You are on page 1of 3

AQIQOH & SUNNAH KELAHIRAN BAYI

Adapun sunnah sunnah yang mulia berkaitan dengan kedatangan sang buah hati adalah sebagai berikut : Pertama : Memberikan nama kepada anak pada hari pertama atau hari ketujuh. Dari Anas bin Malik ra., Rasulullah SAW bersabda, Telah dilahirkan untukku semalam seorang anak laki laki, maka aku namakan dia dengan nama bapakku yaitu Ibrahim (HR. Muslim 7/76) Imam Nawawi mengatakan bahwa di dalam hadits tersebut diperbolehkan memberi nama kepada anak pada hari kelahirannya dan juga diperbolehkan memberi nama dengan nama para Nabi (Kitab Syarah Muslim) Dari Samurah bin Jundub ra., Rasulullah SAW bersabda, Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, disembelih (kambing) untuknya pada hari ketujuh dan dicukur rambut(nya) dan diberi nama (HR. Abu Dawud no. 2838, at Tirmidzi no. 1522, An Nasai no. 4231, Ibnu Majah no. 3165 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Irwaa-ul Ghalil no. 1165) Sedangkan nama yang paling dicintai Allah Taala adalah Abdullah dan Abdurrahman, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Sesungguhnya nama nama kamu yang paling dicintai Allah ialah Abdullah dan Abdurrahman (HR. Muslim 6/169) Kedua : Memberikan kabar gembira kepada kaum muslimin Karena kabar gembira itu dapat menggembirakan dan menyenangkan seorang hamba, maka seorang muslim disunnahkan segera menyampaikan dan memberitahukan kabar gembira kepada saudaranya, sehingga ia menjadi senang karenanya (Lihat Tuhfah al Wadud oleh Ibnul Qayyim al Jauziyyah) Allah Taala berfirman, Maka Kami pun memberi kabar gembira kepadanya dengan lahirnya seorang anak yang penyabar (QS. Ash Shaffat : 101) Dan mereka memberikan kabar gembira kepadanya dengan lahirnya seorang anak yang alim (Ishaq) (QS. Adz Dzariyat : 28) Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang bernama Yahya (QS. Maryam : 7) Ketiga : Mentahniknya ketika lahir atau sehari sesudahnya. Tahnik adalah menguyah sesuatu kemudian meletakan/memasukkan ke mulut bayi lalu menggosok gosokkan ke langitlangit (mulut)nya (Fathul Baari Kitabul Aqiqah). Menurut Imam an Nawawi tahnik ini termasuk sunnah Nabi SAW dengan kesepakatan ulama (Syarah Muslim Kitabul Adab). Dalilnya adalah dari Abu Musa ra., ia berkata, Telah dilahirkan untukku seorang anak laki laki. Lalu aku membawanya kepada Nabi SAW, kemudian beliau menamakannya Ibrahim, lalu beliau mentahniknya dengan sebuah kurma dan mendoakan keberkahan untuknya, lalu menyerahkannya kepadaku

(kembali) (HR. al Bukhari no. 5467 dan Muslim 6/175) Keempat : Mendoakannya setelah ditahnik Yaitu mendoakan keberkahan untuknya ketika anak itu lahir dan waktunya sesudah tahnik sebagaimana hadits sahabat Abu Musa ra sebelumnya. Adapun lafazh doanya adalah, BaarakallaHu fiHi yang artinya Semoga Berkah Allah kepadanya atau AllaHumma baarik fiih yang artinya Ya Allah berkahilah ia (Kitab Fathul Baari no. 3909 oleh Al Hafizh Ibnu Hajar) Yang dimaksud dengan barakah adalah tetapnya kebaikan dan banyaknya kebaikan (Qaulul Mufid ala Kitabit Tauhid oleh Syaikh Utsaimin). Kelima : Mengadakan Aqiqah pada hari ketujuh. Aqiqah menurut bahasa artinya sembelihan atau pemotongan. Ini arti yang dipilih oleh Imam Ahmad bin Hambal sehingga beliau mengatakan, Aqiqah itu artinya tidak lain melainkan sembelihan itu sendiri (Tuhfatul Maudud VI/5) Sedangkan menurut istilah arti aqiqah ialah, Menyembelih kambing untuk anak pada hari ketujuh dari hari kelahirannya. Hadits hadits yang berbicara tentang disyariatkannya aqiqah terkumpul dari fiil (perbuatan) dan qaul (perkataan) Nabi SAW. Dari fiil beliau telah mutawatir beritanya bahwa beliau mengaqiqahkan kedua cucu beliau yaitu Hasan dan Husain. Salah satunya adalah dari jalan Abdullah bin Abbas ra., ia berkata,Sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengaqiqahkan untuk Hasan dan Husain (masing masing) dengan dua ekor kambing kibasy (HR. An Nasai no. 4219, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Irwaa-ul Ghalil no. 1164) Adapun jumlah kambing yang disembelih untuk anak laki laki adalah 2 ekor dan untuk anak perempuan adalah satu ekor. Dari Aisyah ra., ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada mereka agar kami beraqiqah untuk anak laki laki dua ekor kambing yang sama dan untuk anak perempuan seekor kambing (HR. at Tirmidzi no. 1513, at Tirmidzi mengatakan, Hadits ini hasan shahih, Syaikh al Albani mengatakan dalam al Irwaa no. 1166 bahwa sanad hadits ini shahih) Berkenaan dengan hukum aqiqah para ulama berbeda pendapat, namun pendapat jumhur (kebanyakan) ulama adalah seperti pendapatnya Imam Malik yang mengatakan dalam al Muwaththa, Dan aqiqah itu tidaklah wajib, tetapi dianjurkan sebagai sunnah untuk diamalkan (Lihat juga Syarhus Sunnah IX/276 oleh al Baghawi dan lainnya). Sementara itu yang dimaksud dengan hari ketujuh adalah dimana hari kelahiran itu dihitung sebagai satu hari dan ditambah dengan enam hari berikutnya, misalnya sang buah hati lahir pada hari Ahad (ini dihitung satu hari) maka penyembelihan dilakukan pada hari Sabtu dan seterusnya (Lihat perkataan Imam an Nawawi dalam Majmu Syarah Muhadzdzab 8/431) Dan daging aqiqah sebagiannya dapat dimakan dan sebagian dibagikan kepada tetangga, fakir dan

miskin serta diperbolehkan pula mengundang orang untuk memakan daging aqiqah (Lihat Tuhfah al Wadud oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah). Keenam : Mencukur rambut kepala bayi pada hari ketujuh. Sunnah muakkadah mencukur rambut kepala bayi pada hari ketujuh hingga habis berdasarkan hadits Samurah bin Jundub ra. yang telah disebutkan di atas. Dan dilarang mencukur rambut secara qaza yaitu mencukur habis sebagian rambut kepala bayi dan membiarkan sebagian yang lain. Dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Rasulullah melarang potongan rambut qaza (HR. al Bukhari no. 5920 dan Muslim no. 2120) Demikianlah bingkisan kasih untuk si buah hati berdasarkan sunnah Rasulullah SAW. Semoga tulisan yang sederhana ini bisa menjadi kado bagi kaum muslimin yang sedang menanti putra putrinya lahir ke dunia. Salam sayang saya buat si kecil. BarakallaHu fiHi.

You might also like