You are on page 1of 20

Klasifikasi NYHA terbagi atas 4 kelas : - kelas I - kelas II - kelas III - kelas IV

KLASIFIKASI DISTRIBUSI ANGKA KEMATIAN MATERNAL

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

0,17% 0,28% 5,52% 5,84%

Anamnesa pemeriksaan fisik ( bunyi jantung ) berdasarkan kriteria Burwell & Metcalfe - bising sistolik, presistolik, atau terus-menerus - pembesaran jantung yang jelas - bising jantung yg nyaring disertai thrill - aritmia yg berat Pemeriksaan penunjang ( lab, EKG, echo, fonokardiogram )

32-36 mg hipervolumia Kala II mengedan kerja jantung berat Pasca Persalinan venous return Masa Nifas infeksi

Abortus Prematuritas Dismaturitas Lahir apgar rendah at lahir mati IUFD

secara umum
edukasi (ANC) : 2 mgg sekali, seminggu sekali setelah UK 28 mgg dihindari BB berlebihan anemia diatasi ISPA segera diobati deteksi sedini mungkin pre-eklampsia kerjasama multidisipliner : ginekologi, kardiologi, ilmu peny dalam, anestesi

Kelas I & II
prinsip boleh hamil (multidisipliner) optimalisasi jantung pencegahan ISPA cukup istirahat pekerjaan dibatasi mondok RS 2 mgg sebelum taksiran persalinan saat persalinan siapkan selalu (morfin, digitalis, O2, diuretik) pemberian analgetika intra partum persalinan per vaginam, SC ai/ obstetri kala II diperingan dgn forceps atau vakum manajemen aktif kala III minus methergin

Kelas III & IV


sebaiknya tdk menikah, jika menikah hindari kehamilan sebaiknya tdk hamil (kelas III) & tdk boleh hamil (kelas IV) jika terlanjur hamil idealnya mondok RS saat kehamilan 28 mgg abortus medisinalis dipertimbangkan sebelum khmlan 12 mgg dipilih persalinan per vaginam, kala II diperingan dgn forceps atau vakum & sebagian per abdominam masih direkomendasikan, SC ai/ obstetri

MASA POST PARTUM & NIFAS


setelah kala III selesai, pemasangan gurita dgn kantong pasir minimal mondok RS 2 mgg profilaksis endokarditis dgn antibiotika kelas III & IV dilarang laktasi dianjurkan utk sterilisasi, bila tdk setuju IUD

PROGNOSA Bagi ibu - tergantung berat peny, umur, dan penyulit lain - pegawasan pengobatan, pimpinan persalinan & kerjasama dgn penderita Bagi bayi - bila peny jantung tdk terlalu berat, tdk mempengaruhi kematian - peny berat gawat janin

KONTROVERSI

terminasi kehamilan per vaginam versus per abdominam pemberian ergometrin setelah bayi lahir (pemberian IM aman) partus spontan versus VE atau forceps pd kelas I & II

TERMINASI KEHAMILAN SECARA PERABDOMINAM DENGAN PENYULIT VITIUM CORDIS GRADE III (KONTROVERSI)

ANC
ANC pada kasus ini tidak adekuat, seharusnya ANC dilakukan 2 minggu sekali sejak diagnosa kehamilan ditegakkan. Pada usia kehamilan 28 minggu seharusnya mondok rumah sakit sampai aterm untuk persiapan persalinan. Tidak setuju dengan bagian jantung dimana pada pasien ini mendapat terapi rawat jalan

TERMINASI KEHAMILAN
Pada kasus ini setuju dilakukan terminasi perabdominam dengan pertimbangan 1. jika dilakukan pervaginam harus dipertimbangkan kala II , memperberat beban jantung, dan harus ada kesiapan dari tim medis baikdari dokter ahli kandungan, ahli jantung dan ahli anestesi

2. Rasa nyeri persalinan dan kontraksi rahim merupakan stressor bagi jantung, hal ini akan meningkatkan venous return pada akhirnya kerja jantung makin berat kesimpulan : bahaya oedem pulmo cardiogenik dan syok cardiogenik meningkat dengan berlangsungnya persalinan pervaginam (pada kala II)

TEKNIK ANAESTESI
Setuju dilakukan General Anaestesi mengingat efek samping hipotensi pada prosedur Regional Anaestesi Hipotensi vitium cordis grade IIIIV lebih parah

PASCA PERSALINAN
Setuju dengan pemasangan korset Tidak setuju dengan lama mondok 7 hari bahaya akan Endokarditis.

Kesimpulan
Pervaginam lebih aman dibandingkan perabdominam resiko/komplikasi anaestesi

You might also like