekuat. 2. Pantau resenteraln kardiopulmonal sebelum dan sesudah beraktivitas

1. Upaya untuk menurunkan keletihan dan kelemahan pasien.

2. Menjaga kemungkinan adanya resenteraln abnormal dari tubuh

Activity tolerance : No Indikator 1 2 3 4 5 HR dalam batas normal RR normal Tekanan darah sistol normal Tekanan darah diastol normal EKG dalam batas normal

Skala awal 2 2 2 2 2

Skala target 4 4 5 5 4

sebagai akibat dari latihan. 3. Minimalkan kerja kardiovaskuler dengan memberikan enteralsisi setengah duduk 4. Monitor RR, HR, dan tekanan darah 3. Mengurangi pemakaian enargi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

5. Ajarkan klien bagaimana menggunakan teknik mengontrol pernafasan

4. Menjaga kemungkinan adanya resenteraln abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. 5. Pernafasan dapat meminimalkan kerja kardiopulmonal

Keterangan : 1. keluhan ekstrim 2. keluhan berat 3. keluhan sedang 4. keluhan ringan 5. tidak ada keluhan

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Tanggal 19 Juni 2013 Jam 07.30 No. Implementasi Dx 1,2,3,4 1. Memberikan obat Alprazolam mg 2x1 (enteral), Acetoral 8 1x1(enteral), ISDN 5mg (enteral), Digoxin 30 mg (enteral) Respon 0,5 mg 3x1 2x1 Paraf

O : Memberikan obat Alprazolam 0,5 mg 2x1 Dwi K (enteral), Acetoral 8 mg 1x1(enteral), ISDN 5mg 3x1 (enteral), Digoxin 30 mg 2x1 (enteral)

08.30

1, 2, 3, 2. Memonitor KU, kesadaran dan TTV 4 pasien dan mencatatnya

O : ku cukup, kesadaran baik. TD = 103/62 mmHg, Nur A. RR = 29 x/menit, HR = 197 x/menit

08.35

1, 2, 3,4

3. Mengkaji keluhan pasien

S : Klien mengatakan sesak nafas, nyeri dada, jantung Tati berdebar-debar O : RR = 29 x/menit, HR = 197x/menit

08.40

1,3

4. Menganjurkan pasien untuk istirahat

S: O : pasien tampak istirahat

08.45

5. Memberikan O2 NRM 10 L/menit dan memberikan enteralsisi semifowler

O : Terapi oksigen NRM 10 L/menit terpasang, posisi Tati klien semifowler

09.00

1,3

6. Memberikan Inj. Fargoxin 75 mg (intravena), Ranitidin 25 mg 2x1 (intravena), Ondancetron 4 mg 2x1(intravena) dan Inj. Midazolam 5 mg (intravena) 7. Melakukan pemasangan kateter two way

O : Inj. Fargoxin 75 mg (intravena), Ranitidin 25 mg Nur A 2x1 (intravena), Ondancetron 4 mg 2x1(intravena) dan Inj. Midazolam 5 mg (intravena) masuk

09.15

1,3

O : kateter two way terpasang, volume urin 100 cc Dwi K urin jernih

09.30

1,2,3,4 8. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar monitoring 1,3 9. Memberikan defibrilator atau

O : TD = 128/92 mmHg, HR = 169 x/menit, RR = 29 Tati x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 104, gambaran EKG = ventrikel takikardi O : HR = 90 x/menit, Tati Dwi k Nur A Dwi k O : TD = 93/57 mmHg, HR = 198 x/menit, RR = 12 Dwi k x/menit, Senteral2 100% dan MAP = 67, gambaran EKG = ventrikel takikardi S : klien berjanji akan mengurangi stres Tati

10.00

10.40

3,4

10. Mengajarkan pasien teknik nafas dalam

O : klien tampak melakukan teknik nafas dalam

11.00

1,2,3,4 11. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 3,4 12. Menganjurkan mengurangi stres klien untuk

11.15

11.30

1,3

13. Mengkaji nyeri pasien

S : pasien mengatakan nyeri dibagian dada, jantung Tati

berdebar-debar P : nyeri karena sesak nafas Q : nyeri seperti menusuk nusuk R : nyeri di bagian dada S : skala nyeri 4 (0-10) T : nyeri sering muncul O : klien tampak sesak, dan menarik nafas dalam 11.45 3,4 14. Meminta klien mendemonstrasikan teknik nafas dalam O : klien tampak menarik nafas dalam Tati

12.00

1,2,3,4 15. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 1,2,3,4 16. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 1, 2, 3 17. Mengukur volume urin pasien dan membuangnya

O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22 Nur A x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG = sinus bradikardi O : TD = 98/61 mmHg, HR = 58 x/menit, RR = 22 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, gambaran EKG Nur A = sinus bradikardi O : urin 100 cc/1 jam Nur A

13.00

14.00

19 Juni 2013

14.00

1,2,3,4

1. Memonitor TTV

O: TD=91/53 mmHg, HR= 59x/menit, RR=20 x/menit, Iin MAP= 72

14.15

1,2,3

2. Mengkaji adanya nyeri dada

S: Klien mengatakan terkadang masih terasa nyeri dada Dwi I. dan jantung terkadang masih berdebar-debar O : pasien hanya ditemani oleh suami O : Posisi pasien semifowler O: Pasien mengunakan NRM 10 liter/menit Dwi I Dwi I Dwi I

3. Membatasi pengunjung 4. Memberikan posisi semifowler 5. Memantau oksigenasi 15.00 1,2,3,4 6. Monitor TTV

O : TD=109/62 mmHg, HR= 75 x/menit, RR=20 Iin x/menit, MAP=71 O: TD=103/57 mmHg, HR=81 x/menit, RR=11 x/menit, dan MAP=65 O : Injeksi fargoxin 75 mg (intravena) Iin

16.00

1,2,3,4

7. Monitor TTV

8. Memberikan terapi injeksi fargoxin 75 mg (intravena) 17.00 1,3 9. Monitor TTV

Iin

O: TD=93/56 mmHg, HR=68 x/menit, RR=27 x/menit MAP=66 O: Drip tyarit pada cairan infus glukosa 5% mengunakan infus pump 41,6 cc/jam

Iin

10. Memberikan tyarit drip pada cairan infus glukosa 5% mengunakan infus pump 41,6 cc/jam 18.00 1,2,3,4 11. Monitor TTV

O : TD= /56 x/menit, HR=209 x/menit, RR=23 x/menit, MAP=75, gambaran EKG = ventrikel takikardi Dwi i

18.45

1,3

12.

Mencatat input dan output

O : Input cairan 600 cc, dan Output 450 cc

Dwi I

19.00

1,2,3,4

13.

Monitor TTV

O : TD= 99/64 mmHg, HR= 201 x/menit, RR=12 x/menit, MAP=75, dan gambaran EKG : ventrikel Dwi I takikardi O : TD=98/71 mmHg, HR= 75 x/menit, RR= 21 Dwi I x/menit MAP= 59,

20.00

1,2,3,4

14.

Monitor TTV

21.00

1,2,3,4

15.

Monitor TTV

19 Juni 2013

22.00

1,2,3

1.

Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memberikan injeksi ranitidin 25 mg (intravena) dan ondansentron 4 mg (intravena) Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring.

Iin O : TD= 83/51 mmHg, HR= 49 x/menit, RR= 25 x/menit, dan MAP= 77 O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=105/63 mmHg, Lely HR=52x/menit, RR=20x/menit, MAP=71, SaO2=100%,

22.10

1, 3

2.

O : Pasien tetap tertidur ketika diberikan injeksi ranitidin 25 mg (intravena) dan ondansentron 4 mg (intravena) O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/60 mmHg, HR=51x/menit, RR=18x/menit, MAP= 72, SaO2=100%,

Retno

23.00

1,2,3

3.

Retno

00.00

1,2,3

4.

Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2

O ; KU=lemah, kesadaran CM, TD=99/63 mmHg, HR=62x/menit, RR=22x/menit,MAP=73 SaO2=100%,

Lely

01.00

1,2,3

5.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=101/57 mmHg, Lely HR=69x/menit, RR=21x/menit, MAP=69, SaO2=100%, O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg, HR=48x/menit, RR=24x/menit, MAP=72, SaO2=100%, Retno

02.00

1,2,3

6.

03.00

1,2,3

7.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/57 mmHg, Retno HR=83x/menit, RR=21x/menit, MAP=69, SaO2=100%,

04.00

1,2,3

8.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=102/57 mmHg, Lely HR=70x/menit, RR=20x/menit, MAP=68, SaO2=100%,

05.00

1,2,3

9.

O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=97/62 mmHg, Lely HR=48x/menit, RR=22x/menit, MAP=69, SaO2=100%,

pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. 06.00 1,2,3 10. Memonitor KU, kesadaran, TTV, SaO2, intake cairan serta status O2 pasien kemudian mencatatnya dilembar monitoring. 11. Mengukur urin output 12. Memberikan diit kepada pasien 13. Memberikan terapi oral 14. Menghitung balance cairan. O : KU=lemah, kesadaran CM, TD=107/71 mmHg, Lely HR=62x/menit, RR=24x/menit, MAP=71, SaO2=100%,

06.05 06.20 06.25 07.30

1,2,3 1,2,3 1,2,3 1,2,3

O : Jumlah urin 500cc/6jam O : Pasien makan menyisakan sekitar dari diit. O: Pasien kooperatif O : Balance cairan = Masuk-keluar-IWL IWL= 45X60X40 = 1080/24jam 100 1 jam = 46 IWL 23 jam = 45x23 = 1035 BC = 1700-1040-1035 = -325

Lely Retno Lely Lely

20 Juni 2013

07.00

1,2,3,4 1. Monitor EKG, TD, HR, RR, SO2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi

O : TD = 113/65 mmHg, RR = 22 x/menit, HR = 57 Dwi K x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 65

07.45

1,2,3,4 2. Mengkaji keluhan pasien

08.00

1,2,3,4 3. Monitor EKG, TD, HR, RR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 1,2,3,4 4. Memberikan inj Ranitidin 25 mg (intravena) dan Inj. Ondancetron 4 mg (intravena) 1,3 5. Melakukan EKG

S : klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah tidak sesak nafas, jantungnya sudah tidak berdebar- Dwi K debar O : klien tampak tidak sesak, lebih nyaman RR = 22 x/menit, HR = 57 x/menit, TD = 113/65 mmHg. O : TD = 110/55 mmHg, RR = 18 x/menit, HR = 60 Dwi K x/menit, SPO2 = 100%, MAP = 72

08.05

O : inj Ranitidin 25 mg (intravena) dan inj Dwi K Ondancentron 4 mg (intravena) masuk

08.15

O : Gambaran EKG : Sinus bradikardi with AV, ST & Dwi K T wave abnormal, Anterolateral ischemia, Abnormal Iin EKG S : klien mengatakan lebih nyaman mandi sendiri di kamar mandi Iin O : klien tampak malu saat dilakukan seka, O : Kanul nasal 3 L/menit terpasang Iin

08.30

6. Memandikan pasien

08.50

7. Mengganti NRM menjadi kanul nasal 3 L/menit

09.00

1,2,3,4 8. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi

O : TD = 116/57 mmHg, HR = 72 x/menit, RR = 17 Iin x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71,

10.00

1,2,3,4 9. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 1,2,3,4 10. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 1,2,3 11. Motivasi untuk diet seimbang

O : TD = 98/60 mmHg, HR = 68 x/menit, RR = 17 Dwi I x/menit, SPO2 100% dan MAP = 74, O : TD = 108/72 mmHg, HR = 78 x/menit, RR = 16 Dwi I x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, S : klien mengatakan akan makan yang banyak O : terdapat sisa makanan porsi pada makanan klien tempat Dwi I

11.00

11.30

11.45

1,2,3

12. Monitor intake klien

12.00

1,2,3,4 13. Monitor EKG, TD, HR, SO2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 14. Memberikan obat Alprazolam 0,5 mg 1,2,3,4 2x1 (enteral), ISDN 5mg 3x1 (enteral), Acetoral 8 mg 1x1(enteral), Digoxin 30 mg 1x1 (enteral) 15. Monitor EKG, TD, HR, SO2, MAP dan mencatatnya di lembar observasi 16. Mengukur jumlah urin dan membuangnya

O : TD = 110/72 mmHg, HR = 74 x/menit, RR = 17 Iin x/menit, SPO2 100% dan MAP = 70, O : obat Alprazolam 0,5 mg 2x1 (enteral), ISDN 5mg 3x1), Acetoral 8 mg 1x1(enteral), Digoxin 30 mg 1x1 masuk Iin

12.05

13.00

1,2,3,4

O : TD = 115/69 mmHg, HR = 78 x/menit, RR = 16 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 66, O : volume urin 300cc/7 jam, urin jernih

Iin

13.45

1,2,3

Dwi K

14.00

17. Monitor EKG, TD, HR, Senteral2, MAP dan mencatatnya di lembar 1,2,3,4 observasi

O : TD = 113/75 mmHg, HR = 76 x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71, S: pasien mengatakan keadannya sudah membaik dan tidak deg-degan lagi O: TD: 119/62 mmHg, MAP :82 mmHg, HR: 58 x/mnt, R 21 x/mnt dan SPO2: 100%. O : Tidak terdengar suara nafas tambahan. Irama jantung regular O : tetesan D5% 12 tpm O : Pasien tampak istirahat dengan ;posisi setengah duduk dan O2 binasal 3 l/m O: TD: 104/61 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 70 x/mnt, R 21 x/mnt dan SPO2: 100%. S: Pasien mengatakan mau latihan duduk O : Pasien tampak dapat duduk sekitar 15 menit

Dwi K

20 Juni 2013

14.00

1,2,3

1. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2.

Lita

1,2,3, 4 1,2,3 1,2,3

2. Mendengarkan bunyi nafas tambahan dan irama jantung 3. Memonitor tetesan D5% 12 tpm 4. Membenarkan posisi setengah duduk dan O2 binasal 3 l/m 5. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 6. Memotivasi pasien untuk latihan duduk 7. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 8. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2.

Kustini

Kustini

15.00

1,2,3 1,2, 4

Kustini

16.00

1,2,3

O: TD: 101/66 mmHg, MAP :70 mmHg, N: 71 x/mnt, R Lita 18 x/mnt dan SPO2: 100%. S: O: TD: 102/64 mmHg, MAP :72 mmHg, N: 92 x/mnt, R Lita 26 x/mnt dan SPO2: 97%.

17.00

1,2,3

18.00

1,2,3

9. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 10. Mengkaji keluhan pasien 11. Memberikan paracetamol 1 tablet 12. Menganjurkan pasien untuk istirahat

O: TD: 102/70 mmHg, MAP :74 mmHg, N: 89 x/mnt, R Lita 25 x/mnt dan SPO2: 100%. Suhu: 37,5 0C S: pasien mengatakan merasa greges. O : pasien tampak minum paracetamol 1 tablet Kustini O : pasien tampak istirahat Kustini

1,2,3

19.00

1,2,3

13. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2.

S: O: TD: 119/69 mmHg, MAP :81 mmHg, N: 95 x/mnt, R Kustini 29 x/mnt dan SPO2: 97%. S: Pasien mengatakan sudah merasa tidak greges dan tidak mual Kustini

14. Mengkaji keluhan pasien

20.00

15. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2, Suhu 16. Menganjurkan pasien minum obat ISDN 1 tablet dan cefixime dan memberikan injeksi ranitidin 30 mg dan ondansentron 4 mg

O: TD: 103/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 91 x/mnt, R 29 x/mnt dan SPO2: 97%. Suhu 36,8 0C. O : Pasien meminum obat sesuai anjuran. Injeksi ranitidin 30 mg dan ondansentron 4 mg masuk.

Lita

Lita

21.00

17. Mencatat dan memonitor tanda vital:

O: TD: 105/64 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 88 x/mnt,

Kustini

TD, MAP, HR, SaO2 18. Mengukur dan mencatat urin yang keluar. 19. Menganjurkan pasien untuk istirahat 20 Juni 2013 21.00 1,2,3,4 1. Mengkaji kesadaran, KU dan TTV pasien

R 28 x/mnt dan SPO2: 98%, O : out put urin 900 cc/ 7 jam Kustini

S: pasien mengatakan mau istirahat.

Kustini

DS:Tati DO: Keadaan umum pasien baik, Kesadaran comenterals mentis, E4V5M6, TTV: HR 85x/menit teratur, TD 98/62 mmhg, RR 22 x/menit, SaO2=97% DO: Inj alprazolam 0,5 mg masuk Tati

21.15 21.45

1,3

2.

Memberikan inj alprazolam 0,5 mg Mengkaji keluhan pasien

1,2,3,4 3.

DS: Pasien mengatakan kondisinya sudah membaik, Tati jantung sudah tidak berdebar-debar, sesak nafas sudah tidak, nyeri dada juga berkurang DO: HR:81 x/menit, TD 105/65 mmhg, RR:24x/menit DS:Avi DO: HR:81 x/menit, MAP 75, TD 105/65 mmhg, RR:24x/menit, SPO2 98% DS:DO: pasien tampak nyaman, binasal 3 l/menit Avi

22.00

1,2,3,4 4.

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring Memonitor pemberian binasal 3 l/menit oksigen

22.10

1,2,3,4 5.

23.00

1,3

6.

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring Mengurangi stimulus lingkungan dengan tidak membuat kebisingan

DS:DO: HR:76 x/menit, MAP 67, TD 96/67 mmhg, Avi RR:22x/menit, SPO2 98% DS:DO:Pasien tampak tidur pulas Avi

23.15

1,2,3,4 7.

24.00

1,2,3,4 8.

Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring

DS:DO: HR:74 x/menit, MAP 67, TD 92/58 mmhg, Tati RR:22x/menit, SPO2 98% DS:DO: HR:83 x/menit, MAP 74, TD 109/65 mmhg, Tati RR:22x/menit, SPO2 98% DS:DO: HR:69 x/menit, MAP 72, TD 96/65 mmhg, Tati RR:23x/menit, SPO2 99% DS:Avi DO: HR:60 x/menit, MAP 72, TD 96/63 mmhg, RR:23x/menit, SPO2 98% DS:Avi DO: HR:78 x/menit, MAP 75, TD 99/64 mmhg,

01.00

1,2,3,4 9.

02.00

1,2,3,4 10. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring 1,2,3,4 11. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring

03.00

04.00

1,2,3,4 12. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar

monitoring

RR:20x/menit, SPO2 98% DS:DO: HR:62 x/menit, MAP 73, TD 98/53 mmhg, Avi RR:20x/menit, SPO2 98% DS:DO: HR:75 x/menit, MAP 69, TD 102/59 mmhg, Tati RR:22x/menit, SPO2 97% DS:Tati DO: Input 24 jam: 7570cc, output 24 jam: 620cc, iwl dengan berat badan 60 kg (810cc). BC: 7570(620-810)= +6140 cc DS:DO: HR:89 x/menit, MAP 74, TD 102/68 mmhg, Tati RR:13x/menit, SPO2 99%

05.00

1,2,3,4 13. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring 1,2,3,4 14. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring

06.00

06.30

1,3

15. Menghitung balance cairan

07.00

1,2,3,4 16. Monitor EKG, TD, HR, SPO2, MAP, dan mencatatnya di lembar monitoring

21 Juni 2013

07.00

1,2,3

1. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 2. Memonitor tetesan D5% 12 tpm 3. Membenarkan posisi O2 binasal 3 l/m

S: pasien mengatakan tidak deg-degan lagi dan keadannya sudah membaik O: TD: 119/62 mmHg, MAP :74 mmHg, HR: 89 x/mnt, R 13 x/mnt dan SPO2: 97%. Spesimen darah dapat

Lita \

Lita

4. Mengambil spesimen darah pasien

diambil.

1,2,3 08.00

5. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 6. Memonitor tetesan D5% 10 tpm 7. Memasang EKG dan merekam EKG 8. Memandikan pasien dan bed making 9. Memotivasi pasien untuk minum obat Lanzoprazol, cefixime, ISDN, Digoxin, dan Asestosal masing-masing 1 tablet

S: Pasien mengatakan mau minum obat agar bisa cepat pulang O: TD: 100/65 mmHg, MAP :75 mmHg, HR: 82 x/mnt, R 24 x/mnt dan SPO2: 99%. Hasil EKG anterolateral iskemia, SV & T wave abnormality, prolonged QT, abnormal EKG Pasien tampak lebih bersih, segar, dan rapi.

Kustini

1,2,3 09.00 10. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 11 Memonitor tetesan D5% 10 tpm 1,2,3,4 10.00 12. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 13 Memonitor tetesan D5% 10 tpm

S: O: TD: 106/64 mmHg, MAP :76 mmHg, HR: 82 x/mnt, R 23 x/mnt dan SPO2: 97%. Kustini

S: pasien mengatakan mau latihan duduk O: TD: 98/68 mmHg, MAP : 75 mmHg, HR: 77 x/mnt, R 23 x/mnt dan SPO2: 97% .Pasien tampak duduk selama 30 menit

Lita

14 Memotivasi pasien untuk latihan duduk 15. Menganjurkan pasien untuk istirahat S: 11.00 1,2,3 16. Mencatat dan memonitor tanda vital: TD, MAP, HR, SaO2. 17. Memonitor tetesan D5% 10 tpm O: TD: 107/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 81 x/mnt, R 21 x/mnt dan SPO2: 97%. Kustini

12.00

1,2,3,4 18. Mengevaluasi keadaan pasien 19. Melepas infus, tensi meter, chest piece, dan kateter 20. Memotivasi pasien untuk menghabiskan diet

S: Pasien mengatakan sudah merasa baik dan ingin pulang O: TD: 107/69 mmHg, MAP :78 mmHg, HR: 81 x/mnt, R 21 x/mnt dan SPO2: 97%. Diet habis

Lita

13.00

21. Melatih pasien untuk duduk latihan terlebih dahulu sambil menunggu jemputan 22. Memberikan discharge planning yaitu memotivasi pasien agar tidak stress, dapat megontrol emosi

S: O: Pasien tampak duduk Pasien mau mencoba mengikuti anjuran

Lita

Lita Kustini

dengan nafas dalam dan istighfar, meminum obat secara teratur, kontrol tepat waktu, dan jika memungkinkan latihan aktivitas secara bertahap dan jangan dipaksakan bila terasa sudah lelah

I. EVALUASI Tanggal dan Jam 20 Juni 2013 Jam 14.00 WIB Diagnosa Inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler Evaluasi Paraf S: klien mengatakan nyeri dada berkurang, sudah tidak sesak nafas, Kustini O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 LitaI x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71, klien tampak mau makan, terdapat sisa makanan porsi pada tempat makan klien, A: Masalah perfusi jaringan kardiopulmonal efektif,dengan kriteria hasil: No 1 2 3 4 Indikator TD dalam batas normal HR dalam batas normal Kelemahan ekstrim tidak ada Intake dan output seimbang Skala Skala Skala awal sekarang target 2 2 2 2 5 4 4 4 5 4 4 5

Nyeri dada tidak ada

P: pertahankan kondisi pasien, sampai pasien benar-benar pulih tetapi tetap mengingatkan kepada pasien agar tidak terlalu banyak beraktivitas agar tidak terjadi keluhan yang sama 20 juni 2013 14.00 WIB pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, S:pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas Kustini O: klien tampak tidak sesak, lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 Lita x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71 A: masalah Pola nafas teratasi dengan kriteria hasil: Respiratory status : ventilation No Indikator Skala awal 1 RR dalam batas normal 2 2 Tidak terdapat suara nafas 2 tambahan 3 Tidak terdapat dispnea 2 4 Tidak terdapat nafas pendek 2

Skala Tujuan 4 4 4 4

Skala target 4 4 4 4

20 juni 2013 14.00 WIB

P: Pertahankan kondisi pasien, sampai pasien benar-benar pulih Penurunan curah S: Pasien mengatakan jantungnya sudah tidak berdebar-debar Kustini jantung berhubungan O: pasien tampak tenang , lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 Lita

dengan perubahan x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71 denyut/irama jantung. A: masalah curah jantung teratasi dengan kriteria hasil: Cardiac pump effectiveness : No Indikator Skala Skala awal Sekarang 1 TD dalam batas normal 2 4 2 HR dalam batas normal 2 4 3 Tidak terdapat disritmia 2 4 4 Aktivitas toleran 2 4 5 Tidak terdapat angina 2 4

Skala target 4 4 4 5 4

20 Juni 2013 Jam 14.00 WIB

P: Pertahankan kondisi pasien, dan anjurkan pasien untuk mengurangi beban pikiran yang dapat menimbulkan stres Intoleransi aktivitas S: Pasien mengatakan jantungnya sudah tidak berdebar-debar Kustini berhubungan dengan O: pasien tampak tenang , lebih nyaman TD = 113/75 mmHg, HR = 76 Lita Ketidakseimbangan x/menit, RR = 18 x/menit, SPO2 100% dan MAP = 71 antara suplai O2 dengan kebutuhan A: Masalah aktivitas klien teratasi, dengan kriteria hasil :

Activity tolerance :

No 1 2 3 4 5

Indikator

Skala awal HR dalam batas normal 2 RR normal 2 Tekanan darah sistol 2 normal Tekanan darah diastol 2 normal EKG dalam batas normal 2

Skala Sekarang 4 4 5 4 4

Skala target 4 4 5 5 4

P: Pertahankan kondisi pasien, dan anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berat.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan maka disimpulkan bahwa: 1. Supraventrikular takikardi (SVT) adalah satu jenis takidisritmia yang ditandai dengan perubahan laju jantung yang mendadak bertambah cepat menjadi berkisar antara 150 kali/menit sampai 250 kali/menit. Kelainan pada SVT mencakup komponen sistem konduksi dan terjadi di bagian atas bundel HIS. Pada kebanyakan SVT mempunyai kompleks QRS normal. 2. Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan ventrikel takikardi, antara lain penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard, inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler, enteralla napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 3. Masalah keperawatan pada Ny. A yaitu penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut/irama jantung, perubahan

sekuncup jantung: preload, afterload, penurunan kontraktilitas miokard, inefektif perfusi jaringan kardio pulmonal berhubungan dengan kerusakan transenteralrtasi O2 melalui alveolar dan atau membran kapiler, enteralla napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, nyeri, cemas, kelelahan otot pernapasan, defornitas dinding dada, dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen dapat teratasi.

B. Saran 1. Perawat Monitor kondisi klien secara rutin, motivasi klien agar meningkatkan asupan makanannya, monitor intake dan output nutrisi, recall teknik relaksasi yang sudah diajarkan, dan dalam setiap tindakan selalu menggunakan prinsip aseptik. 2. Dokter Lanjutkan program pemberian terapi farmakologis radioterapi tehadap klien. 3. Keluarga Motivasi klien agar menjaga emosi, tidak terlalu stres, pantau aktivitas klien, pantau klien dalam meminum obat, dan kontrol jika obat habis.

DAFTAR PUSTAKA

Cheitlin M D, dkk. (2009). Clinical Cardilogy. Edisi ke-6. California: Prenticehall Interntional Inc Hanafi B. Trisnohadi. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Hudak, C.M, Gallo B.M. (1997) Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC. McCloskey, J. & Gloria M. B. (2000).Nursing Outcome Classificatian (NOC).Second Ed. New York : Mosby. McCloskey, J. & Gloria M. B..(2005). Nursing Intervention Classificatian (NIC).Second Ed. New York : Mosby. NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. Jakarta : EGC. Santoso Karo karo. (1996) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sudoyo,D Arua, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

You might also like