You are on page 1of 34

BAB 1

MUKADDIMAH

A. ISLAM ADALAH KEIMANAN DAN PERBUATAN

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan
ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal).
Keimanan itu merupakan akidah dan pokok, yang diatasnya berdiri syari’at
islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.
Perbuatan itu merupakan cabang-cabang dan syari’at yang dianggap
sebagi buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu.
Keimanan dan perbuatan atau dengan kata lain syari’at keduanya itu antara
satu dengan yang lain sambung menyambung, hubung-menghubungi dan tidak
dapt berpisah yang satu dengan yang lainnya. Keduanya sebagai natijah (hasil)
dengan mukaddimahnya (pendahulunya).

B. PENGERTIAN KEIMANAN ATAU AKIDAH

Pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari enam perkara yaitu :
• Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang mulia
dan sifat-sifatNya yang tinggi.
• Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam
yang tidak dapat dilihat.
• Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang diturunkan olehNya
kepada para rasul.
• Ma’rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah Ta’ala yang dipilih
olehNya untuk menjadi pembimbing ke arah yang benar.
• Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di saat
itu.
• Ma’rifat kepada takdir (qadla dan qadar) yang diatas landasannya itu
lah berjalannya peraturan segala yang ada di ala semesta ini.

C. KESATUAN AKIDAH

Inilah yang merupakan pengertian pokok dalam keimanan yakni akidah


yang untuk menyiarkannya itulah Allah menurunkan kitab-kitab suciNya,
mengutus rasulNya dan dijadikan WasiatNya baik untuk golongan awwalin
(orang-orang terdahulu) dan golongan akhirin (orang-orang belakangan).

Allah berfirman :
”Allah telah mensyariatkan agama untukmu semua yaitu yang diwasiatkan
kepada Nuh yang kami wahyukan padamu, juga yang kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa, Isa, hendaklah kamu semua menegakan agama itu dan jangan
berselisih didalam melaksanakannya”. QS Syura:13

D. APA SEBABNYA AKIDAH ITU SATU DAN KEKAL

Aqidahsebagaimana yang diuraikan oleh Allah dijadikan umum dan merata


untuk seluruh ummat manusia, kekal sepanjang masa, sebab sudah nyatalah
bekas-bekas kemanfaatan dan keperluannya, baik dalam kehidupan perorangan
ataupun perkembangan masyarakat.
Tujuan utama aqidah itu utamanya memberi didikan yang baik dalam
menempuh jalan kehidupan dan menyucikan jiwa. Aqidah itu merupakan ruh
bagi setiap orang dengan berpegang teguh kepadanya ia akan hidup dalam
keadaan yang baik dan menggembirakan.

Allah berfirman :

Adakah orang yang sudah mati, kemudian kami (Allah) hidupkan dan kami
berikan pada cucunya yang terang yang dengannya itu ia dapat berjalan
ditengah-tengah manusia, sama dengan orang yang dalam keadaan gelap gulita
yang ia tidak dapat keluar dari situ ?”. QS An’am:122

BAB 2
MA’RIFAT KEPADA ALLAH

A. CARA BERMA’RIFAT

Untuk berma’rifat kepada Allah ada dua cara yaitu :


• Pertama : Dengan menggunakan akal fikiran dan memeriksa
secara teliti apa-apa yang diciptakan oleh Allah yang berupa
benda-benda yang beraneka ragam ini
• Kedua : Dengan mema’rifati nama-nama Allah serta sifat-sifatNya.

Maka dengan menggunakan akal dan fikiran dari satu sudut dan dengan
mema’rifati nama-nama serta sifat-sifat Allah dari sudut lain akan dapatlah
seseorang itu berma’rifat kepada Tuhannya dan ia akan memperoleh petunjuk
kearah itu.
B. MA’RIFAT DENGAN FIKIRAN

Sesungguhnya setiap anggota itu tentu ada tugasnya sedang tugas akal
ialah mengangan-angankan, memeriksa, memikirkan dan mengamat-amati.
Jikalau kekuatan-kekuatan semacam ini menganggur maka hilang pulalah
pekerjaan akal juga menganggurlah tugasnya yang terpenting baginya dan ini
pasti akan diikuti oleh terhentinya kegiatan hidup. Agama islam menghendaki
agar akal itu bergerak dan melepaskan kekangannya.
Allah berfirman :

”Katakanlah : ”Periksalah olehmu semua apa-apa yang ada di lengit dan


bumi !”. QS Yunus:101

Barangsiapa yang mengingkari kenikmatan akal dan tidak suka


menggunakannya untuk sesuatu yang semestinya dikerjakan oleh akal itu, maka
orang semacamitulah yang patut sekali mendapat cemoohan dan hinaan.
Allah berfirman

”Alangkah banyaknya ayat (tanda kekuasaan Tuhan) di langit dan di bumi


yang mereka lalui, tetapi mereka itu semua membelakanginya saja (tidak
mamperhatikannya)”. QS Yusuf:105

C. TAKLID ADALAH PENUTUP AKAL FIKIRAN

Taklid adalah suatu penghalang besar untuk kemerdekaan akal. Itulah


pengekang utama terhadap kebebasan berfikir dan oleh sebab itu Allah memuji
sekali kepada orang-orang yang dapat menjernihkan sesuatu tentang
hakikatnya. Allah benar-benar mencela dan mengejek serta menyalahkan
kepada orang-orang yang tidak suka menggunakan akal fikirannya sendiri. Yang
mereka ikuti hanyalah akal orang-orang lain.
Allah berfirman :

”Dan apabila dikatakan kepada mereka : ”Ikutilah apa yang diturunkan Allah
!”. Mereka lalu berkata : ”Tidak kita hanya mengikuti apa yang telah kita dapati
dari ayah-ayah kita”. Padahal ayah-ayah mereka itu tidak mengerti sedikitpun
dan tidak pula mengikuti petunjuk yang benar”. QS Al-Baqarah:170

D. TUJUAN PEMIKIRAN

Diantara tujuan-tujuan utama yang dikehendaki oleh islam dalam hal


diperintahnya mengadakan pemikiran-pemikiran itu ialah untuk membangun akal
dan menggunakan tugasnya dalam berfikir, mengenangkan dan menyelidiki yang
demikian ini akan sampailah manusia itu kepada petunjuk yang memberikan
penerangan sejelas-jelasnya mengenai peraturan-peraturan kehidupan, sebeb-
sebabnya perwujudan, tabiat-tabiat keadaan dan hakikat-hakikat segala sesuatu
benda.

E. BERMA’RIFAT DENGAN JALAN MEMAHAMI NAMA-NAMA


DAN SIFAT-SIFAT ALLAH

Nama-nama dan sifat-sifat Allah merupakan perantara yang digunakan oleh


Allah agar mahlukNya itu dapat berma’rifat padaNya. Inilah yang merupakan
saluran yang dari situ hati manusia dapat mengenal Allah secara spontan.
Adapun jumlah nama-nama Allah yang baik (Asmaul Husna) itu ada
sembilan puluh sembilan nama :
1. ALLAH : Lafazh yang maha mulia yang merupakan nama dzat
Ilahi yang maha suci serta wajib adanya yang berhak memiliki
semua macam pujian dan sanjungan.
2. ARRAHMAN : maha pengasih
3. ARRAHIM : maha penyayang
4. AL-MALIK : maha merajai
5. AL-QUDDUS : maha suci
6. ASSALAM : maha menyelamatkan
7. AL-MU’MIN : maha pemelihara keamanan
8. AL-MUHAIMIN : maha penjaga
9. AL-AZIZ : maha mulia
10. AL-JABBAR : maha perkasa
11. AL-MUTAKABBIR : maha megah
12. AL-KHALIK : maha pencipta
13. AL-BARI : maha pembuat
14. AL-MUSHAWWIR : maha pembentuk
15. AL-GHAFFAR : maha pengampun
16. AL-QAHHAR : maha pemaksa
17. AL-WAHHAB : maha pemberi
18. ARRAZZAQ : maha pemberi rizki
19. AL-FATTAH : maha membukakan
20. AL-ALIM : maha mengetahui
21. AL-QABIDL : maha pencabut
22. AL-BASITH : maha meluaskan
23. AL-KHAFIDL : maha menjatuhkan
24. ARRAFI : maha menggangkat
25. AL-MU’IZ : maha pemberi kemuliaan
26. AL-MUDZIL : maha pemberi kehinaan
27. ASSAMI : maha mendengar
28. AL-BASHIR : maha melihat
29. AL-HAKAM : maha menetapkan hukum
30. AL-ADL : maha adil
31. AL-LATHIF : maha halus
32. AL-KHABIR : maha waspada
33. AL-HALIM : maha penghiba
34. AL-AZHIM : maha agung
35. AL-GHAFUR : maha pengampun
36. ASYSYAKUR : maha pembalas
37. AL-ALIY : maha tinggi
38. AL-KABIR : maha besar
39. AL-HAFIZH : maha pemelihara
40. AL-MUQIT : maha pemberi kecukupan
41. AL-HASIB : maha penjamin
42. AL-JALIL : maha luhur
43. AL-KARIM : maha pemurah
44. ARRAQIB : maha maha peneliti
45. AL-MUJIB : maha menggabulkan
46. AL-WASI : maha luas
47. AL-HAKIM : maha bijaksana
48. AL-WADUD : maha pencinta
49. AL-MAJID : maha mulia
50. AL-BA’ITS : maha membangkitkan
51. ASYSYAHID : maha menyaksikan
52. AL-HAQ : maha haq
53. AL-WAKIL : maha memelihara penyerahan
54. AL-QAWIY : maha kuat
55. AL-MATIN : maha kokoh
56. AL-WALIY : maha melindungi
57. AL-HAMID : maha terpuji
58. AL-MUHSHI : maha penghitung
59. AL-MUBDI : maha memulai
60. AL-MU’ID : maha mengulangi
61. AL-MUHYI : maha menghidupkan
62. AL-MUMIT : maha mematikan
63. AL-HAY : maha hidup
64. AL-QAYYUM : maha berdiri
65. AL-WAJID : maha kaya
66. AL-MAJID : maha mulia
67. AL-WAHID : maha esa
68. ASHSHAMAD : maha dibutuhkan
69. AL-QADIR : maha kuasa
70. AL-MUTADIR : maha menentukan
71. AL-MUQADDIM : maha mendahulukan
72. AL-MU-AKHKHIR : maha mengakhirkan
73. AL-AWWAL : maha pertama
74. AL-AKHIR : maha penghabisan
75. AZHZHAHIR : maha nyata
76. AL-BATHIN : maha tersembunyi
77. AL-WALI : maha menguasai
78. AL-MUTA’ALI : maha suci
79. AL-BAR : maha dermawan
80. ATTAWWAB : maha penerima taubat
81. AL-MUNTAQIM : maha penyiksa
82. AL-AFUW : maha pemaaf
83. ARRA-UF : maha pengasih
84. MALIKUL MULK : maha menguasai kerajaan
85. DZULJALALI WAL IKRAM : maha memiliki kebesaran dan
kemuliaan
86. AL-MUQSITH : maha mengadili
87. AL-JAMI : maha mengumpulkan
88. AL-GHANIY : maha kaya
89. AL-MUGHNI : maha pemberi kekayaan
90. AL-MANI : maha membela atau maha menolak
91. ADLDLAR : maha pemberi bahaya
92. ANNAFI : maha pemberi kemanfaatan
93. ANNUR : maha maha bercahaya
94. AL-HADI : maha pemberi petunjuk
95. AL-BADI : maha pencipta yang baru
96. AL-BAQI : maha kekal
97. AL-WARITS : maha pewaris
98. ARRASYID : maha cendikiawan
99. ASHSHABUR : maha penyabar

BAB 3
DZAT KETUHANAN

A. KEMUSTAHILAN UNTUK MENEMUKAN DZAT KETUHANAN

Sesungguhnya hakikat dari Dzat Ketuhanan itu tidak mungkin dima’rifati


oleh akal fikiran dan sudah pasti tidak akan dapat dicapai betapa keadaan yang
sebenarnya. Sebabnya ialah karena fikiran manusia itu sudah tentu tidak dapat
menjangkau hal tersebut.
Akal manusia ini sekalipun bagaimana juga cerdik dan pandainya,
meskipun sudah begitu kuat penangkapannya tetapi tetap terbatas pada suatu
batas tertentu dan malah lemah sekali atau belum dapat mema’rifati hakikat
berbagai benda yang dilihatnya sehari-hari. Manusia sampai saat inipun masih
belum dapat mengetahui secara sebenar-benarnya tentang hakikat jiwa manusia
itu sendiri.
Sesungguhnya Dzat Allah masih jauh lebih besar dari apa yang dapat
dicapai oleh akal ataupun yang dapat diliputi oleh pemikiran-pemikiran. Oleh
karena itu alangkahnya tepatnya firman Allah :

”Allah tidak akan dicapai oleh penglihatan-penglihatan dan Dia dapat


mencapai penglihatan-penglihatan itu dan Dia adalah maha halus dan
waspada”. QS Al-An’am:103

B. ALAM SEMESTA ADALAH MENGOKOHKAN WUJUDNYA


MAHA PENCIPTA

Periksalah alam cakrawala yang ada di atas kita itu yang didalamnya
terlihat pula matahari, bulan, bintang, dan sebagainya, demikian pula alam yang
berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di situ, baik yang berupa
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, semuanya tidak lain
kecuali merupakan tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan
adanya Dzat juga membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha
Kuasa untuk menciptakannya.
Allah berfirman :

”Merekakah yang diciptakan dari tiadanya sesuatu , ataukah mereka sendiri


yang menciptakan ? Atau merekalah yang menciptakan langit dan bumi ?
melainkan mereka tidak yakin dalam kepercayaannya”. QS Thur:35-36

”Dan setengah dari pada tanda-tanda (ayat-ayat) mengenai adanya Allah


ialah malam dan siang, serta metahari dan bulan. Janganlah kamu semua
bersujud kepada matahari atau kepada bulan. Tetapi bersujudlah kepada Allah
yang maha menciptakan semuanya itu, jikalau kamu semua benar-benar
menyembahNya”. QS Fushshilat:37

C.FITRAH SEBAGAI BUKTI ADANYA ALLAH

Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada
didalamnya yang tampak sangat teratur, bukan itu saja yang dapat dijadikan
saksi tentang adanya Allah yang Maha Mendirikan langit dan bumi ini, tetapi
masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih
meresapkan. Saksi yang lain itu adalah berupa perasaan-perasaan yang
tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah. Perasaan
ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu
dapat disebut sebagai perasaan fithrah. Fithrah adalah keaselian yang diatasnya
itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan dengan
kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawa keagamaan.
Gharizah diniah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah
antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebab
binatang pasti tak memilikinya.

C. BUKTI-BUKTI DARI NAQAL (KETERANGAN AGAMA)

Diantara bukti-bukti nya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah
swt itu ialah bahwa para Nabi dan Rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-
hambaNya, mereka itu semua adalah manusia amat pilihan sekali. Sejak zaman
Nabi Adam a.s. sampai ke zaman Rasulullah Muhammad s.a.w. mempunyai satu
garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu memberitahukan
dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa di alam semesta ini ada Allah
yang Maha Bijaksana yang mengajak menuju jalanNya yang benar, membela
keagungan agamaNya dan memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan
dari padaNya.

D. PENGAKUAN KAUM INTELEK MODERN TENTANG WUJUD


ALLAH

Prof. Harshell, seorang ahli ilmu falak bangsa Inggris berkata : ”Setiap
bidang ilmu pengetahuan itu makin meluas, maka semakin bertambah pulalah
bukti-bukti yang memastikan dan lebih mengokohkan perihal adanya Dzat yang
Maha Menciptakan, juga Maha Dahulu yang tidak ada batas untuk
kekuasaanNya dan pula tidak akan ada habisnya yakni kekal selama-lamanya”
Dr. Wets seorang ahli kimia bansa Perancis berkata : ”Jikalau pada suatu
ketika aku merasa bahwa kepercayaanku kepada Allah agaknya kurang mantap
dan agak bergoncang, maka segeralah aku menunjukan arah perhatianku
kepada akademi ilmu pengetahuan agar keimanan itu kembali kokoh dan kuat
sentausa”.

BAB 4
SIFAT-SIFAT ALLAH SWT

A. SIFAT-SIFAT SALBIAH

Adapun yang termasuk dalam golongan sifat-sifat salbiah yaitu :


• Awwal dan Akhir : Allah swt adalah Maha Awal yakni Maha
Dahulu, arti dari kemaha awwalnnya itu ialah bahwa Allah swt
adalah tidak ada permulaan bagi wujudnya. Allah swt adalah
Maha Akhir yakni Maha Belakang. Arti dari kemaha belakangnya
itu ialah bahwa Allah swt adalah tidak ada akhir atau
penghabisannya bagi wujudNya.
• Tidak serupa dengan sesuatu : Allah swt tidak menyamai segala
yang merupakan mahlukNya ini dan tidak sesuatu mahlukpun
yang menyamai Dia.
• Maha Esa : Allah swt adalah Maha Esa baik dalam Dzatnya,
Sifatnya serta Af’alnya. Esa dalam Dzatnya, maksudnya ialah
bahwa Dzatnya Allah swt itu tidaklah tersusun dari beberapa
bagian yang terpotong-potong dan bahwa Allah swt itu tidak ada
sekutu bagiNya dalam memerintah. Esa dalam sifatNya
maksudnya ialah tidak ada sesuatu atau seorang pun yang
sifatnya menyerupai sifat-sifat Allah.

B. SIFAT-SIFAT TSUBUTIAH

Adapun sifat-sifat tsubutiah (sebagai ketetapan keadaan Allah) yaitu :


• Kuasa (Qudrah) : Allah swt itu Maha Kuasa tidak lemah sedikitpun
untuk melakukan sesuatu. Apa yang tampak di alam semesta ini
tidak lain hanyalah sebagai penjelmaan atau pengejawantahan dari
sifat kuasa dan agungnya Allah swt juga.
• Berkehendak (Iradah) : Allah swt adalah Maha Berkehendak
maksudnya ialah bahwa Dia menentukan sesuatu yang mungkin
dengan sebagian dari apa yang pantas berlaku untukNYa.
• Mengetahui (ilmu) : Allah swt adalah Maha Mengetahui segala
sesuatu dan memang apa saja yang maujud sebagai mahlukNya ini
diliputi oleh pengetahuanNya, baik sesuatu yang telah lampau
terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi nanti.
Mengetahuinya Allah tidak pernah didahului oleh ketidaktahuan
(kebodohan).
• Hidup (Hayat) : Allah swt itu adalah Maha Hidup, Kehidupan ini
adalah sifat yang membenarkan pada yang disifati yang berkeadaan
dalam sifat kuasa. Hidupnya Allah swt itu adalah kehidupan yang
amat sempurna sekali.
• Berfirman (Kalam) : Allah swt adalah Maha Berfirman. Cara
berfirman Allah swt itu tidak dengan huruf ataupun suara. Sifat ini
ditetapkan oleh Allah swt untuk Dirinya sendiri.
• Mendengar (Sama) dan Melihat (Bashar) : Allah swt adalah Maha
Mendengar, jadi dapat mendengar segala sesuatu yang maujud.
Sebagaimana Allah swt itu dapat mendengar segala sesuatu yang
maujud, maka Diapun dapat pula melihat semuanya dengan cara
penglihatan yang mengandung pengertian seluas-luasnya.
C. SIFAT-SIFAT DZAT DAN SIFAT-SIFAT AF’AL

Sifat-sifat Dzat yaitu sifat-sifat Tsubutiah atau sifat-sifat Maknawiah, yakni


sifat hidup, mengetahui, kuasa, berkehendak, mendengar, melihat dan
berfirman. Adapun sifat-sifat Af’al itu ialah seperti sifat menciptakan dan memberi
rizki. Jadi Allah yang Maha Menciptakan dan Maha pemberi rizki Dialah yang
membuat mahluk ini dan juga yang mengeruniakan rizki pada mereka.
Allah swt berfirman :

”Tuhan tidak dapat dicapai oleh penglihatan-penglihatan dan Dia dapat


mencapai penglihatan-penglihatan itu. Dia adalah Maha Halus lagi Waspada”.
QS Al-An’am:103

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah itu, Dia adalah Maha
Mendengar lagi Melihat”. QS Assyura:11

”Allah Maha Mengetahui apa yang ada dihadapan dan dibelakang mereka.
Mereka (manusia-manusia) itu tidak dapat meliputi (mengetahui) Tuhan dengan
pengetahuannya”. QS Thaha:110

D. SIFAT-SIFAT ALLAH SEBAGAI TIANG PENUNJUK JALAN

Kita semua wajib dapat mengambil petunjuk dari adanya sifat-sifat Allah itu,
berjalan dengan menggunakan cahaya dari padanya dan mengambilnya sebagai
percontohan yang tinggi, malahan wajib kita jadikan sebagi puncak tujuan,
sehingga kita dapat mencapai derajat kejiwaan dan kerohanian yang
sesempurna mungkin yang dapat dicapai oleh seseorang manusia.
Allah swt berfirman :

”Allah swt mengaruniakan kenikmatan kepada seluruh kaum mukminin, ketika


Dia mengutus kepada mereka seorang rasul dari antara mereka sendiri yang
membacakan ayat (keterangan-keterangan) Nya, menyucikan mereka,
mengajarkan kepada mereka itu kitab dan hikmat kebijaksanaan”.
QS Al-Imran:164

”Dan Allah mengajarkan kepada Alam akan nama-nama semuanya”.


QS Al-Baqarah:31
BAB 5
HAKIKAT KEIMANAN DAN BUAHNYA

A. KENYATAAN-KENYATAAN KEIMANAN

Keimanan kepada Allah swt itu merupakan hubungan yang semulia-


mulianya antara manusia dengan Dzat yang Maha Pencipta. Sebabnya yang
sedemikian ini ialah karena manusia adalah semulia-mulia makhluk Tuhan yang
menetap diatas permukaan bumi sedang semulia-mulia yang ada didalam tubuh
manusia itu ialah hatinya dan semulia-mulia sifat yang ada didalam hati itu
adalah keimanan.
Dari segi ini dapatlah kita maklumi bahwasanya mendapatkan petunjuk
sehimgga menjadi manusia yang beriman, adalah seagung-agungnya
kenikmatan yang dimiliki oleh seseorang, juga semulia-mulia karunia Allah swt
yang dilimpahkan kepada hambaNya secara mutlak.
Allah berfirman :

”Tetapi Allah telah menimbulkan cintamu kepada keimanan dan menjadikan


keimanan itu perhiasan dalam hatimu dan ditumbuhkan pula oleh Allah itu rasa
kebencian dalam hatimu terhadap kekujuran, kejahatan dan kedurhakaan.
Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang benar. Demikian itu adalah
suatu karunia dan kenikmatan dari Allah”. QS Al-Hujurat:7-8

Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah
saja ataupun hanya semacam keyakinan dalam hati belaka, tetapi keimanan
yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang
memenuhi seluruh isi hati nurani. KeimNn itu memang tidak mungkin dapat
sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki, yang senyata-nyatanya dan
yang sebesar-besarnya.
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkanlah sabda Rasullulah s.a.w.
demikian :

”Ada tiga perkara yang barangsiapa sudah memiliki ketiganya itu maka ia
akan dapat merasakan kelezatan nikmat keimanan yaitu :
1. Apabila Allah dan RasulNya itu lebih dicintai olehnya dari pada yang
selain keduanya itu.
2. Apabila seseorang itu mencintai orang lain dan tidaklah mencintanya
itu, melainkan karena Allah juga (mengharapkan keridhaan Allah)
3. Apabila seseorang itu benci untuk kembali kepada kekafiran
sebagaimana bencinya kalau dilemparkan kedalam api neraka”.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
B. BUAH-BUAH KEIMANAN

1.Kemerdekaan jiwa dari kekuasaan orang lain.

Sebab timbulnya sifat itu ialah karena keimanan yang sebenar-benarnya itu
akan memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Allah sajalah
yang Maha Kuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian,
memberikan ketinggian kedudukan, juga hanya Dia sajalah yang dapat
memberikan kemadlaratan atau kemanfaatan kepada seseorang manusia.
Selain Allah tidak ada yang kuasa melakukannya.

2.Keimanan yang hakiki itu dapat menimbulkan jiwa keberanian dan


ingin terus maju karena membela kebenaran.

Apakah sebabnya jiwa keberanian itu akan timbul ?


Sebabnya ialah karena keimanan itu akan mengajarkan bahwa yang kuasa
memberikan umur itu tidak ada selain Allah swt. Umur tidak akan berkurang
sebab manusia itu akan menjadi berani dan terus maju, tetapi tidak akan pula
bertambah dengan adanya sikap pengecut dan licik.
Allah berfirman :

”Tidaklah seseorang itu akan mati, melainkan dengan izin Allah. Kematian
adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan”. QS Al-Imran:145

3.Keimanan itu akan menimbulkan keyakinan yang sungguh-


sungguhnya bahwa hanya Allah Jualah yang Maha Kuasa memberikan
rizki.

Allah berfirman :

”Allah mencukupi rizki kepada siapa yang dikehendaki diantara hamba-


hambaNya dan Dia pula yang membatasinya. Sesungguhnya Allah itu Maha
Mengetahui segala sesuatu”. QS Ankabut:62

4.Ketenangan atau thukmaninah adalah salah satu bekas dari pada


keimanan.

Allah berfirman :

”Orang-orang yang beriman itu, hati mereka menjadi tenang karena


mengingat (berzikir) kepada Allah. Ingatlah bahwa dengan mengingat Allah
itulah hati akan menjadi tenang”. QS Ar-Ra’d:28

5. Keimanan itu dapat mengangkat seseorang dari kekuatan


maknawiah kemudian menghubungkannya dengan sifat dari Dzat yang
Maha Tinggi yakni Allah swt yang merupakan sumber kebaikan dan
kebajikan serta pokok dari segala kesempurnaan.

Allah berfirman :

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih itu akan


diberi petunjuk oleh Allah dengan sebab keimanan mereka”. QS Yunus:9

6. Kehidupan yang baik, adil dan makmur akan dipercepatkan oleh


Allah pelaksanaannya untuk seluruh kaum mukminin selagi mereka ada di
duni ini sebelum mereka menginjak alam akhirat nanti.

BAB 6
KADAR (TAKDIR)

A. ALLAH SWT ADALAH MAHA PEMBUAT YANG BEBAS

Allah swt adalah Dzat yang Maha Merajai seluruh alam semesta ini. Dia
mengatur segala sesuatu alam semesta ini. Dia mengatur segala sesuatu yang
ada didalam kerajaanNya itu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri.
Maka dari itu apa yang terjadi di alam semesta ini, semuanya berjalan sesuai
dengan kehendak yang telah direncanakan.
Allah swt berfirman :

”Segala sesuatu disisi Allah adalah dengan ketentuan takdir”.


QS Ar’rad:8

Jadi Allah swt itulah yang menciptakan dan oleh sebab bebas pula memilih
siapapun dari makhluknya sesuai dengan apa yang telah dikehendaki, sebab
memang Dia adalah pengatur secara mutlak. Tidak sorangpun yang memiliki hak
untuk memilih yang sesuai dengan kehenfdak sendiri itu. Oleh karena itu, apabila
seseorang itu tertimpa bencana, tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain
Allah swt.

B.MAKNA KADAR ATAU TAKDIR

Dalam Al-Quran, berkali-kali disebutkan masalah kadar itu seperti :


• Segala sesuatu terlaksana dengan takdir Tuhan :
”Dan segala sesuatu itu disisi Tuhan adalah dengan ketentuan takdir”.
QS Ra’d:8

• Segala sesuatu dalam perbendaharaan takdir Tuhan :

”Dan tidak ada sesuatu apapun, melainkan disisi Kamilah


perbendaharaannya dan kami turunkan itu dengan takdir yang dipastikan”.
QS Hijr:21

• Segala sesuatu diciptakan dengan takdir :

”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu itu dengan takdir”.


QS Al-Qamar:49

Yang dapat diambil kesimpulan dari ayat-ayat yang tertera diatas itu bahwa
maksud dan makna kadar atau takdir itu ialah suatu peraturan yang tertentu
yang telah dibuat oleh Allah swt untuksegala yang ada dalam alam semesta
yang ada dalam yang maujud ini.

C. KEWAJIBAN BERIMAN KEPADA TAKDIR

Dalam hadist shahih disebutkan dari Rasulullah s.a.w. bahwa beriman


beriman dengan takdir adalah satu bagian dari bab akidah.
Rasulullah s.a.w. lalu menjawab :

”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitabNya,


rasul-rasulNya, hari akhir dan beriman pula kepada kadar (takdir) yang baik
ataupun yang buruk. Orang tersebut lalu berkata : Tuan Benar”.
Diriwayatkan oleh Muslim

Makna yang gamblang dari pada takdir itu ialah bahwa Allah swt membuat
beberapa ketentuan, peraturan, dan undang-undang yang diterapkan untuk
segala yang maujud ini bahwa segala sesuatu yang maujud itu pasti akan
berlaku.
Beriman kepada takdir adalah sebagian dari kepercayaan atau akidah yang
ditanamkan benar-benar dalam hati setiap orang muslim. Dalam haltakdir itu
tidak ada pengertian paksaan.

D. HIKMAT KEIMANAN KEPADA TAKDIR

Adapun hikmatnya keimanan kepada takdir itu ialah supaya kekuatan dan
kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari
adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan, kemudian dilaksanakan
untuk membina dan membangun dengan bersendikan itu, juga mengeluarkan
harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi agar dapat di ambil
manfaatnya.

BAB 7
MALAIKAT

A. SIAPAKAH MALAIKAT ITU ?

Alamala-ul a’ala (kelompok tertinggi) yakni Malaikat adalah suatu alam yang
halus, termasuk hal-hal yang ghaib tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Jadi
mereka itu tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya
dapat dilihat, diraba, dicium, didengar, dan dirasakan. Mereka hidup dalam suatu
alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini.
Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniah,
terhindar sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari
perbuatan-perbuatan dosa dan salah.

B. DARI APAKAH MALAIKAT ITU DICIPTAKAN

Allah swt menciptakan malaikat itu dari pada nur (cahaya), sebagaimana
Dia menciptakan nabi Adam a.s. dari pada tanah liat, juga sebagaimana
menciptakan jin dari pada api.
Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari ’Aisyah r’anha, bahwa Rasulullah
s.a.w. bersbda :

”Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua”. R.Muslim

Allah menciptakan malaikat itu lebih dulu dari pada menciptakan manusia.
Sebelum itu Allah swt memang telah memberitahukan kepada seluruh malaikt
bahwa manusi itu hendak diciptakan untuk dijadikan sebagai khalifah (pengganti)
di atas permukaan bumi ini.

D. KEUTAMAAN MANUSIA MELEBIHI MALAIKAT

Yang terang dan jelas ialah bahwa manusia itu lebi utama dan lebih
mulia dari pada malaikat itu, sebagaimana yang nyata tentang kelemahan
malaikat itu untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh Allah
swt kepada mereka itu mengenai nama-nama benda yang tertantu, sedangkan
Adam a.s. dapat memberikan jawabannya dengan tepat dan benar. Jadi Allah
telah memuliakan manusia itu dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang
tidak diberikan kepada malaikat.

E. KARYA MALAIKAT

KARYA MALAIKAT DALAM ALAM RUH


Karya malaikat yang ada didalam alam ruh itu dapat disimpulkan sebagai
berikut :
a. Bertasbih (memahasucikan) serta patuh dan tunduk sepenuhnya
kepada Allah swt, sebagaimana firman Allah swt :

”Sesungguhnya semua malaikat yang ada disisi Tuhanmu itu tidak


menyombongkan diri dan tidak enggan beribadat kepadaNya.
Mereka memahasucikan dan bersujud kepadaNya. QS Al-A’raf:206

b. Memikul ’arasy sebagaimana firmanNya :

”Malaikat-malaikat yang memikul ’arasy dan yang ada berada


disekitarnya itu sama memahasucikan dengan memuji kepada
Tuhan mereka dan merekapun beriman padaNya”. QS Ghafir:7

c. Memberi salam kepada para ahli surga.


d. Menyiksa para ahli neraka.

MALAIKAT YANG TURUN MEMBAWA WAHYU


Adapun malaikat yang bertugas untuk menyampaikan wahyu ialah Jibril,
sebagaimana Allah swt berfirman :

”Katakanlah : ”Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka


sesungguhnya Jibril itu menurunkan wahyu kedalam hatimu dengan izin Allah,
membenarkan wahyu yang terdahulu dari padanya untuk menjadi petunjuk dan
berita gembira bagi orang-orang yang beriman”. QS Al-Baqarah:97

KARYA MALAIKAT DALAM ALAM DUNIA DAN YANG BERHUBUNGAN


DENGAN MANUSIA
a. Menggiatkan kekuatan rohani yang ada dalam diri manusia dengan
mengilhamkan kebaikan dan kebenaran.
b. Bacaan ta’min malaikat bersama orang-orang yang bersembahyang.
c. Kehadiran malaikat dalam shalat-shalat Subuh dan Ashar setiap hari.
d. Turunya malaikat diwaktu bacaan Al-Quran.
e. Kehadiran Malaikat dalam majlis dzikir.

F. BERIMAN KEPADA MALAIKAT


Oleh sebab itu keadaan malaikat itu sebagaiman yang sudah diuraikan
dimuka yakni bahwa mereka itu berada di dalam alam ruh dan demikian pula
karya-karya mereka yang dikerjakannya secara otomatis sekali di alam semesta
ini, maka sudah sewajibnyalah kita beriman bahwa mereka itu benar-benar ada,
selain itu harus pula kita berdaya upaya untuk menghubungkan diri dengan
mereka dengan jalan menyucikan jiwa, membersihkan hati serta beribadat
kepada Allah dengan peribadatan sekhyusuk-khyusuknya.

BAB 8
JIN

A. SIPAKAH JIN ITU ?

Jin adalh suatu macam mahluk yang termasuk dalam golongan ruh yang
berakal yang juga diberi perintah taklif (menjalankan syari’at agama),
sebagaimana halnya bangsa manusia, hanya saja mereka itu tidak mempunyai
bahan-bahan kebendaan sebagaimana yang dipunyai oleh manusia dan oleh
sebab itu lalu tertutup dari pancaindera.

B. JALAN MENGETAHUI JIN

Jalan bagi kita untuk mengetahui alam Jin itu adalah dengan wahyu. Kitab
Allah dan Sunnah Rasulullah s.a.w. memberikan petunjuk kepada kita mengenai
bahan apa yang dari padanya jin itu diciptakan, juga mengenai penggolongannya
serta kemana perginya masing-masing golongan tersebut.

C.BAHAN UNTUK MENCIPTAKAN JIN

Allah swt menjelaskan tentang asal bahan yang dari padanya jin itu
diciptakan olehNya, sebagaiman firmanNya :

”Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia itu dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam, yang diberi bentuk. Dan Kami ciptakan
jin sebelum itu dari api yang sangat panas”. QS Al-Hijr:26-27

D. PENGGOLONGAN JIN

Jin itu banyak sekali penggolongannya.


Dianatara mereka itu ada yang sempurna istiqamahnya, baik perangainya
serta bagus kelakuannya.
Tetapi diantara mereka ada yang tidak sebagaimana diatas.
Diantara mereka ada yang bodoh, lemah akal fikirannya serta lalai.
Diantara mereka pula ada yang kafir dan inilah bagian yang terbanyak
sekali dikalangan jin itu.
Allah swt berfirman :

”Diantara kita ada golongan yang baik dan diantara kita ada yang tidak
demikian (yakni tidak baik). Kita sama menempuh jalan berlain-lainan”.
QS Jin:11

Maksudnya ialah bahwa diantara golonagn jin itu ada yang sempurna
kebaikannya, ada yang sedikit saja kebaikannya. Jadi banyak sekali macam-
macam coraknya itu sebagaimana yang dapat disaksikan dari golongan
manusia.

BAB 9
KITAB-KITAB DARI LANGIT

A. KITAB-KITAB YANG TERCATAT

Sesungguhnya Allah swt itu mempunyai beberapa ajaran dan wasit yang
diwhyukan kepada para rasul dan nabiNya.
Diantara ajaran-ajaran dan wasiat-wasiat itu ada yang dicatatkan dalam
kitab dan diantaranya ada yang tidak dapat kita ketahui sama sekali. Tetapi yang
jelas ialah bahwa setiap nabi pasti mendapatkan risalat yang wajib disampaikan
kepada ummat dan kaumnya.
Allah swt berfirman :

”Seluruh manusia itu adalah ummat (bangsa) yang satu, kemudian Allah
mengutus beberapa orang nabi sebagai pembawa berita gembira dan
menyampaikan peringatan, dan diturunkanlah bersama dengan mereka itu kitab
dengan hak, supaya ia dapat memberikan keputusan diantara seluruh manusia
itu perihal perkara yang mereka perselisihkan”. QS Al-Baqarah:213

Adapun kitab-kitab yang tercatat ialah :


• Kitab Taurat yang diturunkan kepada nabiullah Musa a.s.
• Kitab Injil yang diturunkan kepada nabiullah Isa a.s.
• Kitab Zabur yang diturunkan kepada nabiullah Daud a.s.
• Shahifah (lembaran-lembaran suci) yang diturunkan kepada
nabiullah Ibrahim a.s.
• Al-Quran yang diturunkan kepada nabiullah Muhammad s.a.w.

B. KEISTIMEWAAN AL-QURAN ALKARIM

Kitab suci Al-Quran Alkarim itu memiliki keistimewaan-keistimewaan yang


dapat dibedakan dari kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya dan
diantaranya ialah :
1. Al-Quran itu memuat ringkasan dari ajaran-ajaran Ketuhanan yang
pernah dimuat oleh kitab-kitab suci sebelimnya seperti Taurat,
Zabur, Injil dan lain-lain lagi. Juga ajaran-ajaran dari Allah swt yang
berupa wasit. Al-Quran juga mengokohkan perihal kebenaran yang
pernah didakwahkan oleh kitab-kitab suci terdahulu.
2. Ajaran-ajaran yang termuat dalam Al-Quran adalah kalimat Allah
yang terakhir untuk memberikan petunjuk dan pimpinan yang benar
kepada ummat manusia dan inilah yang dikehendaki oleh Allah swt
supaya tetap sepanjang masa, kekal untuk selama-lamanya.
Allah swt berfirman :

”Sesungguhnya Kami (Allah) menurunkan peringatan (Al-Quran) itu


sesungguhnya Kami pasti senantiasa melindunginya (dari
kepalsuan)”. QS Al-Hijr:9

Adapun tujuan menjaga dan melindungi Al-Quran dari kebathilan,


kepalsuan dan pengubahan itu tidak lain hanyalah agae supaya
hujah Allah akan tetap tegak di atas seluruh manusia sehingga
Allah swt dapat mewarisi bumi ini dan siapa-siapa yang ada diatas
permukaannya.

3. Al-Quran itu adalah firman Allah swt, sedang keadaan yang terjadi
di dalam alam semesta ini semuanya merupakan buah karya Allah
swt pula. Sudah dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah
itu tidak mungkin akan bertentangan antara yang satu dengan yang
lainnya.
4. Alla swt berkehendak supaya kalimatNya itu desebarluaskan dan
disampaikan kepada semua akal fikiran dan pendengaran.
Kehendak semacam ini tidak mungkin akan berhasil, kecuali jikalau
kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafalkan
serta difahamkan. Oleh karena itu Al-Quran sengaja diturunkan oleh
Allah swt dengan suatu gaya bahasa yang istimewa mudahnya,
tidak sukar bagi siapapun untuk memahamkannya dan tidak sukar
pula mengamalkannya, asalkan disertai dengan keikhlasan hati dan
kemauan baik.
C. PEMBENARAN AL-QURAN PADA KITAB-KITAB YANG
TERDAHULU

Al-Quran itu dating untuk mengokohkan hak dan kebenaran yang terdapat
juga dalam kitab-kitab terdahulu. Tetapi disamping megokohkan hal-hal
sebagaimana di atas itu, Al-Quran juga menunjukkan, menjelaskan dan
menyingkapkan semua kesalahan dan kekeliruan yang terdapat di dalam kitab-
kitab yang terdahulu yang tentunya disebabkan karena pengotoran tangan
manusia yang membuat perubahan, penggantian, penukaran, serta meletakkan
mana-mana yang bukan semestinya.

D.JALAN KEPADA HAKIKAT

Al-Quran mengandung serta menghimpun segala hal yang amat diperlukan


oleh ummat manusia, baik yang berupa persoalan-persoalan peribadatan, adab
kesopanan, cara bermuamalat (hubungan antara sesama manusia seperti
berdagang dan lain-lain), juga soal-soal ketentuanyang pasti seperti ikatan
perjanjian dan lain-lain.
Al-Quran itulah yang memuat segala macam mabda yang tertinggi, jalan
yang paling lurus yang wajib ditempuh serta nizham dan peraturan yang
sebagus-bagusnya untuk dilaksanakan.
Allah swt berfirman :

“Sesungguhnya telah dating padamu semua cahaya dari Allah serta kitab
yang menerangkan. Dengan demikian kitab itulah Allah memimpin orang-orang
yang suka mengikuti keridlaanNya ke jalan keselamatan dam mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya
dan memimpin mereka ke jalan yang lurus”. QS Al-Ma’idah:15-16

BAB 10
RASUL-RASUL

A. BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL

Allah swt mewajibkan atas setiap orang islam supaya beriman kepada
semua rasul yang diutus olehNya tanpa membeda-bedakan antara yang seorang
dengan lainnya. Dalam hal ini Allah swt berfirman :
”Katakanlah : ”Kita semua beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kita dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ja’kub dan
anak-anaknya, juga apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kita tidak memperbedakan
seorangpun di antara mereka dan kita patuh kepadaNya”. QS Al-Baqarah:136

B. SETIAP UMAT MEMPUNYAI RASUL

Tidak sesuatu ummatpun yang tersunyi dari rasul. Jadi rasul-rasul itu
dikirimkan oleh Allah swt kepada berbagai ummat dan golongan di sepanjang
masa secara langsung. Maka tidak ada satu umat pun yang tidak ada rasulnya.
Allah swt berfirman :

””Demi Allah, sungguh Kami (Allah) telah mengutus rasul-rasul kepada


ummat-ummat yang sebelummu”. QS AnNahl:63

”Setiap ummat ada rasulnya”. QS Yunus:47

”Setiap kaum ada orang yang sebagai penunjuknya (rasulnya).”


QS Ra’d:7

C. RASUL ADALAH MANUSIA

Rasul adalah seorang manusia dari golongan ummat itu sendiri, sekalipun
ia pasti terambil dari keturunan yang mulia yang telah dikhususkan serta dipilih
oleh Allah swt dengan berbagai pemberian serta karunia.
Allah swt berfirman :

”Allah adalah Lebih Maha Mengetahui dimana hendak meletakkan


risalatNya (cara pemilihanNya dalam mengangkat rasul)”. QS Al-An’am:124

”Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikat dan dari manusia.


Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. QS Haj:75

D. TUJUAN DARI KEBANGKITAN RASUL-RASUL

Tujuan pokok dan utama dari dibangkitkannya rasul-rasul itu oleh Allah
ialah untuk mengajak ummatnya kepada beribadat kepada Allah serta
menegakkkan agamaNya.
Allah swt berfirman :
”Tidaklah Kami mengutus seseorang rasul yang sebelummu (Muhammad),
melainkan Kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tiada Tuhan melainkan
Aku sendiri, maka sembahlah olehmu semua Aku ini”. QS Al-Anbia’:25

”Sungguh telah Kami bengkitkan seorang rasul untuk tiap-tiap ummat


dengan perintah : Sembahlah olehmu semua akan Allah dan jauhilah thaghut
(berhala atau syaithan)”. QS AnNahl:36

Menegakkan agama serta beribadat kepada Allah dan teratur rapinya


keimanan kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya
dan hari akhir, begitu juga tersusun rapinya amal-amal perbuatan yang shalih
yang dapat menyucikan jiwa manusia serta membersihkannya dan tertanamnya
kebaikan dalam hati. Dengan demikian dapat tercapainya kesempurnaan materi
(kebendaan) dan adabi (kerohanian) dalam kehidupan sekarang ini.

E. TERPELIHARANYA PARA NABI DARI DOSA

Para Rasul itu juga disucikan dari segala macam keburukan, dipelihara dari
perbuatan-perbuatan maksiat baik yang kecil ataupun yang besar.
Allah swt berfirman :

”Tidak selayaknya seseorang nabi itu berbuat pengkhianatan”.


Qs Al-Imran:161

Mereka juga diberi hiasan oleh Allah swt dengan akhlak yang luhur dan budi
pekerti yang mulia, seperti sifat benar (shidiq), sentausa yakni dapat dipercaya
(amanah), menghabiskan usianya untuk membela yang hak serta menunaikan
kewajiban. Diantara mereka ada yang menerima gelar shiddiq (sangat lurus
jujur), sebagaimana firman Allah swt :

”Dan ingatlah riwayat Ibrahim di dalam kitab, sesungguhnya ia adalah


seorang yang sangat lurus dan seorang nabi”. QS Maryam:41

F. RASUL-RASUL YANG TERMASUK ULUL’AZMI

Ulul Azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya dikejar
dengan segenap tenaga yang dimilikinya, sehingga akhirnya tercapai juga.
Ada sebagai alim ulama yang mengatakan bahwa yang termasuk dalam
golongan ulul azmi adalah semua rasul, jadi kata min” yang artinya dari”
hanyalah menunjukkan keterangan yakni jenis rasul sebagai utusan Allah.
Tetapi yang tersohor diantara sekian banyak pendapat itu ialah yang
mengatakan bahwa yang dinamakan ulul azmi itu adalah lima orang rasul :
1. Muhammad
2. Nuh
3. Ibrahim
4. Musa
5. Isa

G. PENUTUP NUBUWAT DAN RISALAT

Setiap nabi itu akan datang sesudah nabi yang lain untuk lebih
menyempurnakan apa yang telah dibina oleh nabi yang sebelumnya itu. Sebagai
penyempurna terakhir adalah junjungan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. dan
oleh sebab itu maka agama yang dibawa oleh beliau ini adalah sebagai
perasaan atau intisari dari agama-agama yang telah lalu, dakwahnya adalah
dakwah yang sudah pasti akan kekal untuk selama-lamanya, karena di dalamnya
terkandung unsur-unsur kehidupan dan tiang-tiang kemaslahtan duniawiah dan
ukhrawiah.
Allah swt berfirman :

”Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua
dan aku telah melengkapkan kenikmatanKu padamu dan Aku telah rela Islam itu
sebagai agama untukmu semua”. QS Al-Maidah:3

Dengan kesempurnaan dan kelengkapan agama itu, maka habislah


kenubuwatan dan selesailah tugas kerasulan.
Allah swt berfirman :

”Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki diantara


kamu tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup nabi-nabi”. QS Ahzab:40

Manakala kenubuwatan itu sudah selesai maka dengan demikian habis


pulalah risalah dan oleh karenanya setelah syaidina Muhammad s.a.w. itu tidak
ada lagi seorang yang diangkat oleh Allah swt sebagai seorang nabi dan tidak
terdapat pula orang yang diberi tugas sebagai rasul atau utusan Allah karena
beliau adalah penghujung dari semua rasul Allah.

BAB 11
ROH

A. MANUSIA TERSUSUN DARI TUBUH DAN ROH


Manusia itu tersusun dari dua macam unsur yakni tubuh kasar dan roh
halus.
Dengan tubuhnya manusia itu dapat bergerak dan merasakan segala
sesuatu. Dengan rohnya maka manusia itu dapat menemukan, mengingat,
berfikir, mengetahui, berkehendak, mamilih, mencintai, membenci, dan
sebagainya. Allah berfirman :

”Demi orang-orang itu sama bertanya kepadamu (Muhammad) mengenai


roh. Katakanlah : ”Roh itu adalah urusan Tuhanku dan kamu semua tidaklah
diberi ilmu pengetahuan melainkan hanya sedikit sekali”. QS Al-Isra:85

B. ROH MAHLUK BARU

Roh adalah termasuk mahluk baru atau hawadist. Ia bukanlah benda yang
qadim atau dahulu. Roh itu menjelma dalam tubuh dan terus berdiam di
dalamnya sejak manusia masih dalam kandungan ibunya.

C. ROH DAN JIWA

Kata-kata Roh dan Jiwa (nafs) itu mempunyai pengertian dan makna yang
sama saja. Allah berfirman :

”Allah yang mengambil jiwa (roh) manusia itu ketika wafatnya dan ketika
tidurnya sebelum wafat, lalu ditahannya jiwa (roh) yang sudah wafat, serta
dikembalikan jiwa (roh) yang lain (yang sedang tidur), sampai waktu yang
ditentukan”. QS Zumar:42

Al-Quran menyebutkan adanya nafsu ammarah bissu (jiwa yang banyak


menyuruh keburukan), nafsu lawwamah (jiwa yang suka sekali mencela diri
sendiri) dan nafsu mutma’innah (jiwa yang tenang). Semuanya itu bukanlah
merupakan bagian dari macam-macamnya jiwa, tetapi sebenarnya hal itu
hanyalah menunjukkan sifat-sifat dari jiwa itu.

D. ROH SESUDAH BERPISAH DENGAN TUBUH

Roh itu setelah berpisah dengan tubuh, maka disaat itulah terjadinya
kematian. Namun demikian roh tersebut masih tetap dapat menangkap untuk
mendengarkan siapa-siapa yang berziarah padanya, ia dapat mengenalnya dan
bahkan dapat membalas salam seseorang yang memberikan salam padanya.
Roh itu dapat pula merasakan lezatnya kenikmatan dan dapat pula merasakan
sekitnya siksa neraka jahim.
BAB 12
HARI KIAMAT

A. TANDA-TANDA HARI KIAMAT

Hari kiamat itu sekalipun saat tibanya tidak dapat diketahui sama sekali oleh
siapapun, kecuali Allah yang Maha Esa sendiri, tetapi Allah swt juga membuat
berbagai tanda atau alamat yang menunjukkan bahwa saat kejadiannya itu
sudah dekat.
Adapun tanda-tanda hari kiamat itu ada dua macam yakni :
A. Tanda-tanda kecil (alamat sughra)
B. Tanda-tanda besar (alamat kubra)

B. TANDA-TANDA KECIL (SUGHRA)

Tanda-tanda kecil yang menunjukkan sangat dekatnya hari kiamat itu,


dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Rasulullah. Dengan
diutusnya beliau, maka berakhirlah kenubuwatan dan risalah yakni
bahwa sesudah beliau ini tidak ada lagi nabi dan rasul yang benar-
benar menjadi pesuruh Allah swt.
2. Jikalau yang menjadi raja-raja, menteri-menteri, amir-amir dan
kepala-kepala itu adalah anak-anak dari wanita-wanita tawanan atau
golongan rendah, bukan dari anak-anak keturunan yang mulia, baik
pendidikannya, luhur akhlaknya serta sempurna keperwiraannya.

C. TANDA-TANDA BESAR (KUBRA)

Perihal tanda-tanda yang besar yakni sudah menunjukkan amat dekatnya


hari kiamat itu, maka dapatlah disimpulkan sebagai berikut :
1. Terbitnya matahari dari arah barat
2. Keluarnya suatu macam binatang

Allah berfirman :

”Sesungguhnya pertama-tema tanda-tanda yang keluar (yang menunjukkan


sangat dekatnya waktu tibanya hari kiamat) ialah terbitnya matahari dari arah
barat dan pula keluarnya macam binatang dihadapan orang banyak diwaktu
siang hari. Mana yang diantara kedua tanda ini keluar lebih dulu sebelum yang
satunya itu akan menyusul dalam waktu yang dekat sesudah terjadinya yang
pertama itu”. Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud.

3. Almahdi
Secara ringkasnya uraian mengenai Imam Almahdi itu adalah sebagi
berikut :

a. Beliau akan muncul diakhir zaman.


b. Namanya Muhammad bin Abdullah atau Ahmad bin Abdullah.
c. Beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan
Rasulullah s.a.w. tetapi tidak menyerupai dalam bentuk roman
muka dan lain-lain.
d. Beliau akan menegakan syari’at islam
e. Setelah itu datanglah dajal, kemudian turunlah Nabiullah Isa
a.s. dan selanjutnya beliau ini bertolong-tolongan dengan
Almahdi untuk membunuh Dajal itu kemudian Almahdi wafat
dan dishalatkan oleh kaum Muslimin
4. Munculnya Dajal
Diantara tanda-tanda sangat dekatnya hari kiamat yang merupakan alamat
kubra ialah munculnya seorang manusia yang menamakan dirinya Dajal. Ia
mendapat gelar masih. Masih artinya menempuh perjalanan diseluruh bumi
dalam waktu yang lama sekali dan juga berarti kehilangan matanya, sebab
kenyataannya ialah buta matanya yang sebelah. Dajal mengaku bahwa dirinya
adalah Tuhan. Ia berusaha mengobar-ngobarkan kefitnahan dikalangan seluruh
manusia agar sama meninggalkan agama mereka yang benar.
5. Munculnya nabiullah Isa a.s.
Dari berbagai hadist yang terhimpun mengenai persoalan diatas dapatlah
diambil kesimpulan bahwa Isa a.s. akan turun di akhir zaman yakni ditengah-
tengahcmerajalelanya pengaruh Dajal. Isa a.s. akan memerintah dengan adil
sekali dan menerapkan syari’at Islam. Juga beberapa hukum agama yang
banyak ditinggalkan oleh orang banyak lalu dihidupkan kembali.
BAB 13
HARI AKHIR (HARI KIAMAT)

A. PERCAYA KEPADA HARI AKHIR

Percaya kepada hari kiamat adalah merupakan salah satu rukun atau sendi
dari berbagai rukun keimanan dan merupakan bagian utama sekali dari
beberapa bagian akidah. Bahkan sebagai unsur yang terpenting yang ada
disamping kepercayaan kepada Allah swt.
Karena kepercayaan kepada Allah swt akan dapat meyakinkan sumber
pertama yang dari padanya itulah timbulnya segala yang ada di alam semesta
ini, sedang percaya kepada hari akhir akan dapat meyakinkan bagaimana
kejadian yang terakhir bagi segenap benda yang pernah ada itu.

B. PENGERTIAN HARI AKHIR

Hari akhir yakni hari kiamat itu didahului dengan musnahnya alam semesta
ini. Jadi pada hari itu akan matilah seluruh mahluk yang masih hidup. Bumi pun
akan berganti, bukannya bumi atau langit yang sekarang ini.
Selanjutnya Allah swt menciptakan alam lain yang disebutnya alam akhirat.
Disitulah seluruh mahluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi setelah mereka
mati. Setelah dibangkitkan ( diba’ats) lalu setiap jiwa akan dihisab
(diperhitungkan) seluruh amalannya baik yang berupa kebaikan atau keburukan.
Oleh sebab itu, maka barangsiapa yang kebaikannya dapat melebihi
keburukannya tentulah oleh Allah swt akan dimasukkan dalam surga, sedangkan
barang siapa yang keburukannya lebih banyak dari kebaikannya maka akan
dimasukkan oleh Allah swt dalam neraka.

C. HIKMAT MEMPERHATIKAN HARI AKHIR

Al-Quran itu sangat memperhatikan sekali perihal persoalan hari akhir dan
ini dikarenakan beberapa sebab :
• Bahwa kaum musyrikin dari bangsa Arab dahulu sangat
mengingkarinya dengan penentangan yang hebat sekali. Dalam
Al-Quran Allah swt menyebutkan golongan yang sedemikian ini
sebagaimana firmanNya :

”Orang-orang yang mengingkari itu berkata : ”Hal itu tidak ada lain
kecuali kehidupan kita di dunia ini saja, disinilah kita mati dan disini pula kita
hidup.Tidak akan ada yang merusakkan kita ini kecuali masa (yakni karena
massa hidup sudah lama dan usia sudah tua, lalu meninggal dunia)”.
QS Jatsiah:24

• Kepercayaan kepada hari akhir itu menyebabkan kita hidup di dunia


ini mempunyai suatu tujuan mulia serta cita-cita yang tinggi. Tujuan
itu yang terutama sekali ialah mengerjakan kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran.

BAB 14
HISAB

A. HISAB ADALAH PUNCAK PENETRAPAN KEADILAN


ILAHI

Allah swtitu bersifat dengan semua sifat kesempurnaan. Salah satu dari
sifat-sifat kesempurnaanNya itu ialah keadilan dan kebijaksanaan. Dia adalah
Maha Adil dan tidak akan menganiaya ataupun merugikan seseorang jua dari
seluruh mahluknya. Dia juga Maha Bijaksana, maka Dia tidak akan meletakkan
sesuatu itu bukan pada tempatnya. Dia tidak akan mempersamakan antara
orang yang berbakti dan taat dengan orang kafir dan durhaka, antara orang
mukmin atau orang musyrik, juga antara orang yang berbuat baik dan yang
berbuat buruk.

B. TATACARA PELAKSANAAN HISAB

Setelah allah swt menghidupkan seluruh mahluk dengan gaya baru, lalu
mereka itupun dikumpulkan disisiNya. Mereka digiring untuk berkumpul di
padang Mahsyar. Perlunya ialah setiap orang akan dihisab (diperhitungkan amal-
amalannya), baik yang berupa kebaikan atau keburukan. Bumipun akan menjadi
saksi atas hal-hal yang telah terjadi di atasnya.

C. PENGHITUNGAN DAN PEMBUKTIAN

Menghitung amal-amalan dan pula mencatatnya itu ialah dengan


perantaraan malaikat yang memang diserahi untuk tugas sedemikian itu.
Allah swt berfirman :
”Dan sesungguhnya atasmu semua itu ada malaikat yang menjaga, mulia-
mulia (disisi Allah) serta mencatat (segala perbuatanmu) lagi mengetahui apa
saja yang kemu semua kerjakan”. QS Infitthar:10-12

Jadi, apabila hari kiamat sudah tiba dan waktu dihisab sudah mulai, maka
catatan-catatan yang dibuat oleh malaikat yang didalamnya berisi segala macam
amal perbuatan itulah yang akan ditunjukkan kepada pelakunya masing-masing.

D. ALLAH ADALAH YANG MENGUASAI PELAKSANAAN


HISAB

Allah swt itu sendiri yang akan mengadakan perhitungan amal seluruh
mahluk ini tidak dengan perantara siapapun juga.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

”Tidak seorangpun dari kamu semua pada hari kiamat itu nanti, melainkan
akan diajak bicara oleh Tuhanmu sendiri, Antara orang itu dengan Tuhan tidak
ada perantaranya sama sekali. Ia akan melihat kearah kanannya, maka tidak
ada yang dapat dilihat selain amalan yang sudah dilakukan. Ia lalu melihat
kearah kirinya, juga tidak ada yang dapat dilihat selain amalan yang telah
dilakukan. Kemudian ia melihat kearah mukanya, maka tidak ada yang dilihat
melainkan neraka belaka yang dihadapannya itu. Oleh sebab itu hendaklah
kamu semua takut kepada neraka itu, sekalipun dengan jalan bersedekah
sepotong kurma”.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.

BAB 15
SURGA DAN NERAKA

A. NERAKA

Jikalau Allah memberi balasan kepada orang-orang yang taat dan berbakti
itu dengan kenikmatan, maka kepada orang-orang yang durhaka dan bersalah
tentulah akan diberi balasan pula yaitu yang berupa siksa. Siksa itu ialah neraka
Jahim. Jahim itu sendiri adalah merupakan tempat penyiksaan.
Ada beberapa nama untuk neraka itu, diantaranya ialah :
• Hawiah
Allah berfirman :
”Dan barang siapa yang ringan timbangan amal baiknya, maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiah, Adakah yang memberitahukan
padamu apa Hawiah itu ?
Hawiah adalah neraka yang amat panas apinya”. QS AL-Qori’ah:8-11

• Lazha
Allah berfirman :

”Ingatlah ! Sesungguhnya siksanya itu ialah neraka Lazha. Pengupas


kulit kepala. Memanggil orang yang membelakang dan memalingkan
mukanya, juga orang yang mengumpulkan kekayaan serta
menyimpannya”. QS Al-Ma’arij:15-18

• Sa’ir
Allah berfirman :

”Orang-orang yang durhaka itu Kami sediakan neraka Sa’ir untuk


mereka”. QS Mulk:5

• Saqar
Allah berfirman :

”Orang yang durhaka itu akan Kumasukan dalam Saqar. Adakah yang
memberitahukan padamu, apakah Saqar itu ?
Ia tidak membiarkan tertinggal dan tidak pula membiarkan berlebih. Ia
dapat mengganti (mengoyak-ngoyak) kulit manusia.
Disitu ada penjaganya yang tediri dari sembilanbelas malaikat (dengan
tugas penyiksaannya masing-masing)”. QS Al-Muddatsir:26-30

• Huthamah
Allah berfirman :

”Ingatlah, sesungguhnya orang yang bersalah itu akan dilemparkan


dalam neraka Huthamah.
Adakah yang memberitahukan padamu, apakah Huthamah itu ? Yaitu
api Allah yang dinyalakan, yang naik sampai keulu hati.
Sesungguhnya api itu ditutupkan diatas mereka, dalam tiang yang
panjang-panjang”. QS Al-Humazah:4-9

B. SURGA

Jannah (dalam bahasa Indonesia disebut surga atau syorga) menurut


pengertian bahasa berarti taman yang terdiri dari pohon kurma atau pohon lain-
lain.
Adapun yang dimaksud dengan surga itu ialah suatu tempat kediaman atau
perumahan yang disediakan oleh Allah swt untuk hamba-hambaNya yang
bertaqwa kepadaNya, sebagai balasan kepada mereka itu atas keimanannya
yang jujur dan benar serta amal perbuatannya untuk berteduh dibawahnya.
Untuk memberi nama surga itu, Al-Quran memberikan banyak gelaran
seperti Jannatul Ma’wa (Surga tempat kembali), Jannatu ’Adn (Surga sebagai
tempat tinggal yang kekal), Darul Khulud (Perumahan yang kekal), Firdaus
(Paradiso), Jannatun Na’im (Taman-taman kenikmatan), Maqam Amin
(Kedudukan sentausa) dan lain-lain lagi. Dalam Al-Quran juga dijelaskan luasnya
surga itu adalah keseluruhan langit dan bumi yakni alam semesta ini.

KENIKMATAN-KENIKMATAN SURGA
Allah swt menjelaskan tentang sifat-sifat dan keadaan surga yakni bahwa
kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya itu adalah keka, kesukacitaan
disitu tidak akan pernah habis dan apa saja yang terdapat didalamnya benar-
benar tidak ada hitungannya.

KENIKMATAN SURGA YANG TERTINGGI


Adapun kenikmatan surga yang tertinggi itu ialah bahwa mereka dapat
menyaksikan sendiri pada Allah, dapat bermunajat denganNya serta merasa
bahagia karena mendapatkan keridlaanNya.
Allah berfirman :

”Wajah-wajah para ahli surga pada hari itu berseri-seri, karena dapat
melihat kepada Tuhannya”. QS Qiamah:22-23

”Dari keridlaan yang diperoleh dari Allah, itulah kenikmatan yang lebih
besar lagi”. QS Taubat:72

BAB 16
PENUTUP

Apa yang ditempuh oleh manusia dan apa yang telah dilaksanakan olehnya
dalam kehidupannya di dunia adalah merupakan suatu pernyataan dari
kenyataan akidah atau kepercayaan.
Jikalau akidah yang terpateri dalam jiwanya itu baik dan benar, maka baik
dan benar pulalah jalan yang ditempuhnya serta lurus dalam mengerjakannya.
Tetapi jikalau akidah itu rusak dan salah, maka jalan yang ditempuhnyapun
rusak, sesat dan menyeleweng dari kebenaran.
Oleh sebab itu maka akidah Tauhid dan keimanan adalah suatu hal yang
mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat ditinggalkan oleh siapapun, agar
supaya seseorang itu dapat mencapai kesempurnaan kepribadian dan pula
merealisasikan kemanusiaanya itu sendiri.
Allah berfirman :

”Barangsiapa yang beramal shalih, baik ia lelaki atau perempuan dan ia


beriman, maka pastilah Kami (Allah) akan memberikan kehidupan padanya
dengan kehidupan yang bahagia”. QS AnNahl:97
DISUSUN OLEH : DHIKA WIGHUNA SUPRIYADI
NPM : 10040008061
FAKULTAS : HUKUM
KELAS :B

You might also like