Professional Documents
Culture Documents
Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh. (At-Takwir: 8-9)
Dan aborsi pada saat kandungan yang masih dalam bentuk sperma
termasuk al wa-du ( mengubur bayi hidup-hidup,pent.) karena Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasalam menamai azl (yaitu mencabut
kemaluan agar sperma tidak masuk kemaluan istri saat berhubungan)
dengan wa-d khafiyy ( pembunuhan anak terselubung).Padahal sperma
tidak berada didalam rahim.Maka apabila sperma sudah berada didalam
rahim (kemudian digugurkan) maka ini lebih layak dikategorikan sebagai
wa-d.
b) Hadits Ibnu Masud radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Sallallahu
alaihi wasallam bersabda :
(
)
Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya didalam perut
ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma,kemudian menjadi
segumpal darah dalam waktu yang sama,kemudian menjadi sekerat daging
dalam waktu yang sama pula.
Kesimpulan makna dari hadits diatas adalah ; Allah subhanahu wataala
mengumpulkan penciptaan dalam waktu empat puluh hari,termasuk
didalamnya penciptaan dan pembentukan.Hanya saja hal itu tersembunyi (
tidak terlihat ).
Para dokter pun sepakat membenarkan kandungan hadits tersebut.Dan ini
adalah diantara mukjizat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam.Dan
apabila penciptaan dan pembentukan walaupun hal itu tidak terlihat-
terjadi dalam waktu empat puluh hari,maka tidak diperbolehkan berbuat
melanggar kehormatan janin tersebut.
c) Sesungguhnya menegakkan hukum had dan qishos adalah
kewajiban.
Apabila ada seorang wanita yang dikenai hukum had ataupun qisos,namun
terbukti bahwa ia sedang mengandung,maka penegakkan hukum pun
diakhirkan sampai wanita tersebut melahirkan apa yang ada didalam
perutnya walaupun hanya berupa sperma.Dan hukum had dan qishas yang
wajib ditegakkan ini akhirnya ditangguhkan disebabkan sperma yang ada
dalam kandungan wanita.Dan perkara yang wajib itu tidaklah
ditangguhkan kecuali disebabkan sesuatu yang dihormati yang tidak boleh
dianiaya.
d) Diantara dalil yang paling kuat disebutkan oleh para dokter adalah;
bahwa fase kandungan yang paling sensitif adalah ketika kandungan masih
dalam bentuk sperma.Pada fase tersebut janin mulai terbentuk dan
kebiasaan,tabiat,serta sifat bawaan mulai berpindah ke janin.Pada fase ini
kandungan sangat mudah terpengaruh dibandingkan dengan fase
lainnya.Apabila fase ini adalah fase yang paling sensitif dimana
keagungan Allah dan kebesaranNYA nampak pada fase tersebut,maka
tidak boleh menganiaya dan melanggar kehormatan kandungan
tersebut.Padahal, melanggar kehormatan kandungan sangat bertentangan
dengan tujuan syariat -sebagaimana telah disebutkan- yang menjaga
adhdharuriyyaat, juga bertentangan dengan tujuan terpenting sebuah
pernikahan.
2) Pendapat kedua: Boleh
Ini adalah pendapat mayoritas Ulama dari madzhab Hanafi,syafii,dan
Hambali.
Dalil yang menjadi pijakan :
a) Firman Allah taala :
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna. (QS.Al Hajj :5)
Yang menjadi pijakan adalah firmanNYA :
yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.Ini menunjukkan bahwa
penciptaan belum terjadi kecuali pada fase segumpal daging,dan tidak ada
penciptaan pada fase dimana kandungan masih dalam bentuk
sperma.Apabila penciptaan belum terjadi,maka maka keharaman pun tidak
ada,oleh sebab itu diperbolehkan menggugurkan kandungan tersebut.
Sanggahannya : Ayat tersebut tidak memastikan tidak adanya
penciptaan ketika kandungan masih dalam bentuk sperma belum dalam
bentuk sekerat daging.Bahkan penciptaan tetaplah ada.Karena penciptaan
yang dimaksudkan oleh nash terbagi menjadi dua :
- Pertama : penciptaan yang tidak nampak.seperti yang ditunjukkan oleh
hadits Ibn masud dan diakui oleh para Dokter.
- Kedua : penciptaan yang nampak seperti yang ditunjukkan oleh ayat
diatas.
b) Hadits Jabir :
Dahulu kami melakukan azl padahal Al-quran masih tetap turun
Dan Nabi Muhammad menyetujui perbuatan azl tersebut.Ini
menunjukkan bahwa tiada keharaman pada sperma itu sendiri.
Sanggahannya :
Haruslah dibedakan antara dua kasus.Pada kasus azl,sperma tidak
menetap didalam rahim dan belum terjadi padanya penciptaan.Berbeda
dengan sperma yang sudah menetap dan berada didalam
rahim.Sebagaimana yang difirmankan Allah :
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?; kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) (Al-Mursalaat:20-21)
Apabila sperma tersebut sudah berada dalam tempat yang kokoh,yakni
ditempat yang menjaganya maka tidak diperbolehkan menganiaya tempat
yang kokoh tersebut ( rahim,pent.).Oleh sebab itu haruslah dibedakan
antara kasus azl dan kasus dimana sperma telah menetap didalam rahim.
Dan dalam sebuah kaidah disebutkan :
mendorong lebih ringan bila dibandingkan dengan mengangkat.
Dan sekedar mengeluarkan sperma begitu pula azl lebih mudah
dibandingkan dengan mengeluarkan sperma dari tempat yang menjaganya.
c) Mereka berpendapat : Sesungguhnya janin yang masih dalam
bentuk sperma belumlah diciptakan.Jika demikian,ia tidak akan
dibangkitkan pada hari kiamat.dan jika tidak dibangkitkan,maka
tidak mengapa melanggar kehormatannya juga menggugurkannya.
Sanggahannya : Berdalil semacam ini adalah berdalil dengan perkara
yang diperselisihkan,hal ini juga merupakan pandangan yang bersebrangan
dengan atsar(hadits,pent.).
Tarjih
Atas dasar ini,maka pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran adalah :
tidak diperbolehkannya menggugurkan sperma (didalam rahim,pent.) agar
terbebas dari kehamilan atau takut akan biaya nafkah dan pendidikan
anak,atau ingin meringankan diri dari anak,dan lain sebagainya.
Seminar karya-karya ilmiah yang diadakan di Kuwait pada tahun 1403 H,
telah sampai kepada sebuah pendapat bahwa menggugurkan janin yang
masih dalam bentuk sperma tidaklah diperbolehkan bedasarkan dalil-dalil
yang disebutkan diatas.Terkecuali pada kondisi yang sangat darurat.
Senada dengan fatwa Lembaga Ulama-Ulama Senior di Kerajaan Arab
Saudi pada tahun 1407 H, bahwa menggugurkan janin yang masih dalam
bentuk sperma tidaklah diperbolehkan kecuali apabila keselamatan ibu
terancam.Kasus ini insyaAllah akan dibahas nanti.
b. Kondisi kedua ; Aborsi setelah empat puluh hari (usia kandungan,pent.)
sampai ditiupkannya ruh.
Terdapat dua pendapat Ulama dalam masalah ini.
1) Pendapat pertama,haram tidak diperbolehkan.
Ini adalah pendapat para Ulama yang tidak membolehkannya aborsi
pada empat puluh hari usia kandungan,mereka berpendapat bahwa pada
kondisi ini lebih tidak diperbolehkan.Pendapat ini adalah pendapat Ulama
Maliki,Addzahiriyah,Syaikhul islam Ibnu Taimiyah,Ibnu Rajab,Al- Izz ibn
Abdissalam,Ibnul jauzi,juga para Ulama Hanabilah.
2) Pendapat kedua ; boleh
Ini adalah pendapat Ulama Hanafiyah dan Syafiiyyah.
Tarjih
Apabila pendapat yang rajih pada permasalahan aborsi kandungan yang
masih dalam bentuk sperma adalah tidak diperbolehkan.Maka,Aborsi
kandungan yang masih dalam bentuk gumpalan darah ataupun potongan
daging lebih tidak diperbolehkan.
c. Kondisi ketiga ; Aborsi setelah ditiupkannya ruh.
Para Ulama sepakat atas larangan menggugurkan kandungan setelah genap
empat bulan usia kandungan.Karena pada saat itu malaikat telah diutus kepada
sang janin untuk meniupkan ruh, sebagaimana hal ini disebutkan pada hadist
Ibnu Masud.Oleh sebab itu tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan
tersebut.
Dalilnya : Aborsi pada fase ini merupakan pembunuhan jiwa yang
semestinya dijaga.Padahal,Allah berfirman :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.
Demikian pula hadits Ibnu Masud bahwa Rasulullah bersabda :
Tidaklah dihalalkan (menumpahkan) darah seorang muslim yang bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah,dan Muhammad
adalah utusan Allah,kecuali disebabkan oleh satu dari tiga sebab ; jiwa dengan
jiwa (qisos,pent.),orang yang telah menikah kemudian berzina,orang yang
meninggalkan agamanya serta keluar daru jamaah.
Dan dalam Islam kandungan ini mengikuti kebaikan kedua orang
tuanya.Maka,tidak boleh digugurkan.
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa aborsi jenis kedua,yakni aborsi tanpa adanya
kebutuhan syari yang mencakup tiga fase diatas tidak diperbolehkan.Baik
ketika janin masih dalam bentuk sperma,ataupun setelah empat puluh hari usia
kandungan yakni ketika masih daklam bentuk gumpalan darah dan potongan
daging,ataupun setelah ditiupkannya ruh.
3. Aborsi disebabkan oleh kebutuhan syari
Dimana menetapnya janin didalam rahim dapat mengancam nyawa sang
ibu.Seperti misalnya ;ibu yang menderita sakit,yang dengan keberadaan janin
didalam rahimnya akan menambah sakit yang dideritanya sehingga mengancam
nyawanya.Contoh : seorang ibu yang menderita sakit liver,ginjal atau terkena
penyakit ganas seperti kanker payudara,kanker rahim atau penyakit yang berkaitan
dengan darah atau yang lainnya.Pokoknya,keberadaan janin mengancam
keselamatan sang ibu.
Lalu apakah diperbolehkan menggugurkan janin pada kasus ini demi
menjaga keselamatan sang ibu,atau sebalikknya hal itu tidak diperbolehkan ?
Pada aborsi jenis ini terdapat dua kondisi :
1) Kondisi pertama : sebelum ditiupkannya ruh
Para Ahli fikih kontemporer berpendapat bolehnya menggugurkan janin
apabila hal tersebut dilakukan demi menjaga keselamatan ibu atau demi
keberlangsungan hidupnya.diantara pendapat ini adalah fatwa Komite tetap
urusan fatwa Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1416 H, disebutkan dalam
fatwa tersebut : dan tidak diperbolehkan menggugurkan janin sebelum tim
kedokteran yang terpercaya memutuskan bahwa keberlangsungan janin akan
mengancam keselamatan ibu.Hal ini setelah dikerahkannya segala macam
cara untuk menghindari bahaya.
Beberapa fuqaha terdahulu telah sedikit menyinggung permasalahan
ini.diantaranya Ulama Syafiiyyah.Karena Ulama Syafiiyah lah yang banyak
menyinggung masalah aborsi.
Dasar pembolehannya adalah sebagai berikut :
Para Ulama membolehkan hal tersebut dengan dalih bahwa bahaya yang
sangat berat dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih ringan.Mereka
berpendapat bahwa pelakunya tidak lain hanya memilih satu diantara dua
bahaya yang lebih ringan.Karena menggugurkan janin lebih ringan bila
dibandingkan dengan kematian sang ibu.
Hukum asal aborsi sebagaimana yang telah dikemukakan- adalah haram.
Akan tetapi dikarenakan kaidah ini,yakni kaidah :
Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan dibolehkannya hal-hal yang
dilarang
Para Ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
a) Terbukti adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu.
b) Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara
aborsi.
c) Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa
aborsi adalah satu satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu.
Apabila syarat ini terpenuhi,maka aborsi janin pun diperbolehkan.
Syarat-syarat ini haruslah terpenuhi.Karena para dokter masa kini
memutuskan bahwa hampir tidak ditemukan satu jenis penyakit pun yang
mengharuskan dilakukannya aborsi.Segala jenis penyakit yang diderita sang
ibu dapat diobati tanpa dilakukannya aborsi. hal ini disebabkan oleh
kemajuan ilmu kedokteran.Oleh sebab itu,Dr. Muhammad Al-Bar
menyebutkan bahwa hanya satu penyakit yang dapat mengancam nyawa sang
ibu apabila tidak dilakukan aborsi.Penyakit itu adalah keracunan
kandungan.Adapun penyakit selain itu,maka tidak diperlukan adanya
aborsi.Karena disebabkan kemajuan ilmu kedokteran penyakit penyakit
seperti ini mungkin untuk disembuhkan.
Dengan ini anda dapat ketahui sikap beberapa dokter yang terkesan lalai
dengan mengatakan : sesungguhnya sang ibu dalam kondisi sakit dan
kandungannya akan membahayakannya sehingga harus digugurkan adalah
perkataan yang perlu untuk dikaji.
Maka,pada dasarnya aborsi diharamkan kecuali apabila syarat-syarat
yang syari tersebut terpenuhi dengan disertai kehati-hatian serta sikap
waspada.
2) Kondisi kedua : setelah ditiupkannya ruh.
Maksudnya ,janin telah berusia lebih dari empat bulan.Dan keberadaan
janin tersebut dapat membahayakan sang ibu.Jadi,hanya ada dua
pilihan,apakah kita menggugurkan janin yang berarti membunuhnya dan
menyelamatkan sang ibu,atau kita membiarkan sang janin dan sang ibu pun
terancam mati.
Hukumnya :
Pendapat pertama :
Hampir hampir Ulama pada zaman dahulu sepakat akan keharaman
aborsi walaupun pengharaman tersebut menyebabkan kematian sang
ibu.Diantara Ulama dizaman ini yang berpendapat seperti itu adalah Syaikh
Muhammad ibn Utsaimin.
Dalil yang menjadi pijakan mereka adalah :
a) Tidak ada perselisihan diantara Ulama bahwa seseorang tidak
diperbolehkan membunuh orang lain meskipun ia dipaksa untuk
membunuh sekalipun hal itu mneyebabkan jiwanya terancam.Maksudnya,
Apabila ada seseorang yang memaksa orang lain untuk membunuh dengan
ancaman apabila ia tidak membunuh maka ia yang akan dibunuh.Menurut
pendapat pertama ini,orang yang diancam tersebut tidak diperbolehkan
untuk membunuh walaupun hal ini menyebabkan dirinya terbunuh.Hal ini
seperti yang terjadi pada diri wanita.Dimana kita tidak boleh membunuh
janin tersebut dalam rangka menjaga jiwa sang ibu.
b) Adanya ijma ,bahwa seseorang yang dalam keadaan darurat dan lapar
tidak diperbolehkan baginya untuk membunuh orang lain kemudian
memakannya demi menjaga keberlangsungan hidupnya.Demikian pula
sang janin.Tidak diperbolehkan membunuh janin tersebut demi menjaga
jiwa sang ibu.
c) Apa yang disebutan oleh Ibnu Nujaim,ia berkata : menjaga jiwa
seseorang dengan mengorbankan jiwa orang lain,tidak pernah didapatkan
pada dalil manapun dengan menganalisa kandungan syariat.
Pendapat kedua :
Pendapat Mayoritas Ulama kontemporer,Mereka berpendapat : jika
terbukti dengan benar bahwa jiwa sang ibu akan terancam apabila tidak
dilakukan pengguguran janin,maka dalam kondisi seperti ini dibolehkan.
Diantara dalil yang menjadi pijakan mereka :
a) Pada banyak kasus,sang janin biasanya tidak dapat tertolong.Apabila sang
ibu meninggal maka janin pun ikut meninggal.Cara lain adalah dengan
menggugurkan janin agar sang ibu selamat.Jika tidak,sang janin biasanya
tidak dapat tertolong.jika sang ibu meninggal maka janin pun ikut
meninggal.karena janin adalah bagian dari sang ibu.
Sanggahannya :
Pendapat ini perlu untuk dikaji ulang.Karena Ulama zaman dahulu pun
telah membahas kasus ini. Apabila sang ibu meninggal,memungkinkan
untuk membedah perut sang ibu untuk menyelamatkan janin.Apalagi
zaman sekarang,dimana Ilmu kedokteran telah berkembang.Karena pada
kasus ini sangat memungkinkan untuk membedah perut sang ibu untuk
kemudian mengeluarkan janin.Sekalipun janin belum genap berumur enam
bulan,sangat memungkinkan untuk mengurus janin tersebut sampai ia
tumbuh.
b) Sesungguhnya janin mengikuti sang ibu dan merupakan bagian
darinya.Dan menurut kesepakatan Ulama seseorang diperbolehkan
memotong bagian dari tubuhnya agar bagian tubuh lainnya
selamat.Contohnya,apabila seseorang mempunyai tangan yang dapat
menggerogoti bagian tubuh lainnya ataupun kaki yang dapat menggerogoti
bagian lainnya dan tidak memungkinkan untuk menyelamatkan bagian
tubuh lainnya kecuali dengan mengamputasi bagian tubuh yang dapat
menggerogoti tersebut.maka bagian tubuh tersebut boleh kita amputasi
agar bagian tubuh lainnya dapat selamat.Demikian pula janin.Ia seperti
bagian tubuh yang dapat menggerogoti sehingga harus kita amputasi agar
nyawa sang ibu dapat terselamatkan.
Sanggahannya
Ini adalah qiyas maal faariq,analogi yang terdapat padanya perbedaan
karena kedua-duanya adalah jiwa yang terjaga dan saling terpisah.
c) Mereka berdalil dengan beberapa kaidah diantaranya :
Kesulitan menyebabkan adanya kemudahan
Juga kaidah yang berbunyi :
Memilih satu diantara dua keburukan yang lebih ringan
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Hukum Aborsi jenis pertama yaitu aborso alami jelas tidak berdosa dan
tidak diberlakukan sangsi.Bahkan,telah kita sebutkan bahwa proses aborsi alami
oleh rahim tersebut adalah rahmat Allah azza wa jalla sebagaimana telah
disebutkan oleh para dokter pada kesempatan lalu.
Dan pada aborsi jenis kedua,yakni aborsi tanpa adanya kebutuhan syari
yang mencakup tiga fase diatas tidak diperbolehkan.Baik ketika janin masih
dalam bentuk sperma,ataupun setelah empat puluh hari usia kandungan yakni
ketika masih daklam bentuk gumpalan darah dan potongan daging,ataupun setelah
ditiupkannya ruh.
DAFTAR PUSTAKA
Penulis Kholid bin Ali Al Musyaiqih November 5, 2009 Print This Post
Komentar
Terarsipkan dibawah kontemporer
Faisal, Muh., dan Sabir Ahmad. Klien dan Dukun Aborsi: Studi Kasus
Pertolongan Aborsi Secara Tradisional di Kabupaten Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara. Yogyakarta, Indonesia: Ford Foundation and Pusat Penelitian
Kependudukan UGM, 1995.