You are on page 1of 26

HAMA UTAMA KEDELAI DAN PENGENDALIANNYA

Harsono Lanya dan Wedanimbi Tengkano Acuan Pedoman Rekomendasi Pengendalian OPT Kedelai, Prognas PHT, 1994 Arthropoda yang berasosiasi dengan tanaman kedelai di Indonesia sebanyak 266 jenis, 111 spesies diketahui sebagai serangga berpotensi hama pada kedelai, 61 spesies sebagai predator, 41 spesies sebagai parasitoid, dan 53 spesies sebagai serangga bukan berpotensi hama. Dari 111 spesies yang berpotensi hama kedelai, hanya 11 di antaranya yang dinilai penting. Berdasarkan bagian tanaman yang diserang, hama kedelai digolongkan ke dalam hama perusak batang, daun, bunga, dan polong. Berdasarkan stadia tumbuh yang diserang, hama kedelai digolongkan ke dalam hama perusak tanaman muda, perusak fase vegetatif, perusak fase berbunga dan berpolong, perusak fase pertumbuhan polong dan biji, serta perusak fase pemasakan polong. Selain itu, hama kedelai dapat digolongkan berdasarkan tipe alat mulutnya, yaitu hama tipe mulut penusuk pengisap dan hama tipe mulut penggigit pengunyah. Penamaan hama umumnya didasarkan atas perilaku dan warnanya. Serangan hama pada tanaman kedelai terjadi sejak tanaman mulai tumbuh hingga panen. Besarnya kehilangan hasil tanaman karena serangan hama ditentukan oleh berbagai faktor antara lain tinggi rendahnya populasi hama, fase pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang dirusak, dan ketahanan varietas. Yang termasuk hama penting pada tanaman kedelai ialah (1) lalat kacang (Ophiomyia phaseoli), (2) kumbang daun kedelai (Phaedonia inclusa), (3) kutukebul (Bemisia tabaci), (4) kutu daun (Aphis glycines), (5) ulat grayak (Spodoptera litura), (6) ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites), (7) ulat buah (Helicoverpa armigera), (8) penggerek polong (Etiella zinckenella dan E. hobsoni), (9) kepik hijau (Nezara viridula), (10) kepik hijau pucat (Piezodorus hybneri), (11) kepik coklat kedelai (Riptortus linearis). Dalam kaitannya dengan fase pertumbuhan tanaman, jenis hama yang mungkin hadir dan menyerang tanaman pada fase pertumbuhan tertentu sangat penting diketahui oleh petugas lapangan dan petani. Pengetahuan tersebut sangat mendukung berhasilnya pengamatan, peramalan maupun pelaksanaan pengendalian. Hubungan antara keberadaan hama penting tersebut dengan fase pertumbuhan kedelai seperti tercantum pada Tabel berikut ini: Tabel. Hubungan antara fase pertumbuhan tanaman dengan jenis hama penting yang mungkin menyerang tanaman kedelai. No Fase pertumbuhan Jenis hama penting dan vektor virus yang mungkin menyerang 1 Fase tanaman muda (tumbuh-10 hst) Lalat kacang, kumbang kedelai, dan vektor virus (kutu daun dan kutukebul) 2 Fase vegetatif (11-30 hst) Kumbang kedelai, ulat grayak, ulat jengkal, ulat buah, dan vektor virus (kutu daun dan kutukebul) 3 Fase berbunga dan pembentukan polong (31-50 hst) Kumbang kedelai, ulat grayak, ulat buah, penggerek polong, kepik hijau, kepik hijau pucat, kepik coklat kedelai 4 Fase pertumbuhan polong dan biji (51-70 hst) Penggerek polong, kepik hijau, kepik hijau pucat, kepik coklat kedelai

5 Fase pemasakan polong dan pengeringan biji (71 hst panen) Kepik hijau, kepik hijau pucat, kepik coklat kedelai

1. Lalat kacang
Ophiomyia (Agromyza) phaseoli Tryon (Diptera: Agromyzidae) a. Daerah sebar Lalat kacang terdapat di seluruh Indonesia terutama menjadi hama penting di daerah sentra pertanaman kedelai, yaitu di provinsi Lampung, N.Aceh Darussalam, Jawa Tengah, NTB, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Riau, Jawa Barat, Yogyakarta, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. b. Bioekologi Morfologi Imago berbentuk seperti lalat rumah tetapi sangat kecil, yang jantan panjangnya 1,9 mm dan yang betina 2,2 mm; warnanya hitam mengkilat. Telur berbentuk lonjong, berukuran panjang 0,31 mm dan lebar 0,15 mm. Warnanya putih berkilauan seperti mutiara. Larva bentuknya memanjang dan ramping; panjang instar-3 mencapai 3,75 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna putih bening, sedangkan instar akhir kekuning-kuningan. Pupa bentuknya lonjong, panjangnya 3 mm, dengan kedua ujungnya agak meruncing. Pupa yang baru terbentuk berwarna kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi kecoklat-coklatan, dan akhirnya menjadi hitam saat imago akan keluar. Biologi dan perilaku Imago sudah ditemukan pada permukaan daun antara pukul 6
00

-7
30

. Kopulasi terjadi 2 hari setelah keluar dari pupa, pada pagi hari pukul 7
00

11
00

. Imago meletakkan telur satu-persatu pada pangkal kotiledon, pangkal daun tunggal dan daun majemuk pertama. Telur disisipkan di bawah epidermis. Puncak peletakan telur terjadi sekitar pukul 11
00

. Telur diletakan sejak tanaman muncul ke permukaan tanah yaitu pada 4 hst. Populasi telur tertinggi terjadi pada 6 hst. Setelah telur menetas, larva menggerek jaringan kotiledon atau jaringan daun muda selama 2 hari, kemudian menuju kulit batang menuju ke arah pangkal batang dan kemudian berkepompong di bagian tersebut di bawah epidermis. Stadia telur selama 2 hari, stadia larva 7 10 hari, dan stadia pupa 7 13 hari, masa pra-peneluran 1 2 hari, sehingga siklus hidupnya berlangsung antara 17 27 hari (rata-rata 21 hari). Lama hidup imago sekitar 1 minggu. Lalat betina mampu menghasilkan telur antara 94 183 butir selama hidupnya. Rata-rata seekor betina meletakkan telur sebanyak 12,7 butir/hari. Ekologi Tanaman inang lalat kacang ialah kedelai (Glycine max), kacang hijau (Phaseolus radiatus), dan tanaman kacang-kacangan lain yaitu kacang tunggak (Vigna sinensis), kacang hiris (Cajanus cajan), kacang jogo (P. Vulgaris), kacang kratok (P. Lunatus), kacang pedak/bado (Dolichos lablab), kacang bedog, orok-orok (Crotalaria juncea), Vigna hosei, penutup tanah (P. mungo), kacang uci (P. Calcaratus), P. Trilobus dan peleng-peleng/kacang monyet (P. Semierectus). Dari hasil penelitian diketahui bahwa lalat kacang lebih menyukai kacang hijau dan kacang tunggak dari pada kedelai varietas Orba, sedangkan

antara kacang hijau dan kacang tunggak, kacang hijau lebih disukai. Musuh alami lalat kacang ialah berbagai predator dan parasitoid. Ada beberapa jenis parasitoid pupa yang telah diketahui, yaitu Eurytoma poloni, Eurytoma sp., Cynipoide sp., Trigonogastra sp. dan

parasitoid larva-pupa Secodella sp. Predator lalat kacang yang sering ditemukan ialah laba-laba yaitu Lycosa sp. dan Oxyopes sp. sebagai predator imago. Dinamika populasi sebagai dasar penting untuk pengendalian. Imago datang ke pertanaman sejak kecambah muncul pada umur 4 hst. Populasi meningkat dan mencapai puncaknya pada umur 6 hst. Populasi larva mulai ditemukan pada umur 6 hst dan mencapai puncaknya pada umur 8 hst. Padat populasi imago lalat kacang berfluktuasi dari bulan ke bulan. Pada umumnya populasi tinggi terjadi pada musim kemarau, terutama pada pertanaman kedelai kedua (kedelai musim kemarau-II). Selain itu, pada umumnya kedelai yang ditanam terlambat (lebih dari 10 hari) akan mendapat serangan yang lebih tinggi. Cuaca merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan populasi lalat kacang. Populasi lalat kacang tidak bertahan pada curah hujan tinggi. c. Gejala serangan dan kerusakan Tanda serangan mulai terlihat jelas pada umur 6 hst, yaitu berupa bintik-bintik putih bekas tusukan alat peletak telur pada pangkal kotiledon, dan atau pangkal daun. Selanjunya bintik putih tersebut berubah menjadi coklat. Pada 7 hst di kotiledon dan helai daun mulai terlihat alur berkelok-kelok, yaitu lubang gerekan larva yang berwarna coklat. Selanjutnya gejala yang terlihat ialah tanaman mulai layu, kemudian mengering dan mati. Kematian tanaman terjadi mulai 14 hst sampai 30 hst. d. Pengendalian Kedelai yang ditanam di lahan tegalan pada musim hujan-I, atau setelah panen padi rendeng (pada musim kemarau-I), biasanya tidak ada masalah hama lalat kacang. Serangan lalat kacang biasanya terjadi pada tanaman kedelai yang ditanam terlambat, dan kedelai MK-II. Oleh karena itu waktu tanam kedelai termasuk kacang-kacangan yang lain dianjurkan secara serentak dalam suatu hamparan dengan selisih waktu tidak lebih dari 10 hari. Di daerah endemis, pencegahan serangan lalat kacang dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa jerami. Untuk daerah yang gulmanya tidak menjadi masalah dan pengairannya terbatas, penggunaan mulsa mempunyai nilai tambah, yaitu dapat mempertahankan kelembaban tanah dan menghambat pertumbuhan gulma, selain itu bermanfaat sebagai pupuk organik pada pertanaman padi mendatang. Pemantauan imago lalat kacang dilakukan pada umur 5-6 hst, dan gejala serangan pada umur 7-8 hst. Penggunaan insektisida efektif dan selektif dapat dilakukan apabila mencapai ambang pengendalian. Ambang pengendalian untuk lalat kacang yaitu populasi imago 2 ekor/30 rumpun pada umur tanaman 6 hst, atau intensitas serangan 2,5 % pada umur 7-8 hst.

2. Ulat Grayak
Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae) a. Daerah sebar Ulat grayak merupakan hama penting tanaman kedelai terutama di daerah Jawa Tengah, Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, N. Aceh Darussalam, NTB, Jawa Barat, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Utara, Riau, dan Sumatera Selatan. b. Bioekologi Morfologi Imago betina panjangnya 16 mm dan yang jantan panjangnya 17 mm. Sayap depan pada umumnya berwarna agak keabu-abuan dengan pola gambar warna loreng putih; pola gambar pada yang betina dan jantan tampak berbeda. Telurnya berkelompok; bentuk kelompok bundar atau agak lonjong, bergaris tengah sekitar 6 mm, ditutupi bulu-bulu halus berwarna merah sawo. Bentuk butir telur seperti buah anggur, mempunyai alur-alur dari atas ke bawah (pada bagian yang menempel pada butir telur yang lain), berwarna putih mengkilat seperti mutiara. Larvanya hampir tidak berambut, panjang larva instar-1 ialah 1-2 mm dan larva instar akhir panjangnya dapat mencapai 50 mm. Warna larva bervariasi, tubuh larva instar -1 transparan, tetapi setelah makan jaringan daun berwarna kahijau-hijauan. Kepalanya berwarna hitam kecoklatan, terdapat bintik hitam pada abdomen yang ditumbuhi rambut-rambut berwarna hitam kecoklatan. Instar -2 berwarna agak kehijau-hijauan. Larva yang terparasit berwarna hijau kekuning-kuningan dan tidak aktif. Larva instar akhir berwarna abu-abu gelap atau coklat, terdapat lima garis berwarna kuning pucat atau kehijau-hijauan memanjang sepanjang badannya. Pada umumnya terdapat bintik hitam arah lateral pada setiap ruas abdomen. Pupa berbentuk lonjong atau silindris dengan panjang 25-30 mm, berwarna coklat. Biologi dan perilaku Ngengatnya aktif pada malam hari dan tertarik cahaya lampu. Meletakkan telur berkelompok pada permukaan bawah daun dan kadang-kadang pada permukaan atas daun.

Larva yang baru keluar dari telur untuk sementara tinggal berkelompok di sekitar kulit telur. Larva itu memakan epidermis bawah daun dan setelah daun tersebut habis kemudian larva berpencar untuk mendapatkan makanan pada rumpun di sekitarnya. Larva besar pada siang hari bersembunyi dalam celah tanah, tetapi menjelang malam aktif kembali untuk mencari makan. Menjelang prapupa larva masuk ke dalam tanah untuk membuat kokon dan membentuk pupa. Siklus hidupnya berlangsung rata-rata 32 hari. Stadia telur antara 3 5 hari, stadia larva antara 15 30 hari (rata-rata 20 hari) dan pupa antara 7 10 hari. Keperidiannya sangat bervariasi terutama tergantung makanannya. Tiap betina meletakkan 4 8 kelompok telur dan tiap kelompok terdiri atas 30 sampai lebih dari 500 butir telur (rata-rata 350 butir). Kemampuan bertelur seekor betina dapat mencapai lebih dari 2.000 butir, yang berkisar antara 4 8 kelompok telur. Ekologi Tanaman inang selain kedelai, ialah berbagai jenis tanaman kacang-kacangan lain , jagung, ubi jalar, bawang merah, tembakau, talas, cabe dan bayam. Musuh alami ulat grayak terdiri dari berbagai predator, parasitoid dan patogen. Predator yang telah diketahui ialah Andrallus sp., kumbang Carabidae, tabuhan Vespidae, dan kepik Reduviidae. Parasitoid ulat grayak, yaitu Peribaea sp. (Tachinidae), Microptilis similis, Euplectrus sp. (Eulophidae), Telenomus remus (Scelionidae), Phoridae, Brachymeria sp. (Chalcididae), Charops sp. (Ichneumonidae), Trichogrammatidae, Braconidae, dan Tachinidae lain. Jenis patogen yang menyerang ulat garayak yaitu Nomurea sp., Bacillus thuringiensis dan Sl-NPV. Dinamika populasi larva dalam satu musim tanam kedelai pada umumnya mempunyai dua puncak, namun biasanya hanya generasi pertama yang merusak, sedangkan generasi kedua relatif tidak merusak. Selama pertumbuhan tanaman atau selama satu musim tanam, infestasi hama mulai dijumpai pada 24 hst. Puncak populasi pertama terjadi pada umur 36 hst, sedang puncak kedua terjadi pada 73 hst. Di Jawa Timur puncak penerbangan ngengat terjadi pada akhir bulan Juli, awal Oktober, dan awal November, sedang di Jawa Barat terjadi pada bulan Juli Agustus. c. Gejala serangan dan kerusakan Bagian tanaman yang diserang oleh ulat grayak ialah daun dan polong muda. Larva muda (instar 1 2) hidup bergerombol memakan efidermis daun bagian bawah sehingga daun menjadi transparan dan dari jauh tampak berwarna keputih-putihan, sedang tulang-tulang daun dan efidermis bagian atas tidak dimakan. Setelah daun-daun pada tanaman tersebut habis maka ulat-ulat berpencar ke tanaman sebelahnya. Larva yang lebih tua memakan seluruh bagian helai daun muda, tetapi tidak memakan tulang daun yang tua. Larva juga dapat memakan bunga dan polong muda. Serangan berat pada tanaman muda dapat menghambat pertumbuhan, dan dapat mematikan tanaman. Serangan pada fase pembungaan dan awal pembentukan polong dapat mengurangi hasil panen, dan apabila populasinya cukup tinggi dapat menggagalkan panen. Fase kritisnya ialah kerusakan daun pada fase pembentukan polong dan pengisian biji karena dapat menyebabkan penurunan hasil panen sangat besar. d. Pengendalian Pemantauan ulat grayak hendaknya memperhatikan pola sebaran populasi ulat yakni mengelompok sejak fase vegetatif sampai generatif. Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak umur 14 hst. Untuk efisiensi waktu dan tenaga maka pemantauan dilakukan terhadap

daun kedelai yang tampak keputih-putihan. Tanda tersebut merupakan gejala serangan larva instar-1, atau tanda adanya kelompok telur yang baru menetas. Mortalitas ulat grayak pada musim hujan diketahui lebih tinggi daripada musim kemarau, sehingga nilai ambang pengendalian pada musim kemarau relatif lebih rendah daripada musim hujan. Hasil-hasil penelitian ambang pengendalian ulat grayak yang ada dilakukan pada musim kemarau, sehingga ambang pengendalian pada musim hujan belum dapat dirumuskan. Beberapa informasi nilai ambang pengendalian yang didasarkan atas berbagai stadia hama, fase pertumbuhan tanaman, dan kerusakan daun diketahui sebagai berikut:
Stadia larva atau kerusakan

Vegetatif
- Klpk telur 1,3 klp/m
2

(mekanis) - Instar-1 2 klp ins-1/30 rpn (300 ekor/30 rpn) - Instar-2 180 ekor/30 rpn - lnstar-3 10 ekor/10 rpn - lnstar 4-6 Mekanis - kerusakan daun 25% daun rusak (ada populasi)

Stadia larva atau kerusakan

Pengisian polong
- Klpk telur 1,3 klp/m
2

(mekanis) - Instar-1 2 klp ins-1/30 rpn (300 ekor/30 rpn) - Instar-2 180 ekor/30 rpn - lnstar-3 25 ekor/10 rpn - lnstar 4-6 Mekanis - kerusakan daun 12,5% daun rusak (ada populasi)

Bertanam serentak dan melakukan pergiliran tanaman merupakan prasyarat dalam usaha pengendalian hama, termasuk pengendalian ulat grayak. Antisipasi selanjutnya yaitu terhadap tanda populasi atau gejala serangan awal. Pengendalian populasi ulat grayak harus dilakukan sedini mungkin yaitu sejak adanya kelompok telur atau ulat instar-1 dan 2 yang masih berkelompok, dilakukan secara mekanis dengan cara pemetikan daun. Ulat grayak sakit karena terserang virus (Sl-NPV) dapat digunakan sebagai pengendali biologi, yaitu dengan cara menggerus ulat sakit kemudian dicampur air dan disemprotkan ke tanaman pada sore hari. Kebutuhan utuk tiap hektar ialah sebanyak 25 ekor larva instar 4-6 yang sakit dengan volume campuran 500 lt air. Apabila tindakan pengendalian populasi terlambat maka dilakukan pengumpulan ulat (instar4-6) pada pagi dan sore hari. Apabila populasinya cukup tinggi dan gerombolan ulat telah berpencar ke rumpun sekelilingnya maka dapat dilakukan pengendalian dengan insektisida secara penyemprotan setempat (spot treatment). Pengendalian dengan insektisida dibatasi sampai

dengan instar-3, karena afektivitas insektisida pada ulat instar 4-6 sangat rendah. Oleh karena itu pengendalian ulat yang sudah mulai besar hanya efektif dengan cara pengumpulan ulat.

Stadia larva atau kerusakan

Berbunga-berpolong
- Klpk telur 1,3 klp/m
2

(mekanis) - lnstar-1 2 klp ins-1/30 rpn (300 ekor/30 rpn) - lnstar-2 180 ekor/30 rpn - lnstar-3 15 ekor/10 rpn - lnstar 4-6 Mekanis - kerusakan daun 12,5% daun rusak (ada populasi)

PERAMALAN MUSIM 1. Peramalan Lalat Kacang Kedelai


a. Peramalan luas serangan pada musim kemarau (MK) Log Y= 0,2021 + 0,2579 Log(X
1

) + 0,5388 Log(X
2

) 0,08 b. Peramalan luas serangan pada musim hujan (MH) Log Y= 0,0448 + 0,6694 Log(X
1

) + 0,1098 Log(X
2

) 0,09

Keterangan Model MK dan MH:


Y = Ramalan luas serangan yang akan terjadi pada musim yang akan datang. X
1

= Luas serangan yang terjadi pada 1 musim yang lalu. X


2

= Luas serangan yang terjadi pada 2 musim yang lalu.

Contoh: Ramalan lalat kacang pada MK.


Dilaporkan KLTS MH 2006/2007 seluas 10 ha dan KLTS MK 2007 seluas 100 ha. Berapa angka ramalan KLTS lalat kacang pada MK 2007? Log Y = 0,2021 + 0,2579 Log (X
1

) + 0,5388 Log (X
2

) 0,08 Log Y = 0,2021 + 0,2579 Log (10) + 0,5388 Log (100) Log Y = 0,2021 + 0,2579 (1) + 0,5388 (2) Log Y = 0,2021 + 0,2579 + 1,0776 = 1,5376

Jadi Ramalan KLTS MK 2007 = 10


1,5376

= 34,5 ha,
Minimum = 10
(1,5376-0,08)

= 10
1,4576

= 28,7 ha, dan Maksimum = 10


(1,5376+0,08)

= 10
1,6176

= 41,5 ha.

Contoh: Ramalan lalat kacang pada MH


.
Dilaporkan KLTS MK 2006 seluas 100 ha dan KLTS MH 2006/2007 seluas 10 ha. Berapa angka ramalan KLTS lalat kacang pd MH 06/07? Log Y = 0,0448 + 0,6694 Log (X
1

) + 0,1098 Log (X
2

) 0,09 Log Y = 0,0448 + 0,6694 Log (100) + 0,1098 Log (10) Log Y = 0,0448 + 0,6694 (2) + 0,1098 (1) Log Y = 0,0448 + 1,3388 + 0,1098 = 1,4934

Jadi Ramalan KLTS MH 06/07 = 10


1,4934

= 31,2 ha,
Minimum = 10
(1,4934-0,09)

= 10
1,4034

= 25,3 ha, dan Maksimum = 10


(1,4934+0,09)

= 10
1,5834

= 38,3 ha.

2. Peramalan Ulat Grayak Kedelai


a. Peramalan luas serangan pada musim kemarau (MK) Log Y= 0,2988 + 0,5174 Log(X
1

) + 0,2609 Log(X
2

) 0,11 b. Peramalan luas serangan pada musim hujan (MH) Log Y= 0,2022 + 0,2533 Log(X
1

) +0,4745 Log(X
2

) 0,12

Keterangan Model MK dan MH


Y = Ramalan luas serangan yang akan terjadi pada musim yang akan datang. X
1

= Luas serangan yang terjadi pada 1 musim yang lalu. X


2

= Luas serangan yang terjadi pada 2 musim yang lalu.

Contoh: Ramalan Ulat Grayak pada MK


Dilaporkan KLTS MH 2006/2007 seluas 10 ha dan KLTS MK 2006 seluas 100 ha. Berapa angka Ramalan KLTS ulat grayak pd MK 2007 ? Log Y = 0,2988 + 0,5174 Log (X
1

) + 0,2609 Log (X
2

) 0,11 Log Y = 0,2988 + 0,5174 Log (10) + 0,2609 Log (100) Log Y = 0,2988 + 0,5174 (1) + 0,2609 (2) Log Y = 0,2988 + 0,5174 + 0,5218 = 1,338

Jadi Ramalan KLTS MK 2007 = 10


1,338

= 21,8 ha, Minimum = 10


(1,338-0,11)

= 10
1,228

= 16,9 ha, dan Maksimum = 10


(1,338+0,11)

= 10
1,448

= 28,0 ha.

Contoh: Ramalan Ulat Grayak pada MH


Dilaporkan KLTS MK 2006 seluas 100 ha dan KLTS MH 2005/2005 seluas 10 ha. Berapa angka Ramalan KLTS ulat grayak pd MH 06/07? Log Y = 0,2022 + 0,2533 Log (X
1

) + 0,4745 Log (X
2

) 0,12 Log Y = 0,2022 + 0,2533 Log (100) + 0,4745 Log (10) Log Y = 0,2022 + 0,2533 (2) + 0,4745 (1) Log Y = 0,2022 + 0,5066 + 0,4745 = 1,1833

Jadi Ramalan KLTS MH 06/07 = 10


1,1833

= 15,3 ha,
Minimum = 10
(1,1833-0,12)

= 10
1,0633

= 11,6 ha, dan Maksimum = 10


(1,1833+0,12)

= 10
1,3033

= 20,1 ha.

3. Ulat buah
Helicoverpa (Heliothis) armigera, dan Heliothis spp
.

(Lepidoptera: Noctuidae)

a. Daerah sebar Hama ulat buah dapat di temukan di seluruh daerah sentra produksi kedelai, terutama di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi dan Papua. Status ulat buah menjadi hama kedelai di Indonesia tercatat sejak tahun 1987. b. Bioekologi

Morfologi Ngegat ulat buah panjangnya 2 cm, berwarna sawo matang. Telur berbentuk bulat, tetapi agak datar pada bagian yang menempel di daun, dan beralur arah vertikal; berdiameter 1 mm; berwarna kuning muda dan menjadi kuning tua menjelang menetas. Pada telur yang akan menetas terlihat ada bintik hitam yang jelas. Bintik itu adalah bakal kepala yang membayang. Larva instar-1 panjangnya 2,8 mm, instar-2 9,9 mm, dan instar akhir panjangnya dapat mencapai 40 mm. Instar-1 transparan, kepalanya berwarna hitam, instar-2 berwarna kuning, sedang warna instar-3 sampai instar-6 bervariasi tergantung jenis makanannya. Variasi warna tersebut yaitu hijau polos, hijau berwarna garis coklat muda, bergaris putih; Kuning polos; Kuning bergaris coklat dan hitam agak coklat. Pupa bentuknya lonjong, panjangnya rata-rata 1,8 cm, berwarna coklat.

Biologi dan perilaku Ngegatnya aktif pada malam hari. Ngegat betina menyukai meletakkan telur pada daun-daun yang muda. Telur diletakkan satu persatu di permukaan helai daun, pada pucuk tanaman atau pada bunga. Larva mengalami lima atau enam instar. Larva muda makan jaringan daun dan setelah memasuki instar-3 akan pindah ke bagian polong untuk memakan bijinya. Larva merusak polong dengan cara menggigit atau memakan kulit polong kemudian makan biji. Bentuk lubang bekas makannya tidak beraturan. Setelah mencapai instar akhir, larva akan masuk ke dalam tanah atau di sela-sela bongkahan tanah untuk membentuk pupa. Siklus hidup ulat buah rata-rata 42 hari. Stadia telur antara 3 - 5 hari. Larva mengalami enam instar, berturut-turut lama berkembang instar 1; 2; 3; 4; 5 dan 6 ialah 3,0; 4,0; 2,5; 3,4; 3,6 dan 7,8 hari, sehingga stadia larva rata-rata adalah 24 hari. Stadia pupa antara 10-15 hari (rata-rata 12 hari). Masa pra-bertelur 2,3 hari. Lama hidup imago rata-rata selama 9 hari. Nisbah kelamin (jantan:betina) ialah 1:1. Kemampuan bertelur seekor betina rata-rata sebanyak 1.062 butir, dengan kisaran 268-1.820 butir. Sebagian besar telur diletakkan pada hari pertama bertelur sampai hari keempat. Ekologi Tanaman inang ulat buah diketahui cukup banyak sehingga dikatakan bersifat polifag; selain kedelai, ulat ini merusak tanaman jagung, kapas, sorgum, tembakau, kacang hijau, kacang buncis, jarak, jeruk, bunga matahari, tomat, linum, kentang. Musuh alami ulat buah berupa predator, parasitoid dan patogen. Beberapa predator larva H. armigera yang pernah ditemukan tergolong dalam famili Mantidae, Asilidae, dan Vespidae dan ordo Adonsida. Beberapa jenis parasitoid larva ialah Apanteles sp., Microplitis sp., Trichogramma sp., dan yang tergolong famili Tachinidae, Ichneumonidae dan Braconidae. Parasitoid telur H. armigera ialah Trichogramma sp. Patogen yang menyerang larva ialah B .thuringiensis, Ha-NPV, dan Nematoda. Dinamika populasi di lapangan dipengaruhi oleh keadaan iklim dan cuaca, tanaman inang dan musuh alami. Fluktuasi dalam satu musim tergantung dari waktu kedatangan imago ke pertanaman. Telur maupun larva biasanya ditemukan sejak tanaman berumur 35 hst, puncak populasi telur terjadi pada umur 39 hst, sedang puncak populasi larva terjadi pada umur 42 hst. Periode peletakan telur berakhir pada umur 54 hst, sedang populasi larva dijumpai terakhir pada tanaman umur 72 hst. c. Gejala serangan dan kerusakan Tanda serangan H. armigera larva instar-1 dan 2 pada daun mirip tanda serangan larva muda ulat jengkal karena pada stadia tersebut larva makan jaringan daun. Mulai instar-3 ulat menyerang polong dan makan bijinya. Tanda serangan pada polong berupa lubang tidak beraturan, pada kulit polong dan bijinya habis dimakan. Ukuran lubang gerek itu jauh lebih besar daripada lubang gerek larva penggerek polong Etiella spp. Kerugian hasil karena serangan ulat buah tergantung pada kepadatan populasi larva, fase pertumbuhan tanaman dan populasi musuh alami. Secara umum, kerusakan daun hampir kurang berpengaruh terhadap hasil, oleh karena itu ulat buah pada kedelai digolongkan sebagai hama pemakan buah atau polong. Pada pertanaman yang tidak serentak dan waktu tanam yang tidak tepat maka kerusakan total dapat terjadi.

d. Pengendalian Pemantauan dini perlu dilakukan terhadap kedatangan ngengat, selanjutnya terhadap adanya telur. Apabila pemantauan itu sukar dilakukan maka pemantauan dilakukan terhadap larva instar awal yang masih makan daun pada bagian pucuk. Pengamatan terhadap telur dan larva dilakukan secara diagonal, dengan jumlah contoh sebanyak 10 rumpun dalam petak alami. Ambang pengendalian ditetapkan berdasarkan gejala serangan dengan memperhitungkan keberadaan larva aktif, sejak adanya larva instar awal atau sejak periode pembentukan bunga. Ambang pengendalian yang didasarkan pada intensitas serangan pada polong yaitu sebesar 2%, dan ambang pengendalian berdasarkan populasi larva yaitu pada Tabel berikut ini:
Stadia atau kerusakan Vegetatif Berbunga-berpolong Pengisian polong - Larva instar-1 50 ekor/ 10 rpn - Larva instrs-2 15 ekor/ 10 rpn 10 ekor/ 10rpn - Larva instar-3 10 ekor/ 10 rpn 10 ekor/ rpn - Larva instar-4 Mekanis Mekanis - Larva instar-5 2 % polong rusak (ada populasi) 2 % polong rusak (ada populasi)

Pertananaman yang terlambat atau waktu tanam yang tidak tepat dapat menyebabkan kerusakan berat karena pertanaman yang awal menjadi sumber serangan bagi tanaman berikutnya. Populasi awal yang berasal dari tanaman inang lain serta keadaan iklim cuaca yang mendukung akan memacu perkembangan populasi apabila makanan tersedia. Oleh karena itu cara pengendalian yang dianjurkan ialah bertanam serentak pada waktu yang tepat sesuai dengan keadaan setempat. Penggunaan tanaman jagung sebagai tanaman perangkap peletakan telur H. armigera merupakan cara pengendalian yang sangat positif. Caranya yaitu tanam tiga varietas jagung yang berbeda umurnya pada 3 minggu sebelum tanam kedelai agar selama periode kritis kedelai, ngegat Heliothis sp. bertelur pada bunga jagung. Pengendalian dengan insektisida efektif dilakukan apabila telah mencapai ambang pengendalian,

tetapi dibatasi sampai dengan instar-3, sedang pengendalian ulat instar 4 dan 6 hanya efektif dengan cara mekanis atau pengumpulan ulat.

You might also like