You are on page 1of 17

HAM dan Fikih

HAM dan FIKIH


Adanya penentangan terhadap kesesuaian antara HAM dan fikih lebih dipicu oleh faktor kesalah-pahaman (misunderstanding) dalam melihat keduanya. Kesalahpahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan Barat (nonMuslim), tapi juga di kalangan Muslim. 1. Faktor tersebut adalah sikap dikotomis dalam memandang Barat dan Timur yang berimbas pada anggapan bahwa, karena lahir dari dua tradisi yang berbeda, maka HAM dan fikih tidak bisa sejalan. 2. Faktor lainnya adalah simplifikasi dan over-generalisasi dalam melihat fikih; melihatnya sebagai sesuatu yang rigid, out of dated, statis, dan juga anti perubahan.

Kesamaan Tujuan
HAM dan fikih sejatinya punya tujuan (maqasid) yang sama, yaitu penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia, sekalipun bentuknya bisa berbeda-beda sesuai dengan konteks zaman yang menaunginya.

Kesamaan tujuan 2
Keberadaan Fikih sosial, fikih perempuan, fiqh lingkungan, fikih minoritas, dan lain sebagainya, adalah bukti nyata upaya mempertemukan prinsip HAM dan fikih yang lahir dalam konteks paradigma fikih yang lahir jauh sebelum konsep HAM. Konsep tersebut juga mencerminkan upaya rekontekstualisasi dan penggalian secara mendalam prinsip fundamental dalam merumuskanfikih (usul alfiqh). Dengan begitu, jika dipahami secara benar, prinsip usul al-fiqh, maslahah dan maqasid al-syariah misalnya, menjamin terwujudnya pemenuhan Hak Asasi Manusia; tujuan yang juga digarisbawahi oleh HAM moderen.

Istilah Hak Asasi


Hak Asasi mengacu pada kekuasaan atau wewenang mendasar (asasi) yang ada pada manusia dan pemenuhannya bersifat wajib (imperatif). Dikatakan asasi, karena bila hak itu tidak dipenuhi maka nilai pemilik (subjek) hak itu akan hilang. Dalam kajian usul al-fiqh, kita mengenalnya sebagai dharuriyah, yaitu bila hak asasi tersebut tidak terpenuhi, maka nilai kemanusiaan juga akan luntur dan dilanggar.

Komitmen kuat bangsa Indonesia terhadap penegakan HAM tercermin pula dari banyaknya instrumen penegakan HAM seperti : 1. UUD 1945; Ketetapan MPR XVII/MPR/1998 tentang HAM; 2. UU No.39/1999 tentang HAM, dan tentu saja dibentuknya Komnas HAM sebagai upaya untuk menjamin penegakan HAM di negeri Indonesia.

Secara umum, HAM di Indonesia mencakup: (1) Hak asasi pribadi (personal rights), yaitu kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama dan kebebasan bergerak; (2) Hak atas kepemilikan pribadi (property rights), yaitu hak untuk memiliki sesuatu dan hak untuk memanfaatkannya; (3) Hak asasi politik (political rights), yaitu hak ikut serta dalam pemerintahan, hak dipilih dan memilih dalam pemilu, hak mendirikan partai; (4) Hak kesetaraan di depan hukum (the right to equality before the law), yaitu hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan; (5) Hak asasi ekonomi, sosial, dan kebudayaan (economic, social, and cultural rights); (6) Hak asasi prosedural (procedural rights), yaitu hak mendapatkan tata cara peradilan dan perlindungan

Syariah dan HAM, Bertentangankah?


Sekalipun kebanyakan negara Islam telah turut serta menandatangani DUHAM, tapi beberapa negara, seperti Iran dan Saudi Arabia, menolak karena menganggapnya bertentangan dengan syariat Islam. Negara-negara yang menolak DUHAM ini beranggapan bahwa ia dilandasi oleh semangat sekuler, karena itu bertentangan dengan syariat Islam. Sebagaialternatifnya, lahirlah dua konsep HAM yang dianggap lebih dianggapIslami, yaitu Universal Islamic Declaration of Human Rights/UIDHRpada tahun 1981 dan Cairo Declaration of Human Rights in Islam/CDHRI pada tahun 1990. Kedua konsep HAM Islam ini samasamamenekankan bahwa HAM harus tunduk di bawah syariat Islam.

Perbedaan
Menurut Akbarzadeh dan McQueen, perbedaan utama antara DUHAM dan HAM Islam terletak pada sejumlah isu, yaitu : (1) hak untuk mengubah agama; (2) hak nikah beda agama (khususnya, seorang wanita muslim dan lelaki non-Muslim; (3) hak-hak melakukan konversi di kalangan masyarakat Muslim; (4) kebebasan mengamalkan ajaran agama atau kepercayaan; (5) persamaan gender.

Fikih
fikih sendiri berarti kumpulan hukum yang bersifat praktis dan rinci, yang bersumber pada dalil yang rinci. Dengan kata lain, fikih merupakan aspekaspek praktis syariat yang tercetus dalam bentuk pemikiran hukum para ahli fikih (fuqaha) yang didasarkan pada penafsiran mereka terhadap teks (nash).

HAM dan syariat bertentangan ? Syariat akan bertentangan dengan HAM bila ia dipahami dalam pengertian sempit sebagai produkfikih yang statis, final, dan anti-perubahan. syariat akanbersesuaian dengan HAM apabila ia dipahami sebagai prinsip-prinsip universal yang bertujuan untuk kemaslahatan (well-beings) manusia seperti keadilan, kesataraan dan perlindungan terhadap hidup dan martabat manusia.

Syariat dan HAM punya kesesuaian dengan prinsip HAM karena ia dibangun atas dasar tawhid. Tawhid berarti ketundukan kepada Allah. Penghambaan kepada selain Allah berarti bertentangan dengan syariat. Kedudukan manusia dihadapan Allah adalah sama karena yang membedakan hanyalah ketakwaannya kepada Allah (Al-Hujarat [49]: 13), bukan karena jenis kelamin, pangkat, harta, ras, maupun golongan. Tawhid juga bermakna pembebasan manusia dari segala bentuk kelaliman dan terciptanya keadilan (49: 1).

Syariat juga ditujukan bagi kemaslahatan manusia (maslahah). Manusia menempati posisi sentral dalam syariat. Syariat tidak melulu berkaitan dengan Tuhan (hablum minallah), tapi terlebih juga manusia (hablum minannas). Bahkan, tujuan utama syariat sebenarnya adalah kemaslahatan manusia, bukan Tuhan. Dengan demikian, segala bentuk hukum Islam (fikih) harus didasarkan pada kemaslahatan manusia. Menurut asSyatibi, lima hak dasar (al-dharuriyat al-khams) yang harus dilindungi dalam Islam adalah pemeliharaan terhadap agama (hifdz al-din), jiwa (hifdz al-nafs), akal (hifdz al-aql), keturunan (hifdz al-nasl) dan harta (hifdz al-mal). Al-Quran dan Sunnah memuat banyak sekali pengakuan terhadap hak-hak dasar ini, misalnya kemuliaan martabat manusia (QS 95: 4 dan 17: 70), hak hidup (QS: 45 dan QS 17: 35), hak kebebasan beragama (QS 109: 2; 256), hak kepemilikan (QS 2: 29, 4: 29), dan sebagainya.

Upaya yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan metodemetode penggalian atau istinbat hukum (usul al-fiqh) yang lebih bisa melahirkan produk-produk hukum (fikih) yang kontekstual dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip umum semisal berikut ini: 1. Keadilan Sosial dan Kepentingan Umum Fikih merupakan manifestasi dari perjanjian (covenant) yang dibuat antara manusia dan Allah dalam kehidupan sosial. Keadilan sosialmerupakan wujud terpenting bagi pemenuhan perjanjian itu karenakeadilan merupakan tatanan segala sesuatu (nidham kulli-syay).

2. Al-Maqasid (Tujuan) Al-Maqas}id adalah tujuan ditetapkannya hukum Islam yang orientasinya adalah terwujudnya kemaslahatan (mas}lah}a). Prinsip ini sudah dipraktikkan sejak zaman Nabi maupun sahabat. Misalnya, Umar b. Khatab pernah memasukkan kuda sebagai wajib zakat sekalipun pernah ada arahan Nabi untuk tidak memasukkannya. Alasan Umar adalahkarena kuda di zamanya sudah termasuk harta mewah dan ia berpegangpada niat atau maksud Nabi untuk membantu orang miskin tanpamenspesifikasi jenis hartanya, atau dalam ungkapan lain bentuk hukum lahirnya.

3. Ikhtilaf (Perbedaan Pendapat) Keberadaan ikhtilaf juga dianggap sebagai sebuah fenomena alamiah, bahkan dianggap sebagai rahmat (ikhtilaf ummati rahmatun). Ikhtilaf merupakan prinsip dasar dalam fikih, sebagaimana tercermindalam keberadaan mazhab-mazhab fikih. Ikhtilaf di kalangan ahli fikih terjadi karena perbedaan konteks sosialbudaya yang mengitari seorang ahli fikih.

4. Qawaid al-Fiqh (Kaidah Fikih) Kaidah fikih adalah abtraksi teoretis sebagai bentuk ungkapan atas tujuan syariat. Sejumlah ulama menganganggapnya sebagai bagian dari maqasid. Dalam literatur fikih, banyak sekali kaidah-kaidah yang bisa dipakai untuk merumuskan hukum Fikih yang berorientasi pada pewujudan tujuantujuan (maqasid) syariat dalam berbagai aspek. Beberapa di antaranya yang relevan dalam konteks penegakan HAM adalah aldarar yuzal (mudarat harus disingkirkan), la darara wa la dirara fi al-Islam (mendatangkan mudharat untuk diri sendiri dan orang lain dilarang dalam Islam), daf ul mafasid muqoddam ala jalb al-masalih (menolak kemafsadatan diutamakan dari memperoleh kemaslahatan), dan sebagainya.

You might also like