Professional Documents
Culture Documents
MUKADDIMAH
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan
ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal).
Keimanan itu merupakan akidah dan pokok, yang diatasnya berdiri syari’at
islam. Kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya.
Perbuatan itu merupakan cabang-cabang dan syari’at yang dianggap
sebagi buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu.
Keimanan dan perbuatan atau dengan kata lain syari’at keduanya itu antara
satu dengan yang lain sambung menyambung, hubung-menghubungi dan tidak
dapt berpisah yang satu dengan yang lainnya. Keduanya sebagai natijah (hasil)
dengan mukaddimahnya (pendahulunya).
Pengertian keimanan atau akidah itu tersusun dari enam perkara yaitu :
• Ma’rifat kepada Allah, ma’rifat dengan nama-namaNya yang mulia
dan sifat-sifatNya yang tinggi.
• Ma’rifat dengan alam yang ada dibalik alam semesta ini yakni alam
yang tidak dapat dilihat.
• Ma’rifat dengan kitab-kitab Allah Ta’ala yang diturunkan olehNya
kepada para rasul.
• Ma’rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah Ta’ala yang dipilih
olehNya untuk menjadi pembimbing ke arah yang benar.
• Ma’rifat dengan hari akhir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di saat
itu.
• Ma’rifat kepada takdir (qadla dan qadar) yang diatas landasannya itu
lah berjalannya peraturan segala yang ada di ala semesta ini.
C. KESATUAN AKIDAH
Allah berfirman :
”Allah telah mensyariatkan agama untukmu semua yaitu yang diwasiatkan
kepada Nuh yang kami wahyukan padamu, juga yang kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa, Isa, hendaklah kamu semua menegakan agama itu dan jangan
berselisih didalam melaksanakannya”. QS Syura:13
Allah berfirman :
Adakah orang yang sudah mati, kemudian kami (Allah) hidupkan dan kami
berikan pada cucunya yang terang yang dengannya itu ia dapat berjalan
ditengah-tengah manusia, sama dengan orang yang dalam keadaan gelap gulita
yang ia tidak dapat keluar dari situ ?”. QS An’am:122
BAB 2
MA’RIFAT KEPADA ALLAH
A. CARA BERMA’RIFAT
Maka dengan menggunakan akal dan fikiran dari satu sudut dan dengan
mema’rifati nama-nama serta sifat-sifat Allah dari sudut lain akan dapatlah
seseorang itu berma’rifat kepada Tuhannya dan ia akan memperoleh petunjuk
kearah itu.
B. MA’RIFAT DENGAN FIKIRAN
Sesungguhnya setiap anggota itu tentu ada tugasnya sedang tugas akal
ialah mengangan-angankan, memeriksa, memikirkan dan mengamat-amati.
Jikalau kekuatan-kekuatan semacam ini menganggur maka hilang pulalah
pekerjaan akal juga menganggurlah tugasnya yang terpenting baginya dan ini
pasti akan diikuti oleh terhentinya kegiatan hidup. Agama islam menghendaki
agar akal itu bergerak dan melepaskan kekangannya.
Allah berfirman :
”Dan apabila dikatakan kepada mereka : ”Ikutilah apa yang diturunkan Allah
!”. Mereka lalu berkata : ”Tidak kita hanya mengikuti apa yang telah kita dapati
dari ayah-ayah kita”. Padahal ayah-ayah mereka itu tidak mengerti sedikitpun
dan tidak pula mengikuti petunjuk yang benar”. QS Al-Baqarah:170
D. TUJUAN PEMIKIRAN
BAB 3
DZAT KETUHANAN
Periksalah alam cakrawala yang ada di atas kita itu yang didalamnya
terlihat pula matahari, bulan, bintang, dan sebagainya, demikian pula alam yang
berbentuk bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di situ, baik yang berupa
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, semuanya tidak lain
kecuali merupakan tanda dan bukti perihal wujudnya Allah. Selain menunjukkan
adanya Dzat juga membuktikan keesaanNya dan hanya Dia sajalah yang Maha
Kuasa untuk menciptakannya.
Allah berfirman :
Alam semesta atau jagad raya dengan segala sesuatu yang ada
didalamnya yang tampak sangat teratur, bukan itu saja yang dapat dijadikan
saksi tentang adanya Allah yang Maha Mendirikan langit dan bumi ini, tetapi
masih ada saksi lain lagi yang dapat digunakan untuk itu dan bahkan dapat lebih
meresapkan. Saksi yang lain itu adalah berupa perasaan-perasaan yang
tertanam dalam jiwa setiap insan yang merasakan akan adanya Allah. Perasaan
ini adalah sebagai pembawaan sejak manusia itu dilahirkan dan oleh sebab itu
dapat disebut sebagai perasaan fithrah. Fithrah adalah keaselian yang diatasnya
itulah Allah menciptakan makhluk manusia itu. Ini dapat pula diibaratkan dengan
kata lain sebagai gharizah diniah atau pembawa keagamaan.
Gharizah diniah adalah satu-satunya hal yang merupakan batas pemisah
antara makhluk Tuhan yang disebut manusia dan yang disebut binatang, sebab
binatang pasti tak memilikinya.
Diantara bukti-bukti nya yang dapat kita saksikan tentang wujudnya Allah
swt itu ialah bahwa para Nabi dan Rasul yang terpilih dari sekian banyak hamba-
hambaNya, mereka itu semua adalah manusia amat pilihan sekali. Sejak zaman
Nabi Adam a.s. sampai ke zaman Rasulullah Muhammad s.a.w. mempunyai satu
garis penyiaran yang benar-benar sama dan sejalan, yaitu memberitahukan
dengan pasti kepada seluruh umat manusia bahwa di alam semesta ini ada Allah
yang Maha Bijaksana yang mengajak menuju jalanNya yang benar, membela
keagungan agamaNya dan memperoleh pengokohan yang berupa kemukjizatan
dari padaNya.
Prof. Harshell, seorang ahli ilmu falak bangsa Inggris berkata : ”Setiap
bidang ilmu pengetahuan itu makin meluas, maka semakin bertambah pulalah
bukti-bukti yang memastikan dan lebih mengokohkan perihal adanya Dzat yang
Maha Menciptakan, juga Maha Dahulu yang tidak ada batas untuk
kekuasaanNya dan pula tidak akan ada habisnya yakni kekal selama-lamanya”
Dr. Wets seorang ahli kimia bansa Perancis berkata : ”Jikalau pada suatu
ketika aku merasa bahwa kepercayaanku kepada Allah agaknya kurang mantap
dan agak bergoncang, maka segeralah aku menunjukan arah perhatianku
kepada akademi ilmu pengetahuan agar keimanan itu kembali kokoh dan kuat
sentausa”.
BAB 4
SIFAT-SIFAT ALLAH SWT
A. SIFAT-SIFAT SALBIAH
B. SIFAT-SIFAT TSUBUTIAH
”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah itu, Dia adalah Maha
Mendengar lagi Melihat”. QS Assyura:11
”Allah Maha Mengetahui apa yang ada dihadapan dan dibelakang mereka.
Mereka (manusia-manusia) itu tidak dapat meliputi (mengetahui) Tuhan dengan
pengetahuannya”. QS Thaha:110
Kita semua wajib dapat mengambil petunjuk dari adanya sifat-sifat Allah itu,
berjalan dengan menggunakan cahaya dari padanya dan mengambilnya sebagai
percontohan yang tinggi, malahan wajib kita jadikan sebagi puncak tujuan,
sehingga kita dapat mencapai derajat kejiwaan dan kerohanian yang
sesempurna mungkin yang dapat dicapai oleh seseorang manusia.
Allah swt berfirman :
A. KENYATAAN-KENYATAAN KEIMANAN
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah
saja ataupun hanya semacam keyakinan dalam hati belaka, tetapi keimanan
yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang
memenuhi seluruh isi hati nurani. KeimNn itu memang tidak mungkin dapat
sempurna melainkan dengan rasa cinta yang hakiki, yang senyata-nyatanya dan
yang sebesar-besarnya.
Dalam sebuah riwayat yang shahih disebutkanlah sabda Rasullulah s.a.w.
demikian :
”Ada tiga perkara yang barangsiapa sudah memiliki ketiganya itu maka ia
akan dapat merasakan kelezatan nikmat keimanan yaitu :
1. Apabila Allah dan RasulNya itu lebih dicintai olehnya dari pada yang
selain keduanya itu.
2. Apabila seseorang itu mencintai orang lain dan tidaklah mencintanya
itu, melainkan karena Allah juga (mengharapkan keridhaan Allah)
3. Apabila seseorang itu benci untuk kembali kepada kekafiran
sebagaimana bencinya kalau dilemparkan kedalam api neraka”.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
B. BUAH-BUAH KEIMANAN
Sebab timbulnya sifat itu ialah karena keimanan yang sebenar-benarnya itu
akan memberikan kemantapan dalam jiwa seseorang bahwa hanya Allah sajalah
yang Maha Kuasa untuk memberi kehidupan, mendatangkan kematian,
memberikan ketinggian kedudukan, juga hanya Dia sajalah yang dapat
memberikan kemadlaratan atau kemanfaatan kepada seseorang manusia.
Selain Allah tidak ada yang kuasa melakukannya.
”Tidaklah seseorang itu akan mati, melainkan dengan izin Allah. Kematian
adalah suatu batas waktu (ajal) yang sudah ditetapkan”. QS Al-Imran:145
Allah berfirman :
Allah berfirman :
Allah berfirman :
BAB 6
KADAR (TAKDIR)
Allah swt adalah Dzat yang Maha Merajai seluruh alam semesta ini. Dia
mengatur segala sesuatu alam semesta ini. Dia mengatur segala sesuatu yang
ada didalam kerajaanNya itu dengan kebijaksanaan dan kehendakNya sendiri.
Maka dari itu apa yang terjadi di alam semesta ini, semuanya berjalan sesuai
dengan kehendak yang telah direncanakan.
Allah swt berfirman :
Jadi Allah swt itulah yang menciptakan dan oleh sebab bebas pula memilih
siapapun dari makhluknya sesuai dengan apa yang telah dikehendaki, sebab
memang Dia adalah pengatur secara mutlak. Tidak sorangpun yang memiliki hak
untuk memilih yang sesuai dengan kehenfdak sendiri itu. Oleh karena itu, apabila
seseorang itu tertimpa bencana, tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain
Allah swt.
Yang dapat diambil kesimpulan dari ayat-ayat yang tertera diatas itu bahwa
maksud dan makna kadar atau takdir itu ialah suatu peraturan yang tertentu
yang telah dibuat oleh Allah swt untuksegala yang ada dalam alam semesta
yang ada dalam yang maujud ini.
Makna yang gamblang dari pada takdir itu ialah bahwa Allah swt membuat
beberapa ketentuan, peraturan, dan undang-undang yang diterapkan untuk
segala yang maujud ini bahwa segala sesuatu yang maujud itu pasti akan
berlaku.
Beriman kepada takdir adalah sebagian dari kepercayaan atau akidah yang
ditanamkan benar-benar dalam hati setiap orang muslim. Dalam haltakdir itu
tidak ada pengertian paksaan.
Adapun hikmatnya keimanan kepada takdir itu ialah supaya kekuatan dan
kecakapan manusia itu dapat mencapai kepada pengertian untuk menyadari
adanya peraturan dan ketentuan-ketentuan Tuhan, kemudian dilaksanakan
untuk membina dan membangun dengan bersendikan itu, juga mengeluarkan
harta benda yang terdapat dalam perbendaharaan bumi agar dapat di ambil
manfaatnya.
BAB 7
MALAIKAT
Alamala-ul a’ala (kelompok tertinggi) yakni Malaikat adalah suatu alam yang
halus, termasuk hal-hal yang ghaib tidak dapat dicapai oleh pancaindera. Jadi
mereka itu tidak termasuk dalam golongan makhluk yang wujud jasmaniahnya
dapat dilihat, diraba, dicium, didengar, dan dirasakan. Mereka hidup dalam suatu
alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini.
Malaikat itu disucikan dari kesyahwatan-kesyahwatan hayawaniah,
terhindar sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu, terjauh dari
perbuatan-perbuatan dosa dan salah.
Allah swt menciptakan malaikat itu dari pada nur (cahaya), sebagaimana
Dia menciptakan nabi Adam a.s. dari pada tanah liat, juga sebagaimana
menciptakan jin dari pada api.
Muslim meriwayatkan sebuah hadist dari ’Aisyah r’anha, bahwa Rasulullah
s.a.w. bersbda :
”Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua”. R.Muslim
Allah menciptakan malaikat itu lebih dulu dari pada menciptakan manusia.
Sebelum itu Allah swt memang telah memberitahukan kepada seluruh malaikt
bahwa manusi itu hendak diciptakan untuk dijadikan sebagai khalifah (pengganti)
di atas permukaan bumi ini.
Yang terang dan jelas ialah bahwa manusia itu lebi utama dan lebih
mulia dari pada malaikat itu, sebagaimana yang nyata tentang kelemahan
malaikat itu untuk menjawab berbagai pertanyaan yang dikemukakan oleh Allah
swt kepada mereka itu mengenai nama-nama benda yang tertantu, sedangkan
Adam a.s. dapat memberikan jawabannya dengan tepat dan benar. Jadi Allah
telah memuliakan manusia itu dengan mengaruniakan ilmu pengetahuan yang
tidak diberikan kepada malaikat.
E. KARYA MALAIKAT
BAB 8
JIN
Jin adalh suatu macam mahluk yang termasuk dalam golongan ruh yang
berakal yang juga diberi perintah taklif (menjalankan syari’at agama),
sebagaimana halnya bangsa manusia, hanya saja mereka itu tidak mempunyai
bahan-bahan kebendaan sebagaimana yang dipunyai oleh manusia dan oleh
sebab itu lalu tertutup dari pancaindera.
Jalan bagi kita untuk mengetahui alam Jin itu adalah dengan wahyu. Kitab
Allah dan Sunnah Rasulullah s.a.w. memberikan petunjuk kepada kita mengenai
bahan apa yang dari padanya jin itu diciptakan, juga mengenai penggolongannya
serta kemana perginya masing-masing golongan tersebut.
Allah swt menjelaskan tentang asal bahan yang dari padanya jin itu
diciptakan olehNya, sebagaiman firmanNya :
”Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia itu dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam, yang diberi bentuk. Dan Kami ciptakan
jin sebelum itu dari api yang sangat panas”. QS Al-Hijr:26-27
D. PENGGOLONGAN JIN
”Diantara kita ada golongan yang baik dan diantara kita ada yang tidak
demikian (yakni tidak baik). Kita sama menempuh jalan berlain-lainan”.
QS Jin:11
Maksudnya ialah bahwa diantara golonagn jin itu ada yang sempurna
kebaikannya, ada yang sedikit saja kebaikannya. Jadi banyak sekali macam-
macam coraknya itu sebagaimana yang dapat disaksikan dari golongan
manusia.
BAB 9
KITAB-KITAB DARI LANGIT
Sesungguhnya Allah swt itu mempunyai beberapa ajaran dan wasit yang
diwhyukan kepada para rasul dan nabiNya.
Diantara ajaran-ajaran dan wasiat-wasiat itu ada yang dicatatkan dalam
kitab dan diantaranya ada yang tidak dapat kita ketahui sama sekali. Tetapi yang
jelas ialah bahwa setiap nabi pasti mendapatkan risalat yang wajib disampaikan
kepada ummat dan kaumnya.
Allah swt berfirman :
”Seluruh manusia itu adalah ummat (bangsa) yang satu, kemudian Allah
mengutus beberapa orang nabi sebagai pembawa berita gembira dan
menyampaikan peringatan, dan diturunkanlah bersama dengan mereka itu kitab
dengan hak, supaya ia dapat memberikan keputusan diantara seluruh manusia
itu perihal perkara yang mereka perselisihkan”. QS Al-Baqarah:213
3. Al-Quran itu adalah firman Allah swt, sedang keadaan yang terjadi
di dalam alam semesta ini semuanya merupakan buah karya Allah
swt pula. Sudah dipastikan bahwa firman dan amal perbuatan Allah
itu tidak mungkin akan bertentangan antara yang satu dengan yang
lainnya.
4. Alla swt berkehendak supaya kalimatNya itu desebarluaskan dan
disampaikan kepada semua akal fikiran dan pendengaran.
Kehendak semacam ini tidak mungkin akan berhasil, kecuali jikalau
kalimat-kalimat itu sendiri benar-benar mudah diingat, dihafalkan
serta difahamkan. Oleh karena itu Al-Quran sengaja diturunkan oleh
Allah swt dengan suatu gaya bahasa yang istimewa mudahnya,
tidak sukar bagi siapapun untuk memahamkannya dan tidak sukar
pula mengamalkannya, asalkan disertai dengan keikhlasan hati dan
kemauan baik.
C. PEMBENARAN AL-QURAN PADA KITAB-KITAB YANG
TERDAHULU
Al-Quran itu dating untuk mengokohkan hak dan kebenaran yang terdapat
juga dalam kitab-kitab terdahulu. Tetapi disamping megokohkan hal-hal
sebagaimana di atas itu, Al-Quran juga menunjukkan, menjelaskan dan
menyingkapkan semua kesalahan dan kekeliruan yang terdapat di dalam kitab-
kitab yang terdahulu yang tentunya disebabkan karena pengotoran tangan
manusia yang membuat perubahan, penggantian, penukaran, serta meletakkan
mana-mana yang bukan semestinya.
“Sesungguhnya telah dating padamu semua cahaya dari Allah serta kitab
yang menerangkan. Dengan demikian kitab itulah Allah memimpin orang-orang
yang suka mengikuti keridlaanNya ke jalan keselamatan dam mengeluarkan
mereka dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang dengan izinNya
dan memimpin mereka ke jalan yang lurus”. QS Al-Ma’idah:15-16
BAB 10
RASUL-RASUL
Allah swt mewajibkan atas setiap orang islam supaya beriman kepada
semua rasul yang diutus olehNya tanpa membeda-bedakan antara yang seorang
dengan lainnya. Dalam hal ini Allah swt berfirman :
”Katakanlah : ”Kita semua beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada kita dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ja’kub dan
anak-anaknya, juga apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kita tidak memperbedakan
seorangpun di antara mereka dan kita patuh kepadaNya”. QS Al-Baqarah:136
Tidak sesuatu ummatpun yang tersunyi dari rasul. Jadi rasul-rasul itu
dikirimkan oleh Allah swt kepada berbagai ummat dan golongan di sepanjang
masa secara langsung. Maka tidak ada satu umat pun yang tidak ada rasulnya.
Allah swt berfirman :
Rasul adalah seorang manusia dari golongan ummat itu sendiri, sekalipun
ia pasti terambil dari keturunan yang mulia yang telah dikhususkan serta dipilih
oleh Allah swt dengan berbagai pemberian serta karunia.
Allah swt berfirman :
Tujuan pokok dan utama dari dibangkitkannya rasul-rasul itu oleh Allah
ialah untuk mengajak ummatnya kepada beribadat kepada Allah serta
menegakkkan agamaNya.
Allah swt berfirman :
”Tidaklah Kami mengutus seseorang rasul yang sebelummu (Muhammad),
melainkan Kami memberi wahyu kepadanya yaitu bahwa tiada Tuhan melainkan
Aku sendiri, maka sembahlah olehmu semua Aku ini”. QS Al-Anbia’:25
Para Rasul itu juga disucikan dari segala macam keburukan, dipelihara dari
perbuatan-perbuatan maksiat baik yang kecil ataupun yang besar.
Allah swt berfirman :
Mereka juga diberi hiasan oleh Allah swt dengan akhlak yang luhur dan budi
pekerti yang mulia, seperti sifat benar (shidiq), sentausa yakni dapat dipercaya
(amanah), menghabiskan usianya untuk membela yang hak serta menunaikan
kewajiban. Diantara mereka ada yang menerima gelar shiddiq (sangat lurus
jujur), sebagaimana firman Allah swt :
Ulul Azmi maksudnya teguh sekali hatinya dan segala cita-citanya dikejar
dengan segenap tenaga yang dimilikinya, sehingga akhirnya tercapai juga.
Ada sebagai alim ulama yang mengatakan bahwa yang termasuk dalam
golongan ulul azmi adalah semua rasul, jadi kata min” yang artinya dari”
hanyalah menunjukkan keterangan yakni jenis rasul sebagai utusan Allah.
Tetapi yang tersohor diantara sekian banyak pendapat itu ialah yang
mengatakan bahwa yang dinamakan ulul azmi itu adalah lima orang rasul :
1. Muhammad
2. Nuh
3. Ibrahim
4. Musa
5. Isa
Setiap nabi itu akan datang sesudah nabi yang lain untuk lebih
menyempurnakan apa yang telah dibina oleh nabi yang sebelumnya itu. Sebagai
penyempurna terakhir adalah junjungan kita Nabi Besar Muhammad s.a.w. dan
oleh sebab itu maka agama yang dibawa oleh beliau ini adalah sebagai
perasaan atau intisari dari agama-agama yang telah lalu, dakwahnya adalah
dakwah yang sudah pasti akan kekal untuk selama-lamanya, karena di dalamnya
terkandung unsur-unsur kehidupan dan tiang-tiang kemaslahtan duniawiah dan
ukhrawiah.
Allah swt berfirman :
”Pada hari ini Aku telah menyempurnakan agamamu itu untukmu semua
dan aku telah melengkapkan kenikmatanKu padamu dan Aku telah rela Islam itu
sebagai agama untukmu semua”. QS Al-Maidah:3
BAB 11
ROH
Roh adalah termasuk mahluk baru atau hawadist. Ia bukanlah benda yang
qadim atau dahulu. Roh itu menjelma dalam tubuh dan terus berdiam di
dalamnya sejak manusia masih dalam kandungan ibunya.
Kata-kata Roh dan Jiwa (nafs) itu mempunyai pengertian dan makna yang
sama saja. Allah berfirman :
”Allah yang mengambil jiwa (roh) manusia itu ketika wafatnya dan ketika
tidurnya sebelum wafat, lalu ditahannya jiwa (roh) yang sudah wafat, serta
dikembalikan jiwa (roh) yang lain (yang sedang tidur), sampai waktu yang
ditentukan”. QS Zumar:42
Roh itu setelah berpisah dengan tubuh, maka disaat itulah terjadinya
kematian. Namun demikian roh tersebut masih tetap dapat menangkap untuk
mendengarkan siapa-siapa yang berziarah padanya, ia dapat mengenalnya dan
bahkan dapat membalas salam seseorang yang memberikan salam padanya.
Roh itu dapat pula merasakan lezatnya kenikmatan dan dapat pula merasakan
sekitnya siksa neraka jahim.
BAB 12
HARI KIAMAT
Hari kiamat itu sekalipun saat tibanya tidak dapat diketahui sama sekali oleh
siapapun, kecuali Allah yang Maha Esa sendiri, tetapi Allah swt juga membuat
berbagai tanda atau alamat yang menunjukkan bahwa saat kejadiannya itu
sudah dekat.
Adapun tanda-tanda hari kiamat itu ada dua macam yakni :
A. Tanda-tanda kecil (alamat sughra)
B. Tanda-tanda besar (alamat kubra)
Allah berfirman :
3. Almahdi
Secara ringkasnya uraian mengenai Imam Almahdi itu adalah sebagi
berikut :
Percaya kepada hari kiamat adalah merupakan salah satu rukun atau sendi
dari berbagai rukun keimanan dan merupakan bagian utama sekali dari
beberapa bagian akidah. Bahkan sebagai unsur yang terpenting yang ada
disamping kepercayaan kepada Allah swt.
Karena kepercayaan kepada Allah swt akan dapat meyakinkan sumber
pertama yang dari padanya itulah timbulnya segala yang ada di alam semesta
ini, sedang percaya kepada hari akhir akan dapat meyakinkan bagaimana
kejadian yang terakhir bagi segenap benda yang pernah ada itu.
Hari akhir yakni hari kiamat itu didahului dengan musnahnya alam semesta
ini. Jadi pada hari itu akan matilah seluruh mahluk yang masih hidup. Bumi pun
akan berganti, bukannya bumi atau langit yang sekarang ini.
Selanjutnya Allah swt menciptakan alam lain yang disebutnya alam akhirat.
Disitulah seluruh mahluk akan dibangkitkan yakni dihidupkan lagi setelah mereka
mati. Setelah dibangkitkan ( diba’ats) lalu setiap jiwa akan dihisab
(diperhitungkan) seluruh amalannya baik yang berupa kebaikan atau keburukan.
Oleh sebab itu, maka barangsiapa yang kebaikannya dapat melebihi
keburukannya tentulah oleh Allah swt akan dimasukkan dalam surga, sedangkan
barang siapa yang keburukannya lebih banyak dari kebaikannya maka akan
dimasukkan oleh Allah swt dalam neraka.
Al-Quran itu sangat memperhatikan sekali perihal persoalan hari akhir dan
ini dikarenakan beberapa sebab :
• Bahwa kaum musyrikin dari bangsa Arab dahulu sangat
mengingkarinya dengan penentangan yang hebat sekali. Dalam
Al-Quran Allah swt menyebutkan golongan yang sedemikian ini
sebagaimana firmanNya :
”Orang-orang yang mengingkari itu berkata : ”Hal itu tidak ada lain
kecuali kehidupan kita di dunia ini saja, disinilah kita mati dan disini pula kita
hidup.Tidak akan ada yang merusakkan kita ini kecuali masa (yakni karena
massa hidup sudah lama dan usia sudah tua, lalu meninggal dunia)”.
QS Jatsiah:24
BAB 14
HISAB
Allah swtitu bersifat dengan semua sifat kesempurnaan. Salah satu dari
sifat-sifat kesempurnaanNya itu ialah keadilan dan kebijaksanaan. Dia adalah
Maha Adil dan tidak akan menganiaya ataupun merugikan seseorang jua dari
seluruh mahluknya. Dia juga Maha Bijaksana, maka Dia tidak akan meletakkan
sesuatu itu bukan pada tempatnya. Dia tidak akan mempersamakan antara
orang yang berbakti dan taat dengan orang kafir dan durhaka, antara orang
mukmin atau orang musyrik, juga antara orang yang berbuat baik dan yang
berbuat buruk.
Setelah allah swt menghidupkan seluruh mahluk dengan gaya baru, lalu
mereka itupun dikumpulkan disisiNya. Mereka digiring untuk berkumpul di
padang Mahsyar. Perlunya ialah setiap orang akan dihisab (diperhitungkan amal-
amalannya), baik yang berupa kebaikan atau keburukan. Bumipun akan menjadi
saksi atas hal-hal yang telah terjadi di atasnya.
Jadi, apabila hari kiamat sudah tiba dan waktu dihisab sudah mulai, maka
catatan-catatan yang dibuat oleh malaikat yang didalamnya berisi segala macam
amal perbuatan itulah yang akan ditunjukkan kepada pelakunya masing-masing.
Allah swt itu sendiri yang akan mengadakan perhitungan amal seluruh
mahluk ini tidak dengan perantara siapapun juga.
Rasulullah s.a.w. bersabda :
”Tidak seorangpun dari kamu semua pada hari kiamat itu nanti, melainkan
akan diajak bicara oleh Tuhanmu sendiri, Antara orang itu dengan Tuhan tidak
ada perantaranya sama sekali. Ia akan melihat kearah kanannya, maka tidak
ada yang dapat dilihat selain amalan yang sudah dilakukan. Ia lalu melihat
kearah kirinya, juga tidak ada yang dapat dilihat selain amalan yang telah
dilakukan. Kemudian ia melihat kearah mukanya, maka tidak ada yang dilihat
melainkan neraka belaka yang dihadapannya itu. Oleh sebab itu hendaklah
kamu semua takut kepada neraka itu, sekalipun dengan jalan bersedekah
sepotong kurma”.
Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.
BAB 15
SURGA DAN NERAKA
A. NERAKA
Jikalau Allah memberi balasan kepada orang-orang yang taat dan berbakti
itu dengan kenikmatan, maka kepada orang-orang yang durhaka dan bersalah
tentulah akan diberi balasan pula yaitu yang berupa siksa. Siksa itu ialah neraka
Jahim. Jahim itu sendiri adalah merupakan tempat penyiksaan.
Ada beberapa nama untuk neraka itu, diantaranya ialah :
• Hawiah
Allah berfirman :
”Dan barang siapa yang ringan timbangan amal baiknya, maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiah, Adakah yang memberitahukan
padamu apa Hawiah itu ?
Hawiah adalah neraka yang amat panas apinya”. QS AL-Qori’ah:8-11
• Lazha
Allah berfirman :
• Sa’ir
Allah berfirman :
• Saqar
Allah berfirman :
”Orang yang durhaka itu akan Kumasukan dalam Saqar. Adakah yang
memberitahukan padamu, apakah Saqar itu ?
Ia tidak membiarkan tertinggal dan tidak pula membiarkan berlebih. Ia
dapat mengganti (mengoyak-ngoyak) kulit manusia.
Disitu ada penjaganya yang tediri dari sembilanbelas malaikat (dengan
tugas penyiksaannya masing-masing)”. QS Al-Muddatsir:26-30
• Huthamah
Allah berfirman :
B. SURGA
KENIKMATAN-KENIKMATAN SURGA
Allah swt menjelaskan tentang sifat-sifat dan keadaan surga yakni bahwa
kenikmatan-kenikmatan yang ada di dalamnya itu adalah keka, kesukacitaan
disitu tidak akan pernah habis dan apa saja yang terdapat didalamnya benar-
benar tidak ada hitungannya.
”Wajah-wajah para ahli surga pada hari itu berseri-seri, karena dapat
melihat kepada Tuhannya”. QS Qiamah:22-23
”Dari keridlaan yang diperoleh dari Allah, itulah kenikmatan yang lebih
besar lagi”. QS Taubat:72
BAB 16
PENUTUP
Apa yang ditempuh oleh manusia dan apa yang telah dilaksanakan olehnya
dalam kehidupannya di dunia adalah merupakan suatu pernyataan dari
kenyataan akidah atau kepercayaan.
Jikalau akidah yang terpateri dalam jiwanya itu baik dan benar, maka baik
dan benar pulalah jalan yang ditempuhnya serta lurus dalam mengerjakannya.
Tetapi jikalau akidah itu rusak dan salah, maka jalan yang ditempuhnyapun
rusak, sesat dan menyeleweng dari kebenaran.
Oleh sebab itu maka akidah Tauhid dan keimanan adalah suatu hal yang
mutlak perlu yang sama sekali tidak dapat ditinggalkan oleh siapapun, agar
supaya seseorang itu dapat mencapai kesempurnaan kepribadian dan pula
merealisasikan kemanusiaanya itu sendiri.
Allah berfirman :