You are on page 1of 24

my archive, my life

Beranda Tentang Saya

Diberdayakan oleh

Terjemahan

Kamis, 14 Juni 2012


CARA MENGOLA !KOR A"A# N$LA$ %AN MENCAR$ N$LA$ AK $R
MEN!KOR %AN MEN$LA$ 1& Mens'(r Sementara orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari pekerjaan pengukuran dalam tes adalah penyusunan tes. Jika alat tesnya sudah disusun sebaik-baiknya maka anggapannya sudah tercapailah sebagian besar dari maksudnya. Tentu saja anggapan itu tidak benar sama sekali. Penyusunan tes baru merupakan satu bagian dari serentetan pekerjaan mengetes. Disamping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan menilai merupaken pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. ama lain dari menskor adalah memberi angka. Dal hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan ! macam alat bantu yaitu" #$% Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban. #&% Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring. #!% Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian. 'eterangan dan penggunaannya dalam berbagai bentuk tes. a& Kunci )a*a+an ,an 'unci -em+erian s'(r un.u' .es +en.u' +e.ul/salah (ntuk tes bentuk betul-salah #true-false% yang dimaksud dengan kunci jawaban adalah deretan jawaban yang kita persiapkan untuk pertanyaan atau soal-soal yang kia susun, sedangkan kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring.

)leh karena dalam hal ini testee #tercoba% hanya diminta melingkari huru* B atau S maka kunci jawaban yang disediakan hanya berbentuk urutan nomor serta huru* di mana kita menghendaki untuk melingkari #atau dapat juga diberi tanda +%. ,da baiknya kunci jawaban ini ditentukan terlebih dahulu sebelum menyusun soalnya agar Pertama " dapat diketahui imbangan antara jawab B dan S. 'edua " dapat diketahui letak atau pola jawaban B dan S. Bentuk betul-salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jumlah jawaban B hampir sama banyaknya dengan jawaban S, dan tidak dapat ditebak karena tidak diketahui pola jawaban.-$. Dalam menentukan angka #skor% untuk tes bentuk B / S ini kita dapat menggunakan & cara yaitu" a. Tanpa hukuman atau tanpa denda.

b. Dengan hukuman atau dengan denda. Tanpa hukuman adalah apabila banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci. Sedangkan dengan hukuman #karena diragukan adanya unsur tebakan%, digunakan & macam rumus, tetapi hasilnya sama. Pertama, dengan rumus" S01/2 Singkatan dari" S 0 Score 1 0 1ight 2 0 2rong Skor yang diperoleh siswa sebanyak jumlah soal yang benar dikurangi dengan jumlah soal yang salah. 'edua, dengan rumus" S 0 T / &2 T singkatan dari Total, artinya jumlah soal dalam tes.
[1] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara,2003), h. 223-22

+&

Kunci )a*a+an ,an 'unci -em+erian s'(r un.u' .es +en.u' -ilihan 0an,a 1 multiple choice2 Dengan tes bentuk pilihan ganda, testee diminta melingkari salah satu huru* didepan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau tanda silang #+% pada tempat yang sesuai di lembar jawaban. Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal & macam cara pula yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban. Dengan hukuman menggunakan rumus" S 0 1 / 23#n-$% Dimana" S 0 Score 2 0 2rong n 0 banyaknya pilihan jawaban #yang pada umumnya di 4ndonesia !, 5, atau 6%

c&

Kunci )a*a+an ,an 'unci -em+erian s'(r un.u' .es +en.u' )a*a+ sin0'a. 1sh(r. ans*er .es.2 Tes bentuk jawab singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek. 7elihat namanya, maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objekti*. Tes untuk lisan, dianggap setara* dengan tes jawab singkat ini. 'unci jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuai dengan nomornya. Bagaimana kunci pemberian skornya8 Dengan mengingat jawaban yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak. (saha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul-salah atau bentuk pilihan ganda. Sebaliknya setiap soal diberi angka & #dua%. Dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul-salah atau pilihan ganda jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawaban ber9ariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat ber9ariasi pula misalnya &: $,6: dan $.

,& Kunci )a*a+an ,an 'unci -em+erian s'(r un.u' .es +en.u' men)(,(h'an 1 matching2

Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, dimana jawabanjawaban dijadikan satu, demikian pula pertanyaan-pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawabannya akan lebih banyak. Satu kesulitan lagi adalah bahwa jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain. 'unci jawaban tes bentuk menjodohkan dapat berbentuk deretan jawaban yang dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huru*-huru* yang terdapat di depan alternati* jawaban. Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. 7aka angka yang diberikan sebagai imbalan juga harus lebih banyak. Sebagai ancar-ancar dapat ditentukan bahwa angka untuk tiap nomor adalah & #dua%. e& Kunci )a*a+an ,ana 'unci -em+erian s'(r un.u' .es +en.u' uraian 1 essay test2 Sebelum menyusun sebuah tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokokpokok jawaban yang kita hendaki. Dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengoreksi tes itu. Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam, berada dari siswa sati ke siswa lain. (ntuk menentukan standar lebih dahulu, tentulah sukar. ,da sebuah saran, langkah-langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian. Saran tersebut adalah sebagai berikut. $% 7embaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban. &% 7enentukan angka untuk soal pertama tersebut. !% 7emberikan angka bagi soal pertama. 5% 7embeca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, dilanjutkan dengan pemberian angka untuk soal kedua. 6% 7engulangi langkah-langkah tersebut bagi soal-soal tes ketiga, keempat, dan seterusnya hingga seluruh soal diberi angka. ;% 7enjumlahkan angka-angka yang diperoleh oleh masing-masing siswa untuk tes bentuk uraian.

,pa yang diterangkan diatas ini adalah cara memberikan angka dengan menggunakan atau mendasarkan pada norma kelompok #norm reference test%. ,pabila dalam memberikan angka menggunakan atau mendasarkan pada standar mutlak #criterion referenced test%, maka langkah-langkahnya akan lain. ,pa yang dilalui diatas, tidak diperlukan. <ang dilakukan haruslah demikian $% 7embaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita susun. &% 7embubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban. !% 7enjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian. Dengan cara kedua ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan jawaban paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan oleh guru. f& Kunci )a*a+an ,an 'unci -em+erian s'(r un.u' .u0as 'unci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok-pokok yang harus termuat didalam pekerjaan siswa. =al ini menyangkut kriteria tentang isi tugas. kelengkapan dalam pemberian skor, digunakan suatu tolok ukur tertentu. Tolok ukur yang disarankan adalah" $% 'etepatan waktu penyerahan tugas. &% Bentuk *isik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahsiswa dalam mengenakan tugas. !% Sistematika yang menunjukkan alur kerurutan pikiran. 5% 'elengkapan isi menyangkut ketuntasan penyelesaian dan kepadatan isi. 6% 7utu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis-garis yang sudah ditentukan oleh dosen. 7aka nilai akhir untuk tugas tersebut diberikan dengn rumus" ,T adalah ilai ,khir Tugas 2& 3er+e,aan an.ara !'(r ,an Nilai amun sebagai

,pa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru sendiri yang masih mencampuradukkan antara dua pengertian yaitu skor dan nilai. Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa. Pengubahan skor menjadi nilai dapat dilakukan untuk skor tunggal, misalnya sesudah memperoleh skor ulangan harian atau untuk skor gabungan dari beberapa ulangan dalam rangka memperoleh nilai akhir untuk rapor. Secara rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang diperoleh #obtained score%, skor sebenarnya #true score%, dan skor kesalahan #error score%. Skor yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil mengerjakan tes. 'elemahan-kelemahan butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan, dan lain-lain *aktor yang dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini. ,pabila *aktor-*aktor yang berpengaruh ini muncul, baik sebagian ataupun menyeluruh, penilai tidak dapat mengirangira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan keterampilan siswa yang sesungguhnya. Skor sebenarnya #true score% sering kali juga disebut dengan istilah skor uni9ers /skor alam #universe score%, adalah nilai hipotesis yang sanga tergantung dari perbedaan indi9idu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. =ubungan antara ketiga macam skor tersebut adalah sebagai berikut" Skor yang diperoleh 0 skor sebenarnya > skor kesalahan-&. ,dapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka #bisa juga huru*%, yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. ilai, pada dasarnya adalah angka atau huru* yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. ilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil belajar. ,rtinya, makina banyak jumlah butir soal yang
[2] !"i#, Prof. Dr. Suharsimi, h. 23$

dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan semakin tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan betul hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan tester kepada testee juga kecil atau rendah. Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk sampai kepada nilai, maka skor-skor hasil tes yang pada hakikatnya masih merupakan skor-skor mentah itu perlu diolah lebih dahulu sehingga dapat diubah menjadi skor yang si*atnya baku atau standar. $. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes =asil belajar menjadi nilai standar #standar score% ,da dua hal penting yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu" $. Bahwa dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu" a. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium #patokan%. ?ara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion re*erenced e9aluation, yang dalam dunia pendidikan di tanah air kita sering dikenal dengan istilah penilaian ber-acuan patokan. Pertama-tama harus dipahami bahwa penilaian ber-acuan kriterium ini mendasarkan diri pada asumsi, bahwa" $% =al-hal yang harus dipelajari oleh testee adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan bahwa masing-masing tara* harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju atau sampai pada tara* selanjutnya. &% @9aluator atau tester dapat mengidenti*ikasi masing-masing tara* itu sampai tuntas, atau setidaktidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya. ,pabila dalam penentuan nilai hasil tes hasil belajar itu digunakan acuan kriterium, maka hal ini mengandung arti bahwa nilai yang akan diberikan kepada testee itu harus didasarkan pada standar mutlak artinya, pemberian nilai kepada testee itu dilaksanakan dengan jalan membandingkan antara skor mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-masing indi9idu testee, dengan skor maksimum ideal yang mungkin dapat dicapai oleh testee, kalau saja seluruh soal tes dapat dijawab dengan betul. 'arena itu maka pada penentuan nilai yang mengacu kepada kriterium atau patokan ini, tinggi rendahnya atau besar kecilnya nilai yang diberikan kepada masing-masing indi9idu testee,

mutlak ditentukan oleh besar kecil atau tinggi rendahnya skor yang dapat dicapai oleh masingmasing testee yang bersangkutan. 4tulah sebabnya mengapa penentuan nilai dengan mengacu pada kriterium sering disebut sebagai" penentuan nilai secara mutlak #absolut%, atau penentuan nilai secara indi9idual. Disamping itu, karena penentuan nilai seorang testee dilakukan dengan jalan membandingkan skor mentah hasil tes dengan skor maksimum idealnya, maka penentuan nilai yang beracuan pada keriterium ini juga sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara ideal, atau penentuan nilai secara teoritik, atau penentuan nilai secara das sollen. Dengan istilah teoritik dimaksudkan di sini, bahwa" secara teoritik seorang siswa berhak atas nilai $AA-misalnya-apabila keseluruhan butir soal tes dapat dijawab dengan betul oleh siswa tersebut. Dengan demikian maka dalam penentuan nilai yang beracuan pada kriterium, sebelum tes hasil belajar dilaksanakan, patokan itu sudah dapat disusun #tanpa menunggu selesainya pelaksanaan tes%. Selanjutnya patut diperhatikan, bahwa nilai yang berwujud angka, yang penentuannya didasarkan pada standar mutlak itu sebenarnya adalah merupakan angka persentase #B% mengenai tingkat kedalaman atau tingkat penguasaan testee terhadap materi tes yang dihadapkan kepada mereka. Dalam pernyataan tersebut terkandung makna, bahwa nilai yang penentuannya didasarkan pada standar mutlak itu menunjukkan berapa persen dari $AAB tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan, telah dapat dicapai atau dipahami oleh testee. Jadi, jika seorang siswa memperoleh nilai 6A maka hal itu merupakan petunjuk bahwa siswa tersebut hanya mampu memahami sebanyak 6AB dari tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. 'arena nilai hasil tes yang ditentukan dengan menggunakan standar mutlak atau mengacu pada kriterium itu sebenarnya merupakan angka-angka presentase, maka tester akan segera dapat mengetahui, siswa manakah yang tingkat penguasaannya tergolong tinggi, sedng atau rendah. Penilaian beracuan patokan ini sangat cocok diterapkan pada tes-tes *ormati*, dimana tester ingin mengetahui sudah sampai sejauh manakah peserta didiknya Ctelah terbentukD, setelah mereka mengikuti program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan criterion re*erenced e9aluation di mana guru atau dosen dapat mengetahui berapa orang siswa atau mahasiswa yang tingkat penguasaannya tinggi, cukup dan rendah, maka guru atau dosen tersebut akan dapat melakukan upaya-upaya atau ikhtiar yang dipandang perlu agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

b. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. ?ara kedua ini sering dikenal dengan istilah norm re*erenced a9aluation, yang dalam dunia pendidikan di tanah air kita sering dikenal dengan istilah penilaian ber-acuan norma. Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar dengan mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok sering dikenal dengan istilah P, #penilaian beracuan norma%. Penilaian beracuan kelompok ini mendasarkan diri pada asumsi sebagai berikut" $% Bahwa pada setiap populasi peserta didik yang si*atnya heterogen , akan selalu didapati kelompok CbaikD, kelompok CsedangD, dan kelompok CkurangD. &% Bahwa tujuan e9aluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relati* dari para peserta tes dalam hal yang sedang die9aluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relati*nya berada di CatasD, di CtengahD ataukah di CbawahD. Penilaian beracuan norma atau penilaian beracuan kelompok ini sering dikenal dengan istilah penentuan nilai secara relati*, atau penilaian dengan mendasarkan diri pada standar relati*. Dengan menggunakan standar relati* maka akan dapat terjadi, bahwa testee yang sebenarnya pada kelompok 4 tergolong ChebatD #karena berhasil meraih skor hasil tes yang tinggi sehingga ia tergolong dalam kategori testee yang Camat pandaiD%, jika dimasukkan ke dalam kelompok 44 ternyata hanya termasuk dalam kelompok CsedangD atau CcukupanD atau Cbiasa-biasa sajaD kualitasnya, jadi kedudukan testee dimaksud di atas sebenarnya adalah bersi*at relati*. Salah satu contoh si*at Crelati*D dari suatu tes adalah sebagaimana dikemukakan berikut ini. 7isalkan =alim, siswa 7adrasah Tsanawiyah kelas 444-, dalam @9aluasi Belajar Tahap ,khir #@BT,% untuk mata pelajaran matematika berhasil meraih nilai E, sedangkan nilai rata-rata kelas 444-, untuk mata pelajaran matematika itu adalah 6, maka di kelas 444-, itu =alim adalah termasuk siswa yang tergolong CpandaiD, sebab nilai yang berhasil diraihnya jauh berada si atas rata-rata kelasnya. Penentuan nilai dengan menggunakan standar relati* ini sangat cocok untuk diterapkan pada testessumati* #ulangan umum, ujian akhir semester, @BT, ,S%, sebab dipandang lebih adil, wajar dan bersi*at manusiawi &. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai macam skala.

$% Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima #stan*i9e% Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala lima atau nilai huru*, menggunakan patokan sebagai berikut" -----------------------F 7ean > $,6 SD -----------------------F 7ean > A,6 SD -----------------------F 7ean - A,6 SD -----------------------F 7ean / $,6 SD -----------------------F @ &% 7engubah skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sembilan #stannine% Jika skor-skor mentah hasil tes itu akan diubah menjadi nilai standar berskala sembilan, maka patokan yang dipergunakan adalah sebagai berikut" -----------------------F 7 > $,E6 SD -----------------------F 7 > $,&6 SD -----------------------F 7 > A,E6 SD -----------------------F 7 > A,&6 SD -----------------------F 7 / A,&6 SD -----------------------F 7 / A,E6 SD -----------------------F 7 / $,&6 SD -----------------------F 7 / $,E6 SD & ! 5 6 ; E H G D ? B ,

-----------------------F

$ ilai

ilai standar berskala sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai A dan nilai $A. standar tersebut tidak laIim digunakan di 4ndonesia. !% Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar berskala sebelas #standar ele9en%

ilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari A sampai dengan $A. Jadi di sini akan kita dapati $$ butir nilai standar, yaitu nilao A,$,&,!,5,6,;,E,H,G,$A. Di 4ndonesia, nilai standar berskala sebelas ini umumnya digunakan pada lembaga pendidikan tingkat dasar dan tingkat menengah. Pengubahan skor mentah menjadi stanel itu menggunakan patokan sebagai berikut" -----------------------F 7 > &,&6 SD -----------------------F 7 > $,E6 SD -----------------------F 7 > $,&6 SD -----------------------F 7 > A,E6 SD -----------------------F 7 > A,&6 SD -----------------------F 7 / A,&6 SD -----------------------F 7 / A,E6 SD -----------------------F 7 / $,&6 SD -----------------------F 7 / $,E6 SD -----------------------F 7 / &,&6 SD A 5% Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar I #I score% $ & ! 5 6 ; E H G $A

ilai standar I umumnya dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda. Dengan menggunakan nilai standar I ini maka testee yang dipandang memiliki kemampuan lebih tinggi adalah testee yang I scorenya bertanda positi* #>%. ,dapun testee yang I scorenya bertanda negati* #-% dipandang sebagai testee yang kemampuannya lebih lemah jika dibandingkan dengan testee lainnya. Jika angka yang ditunjukkan oleh I score yang bertanda positi* itu makin besar, berarti kedudukan relati* dari testee yang bersangkutan menjadi makin tinggi: sebaliknya, jika I score yang bertanda negati* itu makin besar, maka standing position testee yang bersangkutan menjadi semakin rendah. 6% Pengubahan skor mentah hasil tes menjadi nilai standar T #Tscore% Dimaksud dengan T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesar 6A dan de9iasi standar sebesar $A. T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan I score dengan angka $A, kemudian ditambah dengan 6A" T score 0 $AI > 6A T score dicari atau dihitung dengan maksud untuk meniadakan tanda minus yang terdapat di depan nilai standar I, sehingga lebih mudah dipahami oleh mereka yang masih asing atau awam terhadap ukuran-ukuran statistik.-!. 4& N(rm/Reference, ,an Cri.eri(n/Reference, Dalam penggunaan criterion-referenced, siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak, yaitu standar $AA. Dalam penggunaan norm-referenced, prestasi belajar seorang siswa dibandingkan dengan siswa lain dalam kelompoknya. Dasar pemikiran dari penggunaan standar ini adalah adanya asumsi bahwa disetiap populasi yang heterogen, tentu dapat" $% 'elompok baik, &% 'elompok sedang, !% 'elompok kurang, dimulai dengan bakat yang dibawa sejak lahir yang dalam hal ini tampak sebagai indeks kecerdasan atau Intelligence Quotient #4J%, maka seluruh populasi tergambar sebagai sebuah
[3] Prof. Drs. Anas Su#i%ono. P&n'antar ()a*uasi P&n#i#ikan.1++,. -o'.akarta : /a%a0a*i P&rs. 1a* 30+-3,3

kur9a normal. ,pabila anak-anak itu belajar, maka prestasi atau hasil belajar yang diakibatkan itu pun akan tergambar sebagai kur9a normal. Pengguanaan penilaian dengan norma kelompok atau norma relati* ini untuk pertama kali dikemukakan pada tahun $GAH #?ureton $GE$%, dengan landasan dasar bahwa tingkat pencapaian belajar siswa akan tersebar menurut kur9a normal. Dengan demikian maka penilaian berdasarkan kur9a normal merupakan hal yang tidak dapat dibantah lagi. ,pabila standar relati* dan standar mutlak ini dihubungkan dengan pengubahan skor menjadi nilai, akan terlihat demikian. a. $% Dengan standar mutlak Pemberian skor terhadap siswa, berdasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan. &% ilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal #skor mentah%

b. Dengan standar relati* $% Pemberian skor terhadap siswa juga didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan yang ditentukan. &% ilai diperoleh dengan & cara"

a% 7engubah skor dari tiap-tiap ulangan lalu diambil rata-ratanya. b% 7enjumlah skor tiap-tiap ulangan, baru diubah ke nilai.-5.

MENGOLA 1& 5e+era-a !'ala 3enilaian a& !'ala +e+as

N$LA$

[ ] 234it, Prof. Dr. Suharsimi, h. 22,-23+

,ni, seorang pelajar di suatu S7(, pada suatu hari berlari / lari kegirangan setelah menerima kembali kertas ulangan dari Kuru 7atematika. Pada sudut kertas itu tertulis angka $A, yaitu angkayang diperoleh ,ni dengan ulangan itu. Setekah tiba diluar kelas, ,ni berdiskusi dengan kawan / kawannya. Ternyata cara mengerjakan dan pendapatnya tidak sama dengan yang lain. Tetapi mereka juga tidak yakin mana yang betul. )leh karena itu, ketika kertas ulangan dikembalikan dan ia mendapat $A, ia kegirangan. Baru sampai bertemu dengan 5 kawannya, wajahnya sudah menjadi malu tersipu / sipu. 1upanya ia menyadari kebodohannya karena setelah melihat angka yang diperoleh keempat orang kawannya, ternyata kepunyaan ,nil ah yang paling sedikit. ,da kawannya yang mendapat $6, &A bahkan ada yang &6.Dan kata Kuru, pekerjaan Tika yang mendapat angka &6 itulah yang betul. Dari gambaran ini tampak bahwa dalam pikiran ,ni, terpancang satu pengertian bahwa angka $A adalah angka tertinggi yang mungkin dicapai, ini memang laIim. ?ara pemberian angka seperti ini tidak salah. =anya sayangnya, guru tersebut barangkali perlu menerangkan kepada para siswanya, cara mana yang digunakan untuk memberikan angka atau skor. 4a baru pindah dari sekolah lain. 4a sudah terbiasa menggunakan skala bebas, yaitu skala yang tidak tetap. ,dakalanya skor tertinggi &A, lain kali lagi 6A. 4ni semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi dan skala yang digunakan tidak selalu sama. +& !'ala 1 6 10 ,pa sebab ,ni dan kawan / kawannya berpikiran bahwa angka $A adalah angka tertinggi untuk nilai 8 =al ini disebabkan karena pada umumnya guru / guru di 4ndonesia mempunyai kebiasaan menggunakan skala $-$A untuk laporan prestasi belajar siswadalam rapor. ,dakalanya juga digunakan skala $-$AA, sehingga memungkinkan bagi guru untuk memberikan penilaian yang lebih halus. Dalam skala $-$A guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 6,6. ,ngka 6,6 akan dibulatkan menjadi ;. Dengan demikian maka rentangan angka 6,6 sampai dengan ;,5 #selisih hampir$% akan keluar di rapor dalam satu wajah, yaitu angka ;. c& !'ala 1 6 100 7emang diseyogiakan bahwa angka itu merupakan bilangan bulat. Dengan menggunakan skala $- $A maka bilangan bulat yang ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar. ,da sebenarnya hasil prestasi yang berada di antara kedua angka bulat itu. (ntuk itulah maka dengan

menggunakan skala $ / $AA, memungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat $AA bilangan bulat. ilai 6,6 dan ;,5 dalan skala $ / $A yang biasanya dibulatkan mejadi ;, dalam skala $ / $AA ini boleh dituliskan dengan 66 dan ;5.-6. ,& !'ala huruf Di samping penilaian yang dinyatakan dengan angka, kita mengenal pula penilaian yang dinyatakan dengan huru*. Seperti penilaian yang dilakukan oleh guru taman kanak- kanak dan atau guru-guru di sekolah dasar kelas 4 dan kelas 44, mereka menggunakan nilai huru* ,, B, ? dan D.-;.

Selain itu ada juga yang menggunakan nilai huru* sampai dengan @ dan K #tetapi pada umumnya 6 huru* yaitu ,, B, ?, D, dan @%. Sebenarnya sebutan CskalaD diatas ini ada yang mempersoalkan. Jarak antara hruu* , dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan ?, atau anatar ? dan D. Dalam menggunakan angak dapat dibuktkan dengan garis bilangan bahwa jarak antara $ dan & sama denga jarak antara & dan !. Demikian pula jaran antara ! dan 5, serta antara 5 dan 6. ,kan tetapi justru alasan inilah lalu timbul pikiran untuk menggunakan huru* sebagai alat penilain. (ntuk menggambarkan kelemahan dalam menggunakan angka adalah bahwa dengan angka dapat dita*sirkan sebagai nilai perbandingan. Siswa , yang memperoleh dua kali lipat kecakapan siswa B yang memperoleh angka 5 dalam rapor. Demikian pula siswa , tersebut tidaklah mempunya H3G kali kecakapan ? yang mendapat nilai G. Jadi sebenarnya menggunakan angka hanya merupakan symbol yang menunjukan urutan tingkatan. Siswa , yang memperoleh angka H memiliki prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa B yang memperoleh angka 5, tetapi kecakapannya itu lebih rendah jika dibandingkan dengan kecakapan ?. jadi, dalam tingkatan prestasi sejarah urutannya adalah ?, ,, lalu B. =uru* terdapat dalam urutan abjad. Penggunaan huru* dalam penilaian akan terasa lebih tepat digunakan karena tidak dita*sirkan sebagai arti perbandingan. =uru* tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat digunakan sebagai simbol untuk menggambarkan kualitas.-E.
[,] fi*&:555D:5#o4um&nt56(7829A1-7!9A!.htm [:] Drs.6.7'a*im Pur0anto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Ban#un' : /&ma%a /os#akar.a ,200+), h. ;$ [$] fi*&:555D:5#o4um&nt56(7829A1-7!9A!.htm

2& %is.ri+usi Nilai Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa-siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam standar, yaitu" a. Distribusi Nilai Berdasarkan Standar Mutlak Dengan dasar bahwa hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal ini skor tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan terlihat dalam berbagai bentuk kur9a. ,pabila soal-soal yang dibuat guru terlalu mudah, sebagian besar siswa akan dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu dan tingkat pencapaiannya tinggi. Sebaliknya apabila soal-soal tes termasuk yang sukar maka pencapaian siswa juga sebaliknya pula. tes disusun oleh guru dengan tepat seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.-H. b. Distribusi nilai berdasarkan standar relative Telah diterangka di depan bahwa dalam menggunakan standar relati9e atau norm - re*erenced, kedudukan seorang selalu dibandingkan dengan kawan / kawannya dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kur9a juling positi* atau juling negati9e tetapi dalam norm / re*erenced selalu tergambar dalam kur9a normal. 4& !.an,ar Nilai a. Standard Nines/Stanines Dari distribusi nilai, kita dapat membicarakan masalah standar nilai. Pendapat Gr(nlun, dalam distribusi nilai ini demikian. Skor / skor siswa direntangkan menjadi G nilai #disebut juga Standar Nines atau Stanines% seperti berikut ini. amun demikian dengan standar mutlak ini mungkin pula diperoleh gambar kur9a nomal jika soal-soal

ST, 4 @S G H E

5B EB $&B

4 T@1P1@T,S4 Tinggi #5B% Diatas rata-rata #$GB%

[;] fi*&:555D:5#o4um&nt54ara-m&n'o*ah-skorni*ai-#an-m&n4ari.htm*

; 6 5 ! & $ Dengan adanya persentase b. Standar Enam.

$EB 1ata-rata &AB #65B% $EB $&B Dibawah rata-rata EB #$GB% 5B 1endah #5B% yang ditentukan inilah maka semua situasi skor siswa dapat

direntangkan menjadi nilai $-G diatas. Selain dengan stanadar Sembilan (stanines), ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini, hanya berkisar antara 5-G, berikut persentasi penyebaran nilainya" ST, D,1 @ ,7 4nterpretasi G 6B Baik sekali H E ; 6 5 $AB &AB 5AB &AB 6B Baik Lebih dari cukup ?ukup 'urang 'urang sekali

Penyebaran nilai denga standar enam yang dimaksud, adalah berikut" $AB siswa yang mendapat nilai tertinggi diberi nilai G &AB dibawahnya diberi H 5AB dibawahnya diberi E &AB dibawahnya diberi ; 6B dibawahnya diberi 6 6B dibawahnya diberi 5 Dalam hal yang sangat khusus dimana siswa yang dianggap sangat cerdas ataupun sangat kurang, dapat diberikan nilai $A atau !. c. Standar Eleven (Stanel) Standar ini dikembangkan oleh Makultas 4lmu Pendidikan (K7 yang sesuai dengan system penilaian di 4ndonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi $$ golongan yaitu angka-angka dari A-$A, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati

inter9al sebesar A,66 SD, bertitik tolak dari 7ean 0 6 yang menempati jarak antara -!,A&6 SD sampai >!,A&6 SD. Bilangan-bilangan persentil untuk menentukan titik dalam Stanel ini adalah" P$, P!, PH, P&$, P!G, P;$, PEG, PG&, PGE N PGG. Dasar pemikiran Stanel ini dalah bahwa jarak praktis dalam kur9a normal adalah ; SD yang terbagi atas $$ skala. $$ skala 0 Skala ST, @L ,A ,$ ; SD 0 0 ,& d. Standar Sepuluh (ntuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu" $% 7ean #rata-rata skor% &% !% De9iasi Standar #simpangan Baku% Tabel kon9ersi angka kedalam nilai berskala $-$A Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala $-$A adalah sebagai berikut" O 7enyusun distribusi *rekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah. O 7enghitung rata-rata skor #mean%. O 7enghitung De9iasi Standar. O 7entrans*ormasi #mengubah% angka-angka mentah kedalam nilai skala $-$A. e. Standar ima 'embali kepada Krondlund selain ia mengemukakan penyebaran nilai dengan angka, juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huru* yang digambarkan dengan kur9a normal sebagai berikut. -G. -$,6 M EB D &5B -A.6 ? A,6 B !HB &5B $,6 , EB ;3$$ SD A,66 SD ,! ,5 ,6 ,; ,E ,H ,G ,$A

[+] fi*&:555D:5#o4um&nt56(7829A1-7!9A!.htm

MENCAR$ N$LA$ AK $R 1& 7un0si Nilai A'hir Bagi seorang siswa, nilai merupakan sesuatu yang sangat penting karena nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. amun, bukan hanya siswa sendiri saja yang memerlukan cermin keberhasilan belajar ini: guru dan orang lainpun, memer-lukannya. Secara garis besar, nilai mempunyai 5 *ungsi sebagai berikut" a& 7un0si $ns.ru'si(nal Tidak ada tujuan yang lebih penting dalam proses belajar-mengajar kecuali mengusahakan agar perkembangan dan belajar siswa mencapai tingkat optimal. Pemberian nilai merupakan salah satu cara dalam usaha ke arah tujuan itu, asal dilakukan dengan hati-hati dan bijaksana. Pemberian nilai merupakan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memberikan suatu balikan #feed back3umpan balik% yang mencerminkan seberapa jauh seorang siswa telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam pengajaran atau sistem instruksional. ,pabila pemberian nilai dapat dilakukan dengan cermat dan terperinci, maka akan lebih mudah diketahui pula keberhasilan dan kegagalan siswa di setiap bagian tujuan. )leh karenanya, penggabungan nilai dari beberapa nilai sehingga menjadi nilai akhir, kadang-kadang dapat menghilangkan arti dari petunjuk yang semula telah disajikan secara teliti. +& 7un0si $nf(rma.if 7emberikan nilai kepada orang tuanya memberikan arti bahwa orang tua siswa tersebut menjadi tahu akan kemajuan dan prestasi putranya di sekolah. ?atatan ini akan sangat berguna, terutama bagi orang tua yang ikut serta menyadari tujuan sekolah dan perkembangan putranya. Dengan catatan nilai untuk orang tua maka" $% )rang tua akan menjadi sadar akan keadaan putranya untuk kemudian lebih baik memberikan bantuan berupa perhatian, dorongan, atau bimbingan. &% =ubungan antara orang tua dengan sekolah menjadi baik. c& 7un0si 5im+in0an

Pemberian nilai kepada siswa akan memberi arti besar bagi pekerjaan bimbingan. Dengan perincian gambaran nilai siswa, petugas bimbingan akan segera tahu bagian-bagian mana dari usaha siswa di sekolah yang masih memerlukan bantuan. ?atatan lengkap juga mencakup tingkat #rating% dalam kepribadian siswa serta si*at-si*at yang berhubungan dengan rasa sosial akan sangat membantu siswa dalam pengarahannya sebagai pribadi seutuhnya. ,& 7un0si A,minis.ra.if <ang dimaksud *ungsi administrati* dalam penilaian antara lain mencakup" $% 7enentukan kenaikan dan kelulusan siswa &% 7emindahkan atau menempatkan siswa !% 7emberikan beasiswa 5% 7emberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar, dan 6% 7emberi gambaran tentang prestasi siswa3lulusan kepada siswa calon pemakai tenaga 2& 7a'.(r/7a'.(r yan0 "uru. %i-erhi.un0'an ,alam 3enilaian 2alaupun hal yang dinilai tidak sama bagi tiap sekolah, namun secara garis besar dapat ditentukan unsur umum dalam penilaian yang menyangkut *aktor-*aktor yang harus dipertimbangkan. (nsur umum tersebut adalah sebagai berikut" a& 3res.asi8-enca-aian 1achievement2 ilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huru* maupun angka, hendaknya merupakan gambaran tentang prestasi saja. (nsur pertimbangan atau kebijaksanaan guru tentang usaha dan tingkah laku siswa tidak boleh ikut berbicara pada nilai tersebut.

+&

#saha 1e!!ort2 Terpisah dari nilai prestasi, guru menyampaikan laporannya kepada orang tua siswa. Laporan atau nilai tidak boleh dicampuri dengan nilai prestasi sama sekali. <ang sering tejadi adalah kecendrungan dari guru untuk menilai unsur usaha ini lebih rendah bagi anak yang prestasinya rendah dan sebaliknya.

c&

As-e' -ri+a,i ,an s(sial 1personal and social characteristics2

(nsur ini juga perlu dilaporkan terutama yang berhubungan dengan berlangsungnya proses belajar mengajar, misalnya, menaati tata tertib sekolah. Dalam memberikan nilai pribadi ini harus hati-hati sekali. 1entangan nilai sebaiknya tidak usah lebar-lebar #lebih baik ;-$A%. Lebih baik lagi jika diterangkan dengan khusus dan jelas sehingga mudah dimengerti oleh guru pembimbing dan siapa saja. ,& Ke+iasaan +e'er)a 1"orking habits2 <ang dimaksud di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan melakukan tugas. 7isalnya mengerjakan P1, keuletan dalam usaha, bekerja teliti, kerapihan kerja, dan sebagainya. 4& Cara Menen.u'an Nilai A'hir Tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. =al ini sangat dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap penting tidaknya bagian, kegiatan yang dilakukan siswa. <ang dimaksudkan dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya" menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, menempuh tes *ormati*, menempuh tes tengah semester, Ctes semesterD, menghadiri pelajaran3kuliah, dan sebagainya Sementara guru berpendapat bahwa menghadiri pelajaran dan mengikuti diskusi sudah merupakan kegiatan yang sangat menunjang prestasi sehingga absensi siswa perlu dipertimbangkan dalam menentukan nilai akhir. Kuru lain berpendapat sebaliknya, karena walaupun hadir dalam kuliah3pembelajaran, mungkin saja hanya raganya saja. Dengan demikian tidak ada gunanya memperhitungkan absensi. Penentuan nilai akhir dilakukan terutama pada waktu guru akan mengisi rapor atau STTB. Biasanya dalam menentukan nilai akhir ini guru sudah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang dikeluarkan pemerintah atau kantor3badan yang membawahinya. Dalam bab ini akan disajikan beberapa contoh" a. (ntuk menentukan nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes *ormati* dan tes sumati* dengan rumus" dimana" , " nilai akhir M S " nilai tes *ormati* " nilai tes sumati*

Jadi, b.

ilai ,khir diperoleh dari rata-rata nilai tes *ormati* #diberikan bobot satu% dijumlahkan

dengan nilai tes sumati* #diberikan bobot dua% kemudian dibagi !. ilai ,khir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian, dan nilai ulangan umum dengan bobot &, !, dan 6. Jadi jika dituliskan dalam rumus menjadi. dimana T = ( c. " nilai tugas " nilai ulangan harian #rata-ratanya% " nilai ulangan umum ilai ,khir untuk STTB diperloleh dari rata-rata nilai ulangan harian #diberi bobot satu% dan nilai @BT, #diberi bobot &%, kemudian dibagi !. 1umusnya adalah" dimana P= " jumlah nilai ulangan harian @ " nilai @BT, n= " *rekuensi ulangan harian selanjutnya di dalam kurikulum S7, tahun $GH5 disebutkan cara menentukan nilai akhir bukan hanya didasarkan atas hasil kegiatan kurikuler saja, tetapi juga korikuler. 1umusnya adalah" Keterangan: p 0 Q 0 r 0 ilai tes sub sumati* ilai tes sumati* ilai korikuler

Mera.a/ra.a'an hasil -enilaian suma.if ,en0an hasil -enilaian f(rma.if Setelah hasil-hasil penilaian *ormati* diubah ke dalam nilai berskala $ / $A, kemudian untuk setiap siswa dicari rata-rata hasil penilaian *ormati* dalam caturwulan3semester yang bersangkutan.

ilai rata-rata ini selanjutnya dijumlahkan dengan tes sumati* dan kemudian hasil penjumlahan dibagi dua. =asil yang terakhir inilah yang akan merupakan nilai akhir bagi setiap siswa yang natinya dijadikan nilai rapor. Perlu dikemukakan di sini bahwa apabila pada nilai akhir terdapat pecahan kurang dari setengah, maka nilai itu dibulatkan ke bawah. 'alau pecahan itu setengah, nilai akhir tetap seperti itu. Sedangkan dalam pecahan lebih dari setengah, maka nilai itu dibulatkan ke atas. 'ecuali untuk nilai 6,6 itu dibulatkan menjadi ;.-$A.

Diposkan oleh ryan *aisal #RSTU VWX YZ[\% di $G.66 Label" @9aluasi Pendidikan 1eaksi" "i,a' a,a '(men.ar9 Poskan 'omentar Lin' 'e -(s.in0 ini Buat sebuah Link Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan" Poskan 'omentar #,tom%

La+els

Bimbingan 'onseling #$&% @9aluasi Pendidikan #6%

5l(0 Archive

$A Juni #6% $G ,gustus #$&%

]muhammadraiyan ,da kesalahan di dalam gadget ini


[10] 234it, Prof. Dr. Suharsimi, h. 2$ - 2;0

A+(u.
Template Simple. Kambar template oleh sndr. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like