You are on page 1of 21

MAKALAH

TERMINASI IBU HAMIL MENURUT PANDANGAN ISLAM



Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Agama


Disusun oleh
INDAH LAILY FADLILAH
P07120111018

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas yang di berikan oleh bapak Dumonoguna memenuhi tugas agama, rintangan
dan cobaan telah saya coba atasi, namun karena dorongan dan kerja keras serta
ketekunan, akhurnya saya dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.
Dalam proses penulisan ini saya menemukan banyak kesulitan, namun
masih dapat diatasi. Saya menulis makalah ini dengan rasa senang karena dalam
penulisan ini saya dibantu oleh banyak pihak yang mendukung. Oleh karena itu
saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
2. Dan semua teman-teman yang telah memberikan masukan kepada saya.
Semoga diterima Tuhan YME sebagai amal shalih, sehingga mendapat
balasan yang setimpal yaitu mendapat imbalan kehidupan lebih baik dan
menyenangkan didunia dan kebahagiaan surgawi di akhirat.
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendorong saya untuk menyelesaikan tugas ini
Akhir kata, jika ada kesalahan dalam penulisan atau kata-kata yang tidak jelas
tolong dimaafkan karena tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran sangat saya butuhkan untuk mengembangkan makalah ini.
Terimakasih


Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

Terminasi kehamilan telah dilakukan sejak lama terutama dilakukan pada
kehamilan trimester awal. Diperkirakan 26 juta kehamilan dilakukan terminasi
dengan cara legal. Obat-obatan yang digunakan tersedia untuk terminasi
kehamilan harus mempunyai nilai keaman untuk pasien dan untuk dokter. Dan
telah dilakukan uji coba
Biasanya terminasi kehamilan dapat dilakukan apa bila dapat beresiko
untuk kehidupan ibunya, dan untuk kesehatan mental. Bila terminasi dilakukan
lebih awal akan lebih aman. Terminasi dapat dilakukan dengan medikasi
(terminasi medik/ obat-obatan), atau melalui prosedur vakum. Tipe prosedur yang
diinginkan tergantung dari riwayat kesehatan, berapa lama usia kehamilan dan
referensi perorangan.
Pada umumnya, terminasi kehamilan kurang beresiko dibandingkan
membiarkan anak lahir. komplikasi dari terminasi sangat jarang terjadi kurang
dari 2 dari 100 kasus. banyak dari komlikasi terjadi ketika terminasi dilkukan
lebih dari 14 minggu kehamilan. Pada beberapa kasus bekuan darah tersimpan
dalam uterus. atau tidak semua sisah jaringan terangkat hal ini membutuhkan
prosedur vakum ulangan. Resiko lain termasuk perdarahan ,infeksi, cedera pada
uterus, dan atau organ lainya, atau sulit terjadi kehamilan selanjutnya. Pada
beberapa komlikasi yang jarang tersebut seharusnya membutuhkan teransfusi
darah atau operasi abdominal atau mengangkat uterus.

1. Sejarah terminasi kehamilan dalam ilmu falsafah
Pada dasarnya wanita telah melakukan terminasi kehamilannya sejak
permulaan sejarah tercatat. Dalam sejarah Yunani dan Romawi, terminasi
kehamilan diselenggarakan untuk mengontrol populasi. Dewa-dewa tidak
melarangnya dan tidak terdapat hukum negara yang berhubungan dengan hal itu,
ahli-ahli falsafa yunani bahkan menganjurkan terminasi atau tidak melarangnya,
tetapi Phytagoras tidak menyetujui terminasi kehamilan ini, karena ia berpendapat
bahwa pada saat fertilisasi, telah masuk suatu Roh. Hipocrates adalah salah
seorang pengikutnya, sehingga dalam Sumpah Hipocrates terdapat sanksi terhadap
perbuatan abortus / terminasi kehamilan. Hal tersebut tidak dilaksanakan dan
ajaran Hipocrates diabaikan, dokter-dokter Yunani dan Romawi tetap
melaksanakan terminasi kehamilan atas perminataan para wanita.
Di dalam ajaran Islam terdapat pula macam-macam aliran, tetapi dengan
indikasi medis, baik yang berasal dari ibu maupun yang berasal dari janin,
terutama sebagai hasil dari kemajuan subspesialisasi fetomaternal berupa
imunologi, amniocentesis, USG dan lain-lain, maka indikasi adalah jelas dan
terminasi dapat dilaksanakan. Pengontrolan reproduksi, sebenarnya harus
diselenggarakan sebelum terjadinya pembuahan. Menurut pandangan Islam, untuk
mencegah kelahiran seorang anak yang cacat, sebaiknya digunakan cara-cara
kontrasepsi daripada memilih terminasi kehamilan.
Dalam suatu debat mengenai terminasi kehamilan ada sebuah kata yang
dianggap sangat penting. Kehidupan (life), kehidupan potensial (potential life) dan
hidup (alive). Ada yang berpendapat bahwa embrio atau janin adalah hidup (alive)
atau memiliki kehidupan manusia yang hidup. Dalam hal ini apakah janin
memiliki kehidupan sebagai manusia (life) atau memiliki kehidupan yang
potensial sebagai manusia (potential life). Yang juga membingungkan adalah kata
janin dan embrio. Secara emosional janin akan lebih berarti jika dibandingkan
dengan embrio.

2. Terminasi kehamilan dipandang dari segi hukum
Definisi legal paling umum tantang abortus terapeutik sampai saat itu
adalah terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup dengan tujuan
menyelamatkan nyawa ibu. Beberapa Negara memperluas hukum mereka menjadi
untuk mencegah cidera tubuh yang serius atau permanen pada ibu atau
mempertahankan kehidupan atau kesehatan ibu. Beberapa Negara bagian
mengijinkan abortus apa bila kehamilan kemungkinan besar melahirkan bayi
dengan malpormasi berat.
Hukum abortus ketat yang berlaku hingga tahun 1973 sebenarnya belum
lama diundangkan. Abortus sebelum adanya gerkan janin pertama kali
(quickenling) yang umunya terjadi pada usia gestasi antara 16 sampai 12 minggu,
sah atau ditoleransi secara luas diamerika serikat dan inggris sampai tahun 1973.
pada tahun ini diperlakukan undang-undang yang menyebabkan abortus sebelum
adanya gerakan janin .
Amerika Serikat dan banyak negara maju, berkesimpulan bahwa seorang
warga negara berhak akan privacy, termasuk hak wanita untuk mengontrol
tubuhnya. Negara sekarang tidak lagi berintervensi atau mencegah seorang wanita
memperoleh pelaksanaan terminasi kehamilan terutama sebelum kehamilan
berusia 22 minggu (WHO).
Debat mengenai abortus (terminasi kehamilan) berkisar pada seksualitas,
karena di dalam masyarakat masih banyak warga yang berpandangan sangat
puritan terhadap seks.
Menurut Williams Obstetrics, 18th ed., 1989, dokter / SpOG yang berlatar
belakang ilmu kedokteran, ilmu filsafat dan teologi, tidak dapat sampai pada
konsensus kapan kehidupan itu dimulai.
3. Pandangan Islam serta Agama-Agama lain tentang Aborsi
Aborsi menurut Agama-agama sebelum Islam adalah termasuk yang
diharamkan.Dalam Agama Yahudi aborsi dianggap haram,tidak diperbolehkan
dan pelakunya mendapatkan hukuman.Akan tetapi hukumannya tidaklah
ditentukan.
Demikian pula dalam Agama Nasrani,aborsi dianggap haram dan
sangsinya adalah eksekusi mati.Oleh karena itu sejak dulu di Negara Inggris
sampai Tahun 1524,hukuman bagi pelaku aborsi adalah eksekusi mati.
Kemudian hukuman tersebut diperingan dengan penjara seumur hidup ditambah
kerja berat.Kemudian kembali diperingan hingga akhirnya aborsi diperbolehkan
dibanyak Negara.
Kejadian serupa juga terjadi di Negara Amerika dimana hukuman pelaku
aborsi pada mulanya adalah eksekusi mati, kemudian diperingan menjadi penjara
seumur hidup,kemudian kembali diperingan hingga akhirnya diperbolehkan.
Disinyalir,Uni Soviet adalah Negara yang pertama kali membolehkan
aborsi yaitu pada tahun 1920 M.Kemudian pada tahun 1935 aborsi dilarang
disebabkan meningkatnya angka kematian ibu yamg melakukan praktek
aborsi.Hal ini dikarenakan, aborsi dapat menimbulkan dampak yang berbahaya
bagi sang ibu yang melakukan aborsi.Bahaya tersebut terkadang sampai kepada
tingkat kematian.
Kemudian Uni Soviet mengikuti aturan Negara Jepang yang membolehkan
aborsi bagi penduduk yang memiliki lima anak.Akan tetapi aturan ini kemudian
diperingan hingga akhirnya aborsi diperbolehkan untuk kandungan yang berusia
tiga bulan.
Data statistik Aborsi
a. Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia
(WHO),jumlah janin yang digugurkan hingga tahun 1984 mencapai lima
juta janin.Sedangkan angka kematian ibu disebabkan aborsi berkisar antara
170.000 200.000 orang
b. Di Amerika,jumlah janin yang diaborsi antara tahun1973 sampai tahun
1983,atau sekitar sepuluh tahun,adalah 15 juta janin.
c. Di kota Newyork terdapat lebih dari 300 klinik Aborsi, setelah paktek
tersebut diperbolehkan.

Dari angka diatas jelaslah bahaya yang ditimbulkan aborsi,dimana ia adalah
penyebab meningkatnya angka kematian.Padahal,tidak diragukan lagi bahwa
aturan agama apapun sepakat dalam menjaga jiwa.Karena aturan-aturan agama
datang dalam rangka menjaga adhdharuriyyaat al-khams,lima hal penting ;
Agama,jiwa,kehormatan,akal dan juga harta.Dan aborsi menggugurkan salah satu
dari lima maslahat yang urgen tadi,dimana seluruh Agama sepakat untuk
menjaganya.
Demikian pula pandangan Syariat Islam yang secara umum mengharamkan
praktek aborsi.Hal itu tidak diperbolehkan karena beberapa sebab :
a. Syariat Islam datang dalam rangka menjaga adhdharuriyyaat al-
khams,lima hal yang urgen,seperti telah dikemukakan.
b. Aborsi sangat bertentangan sekali dengan tujuan utama
pernikahan.Dimana tujuan penting pernikahan adalah memperbanyak
keturunan.Oleh sebab itu Allah memberikan karunia kepada Bani Israil
dengan memperbanyak jumlah mereka,Allah berfirman :
Dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar (Al-isra : 6 )
Nabi juga memerintahkan umatnya agar memperbanyak pernikahan yang
diantara tujuannya adalah memperbanyak keturunan. Beliau bersabda :
( )
Nikahilah wanita penyayang nan banyak melahirkan,karena dengan
banyaknya jumlah kalian aku akan berbangga-bangga dihadapan umat
lainnya pada hari kiamat kelak.
c. Tindakan aborsi merupakan sikap buruk sangka terhadap Allah.
Anda akan menjumpai banyak diantara manusia yang melakukan aborsi
karena didorong rasa takut akan ketidak mampuan untuk mengemban
beban kehidupan,biaya pendidikan,dan segala hal yang berkaitan dengan
konseling dan pengurusan anak.Ini semua merupakan sikap buruk sangka
terhadap Allah.Padahal,Allah telah berfirman :
Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya
Maka,Syariat Islam memandang bahwa hukum aborsi adalah haram
kecuali beberapa kasus tertentu yang insya Allah akan diterangkan.










BAB II
ISI
A. Hukum aborsi secara terperinci
Adapun secara terperinci,maka aborsi terbagi menjadi beberapa jenis :
1. Aborsi alami
Aborsi alami adalah proses alami,dimana rahim mengeluarkan janin yang
unsur kehidupannya belum sempurna.Aborsi seperti ini terjadi pada wanita tanpa
keinginan darinya,karena tidak ada tangan yang masuk ke rahim baik tangan
wanita itu sendiri apalagi tangan laki-laki asing.Secara kedokteran telah terbukti
bahwa 70 % sampai 80 % janin yang diaborsi secara alami,mengalami
kecacatan.Tentunya ini merupakan rahmat Allah azza wajalla.
Hukumnya
Hukum Aborsi jenis pertama ini jelas tidak berdosa dan tidak diberlakukan
sangsi.Bahkan,telah kita sebutkan bahwa proses aborsi alami oleh rahim tersebut
adalah rahmat Allah azza wa jalla sebagaimana telah disebutkan oleh para dokter
pada kesempatan lalu.
2. Aborsi tanpa adanya kebutuhan syari
Para Ulama membaginya menjadi tiga kondisi :
a. Kondisi pertama ; Aborsi pada empat puluh hari usia janin
Beberapa orang sering mempertanyakan masalah ini,Anda akan dapatkan
beberapa orang yang dikaruniai anak,kemudian selang beberapa waktu istrinya
kembali mengandung.Namun ia berkeinginan untuk menggugurkan kandungan
tersebut.Atau terkadang orang yang baru menikah kemudian sang istri
mengandung dalam waktu yang singkat,akan tetapi sang suami ingin
menggugurkan kandungannya pada empat puluh hari usia kandungan.
Hukumnya
Ada dua pendapat dikalangan Ulama :
1) Pendapat pertama: Haram, tidak diperbolehkan.
Ini adalah pendapat Malik dan sebagian peneliti dikalangan Ulama seperti
Ibn Rajab,Aliz ibn Abdissalam dan Ibnul jauzi.Pendapat ini juga yang
dipilih oleh Syaikhul Islam ibn Taimiyah juga merupakan madzhab Ahli
dzahir.
Dalil yang mereka pegang adalah sebagai berikut :
a) Firman Allah subhanahu wataala :


Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apakah dia dibunuh. (At-Takwir: 8-9)
Dan aborsi pada saat kandungan yang masih dalam bentuk sperma
termasuk al wa-du ( mengubur bayi hidup-hidup,pent.) karena Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wasalam menamai azl (yaitu mencabut
kemaluan agar sperma tidak masuk kemaluan istri saat berhubungan)
dengan wa-d khafiyy ( pembunuhan anak terselubung).Padahal sperma
tidak berada didalam rahim.Maka apabila sperma sudah berada didalam
rahim (kemudian digugurkan) maka ini lebih layak dikategorikan sebagai
wa-d.
b) Hadits Ibnu Masud radiyallahu anhu bahwa Rasulullah Sallallahu
alaihi wasallam bersabda :
(

)
Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan ciptaannya didalam perut
ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk sperma,kemudian menjadi
segumpal darah dalam waktu yang sama,kemudian menjadi sekerat daging
dalam waktu yang sama pula.
Kesimpulan makna dari hadits diatas adalah ; Allah subhanahu wataala
mengumpulkan penciptaan dalam waktu empat puluh hari,termasuk
didalamnya penciptaan dan pembentukan.Hanya saja hal itu tersembunyi (
tidak terlihat ).
Para dokter pun sepakat membenarkan kandungan hadits tersebut.Dan ini
adalah diantara mukjizat Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam.Dan
apabila penciptaan dan pembentukan walaupun hal itu tidak terlihat-
terjadi dalam waktu empat puluh hari,maka tidak diperbolehkan berbuat
melanggar kehormatan janin tersebut.
c) Sesungguhnya menegakkan hukum had dan qishos adalah
kewajiban.
Apabila ada seorang wanita yang dikenai hukum had ataupun qisos,namun
terbukti bahwa ia sedang mengandung,maka penegakkan hukum pun
diakhirkan sampai wanita tersebut melahirkan apa yang ada didalam
perutnya walaupun hanya berupa sperma.Dan hukum had dan qishas yang
wajib ditegakkan ini akhirnya ditangguhkan disebabkan sperma yang ada
dalam kandungan wanita.Dan perkara yang wajib itu tidaklah
ditangguhkan kecuali disebabkan sesuatu yang dihormati yang tidak boleh
dianiaya.
d) Diantara dalil yang paling kuat disebutkan oleh para dokter adalah;
bahwa fase kandungan yang paling sensitif adalah ketika kandungan masih
dalam bentuk sperma.Pada fase tersebut janin mulai terbentuk dan
kebiasaan,tabiat,serta sifat bawaan mulai berpindah ke janin.Pada fase ini
kandungan sangat mudah terpengaruh dibandingkan dengan fase
lainnya.Apabila fase ini adalah fase yang paling sensitif dimana
keagungan Allah dan kebesaranNYA nampak pada fase tersebut,maka
tidak boleh menganiaya dan melanggar kehormatan kandungan
tersebut.Padahal, melanggar kehormatan kandungan sangat bertentangan
dengan tujuan syariat -sebagaimana telah disebutkan- yang menjaga
adhdharuriyyaat, juga bertentangan dengan tujuan terpenting sebuah
pernikahan.
2) Pendapat kedua: Boleh
Ini adalah pendapat mayoritas Ulama dari madzhab Hanafi,syafii,dan
Hambali.
Dalil yang menjadi pijakan :


a) Firman Allah taala :


Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari
kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu
dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang
tidak sempurna. (QS.Al Hajj :5)
Yang menjadi pijakan adalah firmanNYA :

yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna.Ini menunjukkan bahwa
penciptaan belum terjadi kecuali pada fase segumpal daging,dan tidak ada
penciptaan pada fase dimana kandungan masih dalam bentuk
sperma.Apabila penciptaan belum terjadi,maka maka keharaman pun tidak
ada,oleh sebab itu diperbolehkan menggugurkan kandungan tersebut.
Sanggahannya : Ayat tersebut tidak memastikan tidak adanya
penciptaan ketika kandungan masih dalam bentuk sperma belum dalam
bentuk sekerat daging.Bahkan penciptaan tetaplah ada.Karena penciptaan
yang dimaksudkan oleh nash terbagi menjadi dua :
- Pertama : penciptaan yang tidak nampak.seperti yang ditunjukkan oleh
hadits Ibn masud dan diakui oleh para Dokter.
- Kedua : penciptaan yang nampak seperti yang ditunjukkan oleh ayat
diatas.
b) Hadits Jabir :

Dahulu kami melakukan azl padahal Al-quran masih tetap turun
Dan Nabi Muhammad menyetujui perbuatan azl tersebut.Ini
menunjukkan bahwa tiada keharaman pada sperma itu sendiri.
Sanggahannya :
Haruslah dibedakan antara dua kasus.Pada kasus azl,sperma tidak
menetap didalam rahim dan belum terjadi padanya penciptaan.Berbeda
dengan sperma yang sudah menetap dan berada didalam
rahim.Sebagaimana yang difirmankan Allah :
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?; kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) (Al-Mursalaat:20-21)
Apabila sperma tersebut sudah berada dalam tempat yang kokoh,yakni
ditempat yang menjaganya maka tidak diperbolehkan menganiaya tempat
yang kokoh tersebut ( rahim,pent.).Oleh sebab itu haruslah dibedakan
antara kasus azl dan kasus dimana sperma telah menetap didalam rahim.
Dan dalam sebuah kaidah disebutkan :

mendorong lebih ringan bila dibandingkan dengan mengangkat.
Dan sekedar mengeluarkan sperma begitu pula azl lebih mudah
dibandingkan dengan mengeluarkan sperma dari tempat yang menjaganya.
c) Mereka berpendapat : Sesungguhnya janin yang masih dalam
bentuk sperma belumlah diciptakan.Jika demikian,ia tidak akan
dibangkitkan pada hari kiamat.dan jika tidak dibangkitkan,maka
tidak mengapa melanggar kehormatannya juga menggugurkannya.
Sanggahannya : Berdalil semacam ini adalah berdalil dengan perkara
yang diperselisihkan,hal ini juga merupakan pandangan yang bersebrangan
dengan atsar(hadits,pent.).
Tarjih
Atas dasar ini,maka pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran adalah :
tidak diperbolehkannya menggugurkan sperma (didalam rahim,pent.) agar
terbebas dari kehamilan atau takut akan biaya nafkah dan pendidikan
anak,atau ingin meringankan diri dari anak,dan lain sebagainya.
Seminar karya-karya ilmiah yang diadakan di Kuwait pada tahun 1403 H,
telah sampai kepada sebuah pendapat bahwa menggugurkan janin yang
masih dalam bentuk sperma tidaklah diperbolehkan bedasarkan dalil-dalil
yang disebutkan diatas.Terkecuali pada kondisi yang sangat darurat.
Senada dengan fatwa Lembaga Ulama-Ulama Senior di Kerajaan Arab
Saudi pada tahun 1407 H, bahwa menggugurkan janin yang masih dalam
bentuk sperma tidaklah diperbolehkan kecuali apabila keselamatan ibu
terancam.Kasus ini insyaAllah akan dibahas nanti.
b. Kondisi kedua ; Aborsi setelah empat puluh hari (usia kandungan,pent.)
sampai ditiupkannya ruh.
Terdapat dua pendapat Ulama dalam masalah ini.
1) Pendapat pertama,haram tidak diperbolehkan.
Ini adalah pendapat para Ulama yang tidak membolehkannya aborsi
pada empat puluh hari usia kandungan,mereka berpendapat bahwa pada
kondisi ini lebih tidak diperbolehkan.Pendapat ini adalah pendapat Ulama
Maliki,Addzahiriyah,Syaikhul islam Ibnu Taimiyah,Ibnu Rajab,Al- Izz ibn
Abdissalam,Ibnul jauzi,juga para Ulama Hanabilah.
2) Pendapat kedua ; boleh
Ini adalah pendapat Ulama Hanafiyah dan Syafiiyyah.
Tarjih
Apabila pendapat yang rajih pada permasalahan aborsi kandungan yang
masih dalam bentuk sperma adalah tidak diperbolehkan.Maka,Aborsi
kandungan yang masih dalam bentuk gumpalan darah ataupun potongan
daging lebih tidak diperbolehkan.
c. Kondisi ketiga ; Aborsi setelah ditiupkannya ruh.
Para Ulama sepakat atas larangan menggugurkan kandungan setelah genap
empat bulan usia kandungan.Karena pada saat itu malaikat telah diutus kepada
sang janin untuk meniupkan ruh, sebagaimana hal ini disebutkan pada hadist
Ibnu Masud.Oleh sebab itu tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan
tersebut.
Dalilnya : Aborsi pada fase ini merupakan pembunuhan jiwa yang
semestinya dijaga.Padahal,Allah berfirman :


Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar.
Demikian pula hadits Ibnu Masud bahwa Rasulullah bersabda :



Tidaklah dihalalkan (menumpahkan) darah seorang muslim yang bersaksi
bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah,dan Muhammad
adalah utusan Allah,kecuali disebabkan oleh satu dari tiga sebab ; jiwa dengan
jiwa (qisos,pent.),orang yang telah menikah kemudian berzina,orang yang
meninggalkan agamanya serta keluar daru jamaah.
Dan dalam Islam kandungan ini mengikuti kebaikan kedua orang
tuanya.Maka,tidak boleh digugurkan.
Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa aborsi jenis kedua,yakni aborsi tanpa adanya
kebutuhan syari yang mencakup tiga fase diatas tidak diperbolehkan.Baik
ketika janin masih dalam bentuk sperma,ataupun setelah empat puluh hari usia
kandungan yakni ketika masih daklam bentuk gumpalan darah dan potongan
daging,ataupun setelah ditiupkannya ruh.
3. Aborsi disebabkan oleh kebutuhan syari
Dimana menetapnya janin didalam rahim dapat mengancam nyawa sang
ibu.Seperti misalnya ;ibu yang menderita sakit,yang dengan keberadaan janin
didalam rahimnya akan menambah sakit yang dideritanya sehingga mengancam
nyawanya.Contoh : seorang ibu yang menderita sakit liver,ginjal atau terkena
penyakit ganas seperti kanker payudara,kanker rahim atau penyakit yang berkaitan
dengan darah atau yang lainnya.Pokoknya,keberadaan janin mengancam
keselamatan sang ibu.
Lalu apakah diperbolehkan menggugurkan janin pada kasus ini demi
menjaga keselamatan sang ibu,atau sebalikknya hal itu tidak diperbolehkan ?
Pada aborsi jenis ini terdapat dua kondisi :
1) Kondisi pertama : sebelum ditiupkannya ruh
Para Ahli fikih kontemporer berpendapat bolehnya menggugurkan janin
apabila hal tersebut dilakukan demi menjaga keselamatan ibu atau demi
keberlangsungan hidupnya.diantara pendapat ini adalah fatwa Komite tetap
urusan fatwa Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1416 H, disebutkan dalam
fatwa tersebut : dan tidak diperbolehkan menggugurkan janin sebelum tim
kedokteran yang terpercaya memutuskan bahwa keberlangsungan janin akan
mengancam keselamatan ibu.Hal ini setelah dikerahkannya segala macam
cara untuk menghindari bahaya.
Beberapa fuqaha terdahulu telah sedikit menyinggung permasalahan
ini.diantaranya Ulama Syafiiyyah.Karena Ulama Syafiiyah lah yang banyak
menyinggung masalah aborsi.
Dasar pembolehannya adalah sebagai berikut :
Para Ulama membolehkan hal tersebut dengan dalih bahwa bahaya yang
sangat berat dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih ringan.Mereka
berpendapat bahwa pelakunya tidak lain hanya memilih satu diantara dua
bahaya yang lebih ringan.Karena menggugurkan janin lebih ringan bila
dibandingkan dengan kematian sang ibu.
Hukum asal aborsi sebagaimana yang telah dikemukakan- adalah haram.
Akan tetapi dikarenakan kaidah ini,yakni kaidah :

Hal-hal yang darurat dapat menyebabkan dibolehkannya hal-hal yang
dilarang
Para Ulama kontemporer membolehkan aborsi dengan syarat-syarat
sebagai berikut :
a) Terbukti adanya penyakit yang membahayakan jiwa sang ibu.
b) Tidak ditemukannya cara penyembuhan kecuali dengan cara
aborsi.
c) Adanya keputusan dari seorang dokter yang dapat dipercaya bahwa
aborsi adalah satu satunya cara untuk menyelamatkan sang ibu.
Apabila syarat ini terpenuhi,maka aborsi janin pun diperbolehkan.
Syarat-syarat ini haruslah terpenuhi.Karena para dokter masa kini
memutuskan bahwa hampir tidak ditemukan satu jenis penyakit pun yang
mengharuskan dilakukannya aborsi.Segala jenis penyakit yang diderita sang
ibu dapat diobati tanpa dilakukannya aborsi. hal ini disebabkan oleh
kemajuan ilmu kedokteran.Oleh sebab itu,Dr. Muhammad Al-Bar
menyebutkan bahwa hanya satu penyakit yang dapat mengancam nyawa sang
ibu apabila tidak dilakukan aborsi.Penyakit itu adalah keracunan
kandungan.Adapun penyakit selain itu,maka tidak diperlukan adanya
aborsi.Karena disebabkan kemajuan ilmu kedokteran penyakit penyakit
seperti ini mungkin untuk disembuhkan.
Dengan ini anda dapat ketahui sikap beberapa dokter yang terkesan lalai
dengan mengatakan : sesungguhnya sang ibu dalam kondisi sakit dan
kandungannya akan membahayakannya sehingga harus digugurkan adalah
perkataan yang perlu untuk dikaji.
Maka,pada dasarnya aborsi diharamkan kecuali apabila syarat-syarat
yang syari tersebut terpenuhi dengan disertai kehati-hatian serta sikap
waspada.
2) Kondisi kedua : setelah ditiupkannya ruh.
Maksudnya ,janin telah berusia lebih dari empat bulan.Dan keberadaan
janin tersebut dapat membahayakan sang ibu.Jadi,hanya ada dua
pilihan,apakah kita menggugurkan janin yang berarti membunuhnya dan
menyelamatkan sang ibu,atau kita membiarkan sang janin dan sang ibu pun
terancam mati.


Hukumnya :
Pendapat pertama :
Hampir hampir Ulama pada zaman dahulu sepakat akan keharaman
aborsi walaupun pengharaman tersebut menyebabkan kematian sang
ibu.Diantara Ulama dizaman ini yang berpendapat seperti itu adalah Syaikh
Muhammad ibn Utsaimin.
Dalil yang menjadi pijakan mereka adalah :
a) Tidak ada perselisihan diantara Ulama bahwa seseorang tidak
diperbolehkan membunuh orang lain meskipun ia dipaksa untuk
membunuh sekalipun hal itu mneyebabkan jiwanya terancam.Maksudnya,
Apabila ada seseorang yang memaksa orang lain untuk membunuh dengan
ancaman apabila ia tidak membunuh maka ia yang akan dibunuh.Menurut
pendapat pertama ini,orang yang diancam tersebut tidak diperbolehkan
untuk membunuh walaupun hal ini menyebabkan dirinya terbunuh.Hal ini
seperti yang terjadi pada diri wanita.Dimana kita tidak boleh membunuh
janin tersebut dalam rangka menjaga jiwa sang ibu.
b) Adanya ijma ,bahwa seseorang yang dalam keadaan darurat dan lapar
tidak diperbolehkan baginya untuk membunuh orang lain kemudian
memakannya demi menjaga keberlangsungan hidupnya.Demikian pula
sang janin.Tidak diperbolehkan membunuh janin tersebut demi menjaga
jiwa sang ibu.
c) Apa yang disebutan oleh Ibnu Nujaim,ia berkata : menjaga jiwa
seseorang dengan mengorbankan jiwa orang lain,tidak pernah didapatkan
pada dalil manapun dengan menganalisa kandungan syariat.

Pendapat kedua :
Pendapat Mayoritas Ulama kontemporer,Mereka berpendapat : jika
terbukti dengan benar bahwa jiwa sang ibu akan terancam apabila tidak
dilakukan pengguguran janin,maka dalam kondisi seperti ini dibolehkan.
Diantara dalil yang menjadi pijakan mereka :
a) Pada banyak kasus,sang janin biasanya tidak dapat tertolong.Apabila sang
ibu meninggal maka janin pun ikut meninggal.Cara lain adalah dengan
menggugurkan janin agar sang ibu selamat.Jika tidak,sang janin biasanya
tidak dapat tertolong.jika sang ibu meninggal maka janin pun ikut
meninggal.karena janin adalah bagian dari sang ibu.
Sanggahannya :
Pendapat ini perlu untuk dikaji ulang.Karena Ulama zaman dahulu pun
telah membahas kasus ini. Apabila sang ibu meninggal,memungkinkan
untuk membedah perut sang ibu untuk menyelamatkan janin.Apalagi
zaman sekarang,dimana Ilmu kedokteran telah berkembang.Karena pada
kasus ini sangat memungkinkan untuk membedah perut sang ibu untuk
kemudian mengeluarkan janin.Sekalipun janin belum genap berumur enam
bulan,sangat memungkinkan untuk mengurus janin tersebut sampai ia
tumbuh.
b) Sesungguhnya janin mengikuti sang ibu dan merupakan bagian
darinya.Dan menurut kesepakatan Ulama seseorang diperbolehkan
memotong bagian dari tubuhnya agar bagian tubuh lainnya
selamat.Contohnya,apabila seseorang mempunyai tangan yang dapat
menggerogoti bagian tubuh lainnya ataupun kaki yang dapat menggerogoti
bagian lainnya dan tidak memungkinkan untuk menyelamatkan bagian
tubuh lainnya kecuali dengan mengamputasi bagian tubuh yang dapat
menggerogoti tersebut.maka bagian tubuh tersebut boleh kita amputasi
agar bagian tubuh lainnya dapat selamat.Demikian pula janin.Ia seperti
bagian tubuh yang dapat menggerogoti sehingga harus kita amputasi agar
nyawa sang ibu dapat terselamatkan.
Sanggahannya
Ini adalah qiyas maal faariq,analogi yang terdapat padanya perbedaan
karena kedua-duanya adalah jiwa yang terjaga dan saling terpisah.



c) Mereka berdalil dengan beberapa kaidah diantaranya :

Kesulitan menyebabkan adanya kemudahan
Juga kaidah yang berbunyi :

Memilih satu diantara dua keburukan yang lebih ringan



















BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Hukum Aborsi jenis pertama yaitu aborso alami jelas tidak berdosa dan
tidak diberlakukan sangsi.Bahkan,telah kita sebutkan bahwa proses aborsi alami
oleh rahim tersebut adalah rahmat Allah azza wa jalla sebagaimana telah
disebutkan oleh para dokter pada kesempatan lalu.
Dan pada aborsi jenis kedua,yakni aborsi tanpa adanya kebutuhan syari
yang mencakup tiga fase diatas tidak diperbolehkan.Baik ketika janin masih
dalam bentuk sperma,ataupun setelah empat puluh hari usia kandungan yakni
ketika masih daklam bentuk gumpalan darah dan potongan daging,ataupun setelah
ditiupkannya ruh.




























DAFTAR PUSTAKA
Penulis Kholid bin Ali Al Musyaiqih November 5, 2009 Print This Post
Komentar
Terarsipkan dibawah kontemporer
Faisal, Muh., dan Sabir Ahmad. Klien dan Dukun Aborsi: Studi Kasus
Pertolongan Aborsi Secara Tradisional di Kabupaten Kendari Propinsi Sulawesi
Tenggara. Yogyakarta, Indonesia: Ford Foundation and Pusat Penelitian
Kependudukan UGM, 1995.

You might also like