You are on page 1of 15

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang suku betawi Betawi adalah cikal bakal munculnya kota metropolitan Jakarta.

Betawi juga menjadi sebutan bagi penduduk asli Kota Jakarta dengan budaya dan sejarahnya yang dinamis. Sejarah Betawi tak lepas dari pengaruh budaya China dan Belanda yang pernah mendominasi kota Batavia beberapa abad lalu. Di tahun 1740 orang-orang China merantau di kota Batavia dan memberontak kepada pemerintahan Belanda. Namun para pemberontak ditumpas oleh Kompeni dan tidak lagi diperbolehkan tinggal di dalam tembok kota. Percampuran dan pembauran etnis serta budaya asli Betawi dengan kaum pendatang pun berlanjut. Pusat pemerintahan Belanda dipindahkan dari wilayah utara Batavia ke wilayah baru di sebelah selatan tepatnya di kawasan Medan Merdeka. Perumahanperumahan mewah pun dibangun di antaranya rumah Gubernur Jenderal Belanda yang sekarang menjadi Istana Negara. Pelabuhan baru pun didirikan di Tanjung Priok, karena Sunda Kelapa sudah tidak sanggup lagi menampung banyaknya kapal-kapal yang datang berlabuh. Pada awal abad ke 20 Batavia berkembang menjadi sebuah kota besar dengan penduduk lebih kurang 116.000 jiwa. Mei 1942 pada awal perang dunia ke-2, pasukan Jepang mendarat di Pulau Jawa dan menduduki Batavia, dan nama Batavia diganti menjadi Jakarta. Nama yang terus dipakai hingga sekarang ini. Perkembangan kota Jakarta sebagai kota metropolitan dan ibukota negara ini semakin pesat di masa pemerintahan Orde Baru. Mayoritas penduduk asli Betawi yang menetap di tengah kota mulai menjual tanahnya dan pindah ke pinggiran Jakarta seperti Kebayoran, Condet dan Jagakarsa. Untuk melestarikan budaya Betawi dari kepunahan, di tahun 1970-an pemerintah menetapkan Condet sebagai kawasan cagar budaya Betawi.

Page 1

BAB II 4 WUJUD KEBUDAYAAN DALAM SUKU BETAWI A. Hati Kebanyakan orang betawi memiliki sifat solidaritas yang tinggi. Mereka hidup bersama dalam susah maupun senang. Mereka lebih senang hidup secara bersama sama. Sifat orang betawi yang mudah bergaul juga merupakan faktor yang mendukung mereka memiliki jaringan persahabatan yang luas. Orang betawi dikenal berani untuk menghadapi orang yang menentang atau mencari keributan. Karena sifat keberanian tersebut, banyak kisah ilustrasi yang menggambarkan orang betawi menggunakan golok untuk menantang orang. B. Ide Pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa Orang Betawi itu malas bekerja, berebut warisan, sering berkelahi, dan lain-lain. Pandangan tersebut didasari oleh karena sifat pendahulunya seperti tidak kemaruk pangkat, tidak mempunyai ambisi yang terlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air atau ke mana angin berembus. Sebenarnya banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam hal pendidikan dan cara berpikir karena tersentuh modernisasi. Oleh karena itu mereka mempunyai visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti dan berpendidikan. C. Perilaku Ada beberapa hal yang positif dari Betawi antara lain jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun kadang-kadang dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orangtua (terutama yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. Hal

Page 2

ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain. D. Artefak Betawi sebenarnya sudah dihuni sejak 2500-15 SM. Hal tersebut terbukti dengan diemukannya beberapa artefak. Alat-alat atau artefak itu ada yang berupa kapak persegi, beliung, serpihan batu, mute, gelang batu, bahkan pecahan-pecahan kreweng atau gerabah, yang menarik perhatian dalam daftar inventaris Museum yang telah dilakukan van Der Hoop ternyata ada sebuah alat batu yang diperkirakan pacul temuan dari daerah Jatinegara. Tempattempat temuan alat-alat batu dari jaman Batu baru atau Masa Bercocok Tanam itu di daerah Jakarta dan sekitarnya adalah : Pasar Minggu, Pasar Rebo, Tanjung Timur, Kampung Salak dekat Pesing, Kampung Sukabumi, Cililitan, Sunter, Condet di tepi jalan Jakarta-Bogor, dekat stasiun Jatinegara, kampung Kranggan, dekat Pasar Rebo, kampung Karang tengah, Pasar Jumat, Kebayoran, Karet, Gedung Ijo Pasar Jumat, Pondok Betung-Ciputat, Kebayoran Lama, kampung Pulo Jatinegara, Kebon Sirih, Cawang, kampung Cipayung-Kebayoran, Pondong Pinang-Kebayoran, Kebon Pala-Jatinegara, Kebon Nanas, Rawa Belong-Kebayoran, Rawa Lele, Kampung Kalapa Dua dan di beberapa tempat lainnya. Berdasarkan tempat temuan itu yang karena banyaknya alat-alat yang ditemukan dengan sejumlah pecahan tembikar dan batu asahan serta letaknya di pinggir sungai Ciliwung yang memungkinkan adanya pemukiman masyarakat masa itu antara lain di Kalapa Dua. Apalagi keletakannya di pinggir sungai Ciliwung dan artefak-artefak itu hasil ekskavasi arkeologis

Page 3

tahun 1971 seperti telah dikemukakan di atas. Sejak masa itu lazim masyarakatnya sudah mengenal tempat tinggal yang tetap dengan pengetahuan membangun perumahan, mengenal bercocok tanam di tanah darat, sudah mengenal organisasi sosial dengan pemimpin sukunya yang dipilih anggotaanggota masyarakatnya, sudah mengenal perdagangan meski cara barter, mengenal pelayaran, ilmu perbintangan, mengenal pembuatan pakaian, memasak makanan dengan cara dibakar dan direbus, mengal ilmu perbinatangan dan lainnya

Page 4

BAB III 7 UNSUR KEBUDAYAAN DALAM SUKU BETAWI A. Bahasa Dialek Betawi terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa''. Dialek betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta. Daerah perkampungan Betawi berada di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Jatinegara. Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan sampai Jawa Barat. Banyak juga bahasa serapan Cina yang dipakai dalam percakapan sehari hari seperti goa (saya), lu (kamu), te-si (sendok), ke-mo-ceng (kemoceng), bak-kiah (bakiak), ang-ku-koe (kue ku), dan masih banyak lagi kata serapan Cina yang dipakai oleh suku Betawi sekarang ini.

B. Organisasi sosial / sistem kemasyarakatan Dalam sistem kekerabatan, pada prinsipnya mereka mengikuti garis keturunan bilineal, artinya garis keturunan pihak ayah atau pihak ibu. Adat menetap sesudah nikah sangat tergantung pada perjanjian kedua pihak orang tua sebelum pernikahan dilangsungkan. Ada pengantin baru yang menetap di lingkungan kerabat suami (patrilokal) dan ada pula yang menetap

di lingkungan kerabat istri (matrilokal). Secara umum orang tua cenderung menyandarkan hari tuanya pada anak perempuan. Mereka menganggap anak perempuan akan lebih telaten mengurus orang tua dari pada menantu perempuan.

Page 5

Tatanan sosial orang Betawi lebih didasarkan pada senioritas umur, artinya orang muda menghormati orang yang lebih tua. Hal ini dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari. C. Sistem peralatan hidup dan teknologi Bangunan yang ada di daerah Betawi berasal dari asimilasi antara berbagai etnis bangsa yang datang ke Jakarta. Salah satu bentuk bangunan yang dapat menyimbolkan budaya Betawi adalah rumah kebaya. Rumah Kebaya merupakan rumah adat betawi dengan bentuk atap perisai landai yang diteruskan dengan atap pelana yang lebih landai, terutama pada bagian teras. Bangunannya ada yang berbentuk rumah panggung dan ada pula yang menapak di atas tanah dengan lantai yang ditinggikan. Masyarakat betawi lama memiliki adat untuk membuat sumur di halaman depan rumah dan mengebumikan keluarga yang meninggal di halaman samping kanan rumah. Lisplank rumah kebaya berupa papan yang diukir dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama gigi balang. Di bagian tengah sebagai ruang tinggal dibatasi dinding tertutup, di luarnya merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah. Dinding bagian depan biasanya dibuat dari panil-panil yang dapat dilepas saat pemilik rumah menyelenggarakan acara yang membutuhkan ruang lebih luas. Tiang-tiang rumah lebih tampak jelas di bagian teras, berdiri di atas lantai yang agak naik dari ketinggian tanah di halaman. Terdapat tangga pendek dari batu-bata ataukayu untuk mencapai teras rumah. Ruang-ruang terbagi dengan hirarki dari sifat publik di bagian depan menuju sifat privat dan service di bagian belakang. Beranda depan adalah tempat untuk menerima tamu dan bersantai bagi keluarga yang diberi nama amben. Lantai teras depan yang bernama gejogan selalu dibersihkan dan siap digunakan untuk menerima dan menghormati tamu. Gejogan

dihubungkan tangga yang disakralkan oleh masyarakat betawi dengan nama

Page 6

balaksuji, sebagai satu-satunya lokasi penting untuk mencapai rumah. Ruang berikutnya adalah kamar tamu yang dinamakan paseban. Setelah ruang tamu terdapat ruang keluarga yang berhubungan dengan dinding-dinding kamar, ruang ini dinamakan pangkeng. Selanjutnya ruang-ruang berfungsi sebagai kamar-kamar tidur dan terakhir adalah dapur yang diberi nama srondoyan. Rumah kebaya juga memiliki sebuah bale yang biasanya terletak di luar rumah. Bale ini merupakan asimilasi dari budaya Cina yang disebut sebagai Tapang. D. Sistem mata pencaharian Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan antara lain sebagai berikut :

Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang bervariasi, misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai swasta, buruh, tukang seperti membuat meubel.

Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah, buah-buahan, pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara mereka banyak yang menjadi buruh pabrik, guru, dan lain-lain.

E. Sistem religi Orang Betawi sebagian besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan, Katholik dan Buddha juga ada namun hanya sedikit. Di antara suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Page 7

F. Kesenian 1. Musik Dalam bidang musik Suku Betawi memiliki seni Gambang Keromong yang berasal dari seni musik Tionghoa. Kemudian Tanjidor yang berlatar belakang ke-Eropa-an.

1.1 Gambang Keromong Gambang kromong (atau ditulis gambang keromong) adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan. Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740). Bilahan gambang yang berjumlah 18 buah, biasa terbuat dari kayu suangking, huru batu, manggarawan atau kayu jenis lain yang empuk bunyinya bila dipukul. Kromong biasanya dibuat dari perunggu atau besi, berjumlah 10 buah (sepuluh pencon). Tangga nada yang digunakan dalam gambang kromong adalah tangga nada pentatonik Cina, yang sering disebut salendro Cina atau salendro mandalaungan. Instrumen pada gambang kromong terdiri atas gambangm kromo, gong, gendang, suling, kecrek dan sukong, tehyan, atau kongahyan sebagai pembawa melodi. Orkes gambang kromong merupakan perpaduan yang serasi antara unsurunsur pribumi dengan unsur Tionghoa. Secara fisik unsur Tionghoa tampak padaalat-alat musik gesek yaitu sukong, tehyan, dan kongahyan. Perpaduan kedua unsur kebudayaan tersebut tampak pula pada perbendaharaan lagu-lagunya. Di samping lagu-lagu yang menunjukkan sifat pribumi, seperti lagu-lagu Dalem (Klasik) berjudul: Centeh Manis Berdiri, Mas Nona, Gula Ganting, Semar Gunem, Gula Ganting, Tanjung Burung, Kula Nun Salah, dan Mawar Tumpah dan sebagainya, dan lagu-

Page 8

lagu Sayur (Pop) berjudul: Jali jali, Stambul,Centeh Manis, Surilang, Persi, Balo-balo, Akang Haji, Renggong Buyut, Jepret Payung, Kramat Karem, Onde-onde, Gelatik Ngunguk, Lenggang Kangkung, Sirih Kuning dan sebagainya, terdapat pula lagu-lagu yang jelas bercorak Tionghoa, baik nama lagu, alur melodi maupun liriknya, seperti Kong Ji Liok, Sip Pat Mo, Poa Si Li Tan, Peh Pan Tau, Cit No Sha, Ma Cun Tay, Cu Te Pan, Cay Cu Teng, Cay Cu Siu dan sebagainya. Lagu-lagu yang dibawakan pada musik gambang kromong adalah lagulagu yang isinya bersifat humor, penuh gembira, dan kadangkala bersifat ejekan atau sindiran. Pembawaan lagunya dinyanyikan secara bergilir antara laki-laki dan perempuan sebagai lawannya. Gambang kromong merupakan musik Betawi yang paling merata penyebarannya di wilayah budaya Betawi, baik di wilayah DKI Jakarta sendiri maupun di daerah sekitarnya (Jabotabek). Jika terdapat lebih banyak penduduk peranakan Tionghoa dalam masyarakat Betawi setempat, terdapat lebih banyak pula grup-grup orkes gambang kromong. Di Jakarta Utara dan Jakarta Barat, misalnya, terdapat lebih banyak jumlah grup gambang kromong dibandingkan dengan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Dewasa ini juga terdapat istilah "gambang kromong kombinasi. Gambang kromong kombinasi adalah orkes gambang kromong yang alat-alatnya ditambah atau dikombinasikan dengan alat-alat musik Barat modern seperti gitar melodis, bas, gitar , organ, saksofon, drum, dan sebagainya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan dari pentatonik menjadi diatonik tanpa tanpa terasa mengganggu. Hal tersebut tidak mengurangi kekhasan suara gambang kromong sendiri, dan lagu-lagu yang dimainkan berlangsung secara wajar dan tidak dipaksakan.

Page 9

1.2 Tanjidor Kesenian ini mulai dikenal sejak abad ke-18. Musik Tanjidor berasal dari kata Jidor yang merupakan alat musik sejenis drum. Kesenian tradisional ini banyak dipengaruhi oleh musik Eropa. Tanjidor biasanya dimainkan oleh laki-laki dan dubutuhkan kekompakan antara satu pemain dengan pemain lainnya karena ini merupakan musik yang dimainkan secara kelompok. Kesenian ini biasa dimainkan untuk mengiringi acara adat Betawi, seperti arak-arakan pengantin, pawai, khitanan, dan hiburan lainnya. Musik tanjidor merupakan gabungan dari alat musik tiup seperti terompet, saxophone, trombone, dan clarinet. Selain itu, juga menggunakan alat musik pukul yaitu tambur dan gamelan. Musik ini juga bisanya dilengkapi dengan biola, ringbell, dan lainnya. Lagu yang dimainkan biasanya lagu dari Jakarta misalnya Surilang, Jali-jali, Sirih Kuning, dan Kicir-kicir.

2. Seni Tari Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya. Contohnya tari Topeng Betawi, Yapong yang dipengaruhi tari Jaipong Sunda, Cokek dan lain-lain. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tiongkok, seperti tari Yapong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing. Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul seni tari dengan gaya dan koreografi yang dinamis.

3. Drama Drama tradisional Betawi antara lain Lenong dan Tonil. Pementasan lakon tradisional ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari-hari rakyat Betawi, dengan diselingi lagu, pantun, lawak, dan lelucon jenaka. Kadangkadang pemeran lenong dapat berinteraksi langsung dengan penonton.

Page 10

4. Cerita Rakyat Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si Pitung, juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen atau si jampang yang mengisahkan jawara-jawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal keras. Selain mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang menggambarkan kehidupan zaman olonial.

G. Proses pernikahan Sistem perkawinan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa tersebut dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orang tua kedua belah pihak sangat penting, karena orang tualah yang akan membantu terlaksanakannya perkawinan tersebut. Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya perkawinan adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi, bila sudah ada kecocokan, orang tua pemuda lalu melamarnya ke orang tua si gadis. Bila kedua belah pihak setuju, ditentukan hari untuk mengantarkan uang belanjakawin yang biasanya diwakilkan kepada orang lain yakni kerabat kedua belah pihak. Pada hari yang telah ditentukan, dilakukanlah upacara perkawinan Selesai dilakukan akad nikah, pemuda kembali ke orang tuanya, begitu pula dengan si gadis. Beberapa waktu kemudian diadakan upacara besanan, di mana pengantin laki-laki diarak ke rumah pengantin wanita. Dengan melalui upacara kenal jawab dengan irama pantun, diiringi irama rebana dan lagu-lagu marhaban barulah pengantin laki-laki diperkenalkan masuk rumah untuk menemui pengantin wanita dan duduk bersanding sebentar, kemudian

Page 11

pengantin laki-laki berdiri dan bergabung dengan orang-orang tua yang mengantarkan tadi. Sesudah upacara bersama ini maka pengantin wanita dapat mengikuti suaminya kembali ke rumahnya. Setiap pengantin yang baru menikah, biasanya untuk sementara waktu menetap sekitar pusat kediaman si suami atau disebut adat menetap patrilokal atau virilokal. Selanjutnya mereka pindah dan tinggal di tempat kediaman baru, berarti adat menetap neolokal, tidak ke pihak istri maupun suami

Page 12

BAB IV PROBLEMATIKA SUKU BETAWI SEKARANG

Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia karena Jakarta yang menjadi pusat kota dari negara Indonesia. Pada tahun 1961, suku Betawi menjadi minoritas penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta. Walaupun sebetulnya, suku Betawi tidaklah pernah tergusur atau digusur dari Jakarta, karena proses asimilasi dari berbagai suku yang ada di Indonesia hingga kini terus berlangsung. Pencampuran yang terus terjadi di suku Betawi ini juga merupakan masalah besar dalam pelestarian budaya Betawi asli. Banyak diantara penduduk campuran Betawi yang tidak mengetahui budaya apa saja yang dimiliki oleh suku Betawi. Asimilasi bukan hanya terjadi karena pencampuran dengan suku dalam negeri, tetapi dari luar negeri. Pengaruh budaya barat yang saat ini sangat besar dapat mempengaruhi sifat dan perilaku generasi muda anak Betawi. Hilangnya pengetahuan generasi muda akan budaya asalnya merupakan masalah besar dalam pelestarian budaya Betawi.

Page 13

BAB V KESIMPULAN

Suku betawi merupakan hasil dari proses pencampuran berbagai budaya. Banyaknya keragaman budaya yang dimiliki oleh suku Betawi merupakan keunikan yang harus diturunkan sampai ke anak cucu. Banyak aspek yang harus terus dipertahankan dan dilestarikan oleh suku Betawi mulai dari bahasa, kesenian, hingga sifat dan perilaku. Problematika yang ada sekarang ini merupakan tantangan besar yang akan dilalui oleh suku Betawi. Namun dengan adanya upaya untuk melestarikan budaya ini, diharapkan budaya Betawi akan terus hidup dan dinikmati oleh generasi selanjutnya.

Page 14

DAFTAR PUSTAKA Brousson, H.C.O Clockener. Batavia: awal abad 20. Komunitas Bambu. 2007 Indonesian Cross-Cultural Society: Indonesian Chinese peranakan : a cultural journey. 2012. Muhadjir. Bahasa Betawi: sejarah dan perkembangannya. Jakarta: yayasan obor Indonesia, 2001. Saidi, Ridwan. Profil Orang BetawiAsal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadat. Jakarta: PT Gunara Kata. 2004 Saidi, Ridwan. Babad Tanah Betawi. Gria Media. 2002 Shahab, Alwi. Betawi: Queen of the East. Republika. 2004.

Page 15

You might also like