FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2011
BAB I STATUS PASIEN
Identitas Pasien Nama : Ny.SR TTL : Jakarta 25-01-1974 Usia : 39 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pekerjaan : IRT Alamat : kebon baru semper Tanggal MRS : 22 Agustus 2013 No.RM : 00-74-34-36 Dokter yang merawat : dr. H. Sukiman Rusli SpPD
Anamnesis Keluhan Utama : BAK cair sejak 1 hari SMRS. Keluhan Tambahan : mual, pusing, lemas, sakit perut, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati Riwayat Penyakit Sekarang : Os datang ke RS dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS, BAB >10x/hari, BAB seperti air, tidak ada darah, tidak ada lendir,tidak ada ampas, tidak berbau dan berwarna kuning muda .Os juga disertai mual tetapi tidak sampai muntah ..OS juga mengeluh sakit perut yang melilit setiap kali ingin BAB dan os merasa sangat lemas dan pusing. Os juga mengeluh perutnya kembung. Nafsu makan os juga menurun namun os mengaku sangat merasa haus dalam 2 hari SMRS ini. BAK jarang dalam 2 hari terakhir. Riwayat Penyakit Dahulu : - Belum pernah seperti ini. - DM disangakal - HT disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga : - Di keluarga tidak ada yang mengeluh hal yang sama - DM disangakal - HT disangkal Riwayat Alergi : Riwayat alergi obat-obatan dan makanan disangkal Riwayat Psikososial : Makan teratur 3x/hari, sebelum BAB cair riwayat makan makanan yg pedas (lalap+sambal) Riwayat Pengobatan : Belum pernah diobati
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : tampak sakit sedang Kesadaran : Composmentis Tanda-tanda vital Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi : 90x/menit Suhu : 36,2 o C Pernapasan : 18x/m Antropometri Berat Badan : 50 kg Tinggi Badan : 150 kg Status gizi : IMT 22,2 normoweight
Status Generalis 1. Kepala dan Wajah Rambut o Hair pull test : tidak mudah rontok (-) o Distribusi : merata o Warna : hitam Wajah o Mata Konjungtiva : anemis Sclera : tidak ikterik Pupil : isokor Reflek cahaya : positif (+) o Telinga Bentuk: normotia Sekret : - o Hidung Deviasi septum nasi : negatif (-) Epistaksis : negatif (-) Sekret : negatif (-) Mulut Bibir dan mukosa tidak nampak sianosis, bibir dan mukosa kering, bercak (-) Gigi lengkap, tidak terdapat radang gusi atau gigi yang tercabut Lidah tidak kotor dan tidak tremor Faring, laring dan tonsil tidak hiperemis, T1: T1 2. Leher KGB : tidak terlihat dan teraba adanya pembesaran KGB Kel. Tiroid : tidak terlihat dan teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid 3. Thorax I : normochest, simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada P : vocal fremitus teraba sama dikedua lapang paru. Tidak terdapat nyeri tekan P : sonor pada kedua lapang paru A : vesikuler (+/+),wheezing (-/-),ronkhi (-/-)
Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat P : Ictus cordis teraba P : Batas jantung dalam batas normal A : Bunyi jantung I dan II murni reguler,murmur (-),gallop(-)
Abdomen I: bentuk perut datar, simetris, kontur rata, tidak teraba adanya massa tumor, jaringan parut, dan caput medusa. P: tidak ada pembesaran hepar dan spleen, bimanual ginjal (-), terdapat nyeri tekan epigastrium, CVA (-).turgor kulit turun P: hipertimpani A: bising usus 15x/menit hiperperistaltik usus Ekstremitas dan kulit Kulit akral teraba hangat, tidak ikterus, tidak sianosis, RCT < 2 detik, dan tidak eritem. Tonus : 5 5 5 5
RESUME Ny.M, 39 thn,mengeluh diare sejak 1 hari SMRS, frek.>10x/hari, nyeri perut melilit sering menyertai diare, nausea (+), vomiting (-) , pusing (+), perut kembung, merasa haus, lemas (+), nafsu makan menurun, BAK jarang. Dari pemeriksaan fisik didapatkan : tekana darah 120/80 mHg, nadi 90x/menit,bibir dan mukosa kering, turgor kulit menurun, nyeri tekan epigastrium, abdomen hipertimpani, bising usus hiperperistaltik. Dari pemeriksaan lab di dapatkan kalium 2,8 mEq/L.
DAFTAR MASALAH 1. Gastroenteritis akut 2. dispepsia 3. Anemia 4. hipokalemia
ASSESMENT
1. Gastroenteritis akut S: Berdasarkan anamnesa didapatkan os mengeluh BAB cair > 6x/ hari sejak 1 hari SMRS, BAB cair, tidak ada darah, ampas, maupun lendir. Nyeri perut melilit selalu menyertai BAB. Os juga mengeluh kembung. Os juga mengeluh mual. O: Pada PF di temukan : abdomen hipertimpani dan hiperperistaltik usus. A: GEA P: R/ Dx : Analisa feses R/ Th : IVFD RL/6 jam Loperamide 3x1 Ciprofloxacin 3x1 tab Vitazym 3x1 tab Inj Ranitidin 2x1 Domperidone 3x1 tab
2. Dispepsia S: os merasa mual, tidak muntah, nyeri ulu hati O: nyeri tekan epigastrium (+) A: dispepsia P: Inj Ranitidin 2x1 Domperidone 3x1 tab 3. Anemia S: Lemas O: konjungtiva anemis pemeriksaan lab Hb 9,10 g/dL A: Anemia P :
4. hipokalemia S: O: A: P:
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Gastroenetritis adalah istilah umum untuk berbagai macam keadaan yang biasanya disebabkan oleh infeksi dan menimbulkan gejala-gejala berupa hilangnya nafsu makan, mual, muntah, diare ringan sampai berat dan rasa tidak enak di perut. Elektrolit, terutama natrium dan kalium ikut hilang bersama dengan hilangnya cairan tubuh. Terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan dehidrasi yang bisa berakibat fatal, apalagi dalam keadaan sakit yang berat, baik pada orang tua maupun anak-anak.
Secara klinik dibedakan 2 jenis: 1. Gastroenteritis disentriform: disebabkan antara lain oleh sigella, salmonella, Entamoeba hystoliticia 2. Gastroenteritis koleriform: disebabkan antara lain oleh vibrio, Escherecia coli, klostridia dan intoksikasi makanan Kedua bentuk ini dapat menyebabkan dehidrasi. Tetapi yang terutama akan menyebabkan keadaan syock dan dehidrasi berat adalah bentuk koleriform. Etiologi a. Infeksi 1. Enteral - Bakteri Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp,Vibrio cholera, Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus,v.nag., Staphylococcus aureus, Streptococcus, klebsiella, pseudomonas, aeromonas, proteus dll. - Virus Rotavirus, Adenovirus, Norwalkvirus, Norwalk like virus, cytomegalovirus (cmv),Echovirus,virus HIV. - Parasit Protozoa: Entamoeba histolitica,Giardia lamblia, Cryptosporidium parvum, balantidium coli. - Worm A.lumbricoides, cacing tambang, trichuris trichiura, S.stercoralis, cestodiasis dll. - Fungus : kandida/moniliasis 2. Perenteral Otitis media akut (OMA), pneumonia. Travelers diarrhea : E.coli, Giardia lamblia, Sigella, Entamoeba histolitica dll. b. Makanan - Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan mengandung bakteri/toksik : clostridium perfringgens, B.cereus, S.aureus, Streptococcus anhaemolyticus dll. - Alergi : susu sapi, makanan tertentu. - Malabsorpsi/maldigesti: karbohidrat monosakarida (glukosa, laktosa, galaktosa), disakarida, (sakarosa, laktosa), lemak : rantai panjang trigleserida protein : asam amino tertentu, celiacsprue gluten malabsorption, protein intolerance, cows milk, vitamin dan mineral. c. Imunodefesiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (bruton), penyakit granulomatose kronik,devesiensi IgA , imunodefisiensi IgA heavycombination d. Terapi obat . antibiotik,kemoterapi, antacid, dll e. Tindakan tertentu seperti gastrektomi ,gastroenterostomi,dosis tinggi terapi radiasi. f. Lain-lain: sindrom Zollingger-ellison,neuropati automik (neuropati diabetic)
Pengobatan yang optimal pada penderita ini haruslah berorientasi sepenuhnya pada patofisiologi. Hal-hal pokok yang harus diperhatikan: 1. Atasi syock hipovolemik dengan pemberian cairan per infus, ataupun sejenisnya. 2. Gantikan kehilangan cairan yang menyebabkan keadaan dehidrasi. 3. Replesi elektrolit untuk mencegah terjadinya asidosis dan hipovolemik. 4. Setelah rehidrasi, jaga keadaan tetap stabil sampai diare berkurang atau berhenti. 5. Berikan antibiotika untuk mengurangi volume dan lama diare.
1. Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dibagi menjadi 3, yaitu: Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan Dehidrasi Turgor kurang Suara serak (vox cholerica) Penderita belum jatuh dalam keadaan syock Kotoran cair (watery diarrhea) Produksi urin (air seni) berkurang Senantiasa merasa haus Permukaan lapisan lendir (bibir, lidah) agak kering
Dehidrasi Sedang: Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan. Turgor jelek Suara serak Penderita jatuh dalam pre-syock atau syock Mata cekung Permukaan lapisan lendir sangat kering Ubun-ubun cekung Nadi cepat, nafas cepat dan dalam
Dehidrasi berat: Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan. Seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun (Apatis sampai koma) Denyut nadi cepat dan isinya kurang (hipotensi/tekanan darah menurun) Ekstremitas (lengan dan tungkai) teraba dingin Oligo-anuria (produksi urin sangat sedikit, kadang tidak ada) otot-otot menjadi kaku, sianosis
2. Berdasarkan berat jenis plasma Plasma mempunyai berat jenis ( 1.025). Pada dehidrasi, berat jenis plasma dapat meningkat. Penentuan berat jenis plasma dapat dilakukan dengan larutan tembaga sulfat (Cu SO4).
a. Dehidrasi berat bila berat jenis plasma 1.032 1.040 b. Dehidrasi sedang bila berat jenis plasma 1.028 1.032 c. Dehidrasi ringan bila berat jenis plasma 1.025 1.028
Gejala Jenis dan beratnya gejala tergantung dari jenis dan banyaknya mikroorganisme atau racun yang tertelan. Gejalanya juga bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh seseorang. Gejala biasanya dimulai secara tiba-tiba, yaitu berupa kehilangan nafsu makan, mual atau muntah. Bising usus meningkat (perut keroncongan), kram perut dan diare dengan atau tanpa darah dan lendir. Terkumpulnya gas di dalam usus menyebabkan rasa sakit. Penderita juga bisa mengalami demam, tidak enak badan dan kelelahan yang berlebihan. Muntah dan diare yang hebat dapat mengakibatkan dehidrasi dan penurunan tekanan darah, sehingga terjadi syok. Keadaan ini juga menyebabkan tubuh kehilangan kalium, sehingga kadarnya dalam darah menurun (hipokalemia). Juga terjadi penurunan kadar natrium dalam darah (hiponatremia), terutama jika penderita menggantikan kehilangan cairan dengan meminum larutan yang hanya mengandung sedikit atau bahkan tidak mengandung garam, misalnya air putih dan teh.
Diagnosa Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya, meskipun penyebabnya belum bisa ditentukan dari gejalanya. Kadang-kadang anggota keluarga lainnya atau rekan sekerjanya sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala yang sama. Atau penderita bisa mendapatkan penyakit ini karena cara memasak yang salah, makan makanan yang tercemar atau sudah kadaluarsa atau makan makanan laut mentah. Jika gejalanya berat dan lebih dari 48 jam, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap contoh tinja untuk mencari adanya sel darah putih dan bakteri, virus atau parasit. Pemeriksaan laboratorium dari muntahan, makanan atau darah, juga bisa membantu menemukan penyebabnya. Bila gejalanya menetap selama beberapa hari, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan kolonoskopi untuk menemukan adanya kelainan tertentu, seperti kolitis ulserativa ataupun disentri amuba (amubiasis).
Penatalaksanaan Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah minum cairan yang cukup. Pada penderita yang muntah pun, harus minum sedikit demi sedikit untuk mengatasi dehidrasi, yang selanjutnya bisa membantu menghentikan muntahnya. Jika muntah berlangsung terus dan terjadi dehidrasi berat, mungkin diperlukan infus cairan dan elektrolit. Karena anak-anak lebih cepat jatuh ke dalam keadaan dehidrasi, mereka harus diberi larutan garam dan gula. Bila muntahnya hebat, bisa diberikan suntikan atau supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur). Jika gejalanya membaik, penderita secara bertahap mendapatkan makanan lunak. Jika makanan tersebut tidak menghentikan diare setelah 12-24 jam dan bila tidak terdapat darah pada tinja, berarti ada infeksi bakteri yang serius, dan diberikan obat- obat seperti: difenoksilat, loperamide, atau Obat anti diarrhea lainnya Karena antibiotik dapat menyebabkan diare dan merangsang pertumbuhan organisme yang resisten terhadap antibiotik, maka antibiotik jarang digunakan meskipun diketahui penyebabnya adalah bakteri. Antibiotik bisa digunakan, tetapi pada infeksi bakteri tertentu, yaitu Campylobacter, Shigella dan Vibrio cholerae.
Pengembalian cairan dan elektrolit yang hilang (rehidrasi) Cairan yang dapat diberikan adalah: Ringer laktat dan larutan NaCl 0,9% : Natrium bikarbonat = 2 : 1 (dengan tambahan KCL 3 x 1 gram per-oral) Setelah diagnosis ditegakkan, maka rehidrasi dapat dilakukan menurut penilaian keadaan dehidrasi. Penilaian secara klinik dapat dilakukan dengan sistem skor, yaitu sebagai berikut:
No PEMERIKSAAN SKOR 1 Muntah 1 2 Vox 2 3 Apatis 1 4 Somnolent (Soporous) 2 5 Tekanan darah < 90 mmHg 1 6 Tekanan darah < 60 mmHg/tak teratur 2 7 Nadi 120 x/menit 1 8 Nafas 30 x/menit 1 9 Turgor kurang 1 10 Facies cholerica 2 11 Ekstremitas dingin 1 12 Washer womans hand 1 13 Cyanosis 2 14 Umur antara 50 60 tahun - 1 15 Umur > 60 tahun - 2
Pada keadaan syock atau pre-syock, cairan diberikan dengan memakai rumus (metode daldiyono):
Jumlah cairan ini diberikan dalam waktu 2 jam, kemudian diikuti dengan pemberian sebanyak pengeluaran selama 2 jam sebelumnya. Bila setelah 3 jam syock telah diatasi, skor/15 x berat badan x 10% x 1 liter berikan larutan elektrolit per-oral. Bila masih dalam keadaan syock atau pre-syock, maka skema diatas diulang. Jika skor kurang dari 3, maka hanya diberikan secara per-oral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Sebaiknya infus dipertahankan bila volume tinja lebih dari 600 ml/jam dan boleh dihentikan bila dalam 6 jam tak ada berak dan muntah lagi. Berdasarkan berat jenis plasma kebutuhan cairan yang diberikan: Jumlah cairan dibutuhkan = (BJ Plasma sekarang dikurangi BJ Plasma normal) hasilnya dibagi 0,001 kemudian dikalikan Berat Badan lalu dikalikan 4 cc. Metode Pierce berdasarkan kriteria klinis: Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% X Kg BB Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% X Kg BB Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% X Kg BB
PEMBERIAN CAIRAN PER-ORAL 1. Jenis cairan yang diberikan adalah: a. Menurut WHO 4g NaCl, 2 g NaHCO 3 , 20 g Glukosa dan 1 g Na citrat dalam 1 liter air. b. Rumus Namru 2 7g NaCl, 2 g NaHCO 3 , 3 g K citrat dan 20 g Glukosa dalam 1 liter air Cairan 5 : 4 : 1 yang terdiri dari 5 g NaCl, 4 g NaHCO 3 , dan 1 g KCL dalam 1 liter air. 2. Cairan ini diberikan per-oral diminum seperti biasa. Bila penderita tidak bisa meminumnya secara biasa, dipasang Nasogastric Tube (NGT) 3. Jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam pertama 1800 cc yaitu 600 cc cairan perjam. Perhitungan pemberian cairan setelah 3 jam tersebut adalah 100 cc cairan per- oral setiap jam ditambah sejumlah cairan per-oral sesuai dengan pengeluaran tinja setiap jam sebelumnya. 4. Terapi tidak lagi diberikan bila pengeluaran tinja kurang dari 300 cc dalam 6 jam terakhir. Diit bubur saring diganti bubur kasar. Bila penyebabnya adalah virio, maka setelah rehidrasi tercapai dapat langsung makan seperti sebelum sakit. Bila dipakai penilaian dengan berat jenis plasma, maka secara empirik berlaku rumus:
DAFTAR PUSTAKA
1 Sudoyo, Aru W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. ed. IV. Jakarta: FKUI. 2006. 2 Silvia A. Price, Lorraince M. Wilson. Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2003. 3 Ganiswarna, S. G. (2003). Famakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi FK- UI.