You are on page 1of 16

PENGARUH KETERLIBATAN PEMBINA, KEMAMPUAN PARTISIPASI ANGGOTA TERHADAP KINERJA KEUANGAN KOPERASI PONDOK PESANTREN

PENGURUS

DAN

PENDAHULUAN Pemerintah dalam upayanya menyusun suatu sistem ekonomi negara yang bersifat kekeluargaan, tidak hanya menggunakan koperasi sebagai sarana untuk mengimbangi sistem kapitalisme. Pemberian peranan yang lebih besar kepada perusahaanperusahaan negara sebagai sarana utama dalam upaya menetralisir sektor swasta yang cenderung kapitalis, bukanlah karena ekonomi kolektivitas yang dikembangkan oleh pemerintah mengarah pada kolektivisme komunis melainkan karena kematangan bangsa secara keseluruhan untuk mengembangkan sistem ekonomi kekeluargaan dalam bentuk-bentuk koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa belum cukup kuat. (Zamakhsyari Dhofier, 1990:42). Lebih lanjut Zamakhsyari Dhofier (1990:54) menyatakan bahwa perhatian yang diberikan Dinas Koperasi terhadap pesantren pada dasarnya merupakan suatu pengakuan bahwa pesantren memiliki peranan yang cukup berarti, tidak hanya dalam lapangan yang bersifat keagamaan, melainkan karena perannya yang tidak kalah penting yaitu bersifat kultural dan sosial ekonomis. Demikian pula wujud dari perhatian pemerintah dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Koperasi, Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) No: 197/KPTS/IX/64/1985 tentang Pembinaan Koperasi di lingkungan lembaga dakwah dan lembaga pendidikan agama. Sifat kultur pondok pesantren ialah karena kemampuannya menciptakan suatu pandangan hidup kesantrian sebagai tata nilai yang kemudian dianut oleh sebagian besar masyarakat pedesaan. Pandangan hidup kesantrian yang sampai saat ini masih cukup kuat adalah, kesediaan hidup sederhana dan menghindari pola hidup konsumtif, kuatnya berkorban untuk mengejar cita-cita, orientasi kehidupan yang lebih bersandar kepada kemampuan sendiri, kesediaan yang kuat untuk saling tolong menolong dan hidup secara kolektif sesuai dengan ajaran agama Islam. Tata nilai kepesantrenan yang bersifat sosial ekonomis tersebut sangat paralel dengan nilai-nilai sosial ekonomis yang dimiliki oleh koperasi. Oleh karena itu nilai strategis pondok pesantren bukan terletak pada kuantitas dan volume keikutsertaan kegiatan koperasi, melainkan pada kemauan pondok pesantren untuk turut mengembangkan koperasi. Pemerintah telah bertekad untuk mewujudkan koperasi pondok pesantren sebagai salah satu wadah kegiatan ekonomi rakyat yang kokoh dalam suatu sistem ekonomi nasional dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama antara Menteri Koperasi, Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Tingkat keberhasilan kinerja keuangan koperasi di pondok pesantren tidak terlepas dari keterlibatan pembina yang ditugaskan oleh pimpinan pondok pesantren, tingkat kemampuan pengurus di dalam mengelola koperasi dan tingginya partisipasi anggota. Namun demikian, tidak semua kiyai atau pimpinan pondok pesantren maupun pembina yang ditugasi dan masyarakat lingkungan pesantren menunjukkan dukungan yang sama. Ada pondok pondok pesantren yang koperasinya cukup berhasil dan ada pula yang kurang berhasil. Sebab pimpinan pesantren atau kiyai mempunyai kekuasaan tertinggi dalam lingkungan pondok pesantren tidak begitu saja menerima koperasi dalam lingkungannya. Sedangkan, setiap perkembangan atau perubahan yang terjadi di pesantren sangat tergantung pada bagaimana visi pimpinannya masing-masing.

Koperasi pondok pesantren (Kopontren) dalam menjalankan usahanya banyak menghadapi berbagai masalah, antara lain: 1) Masih banyak pondok pesantren yang menitikberatkan pada pengkajian kitabkitab tradisional semata dan kurang memperhatikan aspek ekonomi koperasi. 2) Pengetahuan tentang perkoperasian di lingkungan pondok pesantren kurang memadai. 3) Adanya persepsi negatif warga pesantren terhadap koperasi, salah satu sebab ada ulah pengurus yang kurang bertanggung jawab (Abdurrahman Wahid, 1993: 105) 4) Sumber daya manusia kopontren yang berkualitas masih terbatas. 5) Pembinaan dalam bidang organisasi oleh pengurus dilaksanakan secara intensif. pesantren kurang

6) Lemahnya struktur manajemen koperasi dan kemampuan pengurus dalam mengelola usaha dan organisasi koperasi dengan baik. 7) Kurang intensifnya pembinaan yang dilakukan oleh pembina, rendahnya kemampuan pengurus dan lemahnya partisipasi anggota akan mempengaruhi kinerja keuangan kopontren. Berdasarkan fenomena di atas, maka pokok masalah yang akan dikaji dalam artikel ini adalah: sejauh mana pengaruh keterlibatan pembina, kemampuan pengurus, dan partisipasi anggota terhadap kinerja keuangan koperasi pondok pesantren baik secara keseluruhan maupun secara parsial. LANDASAN TEORI Koperasi sebagai Lembaga Ekonomi Kehendak untuk menumbuhkembangkan koperasi dinyatakan dalam GBHN 1998 dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi, koperasi harus semakin dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya serta dibina dan dikelola secara efisien. Landasan hukum tersebut memberi arahan yang jelas, tegas dan lugas bahwa koperasi perlu ditumbuhkembangkan menjadi lembaga ekonomi yang kuat, berakar di masyarakat dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat. Selanjutnya, Hanel (1989: 32) sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Dulfer (1974:9) menyatakan bahwa suatu organisasi kerja sama dapat disebut sebagai koperasi apabila memenuhi kriteria-kriteria pokok sebagai berikut. 1) Ada sejumlah individu yang bersatu di dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya karena ada satu kepentingan atau tujuan yang sama (disebut: kelompok koperasi). 2) Anggota-anggota kelompok koperasi bertekad mewujudkan kepentingannya atau tujuannya untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial mereka melalui usahausaha bersama dan saling tolong-menolong (disebut: swadaya, self-help).
2

3) Sebagai alat untuk mewujudkan kepentingan atau tujuan yang sama tersebut dibentuklah perusahaan yang didirikan, dimodali/dibiayai, dikelola, diawasi dan dimanfaatkan sendiri oleh anggotaanggotanya (disebut: perusahaan koperasi). 4) Tugas pokok perusahaan koperasi adalah menyelenggarakan pelayananpelayanan barang dan jasa untuk menunjang kepentingan ekonomi anggota kelompok koperasi (disebut: tugas mempromosikan anggota). Adanya tugas pokok perusahaan koperasi untuk menunjang perbaikan kondisi perekonomian anggota, merupakan suatu pembangkit motivasi mengapa sekelompok individu mengambil keputusan untuk membentuk aktivitas ekonomi bersama melalui koperasi. Dengan mempersatukan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh individu akan diperoleh dampak sinergi melalui usaha skala besar (Eshenburg, 1994: 830). Keputusan dari sekelompok individu untuk menggabungkan diri ke dalam organisasi koperasi merupakan keputusan yang strategis, untuk mampu memecahkan masalah yang dihadapi diperlukan kerja sama dengan pihak lain yang paling sedikit menghadapi masalah yang sama. Pusat Koperasi sebagai bentuk organisasi memiliki seperangkat nilai yang diantaranya dirumuskan ke dalam sejumlah prinsip-prinsip koperasi sehingga koperasi menampilkan karakteristik khusus. Nilai-nilai yang diterapkan di dalam kehidupan berkoperasi itu membentuk perilaku atau pola kerja internal koperasi yang disebut sebagai mekanisme kerja organisasi koperasi, di mana anggota dan komponen-komponen organisasi koperasi saling berinteraksi di dalam satu sistem yang disebut manajemen koperasi. Pusat Koperasi Pondok Pesantren Pusat koperasi pondok pesantren merupakan koperasi yang berperan untuk mengangkat aspek sosial ekonomi pesantren dengan jalan meningkatkan taraf hidup dan menyejahterakan koprasi pesantren dengan memberikan pelayanan yang diperlukan oleh para anggota santrinya, perlu mendapat dukungan dan partisipasi para santri sebagai anggotanya.disisi lain kebutuhan pesantren sangat luar biasa Pada dasarnya pesantren memiliki peranan yang cukup berarti , pembenahan tidak saja dalam hal keagamaan, melainkan karena peranannya yang tidak kalah penting yaitu yang bersifat kultural pondok pesantren yaitu kemampuannya menciptakan suatu pandangan hidup kesantrian sebagai tata nilai yang kemudian dianut oleh sebagian besar masyarakat pesantren. Implementasi koperasi di dalam lingkungan pondok pesantren masih perlu disesuaikan dengan kerangka perekonomian yang sesuai dengan ajaran Islam, dalam perekonomian Islam terkandung prinsip bahwa ikatan antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat adalah erat, semata-mata karena fitrah keduanya. Ekonomi Islam harus berpegang pada kesederhanaan dan semangat gotong royong serta menegakkan kejujuran dan keikhlasan (Maududi, 1993: 13). Nilai-nilai Islam yang melekat ke dalam kehidupan pondok pesantren yang dipandang selaras dan dapat menunjang tumbuhnya dalam kehidupan koperasi di pondok pesantren adalah ajaran Islam tentang kesederhanaan, keikhlasan, persaudaraan, kemandirian, tolong menolong (taawun) dan gotong royong serta jauh dari sifat ketamakan, egoisme, jujur dan amanah sesuai dengan ketentuan syariah Islam. Hal tersebut merupakan ciri dalam kehidupan pondok pesantren, ajaran Islam tentang gotong royong tersebut sesuai dengan asas-asas koperasi
3

Indonesia sebagaimana tercantum dalam pasal 2 Undang-Undang No. 25 tahun 1992, yaitu atas dasar kekeluargaan yang mengandung arti bahwa koperasi harus merupakan suatu wadah kerjasama di antara para anggotanya. Menurut Zamakhasyari Dhofier (1990: 45), sasaran pokok koperasi di lingkungan pondok pesantren adalah terdapat koperasi yang sungguh sungguh menjadi wahana untuk meningkatkan kesejahteraan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Untuk mencapai sasaran kegiatan pokok tersebut, koperasi pondok pesantren harus mengadakan unit-unit usaha yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan para anggota secara efisien. Di sinilah nilai strategis pondok pesantren dalam upaya serta mendukung pengembangan koperasi, karena peranan pesantren dalam pengembangan koperasi bukan terletak pada telah didirikannya koperasi dalam lingkungan pondok pesantren, melainkan perannya untuk mau memberikan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat luas tentang perlunya berkoperasi dalam hampir semua kegiatan ekonomi sehari-hari. Para pemimpin dan alumni pesantren secara terus menerus terlibat dalam pemberian bimbingan dan penerangan nilai nilai sosial keagamaan melalui mimbar-mimbar mesjid dan majelis-majelis pengajian yang pengaruhnya dalam kejiwaan masyarakat sangat luas, kuat dan mendalam. Peranan tersebut harus dimanfaatkan dalam upaya pengembangan koperasi. Kehadiran pusat Koperasi dalam Lingkungan koprasi Pondok Pesantren Pondok pesantren sebagai lembaga bimbingan dan penyuluhan masyarakat sangat potensial bagi upaya pengembangan koperasi di masyarakat luas melalui mimbar-mimbar masjid dan majelis taklim atau majelis pengajian. Dengan demikian, perhatian tidak terbatas pada telah berdirinya koperasi dalam lingkungan pesantren, melainkan sejauh mana pondok pesantren dapat membantu penyuluhan dan bimbingan serta pembinaan koperasi pada masyarakat pedesaan. Mereka perlu dibekali dan diharapkan partisipasinya dalam pengembangan koperasi. Acara diskusi dan tukar pikiran antara para pemimpin pesantren perlu diselenggarakan untuk memperoleh titik temu, serta memperoleh dasar-dasar persamaan serta upaya menghilangkan perbedaan-perbedaan antara nilai-nilai kepesantrenan serta nilainilai perkoperasian. Titik temu itu tampak dapat diperoleh bilamana masing-masing pihak kembali berpijak kepada alam pikiran yang paling mendasar, bahwa kehidupan ekonomi masyarakat seharusnya diatur dan dipraktekan secara kekeluargaan. Harta kekayaan yang ada di masyarakat harus diatur berdasarkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan pemerataan. Upaya untuk menerjemahkan prinsip-prinsip tersebut tidak boleh terlalu kaku, serta melalui aplikasi yang disesuaikan dengan nilai-nilai keagamaan yang telah lama berlaku. Beberapa Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Kopontren 1. Kinerja keuangan kopontren Pengukuran efisiensi pengelolaan usaha kopontren dapat dilihat dari kinerja keuangan sebagaimana tampak dalam laporan keuangan dengan analisis rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas. Dasar pengukuran tersebut adalah sesuai dengan pedoman dan petunjuk teknis sistem penilaian bagi koperasi nonKUD, dengan kriteria penilaian kinerja keuangan koperasi dapat dilihat pada Tabel1.

Rasio 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Rentabilitas

Tabel 1. Rasio Keuangan Kopontren Standar Realisasi Bobot Nilai 125% 90% 30% 90/125 x 30 = 21,6 110% 125% 30% 125/110 x 30 = 34 10% 11% 40% 11/10 x 40 = 44 Nilai Kinerja Keuangan = 99,6

Sumber Data: Departemen Koperasi Pembinaan Pengusaha Kecil dan Menengah, 1998: 23

Untuk mencapai keberhasilan tersebut, tidak sedikit faktor-faktor yang turut mendukungnya. Beberapa faktor seperti keterlibatan pembina, kemampuan pengurus, dan partisipasi anggota merupakan faktor faktor yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. 2. Keterlibatan pembina Pada masyarakat muslim, terutama di daerah pesantren, kiyai merupakan tokoh/figur yang pengaruhnya sangat kuat. Pengaruh kiyai tersebut tidak hanya terbatas pada masalah-masalah agama semata, melainkan meluas pada berbagai aspek kehidupan. Sebagai pemimpin keagamaan, kiyai mengambil peran sebagai poros hubungan antar umat dengan Tuhan. Zamakhsyari (1990: 30) menyatakan bahwa pandangan sebagian besar pengikutnya adalah kiyai sebagai contoh muslim ideal yang ingin mereka capai, yakni seorang yang dianugerahi pengetahuan dan rakhmat Tuhan, sehingga terkesan sebagai pemimpin simbolik yang tidak gampang ditiru oleh orang biasa. Pada sisi lain, sebagai konsekuensi dari posisinya yang begitu kuat dalam lingkungan pondok pesantren, kiyai juga menduduki posisi penghubung dan merupakan wakil dalam kelompoknya dengan sistem sosial di luar lingkungannya. Sebagai penghubung, kiyai adalah orang yang mengetahui benar tentang prinsipprinsip kerja dalam hubungan antar kelompok. Apabila kiyai hendak mempertahankan posisi penghubungnya, maka kiyai harus mengendalikan penyebaran informasi dari satu sektor ke sektor lainnya secara hati-hati. Pengetahuan tentang mekanisme kerja dalam masyarakat yang kompleks inilah yang merupakan kunci keberadaan kiyai. Fungsi penghubung yang mengendalikan penyebaran informasi dalam kelompoknya tersebut, kiyai adalah sebagai gate keeper (penjaga gawang). Dengan demikian kiyai merupakan kunci bagi perubahanperubahan yang ada dalam lingkungannya. Kendati demikian, tidak berarti bahwa kiyai dalam mengambil keputusan dengan sesuka hati, sebab dengan kekuasaan dan pengaruhnya itusebenarnya terkait untuk menganut dan mentaati norma-norma sosial yang berlaku bersamasama masyarakat di lingkungannya. Begitu kiyai meninggalkan dasar pijakan bersama, maka dia akan kehilangan kekuasaan dan pengaruhnya. Oleh karena itu seorang kiyai dalam mengambil keputusan akan selalu memperhatikan normanorma sosial yang ada (M. Dawam Rahardjo, 1987: 67). Selanjutnya menurut Timnas Departemen Koperasi (1993: 100) dinyatakan bahwa secara fungsional pejabat struktural di dalam pesantren/lingkungan di mana kopontren berada bisa diangkat seorang pembina untuk mendukung kemajuan koperasi.

3. Kemampuan pengurus Pengurus yang efektif dan mendapat kepercayaan adalah pengurus yang dapat memimpin koperasi untuk mencapai tujuannya. Hasrat dan kemampuan pengurus untuk memberikan nilai tambah, sebetulnya timbal balik dengan kemampuan pengurus dan harapan (insentif) yang diberikan para anggotanya. Prestasi pengurus tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor subyektif, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor obyektif antara lain besarnya insentif dan cara pembentukan pengurus. Aspek kemampuan pengurus, meliputi: (1) Kemampuan Potensial Pengurus Dalam organisasi, efektif tidaknya personal dalam melaksanakan tugasnya akan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Buchanan (1997: 95) ada tiga kelompok indikator yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam melaksanakan tugasnya yaitu: (1) fisiologis, yaitu berkenaan dengan kemampuan baik fisik maupun mental; (2) lingkungan, dalam hal ini terutama dengan lingkungan organisasi; (3) psikologis, yaitu persepsi, sikap kepribadian dan motivasi. Indikator keorganisasian, kemampua dan motivasi merupakan tiga indikator penting yang dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan tugas pengelola. (2) Kemampuan Kinerja Pengurus Kinerja (performance) pengurus adalah aspek kemampuan yang sangat menentukan keberhasilan kerja. Kinerja ini adalah fungsi dari kemampuan potensial dan motivasi pengurus. Dengan demikian pendidikan formal, pendidikan dan latihan, pengalaman serta pengetahuan yang relevan telah dipandang sebagai beberapa variabel kemampuan yang dapat mempengaruhi perilaku personal dalam menyelesaikan program kerja. Pada gilirannya dari hasil kerja yang efektif, pengurus akan dapat mendapat penghargaan dari para anggotanya yang berupa kepercayaan kerja. 4. Partisipasi anggota dalam koperasi Partisipasi anggota yang ideal menurut Herman Suwardi (1985: 52) adalah keikutsertaan para anggota secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan penetapan kebijakan, ke arah dan langkah usaha, dalam permodalan, dalam pemanfaatan pelayanan usaha, dan dalam menikmati sisa hasil usaha. Sedangkan terwujud atau tidaknya semua bentuk partisipasi itu berkaitan dengan apakah para anggota merasa memiliki koperasi itu dan yakin bahwa koperasi yang menjadi miliknya itu adalah wahana terbaik untuk memperjuangkan dan mencapai kepentingan-kepentingan (ekonominya). Hanel (1989: 70) membedakan dimensi partisipasi anggota yang dilandasi oleh prinsip identitas: (1) Dalam kedudukannya sebagai pemilik, para anggota : a. Memberikan kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasinya dalam bentuk kontribusi keuangan (penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan), mengambil keputusan dan pengawasan. b. Partisipasi insentif di mana anggota memanfaatkan pelayanan perusahaan koperasi, mengadakan transaksi jual beli barang dan pelayanan di bidang kredit.

(2) Dalam kedudukan sebagai pelanggan/pemakai, memanfaatkan berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang kepentingankepentingannya. Ropke (1989: 70) mengemukakan Tes Koperasi (The Cooperative Test) sebagai berikut. (1) Individu akan menjadi anggota koperasi, bila keuntungan yang diperoleh dengan menjadi anggota koperasi lebih besar jika dibandingkan dengan anggota non-koperasi (Cooperative Test), dan melalui Economic Test keuntungan berkoperasi lebih besar jika dibandingkan dengan apabila individu berusaha secara perseorangan. (2) Individu akan membeli atau menjual pada koperasi, bila keuntungan membeli atau menjual pada koperasi lebih besar jika dibandingkan dengan membeli atau menjual pada pesaing koperasi (Market Test) (3) Anggota koperasi akan berpartisipasi aktif, bila keuntungan yang diperoleh anggota lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan non anggota (Participation Test). (4) Untuk memperjelas uraian tes koperasi di atas, dapat dilihat pada Gambar 1 sebagai berikut: Advantage Cooperative Advantage NonCooperative Advantage Without Specialization

> Cooperative Test

>

Economic Test

Market Test

Participation Test
Advantage Competitor Advantage Member Cooperative Advantage

Advantage Cooperative

>

> Nonmember
Cooperative

Sumber: Ropke, 2000: 62

Gambar 1. The Cooperative Test Partisipasi anggota tergantung pada tiga unsur yaitu: (1) Program, (2) Pengurus, (3) Anggota. Adanya kesesuaian antara tiga unsur tersebut maka, partisipasi anggota akan dapat berperan dengan efektif. Mekanisme dari tiga unsur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut Gambar 2 (David Corten, yang dikutip Ropke, 2000: 62). Ada tiga alat utama di mana anggota koperasi dapat mengusahakan agar di dalam keputusan yang diambil manajemen tercermin keinginan dan permintaan anggota. Ketiga alat tersebut voice, vote, dan exit atau hak mengeluarkan pendapat, hak suara dalam pemilihan dan hak keluar. Dengan voice, anggota koperasi dapat mempengaruhi manajemen dengan mengemukakan pertanyaan atau usul, memberikan informasi atau kritik-kritik. Dengan vote, anggota dapat mempengaruhi siapa yang akan dipilih sebagai pengurus dalam koperasi. Dengan exit, anggota dapat mempengaruhi manajemen dengan cara meninggalkan (keluar) sebagai anggota atau mengurangi transaksinya dengan koperasi.
7

PROGRAM
OUTPUT KEPUTUSAN EFEKTIVITAS PARTISIPASI

==
KEBUTUHAN

ANGGOTA

KEPENTINGAN

KEPUTUSAN

=
VOICE VOTE EXIT

MANAJEMEN KOPERASI

Sumber: Ropke (1989: 70) Gambar 2. Model Kesesuaian Partisipasi

Dengan demikian, partisipasi akan lebih efektif apabila: (a) manajemen mampu melaksanakan tugas dari program yang telah ditetapkan; (b) keputusan program manajemen mencerminkan hasrat permintaan para anggota, dan (c) hasrat permintaan anggota akan tercermin dalam keputusan program manajemen. Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka pemikiran mengenai pengaruh keterlibatan pembina, kemampuan pengurus, dan partisipasi anggota terhadap kinerja keuangan koperasi pondok pesantren dapat dilihat pada Gambar-3 sebagai berikut:

KETERLIBATAN PEMBINA (X1)

KEMAMPUAN PENGURUS (X2)

KINERJA KEUANGAN KOPONTREN (Y)

PARTISIPASI ANGGOTA (X3) 8

Gambar 3. Paradigma Kerangka Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian explanatory research dengan survey, dimana survey dilakukan terbatas pada survey sampel, yaitu cara pengumpulan informasi dari sampel atas populasi yang mewakili seluruh populasi dengan maksud untuk menjelaskan hubungan kausal danpengujian hipotesis. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kopontren di Eks Karesidenan Semarang, seluruhnya berjumlah 16 kopontren. mengingat keterbatasan dana, tenaga dan waktu, informasi yang diperlukan dihimpun dari sebagian populasi. Dengan perkataan lain penelitian ini dilakukan dengan metode sampling. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling dengan rumus sebagai berikut:

Z di mana n0= Keterangan: n = besarnya ukuran sampel N = besarnya ukuran populasi = risiko kekeliruan yang mungkin terjadi = Bound of Error Untuk keperluan penelitian ini, digunakan besarnya risiko () = 0,01, sedangkan besarnya bound of error () ditetapkan 0,2. Dari rumus di atas, maka besarnya sampel minimal koperasi yang merupakan primary sampling unit adalah: 11,75 dibulatkan menjadi 12 buah kopontren sebagai sampel penelitian. Untuk penarikan pembina, setiap kopontren diambil seorang pembina sebagai sampel. Sedangkan, pengurus tiap-tiap kopontren diambil 3 orang. Hal ini didasarkan bahwa rata-rata tiap kopontren dibina oleh seorang pembina dan dikelola oleh 3 orang pengurus, dan untuk anggota dihitung dengan menggunakan data sekunder yaitu jumlah rata-rata simpanan para anggota, jumlah ratarata transaksi anggota dibagi dengan jumlah seluruh anggota dalam koperasi sampel. Variabel Penelitian 1. Keterlibatan Pembina (X1) adalah pembina atau ustadz yang telah ditunjuk oleh pimpinan pondok pesantren di dalam membantu memberikan motivasi dan membantu dalam menyelesaikan persoalan koperasi dengan indikator: a) Keterlibatan dalam membantu memberikan motivasi di dalam memasyarakatkan koperasi di lingkungan pondok pesantren baik berupa ceramah, pengarahan maupun dalam bentuk lainnya dengan tolok ukur semakin sering pembina terlibat dalam

memberikan motivasi berupa ceramah, pengarahan tentang koperasi di kalangan santri, maka semakin baik koperasi tersebut. b) Keterlibatan di dalam membantu menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada di koperasi dengan tolok ukur semakin sering pembina membantu menyelesaikan persoalan koperasi, maka koperasi akan semakin baik. 2. Kemampuan pengurus (X2) yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh pengurus baik kualitas pribadi seperti kejujuran, keuletan, kemampuan dan kemauan bekerja dengan sungguh-sungguh serta loyalitas yang tinggi maupun kemampuan lainnya sehingga diharapkan mendapatkan kepercayaan secara penuh dari para anggota. Kemampuan ini meliputi: a) Kemampuan potensial pengurus, yaitu kemampuan yang dimiliki pengurus melalui: pendidikan, pengalaman, pelatihan b) Kemampuan kinerja pengurus, meliputi: (1) kapasitas kerja, dilihat dari jumlah jam kerja yang dicurahkan pengurus untuk kepentingan kopontren; (2) kualitas pelayanan terhadap pemenuhan kebutuhan pada anggota. Semakin lengkap barang yang ditawarkan kepada anggota dengan mutu yang baik dan harga wajar maka semakin baik kinerja pengurus sehingga partisipasi anggota meningkat. 3. Partisipasi Anggota (X3) yaitu keikutsertaan anggota dalam: a) Partisipasi dalam kontribusi modal, dilihat rata simpanan para anggota dengan cara menghitung jumlah modal yang berasal dari anggota dibagi dengan jumlah seluruh anggota. b) Partisipasi insentif dilihat dari jumlah ratarata transaksi yang dilakukan anggota dibagi dengan jumlah seluruh anggota; serta partisipasi dalam pengambilan keputusan. 4. Kinerja Keuangan Kopontren (Y), yaitu suatu analisis untuk mengetahui keadaan keuangan dalam rangka mengukur berbagai kemampuan dari koperasi. Pengukuran kinerja keuangan kopontren dihitung melalui rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas dengan rumus seperti tersaji pada tabel 2. Dengan tolok ukur nilai tertimbang minimal 75% artinya semakin tinggi hasil perhitungan kinerja keuangan di atas 75%, maka semakin baik tingkat kinerja keuangan kopontren. Matiks variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Alat Pengumpul Data 1. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kinerja keuangan kopontren dan partisipasi anggota. 2. Angket Angket digunakan untuk memperoleh data tentang keterlibatan pembinaan dan kemampuan pengurus. Angket untuk responden digunakan angket terstruktur, yaitu angket yang sudah menyediakan beberapa alternatif jawaban. Jawaban a diberi skor 1 dalam kategori sangat kurang, b diberi skor 2 dalam kategori kurang, c diberi skor 3 dalam kategori sedang, d diberi skor 4 dalam kategori baik, dan jawaban e diberi skor 5 dalam kategori sangat baik. Metode Analisis Data
10

Data hasil kuesioner yang bersifat tertutup dan telah memenuhi Skala Likert, kemudian dianalisis dengan langkah sebagai berikut:

1) Pemberian skor Penilaian jawaban atas kuesioner yang diajukan diberi skor sesuai dengan pengukuran dalam operasionalisasi variabel. Atas dasar analisis ini apakah pernyataanpernyataan (item) tersebut telah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas dalam penelitian, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Tabel 2. Rumus Pengukuran Kinerja Keuangan Standard Realisasi Bobot 125% 30% 110% 30% 10% 40%

Rasio 1. Likuiditas 2. Solvabilitas 3. Rentabilitas

Nilai R/S x B = .. R/S x B = .. R/S x B = ..

Tabel 3. Matriks Variabel Penelitian


No. Variabel Indikator Skala Pengukuran Sumber Data Ordinal Pembina 1. Keterlibatan Pembina (X1) - Keterlibatan dalam motivasi - Keterlibatan dalam penyele-saian persoalan 2 Kemampuan Pengurus (X2) - Kemampuan potensial - Kemampuan kinerja Pengurus 3 Partisipasi Anggota (X3) - Partisipasi kontributif - Partisipasi insentif - Rasio Likuiditas - Rasio Solvabilitas - Rasio Rentabilitas

Ordinal

Pengurus

Ordinal

Laporan Pengurus

4 Kinerja Keuangan (Y)

Rasio

Laporan Keuangan

2) Uji validitas Uji validitas menggunakan SPSS analisis butir. Output komputer dapat langsung menjelaskan buti-butir yang sahih dan butir-butir yang gugur. Butir yang gugur tidak dikaitkan dengan perhitungan skor. Secara statistik validitas dapat diuji dengan menggunakan rumus korelasi product-moment sebagai berikut: rxy= Keterangan: r = Koefisien korelasi productmoment N = Jumlah objek yang diteliti X = Jumlah skor butir Y = Jumlah skor total Hasil uji validitas rxy kemudian dikonsultasikan dengan nilai r product moment dengan interval kepercayaan 95%. 3) Uji reliabilitas

11

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua, untuk mencari reliabilitas keseluruhan dipakai rumus Teknik Hoyt sebagai berikut: r11= atau r11= Keterangan: r11 = Reliabilitas instrumen Ve = Varians responden Vr = Varians residu Hasil uji reliabilitas r11 kemudian dikonsultasikan dengan harga kritik r pada tingkat kepercayaan 95%. 4) Peningkatan pengukuran ordinal menjadi interval Pengukuran ditingkatkan terlebih dahulu menjadi tingkat pengukuran interval melalui metode Method of Succesive Intervals dengan langkah sebagai berikut: a) Memperhatikan setiap pernyataan (sifat positif atau negatif) b) Tentukan berapa yang mendapat skor 1, 2, 3, 4, dan 5 selanjutnya sebagai frekuensi (f) c) Setiap frekuensi dibagi banyaknya responden maka hasilnya disebut proporsi (P) d) Hitung proporsi kumulatif (PK) e) Hitung nilai Z dengan berdasar tabel distribusi normal f) Tentukan skala interval untuk setiap nilai Z dengan rumus sebagai berikut: Scale value = 5) Pengujian Hipotesis Berdasarkan operasionalisasi variabel penelitian, hipotesis yang diajukan diuji dengan model analisis jalur (Path Analysis). Adapun kerangka konseptual pengujian hipotesis sebagai berikut: X1 yx1 rx1x2 yx2 rx1x3 rx2x3 yx3 X3 X2

Gambar 4. Konsep Kausalitas Hubungan antara Variabel dalam Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

12

Hasil penelitian yang dilakukan pada kopontren dapat didiskusikan bahwa aspek keterlibatan pembina memberikan ceramah dalam ikut serta memasyarakatkan koperasi di kalangan santri sebesar 56,3%, membantu memecahkan persoalan koperasi 61,24%. Aspek kemampuan pengurus meliputi pendidikan formal yang sudah ditempuh pengurus lulusan Magister tidak ada (0%), Sarjana 28%, Sarjana Muda/ Diploma 24,44%, SLTA/MA sebesar 39,23% dan sebesar 8,33% atau 1 orang dari lulusan SLTP/MTs. Pelatihan perkoperasian yang pernah ditempuh sebanyak 2 kali 47, 78% dan lebih dari 3 kali sebanyak 38,33%. Waktu yang dicurahkan pengurus mengelola koperasi dalam 1 minggu tertinggi di atas 25 jam 32,09% dan terendah kurang dari 12 jam 29%. Kelengkapan barang yang disediakan oleh pengurus, cukup tersedia 74,13% dengan penetapan harga lebih murah 53,78% dan lebih mahal 21,24% sisanya sama dengan tingkat harga di luar waserda kopontren. Aspek partisipasi anggota, partisipasi dalam kontribusi modal terendah di bawah Rp50.000,00 adalah 21,08% dan lebih dari Rp150.000,00 sebesar 36,17%. Sedangkan, partisipasi insentif anggota di atas Rp150.000,00 sebesar 27,75% dan terendah kurang dari Rp25.000,00 sebesar 19,07%. Partisipasi dalam pengambilan keputusan tertinggi 75,56% dan terendah 11,06%. Aspek kinerja keuangan yang diukur dengan rasio keuangan rata-rata yang dicapai oleh kopontren sebesar 309,38%, kinerja keuangan terendah sebesar 158,3 dan kinerja keuangan tertinggi sebesar 736,12. Hasil pengujian hipotesis pengaruh keterlibatan pembina, kemampuan pengurus dan partisipasi anggota secara besama yang di uji dengan uji-F diperoleh persamaan regresi : = - 2076,58 + 54,398 X1 + 7,044 X2 + 79,629 X3 Koefisien determinasi R2 = 0,777 Fhitung = 9,898 F0,05 ( 3;8) = 4,07 Hasil ini menunjukkan bahwa Fhitung = 9,898 > F0,05 ( 3;8) = 4,07 berarti tolak Ho artinya variasi kinerja keuangan (Y) sebesar 77,70% ditentukan oleh variasi keterlibatan pembina (X1), kemampuan pengurus (X2), partisipasi anggota (X3) sedangkan sisanya sebesar 22,30% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Dengan demikian pengujian secara parsial dapat diteruskan dan statistik uji yang digunakan adalah uji-t. Hasil pengujian secara parsial, untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap kinerja keuangan kopontren, menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Pengujian Parsial terhadap Kinerja Keuangan Kopontren No. Variabel bebas thitung t0,05 (8) Kesimpulan 1 Keterlibatan Pembina 3,028 1,860 Tolak Ho 2 Kemampuan Pengurus 2,528 1,860 Tolak Ho 3 Partisipasi Anggota 3,353 1,860 Tolak Ho Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap kinerja keuangan kopontren diperoleh nilai thitung untuk semua variabel ternyata lebih besar dari t0,05 (8) = 1,860 yang berarti tolak Ho. Dengan demikian berdasarkan = 0,05 variabel keterlibatan pembina, kemampuan pengurus dan partisipasi anggota secara parsial berpengaruh terhadap kinerja keuangan kopontren signifikan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh masing masing variabel baik langsung maupun tidak langsung dapat dilihat hasil output SPSS sebagai berikut (Gambar 5). Pengaruh Keterlibatan Pembina (X1) terhadap Y

13

Pengaruh langsung X1 terhadap Y = 0,536 x 0,536 = 0,2873 Pengaruh yang melalui hubungan korelasional dengan X2 = (0,536) (0,335) (0,305) = 0,0548 Pengaruh X1 ke Y secara total = 0,2873 + 0,0548 = 0,3421 atau 34,21%. Pengaruh Kemampuan Pengurus (X2) terhadap Y Pengaruh langsung X2 terhadap Y = 0,305 x 0,305= 0,0930 Pengaruh yang melalui hubungan korelasional dengan X3 = (0,305) (0,470) (0,668) = 0,0958 Pengaruh X2 ke Y secara total = 0,0930 + 0,0958 = 0,1888 atau 18,88%. Pengaruh Partisipasi Anggota (X3) terhadap Y Pengaruh langsung X3 terhadap Y = 0,668 x 0,668 =0,4460 Pengaruh yang melalui hubungan korelasional dengan X1 = 0,668 x 0,260 x 0,536 = 0,0930 Pengaruh X3 ke Y secara total = 0,4460 + 0,0930 =0,5390 atau 53,90%.

Pembahasan Pengaruh keterlibatan pembina, kemampuan pengurus dan partisipasi anggota secara keseluruhan diperoleh persamaan regresi: = - 2076,58 + 54,398 X1 + 7,044 X2 + 79,629 X3, persamaan ini mempunyai arti bahwa semakin sering pembina terlibat ke dalam koperasi, semakin tinggi kemampuan pengurus dan semakin tinggi partisipasi anggota secara bersama-sama, maka tingkat kinerja keuangan kopontren semakin baik sehingga dapat digeneralisasikan ke dalam populasi. Koefisien determinasi R2 = 0,777 mempunyai makna bahwa model relatif baik, karena pengaruh faktor lain yang tidak termasuk dalam model itu sebesar 0,223. Pengaruh secara parsial keterlibatan pembina terhadap kinerja keuangan kopontren baik langsung maupun tidak langsung secara total sebesar 34,21% dan pengaruh ini menunjukkan tanda positif. Artinya bahwa semakin sering pembina terlibat dalam pengembangan koperasi baik pembinaan kepada santri, penyuluhan-penyuluhan maupun ceramah tentang pentingnya hidup bergotong-royong melalui berkoperasi. Hal ini akan menumbuhkan kesadaran bagi anggota koperasi untuk tetap loyal dan menjadi pelanggan setia dalam transaksi dengan koperasinya sehingga kinerja keuangan kopontren akan semakin baik. Pengaruh secara parsial kemampuan pengurus terhadap kinerja keuangan kopontren baik langsung maupun tidak langsung secara total sebesar 18,88% dan pengaruh ini menunjukkan tanda positif. Artinya bahwa semakin tinggi kemampuan potensial pengurus seperti tingkat pendidikan yang sudah ditempuh, pengalaman dalam mengelola koperasi maupun kemampuan kinerja pengurus seperti kapasitas kerja berupa jumlah jam yang dicurahkan pengurus dan kualitas pelayanan kepada anggota, maka
14

tingkat kinerja keuangan kopontren akan semakin baik. Pengaruh secara parsial partisipasi anggota terhadap kinerja keuangan kopontren baik langsung maupun tidak langsung secara total sebesar 53,90% dan pengaruh ini menunjukkan tanda positif. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi anggota koperasi yang meliputi partisipasi insentif maupun kontributif, maka kinerja keuangan kopontren semakin baik. Pengaruh partisipasi anggota terhadap kinerja keuangan kopontren adalah paling besar hal ini menunjukkan bahwa partisipasi anggota mutlak bagi perkembangan sebuah koperasi dan menduduki tempat sentral karena dapat menjaga kelangsungan hidup koperasi. Dengan partisipasi kontribustif dalam pemupukan modal dapat mengurangi ketergantungan dalam pemenuhan modal koperasi dengan biaya yang murah, peningkatan pemenuhan kebutuhan anggota, sehingga dapat dicapai efisiensi dan keberhasilan koperasi yang diukur melalui kinerja keuangannya. X1

0,536 0,335 0,305 0,260 X2

Y
0,470 0,668 X3

Gambar 5. Hasil Kausalitas Hubungan antara Variabel dalam Penelitian

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan Pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Keterlibatan pembina di lingkungan kopontren dengan keterlibatannya dalam ikut serta memberikan ceramah, penyuluhan dan pengarahan kepada pengurus maupun keterlibatannya dalam membantu menyelesaikan masalah koperasi, kemampuan pengurus dan partisipasi anggota secara bersama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan kopontren sebesar 77,70%. Kinerja keuangan diukur dari aspek likuditas, solvabilitas dan rentabilitas mencapai rata-rata 309,38%. 2. Pengaruh keterlibatan pembina terhadap kinerja keuangan kopontren sebesar 34,21%. Pengaruh positif yang mempunyai arti bahwa semakin sering pembina terlibat dalam kegiatan berkoperasi maka semakin tinggi pula kinerja keuangan kopontren. Dalam
15

menjalankan organisasi koperasi ke arah tujuan yaitu menyejahterakan anggota sangat penting dan ternyata keterlibatan pembina mempunyai pengaruh yang relatif besar pula. 3. Pengaruh kemampuan pengurus terhadap kinerja keuangan kopontren sebesar 18,88%. Besarnya pengaruh ini relatif paling kecil dibandingkan dengan dua variabel lainnya. Walaupun demikian tugas pengurus dalam menjalankan roda organisasi pengururs dituntut untuk menunjukkan kemampuannya dalam merealisasi program program yang sudah dirumuskan oleh rapat anggota. 4. Pengaruh partisipasi anggota terhadap kinerja keuangan kopontren adalah paling dominan yaitu sebesar 53,90% dan pengaruh ini menunjukkan tanda positif. Artinya semakin tinggi tingkat partisipasi anggota, maka kinerja keuangan kopontren akan semakin baik. Saran Tanggung jawab pengurus dalam menjalankan roda organisasi kopontren cukup besar, maka perlu diperhatikan dengan baik oleh pembina yaitu meningkatkan kesejahteraannya bagi pengurus melalui tambahan Pemberian insentif agar termotivasi dalam bekerja dan mencurahkan waktunya sebaik mungkin untuk pengembangan kopontren. Selain itu diharapkan dapat dikembangkan koperasi syariah di pesantren.

16

You might also like