You are on page 1of 5

AFFANDI (1907 1990)

Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak lavanya. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan dari orang yang lewat. enggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan ekspresi penderitaan pengemis itu. !arna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang terbangun dalam ekspresi keseluruhan.

"amun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang menggambarkan gerak sebagian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang dinamis. Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari plototan tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi. ilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang penuh vitalitas.#bjek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. #leh karenanya, ia sering disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya. Dalam berbagai pernyataan dan lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa matahari, tangan dan kaki merupakan simbol kehidupannya. $atahari merupakan manifestasi dari semangat hidup. %angan menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya dan merealisir segala idenya. &aki merupakan ungkapan simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.
Pengemis / The Begger (1974)

Cat minyak di atas kanvas / Oil on canvas, 99 x 129 cm, Inv. 678/SL/C
Posted on 15 Mar 2007 by webmaster

%'"%A"( A))A"D* Affandi adalah kelahiran +irebon pada ,-./. Dia putra dari 0. &oesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di +iledug, +irebon. endidikan formalnya cukup tinggi, mulai dari 1*S, $2L# hingga A$S di jaman 3elanda. "amun,

bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh bidang lainnya. Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di 3andung. ekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 4.-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima 3andung, yaitu kelompok lima pelukis 3andung bersama 1endra (unawan, 3arli, Sudarso dan !ahdi. !ahdi adalah salah satu pelukis yang belajar langsung dari Abdullah Suriosubroto, ayah dari 3asoeki Abdullah. &elompok Lima 3andung pimpinan Affandi ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di *ndonesia. &elompok ini menjadi sebuah sebuah kelompok belajar bersama dan kerja saling membantu sesama pelukis yang ada di 3andung, termasuk sejumlah pelukis yunior.

Dalam melukis juga Affandi melangkah dengan lebih mengutamakan kebebasan berekspresi. Dilandasi jiwa kerakyatan, Affandi tertarik dengan tema kehidupan masyarakat kecil. %eknik melukis bentuk bahkan yang cenderung memperindah obyeknya seperti yang dilakukan angkatan $oi *ndia atau *ndia 5elita, dirasakan Affandi tidak mewakili kondisi masyarakat dengan kemelaratan akibat penjajahan. Dengan pengalaman dan melihat kondisi masyarakat yang menderita, Affandi lebih tergugah mengungkapkan lewat tumpahan dan goresan warna kusam dan tema kemelaratan. engamatan terhadap sensitivitas lingkungan diungkapkan secara lugas, sehingga karyanya yang berjudul 6 ejuang 0omusha6 7,-849 yang menampilkan rakyat dalam kemelaratan tidak disukai penguasa 5epang. 1umanisme Affandi terlihat juga pada karyanya 6Dia Datang, $enunggu, dan ergi6 7,-889. Dalam karya ini ditampilkan seorang pengemis yang baru datang, kemudian meminta, lalu pergi. 0aut muka pengemis yang kurus dengan pakaian lusuh, namun dari sisa ketegarannya masih bersemangat menjalani kehidupan walaupun dengan mengemis. engamatan Affandi seperti ini menunjukkan keprihatinan jiwanya terhadap penderitaan sesama antara anak bangsa. %ematema kerakyatan menjadi dominasi dalam karya-karya Affandi. $emang, saat jaman penjajahan 5epang 7,-8:-,-8;9, para pelukis hidup susah seperti kebanyakan rakyat pada umumnya. aspirasinya tetap hidup karena wibawa itu. rinsip ma<hab $eski ersagi dibubarkan, ak Djon dan Agus Djaja yang

memberikan tuntutan melukis di jaman penjajahan yang singkat namun bengis ersagi tetap hidup yaitu untuk tidak terlalu menghiraukan teknik lukis, selain lebih dahulu berani melukis. 3eberapa tokoh muda pelukis muncul di jaman 5epang yakni #tto Djaja, &usnadi, &artono =udokusumo, 3aharuddin, 1arjadi S, "joman "gendon. $ereka inilah yang nantinya menghidupkan sanggar-sanggar lukisan yang

menjamur di awal kemerdekaan 7,-8;-,-;.-an9 dan menjadi tempat penghidupan para pelukis. ak Djon selama jaman 5epang diserahi memimpin 3agian &ebudayaan dari oetera, singkatan dari oesat %enaga 0akyat yang dipimpin empat serangkai > Soekarno, 1atta, &i 1adjar Dewantara dan &.1. $ansyur. Affandi sempat berpameran tunggal pada jaman ini, dengan i<in dan perlindungan dari ak Djon pada ,-84. Setelah itu pameran tunggal karya-karya &artono =udhokusumo, 3asoeki Abdullah dan "joman "gendon digelar pula secara berurutan.

You might also like