You are on page 1of 21

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA

DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA in Vitro


TERHADAP Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan
Escherichia coli ATCC 35218 SERTA PROFIL
KROMATOGRAFI LAPIS TIPISNYA


Yeni Dianita Sari, Sitti Nur Djannah, Laela Hayu Nurani
Fakultas Farmasi, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta



Abstract

Background: A research has been done to test the In vitro antibacterial activities of sirsak leaf
(Annona muricata L.) infuse toward Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Escherichia coli
ATCC 35218 to analyze its thin layer chromatography profile. This research done to observe the
antibacterial activity from sirsak leaf infuse.
Method: A test on the antibacterial activity was done by using liquid dilution method. The
concentration infuse in sterile destilate water using to test the antibacterial activity toward S.
aureus were 100%, 95%, 90%, 85%, 80%, and 75% w/v, while toward E. coli were 100%, 90%,
80%, 70%, 60%, and 50% w/v. To detect Chemical contains of the sirsak leaf infuse were
identified using Screening method of Phytochemistry and Thin Layer Chromatography (TLC).
Result: The result showed that the Minimum Bacterial Concentration (MBC) of sirsak leaf infuse
S. aureus were 85% w/v, while E. coli could not be show antibacterial activity until 100% w/v
concentration. The Minimum Inhibition Concentration (MIC) could not be identified by the liquid
dilution because the mixture were turbid and the colour is dark brown. Screening method of
Phytochemistry use tube-test and Thin Layer Chromatography showed that the infuse contain
flavonoid, poliphenol, and alkaloid.
Conclusion: Infuse of sirsak leaf (Annona muricata L.) has antibacterial activity against
Staphylococcus aureus ATCC 25923 and Escherichia coli ATCC 35218 profil infuse. Thin Layer
Chromatography showed that the infuse contain flavonoid, poliphenol, and alkaloid.

Keyword: Antibacterial, sirsak leaf, chromatography


1. PENDAHULUAN

Manusia hidup selalu berinteraksi dengan lingkungan, lingkungan yang tidak
sehat dan gaya hidup yang buruk menyebabkan kita selalu kontak dengan bakteri,
virus, fungi, dan berbagai bentuk kehidupan parasit. Hal ini juga didukung dengan
keadaan udara yang berdebu, temperatur yang hangat dan lembab sehingga
memudahkan tumbuh suburnya mikroba. Penyakit infeksi dapat menular kepada
orang lain yang sehat, kondisi sanitasi yang tidak cukup memadai merupakan salah
satu cara penularan penyakit infeksi.
1

Obat-obatan yang digunakan untuk terapi penyakit infeksi biasanya berupa
obat modern tetapi obat modern tersebut berisiko dengan timbulnya efek samping
yang tidak diinginkan, bahkan tak jarang dapat menimbulkan resistensi bakteri.
Untuk itu penggunaan obat-obatan yang berasal dari alam dapat digunakan
sebagai alternatif pengobatan, hal ini disebabkan karena obat tradisional relatif
mudah didapat. Didukung dengan adanya bahan obat dari alam yang tumbuh
berlimpah di Indonesia, sehingga penggunaan obat tradisional menjadi semakin
meningkat dan berkembang luas di masyarakat.
2

Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
ISSN : 1978-0575
218
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif masih merupakan masalah yang sulit diatasi karena menyangkut
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kesehatan.
3

Penyakit diare merupakan penyakit yang sering dikeluhkan atau diderita
oleh masyarakat, kasus ini terdapat di negara-negara berkembang dengan standar
hidupnya rendah, dimana dehidrasi akibat diare merupakan salah satu penyebab
kematian penting pada anak-anak. Diare adalah penyakit infeksi yang
menyebabkan frekuensi defekasi melebihi frekuensi normal dengan konsentrasi
feses encer bahkan bercampur lendir dan darah. Diare dapat disebabkan karena
enterotoksin atau racun yang dihasilkan oleh bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus melalui bahan makanan dan minuman yang terinfeksi oleh
banyak kuman, menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa. Bakteri-bakteri ini
memperbanyak diri dan membentuk toksin yang dapat diresorbsi ke dalam darah
dan menimbulkan gejala hebat, seperti nyeri kepala, dan kejang-kejang, disamping
mencret berdarah dan berlendir. Selain itu juga bakteri Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli merupakan flora normal pada kulit dan saluran cerna manusia
yang pada keadaan tertentu bisa menyebabkan diare dan menjadi pathogen.
3

Salah satu jenis tanaman obat yang digunakan secara tradisional sebagai
obat diare adalah Annona muricata L. atau yang lebih dikenal dengan nama sirsak.
Kegunaan sirsak adalah sebagai antibakteri, antivirus, antiparasit, kardiotonik,
dekongestan, menurunkan panas, penenang, membasmi kutu, dan sebagai obat
cacing.
4
Daun sirsak mengandung saponin, tanin, alkaloid, dan flavonoid, yang
mana senyawa ini dapat berfungsi sebagai desinfektan-antiseptik, sehingga dapat
dimungkinkan bahwa tanaman yang mengandung senyawa ini dapat digunakan
sebagai antibakteri khususnya untuk mengobati penyakit diare.
5

Untuk menguji kebenaran khasiat sirsak (Annona muricata L.) secara ilmiah
sebagai antibakteri perlu dilakukan uji aktivitas infusa daun sirsak terhadap
Staphylococcus aureus yang mewakili Gram positif dan Escherichia coli yang
mewakili Gram negatif. Selain itu, juga perlu dilakukan identifikasi komponen
golongan senyawa kimia dalam tanaman sirsak.



2. METODE PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1) Alat

a) Alat yang digunakan untuk pembuatan infusa yaitu panci infusa,
termometer, penangas air, labu ukur, corong, kain flannel, dan alat-alat
gelas.
b) Alat-alat untuk uji mikrobiologi yaitu inkubator 37
0
C, rak tabung, tabung
reaksi, cawan petri, mikropipet, ose steril, yellow tip dan blue tip, dan
lampu Bunsen.
c) Alat untuk Kromatografi Lapis Tipis yaitu bejana kromatografi, pipet
kapiler, pipet ukur, lampu ultraviolet, lempeng silika gel GF, dan alat
penyemprot.

2) Bahan

a) Bahan
Daun sirsak (Annona muricata L.) diambil pada bulan Oktober 2006 dari
219
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
daerah Bulaksumur, Yogyakarta.
b) Bakteri Uji
Staphylococcus aureus ATCC 25923 mewakili Gram positif dan
Escherichia coli ATCC 35218 mewakili Gram negatif yang diperoleh dari
Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran UGM Yogyakarta.
c) Bahan Penyari
Bahan penyari yang digunakan adalah aquadest steril.
d) Bahan Uji Daya Antibakteri
Bahan murni Staphylococcus aureus ATCC 25923, bahan murni
Escherichia coli ATCC 35218, media Brain Heart Infusion (BHI), media
Brain Heart Infusion Double Strength (BHI DS), aquadest steril, media
Mc. Conkey, media Agar Darah, standar Mc. Farland, dan kloramfenikol.
e) Bahan Untuk Kromatografi Lapis Tipis
1) Fase diam : Silika gel GF
254

2) Deteksi : AlCl
3
, FeCl
3
, dan pereaksi semprot Dragendorff.
3) Fase gerak : Metanol-asam formiat (100:1,5), etil asetat-asam
formiat-asam asetat-air (100:11:11:27), dan etil asetat-metanol-asam
formiat (60:30:10).


B. Prosedur Penelitian

1) Pengumpulan dan Penyiapan Bahan
Sampel berupa daun sirsak (Annona muricata L.) yang diambil pada
bulan Oktober 2006 dari daerah Bulaksumur, Yogyakarta. Daun sirsak yang
diambil, dibersihkan dari kotoran yang menempel, dicuci dengan air
mengalir setelah itu dikeringkan dengan sinar matahari menggunakan
bantuan kain hitam yang sebelumnya diangin-anginkan terlebih dahulu.
Setelah kering maka daun diserbuk dan siap untuk diteliti.

2) Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman daun sirsak (Annona muricata L.) di lakukan di
Laboratorium Farmakognosi Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, menggunakan buku acuan Van
Steenis 1997.
6


3) Pembuatan Infusa Daun Sirsak
Infusa dibuat dari daun sirsak 10% b/v dengan cara sebagai berikut:
daun sirsak seberat 10 gram kemudian dimasukkan ke dalam panci infusa,
ditambahkan aquadest 120 ml (100 ml + 20 ml air ekstra). Daun sirsak yang
telah ditambahkan aquadest dipanaskan menggunakan pemanas air
selama 15 menit terhitung setelah suhu dalam panci mencapai 90
0
C, sambil
sesekali diaduk. Diserkai selagi panas dengan menggunakan kain flanel,
dijadikan 100 ml infusa. Jika volumenya kurang dari 100 ml dapat
ditambahkan air panas yang dilewatkan pada ampas daun hingga diperoleh
100 ml infusa daun sirsak. Infusa dipekatkan sampai volume 5 ml (200% b/
v) sebagai stock dan disterilkan dengan autoclave 121
0
C selama 1520
menit. Larutan stock tersebut kemudian diencerkan sampai dengan seri
kadar yang dikehendaki.




ISSN : 1978-0575
220
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
4) Uji Mikrobiologi

a) Sterilisasi Aat dan Bahan
Semua peralatan yang akan digunakan dicuci bersih, dikeringkan
dibungkus kertas dan disterilkan dengan oven pada suhu 200
0
C selama
12 jam dan bahan yang akan digunakan untuk uji mikrobiologi
disterilkan dengan autoclave pada suhu 121
0
C selama 1520 menit.

b) Penyiapan Stock Bakteri

Staphylococcus aureus Escherichia coli
biakan murni biakan murni


Masing-masing gores pada media agar


Inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37 C


Simpan dalam almari es


Stock bakteri

Gambar 2. Skema Penyiapan Stock Bakteri

c) Penyiapan Suspensi Bakteri

Ambil 2-3 koloni bakteri dari stock bakteri
(Staphylococcus aureus dan Escherichia coli)


Masukkan dalam BHI 2 ml, inkubasi pada 37
0
C selama 18-24 jam


Ambil 100-200 l masing-masing masukkan ke dalam tabung
berisi 1 ml BHI, inkubasi pada suhu 37
0
C selama 3-5 jam


Encerkan dengan NaCl 0,9% sampai kerapatan bakteri
sama dengan standar Mc. Farland 10
8
CFU/ml


Masukan dalam media cair BHI DS sampai konsentrasi 10
6
CFU/ml

Gambar 3. Skema Pembuatan Suspensi Bakteri





221
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
d) Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum
(KBM)

Untuk mencari KHM dilakukan dengan cara: pada tabung uji
dimasukkan infusa dan diinkubasi bersama bakteri pada suhu 37
0
C
selama 18-24 jam. Kemudian diamati ada tidaknya kekeruhan larutan uji
dibandingkan dengan kontrol. Kadar infusa dalam larutan uji adalah
75%, 80%, 85%, 90%, 95%, dan 100% b/v untuk sampel yang akan diuji
dengan S.aureus, sedangkan untuk E. coli dengan kadar sampel 50%,
60%, 70%, 80%, 90%, dan 100% b/v. Pembuatan larutan sampel dalam
berbagai konsentrasi adalah sebagai berikut: disiapkan 12 tabung (6
tabung untuk larutan uji S. aureus dan 6 tabung lagi untuk E. coli), untuk
masing-masing tabung dilarutkan sampel dengan volume tertentu
dengan aquadest steril dalam volume tertentu hingga didapatkan
konsentrasi yang diinginkan.
Penentuan KBM dilakukan dengan cara pada masing-masing tabung uji
tersebut digoreskan pada media Agar Darah untuk Staphylococcus
aureus dan pada media agar Mc. Conkey untuk Escherichia coli,
kemudian dilihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri dan bandingkan
dengan kontrol. Untuk lebih jelasnya cara kerja penentuan KHM dan
KBM dapat dilihat pada gambar 4.
Cara kerja untuk perlakuan terhadap bakteri S. aureus yaitu:
1) Disiapkan 6 tabung reaksi steril, selanjutnya membuat konsentrasi
awal.
2) Tabung 1 diisi 0,5 ml infusa 200% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
3) Tabung 2 diisi 0,5 ml infusa 190% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
4) Tabung 3 diisi 0,5 ml infusa 180% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
5) Tabung 4 diisi 0,5 ml infusa 170% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
6) Tabung 5 diisi 0,5 ml infusa 160% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
7) Tabung 6 diisi 0,5 ml infusa 150% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
8) Cara kerja untuk perlakuan terhadap bakteri E. coli yaitu:
9) Disiapkan 6 tabung reaksi steril, selanjutnya membuat konsentrasi
awal.
10) Tabung 1 diisi 0,5 ml infusa 200% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
11) Tabung 2 diisi 0,5 ml infusa 180% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
12) Tabung 3 diisi 0,5 ml infusa 160% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
13) Tabung 4 diisi 0,5 ml infusa 140% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
14) Tabung 5 diisi 0,5 ml infusa 120% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
15) Tabung 6 diisi 0,5 ml infusa 100% b/v dan 0,5 ml suspensi bakteri.
16) Cara kerja untuk kontrol yaitu sebagai berikut:
a) Disiapkan 7 tabung reaksi steril, selanjutnya membuat kontrol.
b) Tabung 1 diisi BHI DS 0,5 ml dan 0,5 ml aquades steril (kontrol
pelarut).
c) Tabung 2 diisi BHI DS 0,5 ml dan 0,5 ml infusa 100% b/v (kontrol
infusa).
d) Tabung 3 diisi 1 ml BHI DS (kontrol media).
e) Tabung 4 dan 5 diisi 0,5 ml kloramfenikol 0,125% b/v dan 0,5 ml
suspensi bakteri (S.aureus atau E. coli) (kontrol positif).
f) Tabung 6 dan 7 diisi 1 ml suspensi bakteri (S. aureus atau E.
coli) (kontrol bakteri).



ISSN : 1978-0575
222
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
12 Tabung Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol Kontrol
larutan uji positif infusa bakteri media pelarut



Inkubasi pada suhu 37
0
C selama 1824 jam


Amati dan bandingkan dengan kontrol


Tentukan KHM


Gores pada media agar, Staphylococcus aureus pada
Agar Darah dan Escherichia coli pada Mc Conkey


Inkubasi pada suhu 37
0
C selama 18-24 jam


Amati kontrol bakteri dan bandingkan dengan kontrol


Tentukan KBM

Gambar 4. Skema Pembuatan KHM dan KBM


5) Skrining Fitokimia

Skrining Fitokimia dengan menggunakan uji tabung dilakukan
berdasarkan acuan buku Petunjuk Praktikum Analisa Obat Tradisional
karangan Nurani tahun 2006.
7


a) Pemeriksaan Pendahuluan
Serbuk daun sirsak dalam tabung reaksi sebanyak 2 gram
dipanaskan dengan aquades 10 ml menggunakan penangas air
mendidih selama 30 menit, larutan yang terjadi kemudian disaring.
Larutan yang dihasilkan tersebut berwarna kuning sampai merah yang
menunjukkan adanya senyawa yang mengandung gugus kromofor
(flavonoid, tanin, alkaloid, dan saponin). Tambahkan 3 tetes KOH maka
warna akan menjadi lebih intensif.
b) Pemeriksaan Alkaloid
Serbuk sebanyak 2 gram dipanaskan dalam tabung reaksi besar
dengan HCl 1% 10 ml selama 30 menit dalam tangas air mendidih.
Suspensi disaring dengan kapas ke dalam tabung reaksi I dan tabung
reaksi II sama banyak. Larutan I dibagi dua sama banyak, lalu
tambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff kedalam tabung Ia dan larutan
Ib ditambah pereaksi 3 tetes Meyer. Terbentuknya endapan dengan
kedua pereaksi tersebut berarti menunjukkan adanya alkaloid. Adanya
alkaloid dari basa tertier atau kuarterner dapat ditunjukkan dengan
penambahan serbuk natrium carbonat sampai pH 8-9. Kemudian
223
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
dicampur dengan kloroform 4 ml, diaduk pelan-pelan. Setelah kloroform
memisah, diambil dengan pipet dan ditambahkan asam cuka 5% sampai
pH 5 diaduk lalu dipisahkan lapisan atas dengan pipet. 5 tetes pereaksi
Dragendorff ditambahkan pada lapisan atas, terbentuknya endapan
menunjukkan adanya alkaloid dari basa kurterner kemudian lapisan
bawah ditambah HCl 1% 10 tetes, diaduk dan dipisahkan lapisan atas
serta ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan
menunjukkan adanya alkaloid dari basa tertier.
c) Pemeriksaan Polifenol
Sebanyak 500 mg serbuk dipanaskan dengan air 10 ml selama
30 menit di atas tangas air mendidih, disaring panas-panas setelah
dingin ditambah pereaksi FeCl
3
sebanyak 3 tetes. Terjadinya warna
hijau biru menunjukkan adanya polifenol. Uji diulang dengan filtrat hasil
pendidihan 500 mg simplisia dengan etanol 80% 5 ml selama 1 menit
dalam tangas air.
d) Pemeriksaan Saponin
Serbuk daun sirsak sebanyak 100 miligram ditambahkan
aquades 10 ml dan dikocok kuat-kuat selama 30 menit sampai muncul
busa setinggi 3 cm dalam tabung reaksi. Letakkan tabung reaksi dalam
posisi tegak selama 30 menit. Apabila masih terdapat busa, maka
kemungkinan mengandung saponin. Untuk memastikan bahwa busa
yang terbentuk berasal dari saponin dan bukan berasal dari tumbuhan
maka teteskan larutan asam sebanyak 3 tetes. Bila busa stabil maka
dipastikan terdapat saponin.
e) Pemeriksaan Tannin
Serbuk daun sirsak dalam tabung reaksi sebanyak 500 miligram
dipanaskan dengan aquades sebanyak 10 ml selama 30 menit
menggunakan tangas air, larutan yang terjadi kemudian disaring. Filtrat
ditambahkan 1 ml larutan NaCl 2%, bila terjadi suspensi endapan
disaring melalui kertas saring. Kemudian filtrat yang didapat
ditambahkan 2 ml larutan gelatin 1%. Terbentuknya endapan
menunjukkan adanya tanin.


6) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Infusa daun sirsak diidentifikasi golongan senyawa yang terkandung
di dalamnya dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Identifikasi kandungan senyawa kimia dalam infusa daun sirsak dilakukan
untuk 3 macam senyawa yaitu senyawa flavonoid, polifenol, dan alkaloid.
Larutan cuplikan dibuat dengan cara membuat infusa. Sediaan infusa daun
sirsak dikeringkan, kemudian untuk deteksi senyawa flavonoid dan polifenol
maka sampel dilarutkan dalam metanol, panaskan pada suhu 60 C.
Kemudian digojog setelah itu totolkan pada plat kromatografi. Sedangkan
untuk deteksi alkaloid setelah infusa dikeringkan dilarutkan dalam amonia
10%. Kemudian digojog, ambil fase basanya dan ekstraksi dengan
kloroform. Ambil fase kloroform dan diuapkan, setelah itu totolkan pada plat
kromatografi. Tiap plat dimasukkan dalam bejana pengembang yang telah
jenuh dengan fase gerak masing-masing. Lalu elusi sampai batas, angkat
dan kemudian keringkan dengan bantuan kipas angin. Diamati di UV
254 nm
,
UV
366 nm
, dan disemprot dengan pereaksi semprot. Untuk flavonoid
disemprot dengan AlCl
3
, untuk polifenol disemprot dengan FeCl
3,
dan untuk
alkaloid disemprot dengan Dragendorff. Fase gerak yang digunakan untuk
ISSN : 1978-0575
224
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
deteksi flavonoid digunakan fase gerak etil asetat-asam formiat-asam
asetat-air (100:11:11:27), deteksi polifenol digunakan fase gerak etil asetat-
metanol-asam formiat (60:30:10), dan deteksi alkaloid yaitu dengan
methanol-asam formiat (100:1,5).
8

Deteksi flavonoid dengan :
1) Fase diam : Silika gel GF
254

2) Fase gerak : Etil asetat - asam formiat - asam asetat - air
(100:11:11:27)
3) Deteksi : Sinar UV
254 nm
, UV
366 nm
, pereaksi semprot AlCl
3

4) Pembanding : Rutin

Deteksi polifenol dengan:
1) Fase diam : Silika gel GF
254

2) Fase gerak : Etil asetat-metanol-asam formiat (60:30:10)
3) Deteksi : Sinar UV
254 nm
, UV
366 nm
, pereaksi semprot FeCl
3


Deteksi alkaloid dengan:
1) Fase diam : Silika gel GF
254

2) Fase gerak : Metanol-asam formiat (100:1,5)
a) Deteksi : Sinar UV
254 nm
, UV
366 nm
, pereaksi Dragendorff
b) Pembanding : Kuinin


7) Analisis Data

a) Uji Antibakteri
KHM ditetapkan berdasarkan keruh atau tidaknya masing-
masing sampel dalam tabung uji. Pada metode dilusi cair ini masing-
masing sampel dalam tabung uji digoreskan pada media Mc. Conkey
untuk E. coli dan Agar Darah untuk S. aureus dan hasilnya dibandingkan
dengan kontrol, KBM ditetapkan berdasarkan ada tidaknya pertumbuhan
bakteri pada media agar dalam cawan petri.
b) Analisis KLT
Bercak yang timbul sebelum disemprot dapat dilihat di bawah
UV
254 nm-
dan UV
366 nm
warna yang timbul nantinya dapat diamati.
Selanjutnya lempeng dapat disemprot dengan penyemprot yang sesuai
dan bandingkan dengan literatur atau pustaka serta perhitungan Rf
bercak.















225
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Pendahuluan Aktivitas Antibakteri

Tabel 1. Hasil Uji Pendahuluan Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak
Terhadap S. aureus dan E. coli
















Keterangan:










Uji pendahuluan aktivitas antibakteri infusa daun sirsak perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah infusa daun sirsak tersebut memilki aktivitas
antibakteri, dan juga untuk mengetahui konsentrasi terendah dari larutan uji
yang dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri. Uji
pendahuluan dilakukan terhadap bakteri S. aureus ATCC 25923 yang mewakili
Gram positif dan E. coli ATCC 35218 yang mewakili Gram negatif. Uji
pendahuluan infusa daun sirsak dilakukan dengan membuat variasi seri kadar
sehingga diperoleh kadar akhir 50%, 60%, 70%, 80%,90%, dan 100% b/v. Pada
uji pendahuluan Kadar Hambat Minimum (KHM) pada tiap larutan uji tidak dapat
diamati kekeruhan atau kejernihan, hal ini disebabkan karena larutan sampel
berwarna coklat tua, sedangkan pada uji pendahuluan infusa daun sirsak
menunjukkan bahwa Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap S. aureus adalah
90% b/v, sedangkan pada E. coli sampai pada kadar 100% b/v infusa daun
sirsak tidak juga menunjukkan aktivitas antibakterinya atau tidak mampu
membunuh sehingga Kadar Bunuh Minimum (KBM) tidak dapat ditentukan.





ISSN : 1978-0575
226
KES MAS
No.
Kadar
(% b/v)
Hasil Uji
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Keruh/jernih
Pertumbuhan
koloni
Keruh/jernih
Pertumbuhan
koloni
I 100 K - K +
II 90 K - K +
III 80 K + K +
IV 70 K + K +
V 60 K + K +
VI 50 K + K +
VII K
1
J - J -
VIII K
2
J - J -
IX K
3
K - K -
X K
4
J - J -
XI K
5
K + K +
I. Konsentrasi sampel 100%
II. Konsentrasi sampel 90%
III. Konsentrasi sampel 80%
IV. Konsentrasi sampel 70%
V. Konsentrasi sampel 60
VI. Konsentrasi sampel 50%
VII. K
1
= Kontrol pelarut
VIII. K
2
= Kontrol media
IX. K
3
= Kontrol infusa
X. K
4
= Kontrol positif
XI. K
5
= Kontrol suspensi bakteri
J = Jernih + = Tumbuh koloni
K = Keruh - = Tidak tumbuh koloni
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
B. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak terhadap S. aureus ATCC
25923 yang mewakili gram positif dan E. coli ATCC 35218 yang mewakili Gram
negatif dilakukan dengan metode dilusi cair
Pada pemeriksaan aktivitas antibakteri secara dilusi cair digunakan
beberapa kontrol sebagai pembanding yaitu, kontrol media yang berisi media
BHI DS, kontrol pelarut yang berisi aquades steril dan BHI DS, kontrol bakteri
yang berisi suspensi bakteri (S. aureus atau E. coli), kontrol negatif yang berisi
infusa dengan konsentrasi 100% b/v dan BHI DS, dan kontrol positif yang berisi
kloramfenikol 0,125% b/v yang ditambahkan suspensi bakteri.
Penetapan KHM pada pengujian antibakteri dengan metode dilusi cair,
parameter yang digunakan adalah kekeruhan (ada pertumbuhan bakteri) dan
kejernihan (tidak ada pertumbuhan bakteri), yang terlihat setelah diinkubasi
selama 18-24 jam pada suhu 37C. Nilai KHM ditentukan dengan mengamati
kadar terkecil yang masih jernih yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri. Pada penelitian ini, KHM sulit untuk diamati karena larutan uji berwarna
coklat tua, sehingga adanya kekeruhan akibat pertumbuhan bakteri tidak dapat
diamati, maka dilakukan penggoresan larutan uji hasil dilusi cair pada media
pertumbuhan yang sesuai. Untuk S. aureus menggunakan media Agar Darah
dan untuk E. coli menggunakan media Mc Conkey.
Hasil uji aktivitas antibakteri terhadap S. aureus ATCC 25923
menunjukkan bahwa infusa daun sirsak dengan konsentrasi 85% b/v dapat
membunuh pertumbuhan bakteri. Namun karena KHM sulit untuk diamati pada
larutan uji, maka dilakukan penggoresan larutan uji hasil dilusi cair pada media
pertumbuhan Agar Darah. Media padat Agar Darah merupakan media padat
yang kaya akan zat-zat kimia dan zat anorganik tingkat tinggi yang berasal dari
makhluk hidup yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Jika bakteri
tumbuh maka akan terlihat koloni bakteri pada goresan di media Agar Darah
dan bisa juga ditandai dengan adanya daerah bening disekitar pertumbuhan
bakteri. Hasil uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak dalam menghambat
pertumbuhan bakteri S. aureus secara dilusi cair dapat dilihat pada gambar 5
dan gambar 6 untuk kontrol. Sedangkan hasil uji aktivitas antibakteri infusa
daun sirsak yang dapat membunuh S. aureus dapat dilihat pada gambar 7 dan
gambar 8 untuk kontrol.


Gambar 5. Hasil uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak terhadap S.
aureus ATCC 25923 secara dilusi cair




227
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)












Gambar 6. Hasil Uji Kontrol Infusa Daun Sirsak Terhadap Bakteri S.
aureus ATCC 25923 Secara Dilusi Cair

Keterangan:














Gambar 7. Hasil Uji Penentuan KBM Infusa Daun Sirsak Terhadap S.
aureus ATCC 25923 Pada Media Agar Darah













Gambar 8. Hasil uji penentuan KBM Kontrol Infusa Daun Sirsak
Terhadap S. aureus ATCC 25923
I. Konsentrasi 100% b/v
II. Konsentrasi 95% b/v
III. Konsentrasi 90% b/v
IV. Konsentrasi 85% b/v
V. Konsentrasi 80% b/v
VI. Konsentrasi 75% b/v
K
1
= Kontrol pelarut
K
2
= Kontrol media
K
3
= Kontrol infusa
K
4
= Kontrol positif
K
5
= Kontrol suspensi bakteri S.
Aureus ATCC 25923
ISSN : 1978-0575
228
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Keterangan:


Hasil uji penentuan Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa daun sirsak
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Penentuan KBM Infusa Daun Sirsak Terhadap S. aureus
ATCC 25923














Keterangan:

+ = Tumbuh koloni
- = Tidak tumbuh koloni

Hasil uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak terhadap E. coli ATCC
35218 menunjukkan bahwa sampai pada konsentrasi 100% b/v tidak mampu
membunuh pertumbuhan bakteri tersebut. Begitupun juga KHM sulit untuk
diamati pada larutan uji, maka dilakukan penggoresan larutan uji hasil dilusi cair
pada media agar Mc Conkey, dimana media padat Mc Conkey merupakan
media padat yang khas untuk kuman-kuman perut. E. coli merupakan bakteri
yang melisis laktosa sehingga akan menampakkan warna merah. Hasil uji
aktivitas antibakteri infusa daun sirsak dalam menghambat pertumbuhan bakteri
E. coli secara dilusi cair dapat dilihat pada gambar 9 dan gambar 10 untuk
kontrol. Sedangkan hasil uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak terhadap E.
coli dapat dilihat pada gambar 11 dan gambar 12 untuk kontrol.



I. Konsentrasi 100% b/v
II. Konsentrasi 95% b/v
III. Konsentrasi 90% b/v
IV. Konsentrasi 85% b/v
V. Konsentrasi 80% b/v
VI. Konsentrasi 75% b/v
K
1
= Kontrol pelarut
K
2
= Kontrol media
K
3
= Kontrol infusa
K
4
= Kontrol positif
K
5
= Kontrol suspensi bakteri S.
Aureus ATCC 25923
I. Konsentrasi sampel 100%
II. Konsentrasi sampel 95%
III. Konsentrasi sampel 90%
IV. Konsentrasi sampel 85%
V. Konsentrasi sampel 80%
VI. Konsentrasi sampel 75%
VII. K
1
= Kontrol pelarut
VIII. K
2
= Kontrol media
IX. K
3
= Kontrol infusa
X. K
4
= Kontrol positif
XI. K
5
= Kontrol suspensi S. aureus
ATCC 25923
229
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
No.
Kadar (%
b/v)
Hasil pengamatan
Petri I Petri II Petri III
I. 100 - - -
II. 95 - - -
III. 90 - - -
IV. 85 - - -
V. 80 + + +
VI. 75 + + +
VII. K
1
- - -
VIII. K
2
- - -
IX. K
3
- - -
X. K
4
- - -
XI. K
5
+ + +
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)











Gambar 9. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri E. coli ATCC 35218 Secara
Dilusi Cair













Gambar 10. Hasil Uji Kontrol Infusa Daun Sirsak Terhadap Bakteri E.
coli ATCC 35218 Secara Dilusi Cair

Keterangan:

+ = Tumbuh koloni
- = Tidak tumbuh koloni












Gambar 11. Hasil Uji Penentuan KBM Infusa Daun Sirsak Terhadap E.
coli ATCC 35218 Pada Media Mc Conkey
I. Konsentrasi 100% b/v
II. Konsentrasi 90% b/v
III. Konsentrasi 80% b/v
IV. Konsentrasi 70% b/v
V. Konsentrasi 60% b/v
VI. Konsentrasi 50% b/v
K
1
= Kontrol pelarut
K
2
= Kontrol media
K
3
= Kontrol infusa
K
4
= Kontrol positif
K
5
= Kontrol suspensi bakteri E. Coli
ATCC 35218
ISSN : 1978-0575
230
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D

Gambar 12. Hasil Uji Penentuan KBM Kontrol Infusa Daun Sirsak
Terhadap E. coli ATCC 35218 Pada Media Mc Conkey

Keterangan:


Hasil uji penentuan Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa daun sirsak
dapat dibuat tabel 3

Tabel 3. Hasil Penentuan KBM Infusa Daun Sirsak Terhadap E. coli ATCC
35218














Keterangan:







+ = Tumbuh koloni
- = Tidak tumbuh koloni
I. Konsentrasi 100% b/v
II. Konsentrasi 90% b/v
III. Konsentrasi 80% b/v
IV. Konsentrasi 70% b/v
V. Konsentrasi 60% b/v
VI. Konsentrasi 50% b/v
VII. K
1
= Kontrol pelarut
VIII. K
2
= Kontrol media
IX. K
3
= Kontrol infusa
X. K
4
= Kontrol positif
XI. K
5
= Kontrol suspensi bakteri
E. Coli ATCC 35218
231
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
No. Kadar (%b/v)
Hasil pengamatan
Petri I Petri II Perti III
I. 100 + + +
II. 90 + + +
III. 80 + + +
IV. 70 + + +
V. 60 + + +
VI. 50 + + +
VII. K
1
- - -
VIII. K
2
- - -
IX. K
3
- - -
X. K
4
- - -
XI. K
5
+ + +
I. Konsentrasi 100% b/v
II. Konsentrasi 90% b/v
III. Konsentrasi 80% b/v
IV. Konsentrasi 70% b/v
V. Konsentrasi 60% b/v
VI. Konsentrasi 50% b/v
VII. K
1
= Kontrol pelarut
VIII. K
2
= Kontrol media
IX. K
3
= Kontrol infusa
X. K
4
= Kontrol positif
XI. K
5
= Kontrol suspensi bakteri
E. Coli
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
Hasil uji metode dilusi cair didapatkan harga KBM yang berbeda, untuk
S. aureus ATCC 25923 pada kadar 85% b/v sedangkan pada E. coli ATCC
35218 sampai pada kadar 100% b/v tidak dapat membunuh atau tidak
menunjukkan aktivitas antibakterinya. Hal ini mungkin disebabkan karena
adanya perbedaan komponen penyusun dinding sel antara bakteri Gram positif
dengan bakteri Gram negatif. Dinding sel merupakan bagian yang terpenting
dari sel bakteri karena berfungsi menyediakan komponen struktural yang kaku
dan kuat sehingga memberi bentuk sel. Dinding sel bakteri Gram positif
strukturnya lebih sederhana dibandingkan struktur dinding sel bakteri Gram
negatif yang lebih kompleks. Kompleksitas dinding sel bakteri tersebut
kemungkinan dapat menghambat obat yang diujikan.
Pada kuman Gram positif, dinding sel terutama terdiri dari peptidoglikan
dan asam teikoat. Peptidoglikan merupakan polimer kompleks yang terdiri dari
rangkaian asam N-asetil glukosamin dan asam N-asetil muramat yang disusun
secara berganti-ganti. Pada kuman Gram negatif, dinding selnya terdiri dari
lapisan peptidoglikan, lipoprotein selaput luar, dan lipopolisakarida.
Lipopolisakarida dinding sel Gram negatif terdiri dari suatu lipid yang kompleks,
yang dinamakan Lipid A.
9

Susunan yang kompleks pada bakteri Gram negatif menimbulkan
rintangan yang besar untuk ditembus oleh suatu antibakteri, sehingga KBM
infusa daun sirsak terhadap E. coli lebih besar dibandingkan terhadap S.
aureus. Jadi dapat disimpulkan bahwa infusa daun sirsak lebih potensial
sebagai antibakteri dalam membunuh bakteri Gram positif daripada Gram
negatif.

C. Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia bisa dikatakan sebagai uji pendahuluan dalam
pemeriksaan kandungan kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan. Uji ini
relatif murah dengan menggunakan pereaksi kimia yang hanya sedikit
jumlahnya dan penangananya sederhana. Sebelum melakukan pemeriksaan
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis, ada baiknya pemeriksaan kualitatif
dengan skrining fitokimia dilakukan. Hasil pemeriksaan skrining fitokimia dapat
dilihat pada tabel 4.


ISSN : 1978-0575
232
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kimia Tumbuhan dengan Skrining
Fitokimia



























D. Hasil Pemeriksaan KLT

Gambaran mengenai kandungan yang terdapat dalam infusa daun
sirsak diperoleh dengan melakukan pemeriksaan kandungan kimia secara
Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi Lapis Tipis merupakan salah satu cara
pengujian dalam standarisasi simplisia, yang mana cara ini mempunyai tingkat
kepekaan yang cukup tinggi, cepat, sederhana, dan relatif murah.
Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ini dilakukan terhadap senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam infusa daun sirsak yang berkhasiat sebagai
antibakteri yaitu flavonoid, polifenol, dan alkaloid. Deteksi yang dilakukan
dengan menggunakan sinar UV
254
nm, UV
366
nm, dan pereaksi-pereaksi
semprot yang spesifik untuk menampakkan bercak.

1) Flavonoid

Untuk mendeteksi senyawa yang termasuk dalam golongan
flavonoid ini digunakan fase diam Silika gel GF
254
dan fase gerak etil asetat-
asam formiat-asam asetat-air (100:11:11:27). Deteksi yang dilakukan
dengan mengunakan sinar UV
254
nm, sinar UV--
366
nm, dan pereaksi
semprot AlCl-
3
.
Falvonoid akan menunjukkan pemadaman bercak pada UV
-254 nm
sedangkan pada UV
366 nm
bercak akan berflouresensi kuning gelap, hijau
atau biru (Wagner, 1984). Setelah diuapi dengan uap amoniak atau
disemprot dengan AlCl
3
flavonoid akan memberikan warna kuning.
10

233
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
No. Uji Hasil pengamatan Hasil uji
1.



2.


3.








4.





5.
Uji pendahuluan
(senyawa bergugus
kromofor)

Uji polifenol


Uji alkaloid








Uji saponin





Uji tanin

Larutan berwarna kuning dan
dengan penambahan KOH 1N
warna menjadi lebih intensif

Larutan berwarna biru kehijauan
setelah ditambah pereaksi FeCl
3


Larutan Ia berwarna kuning
jernih setelah ditambah Prx.
Dragendroff tidak ada
endapan
Larutan Ib berwara kuning jernih
setelah ditambah Prx. Mayer
larutan berwarna kehijauan dan
terbentuk endapan

Serbuk dikocok kuat-kuat
bersama aquades larutan
membentuk busa tapi tidak stabil
setelah didiamkan selama 30
menit

Filtrat ditambah larutan NaCl 2%
tidak terbentuk suspensi
Positif



Positif


Positif








Negatif





Negatif
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diamati pada sinar UV
254 nm
terjadi pemadaman pada semua bercak, sedangkan pada UV
366 nm

ada tiga bercak memberi warna biru tua begitupun dengan pembanding
rutin. Dan setelah disemprot dengan AlCl
3
memberikan warna kuning pada
satu bercak di Rf 0,42 yang hampir mendekati dengan harga Rf standar
rutin yaitu 0,43. Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun sirsak mengandung
senyawa flavonoid. Hasil bercak dapat dilihat pada tabel 5 berikut dan
keterangan gambar 14.

Tabel 5. Data bercak dan harga Rf pada pemeriksaan flavonoid hasil KLT

























Sinar UV
254 nm
Sinar UV
366 nm
AlCl
3

Gambar 14. Kromatogram Lapis Tipis Infusa Daun Sirsak Untuk
Pemeriksaan Flavonoid

Fase diam = Silika gel GF
254
Fasegerak = Etil asetat - asam formiat - asam asetat - air
(100:11:11:27)
Sampel = Infusa daun sirsak
Pembanding = Rutin
Jarak rambat = 8,5 cm
Deteksi = UV
254 nm,
UV
366 nm
, dan pereaksi semprot AlCl
3


ISSN : 1978-0575
234
KES MAS
Bahan
Deteksi
Dugaan
Rf UV
254

nm
Rf UV
366 nm
Rf AlCl
3

Infusa

0,13 Pemadaman 0,13 Coklat 0,13
Coklat
hitam
-
0,42 Pemadaman 0,17 Kelabu 0, 42 Kuning +
0,52 Pemadaman 0,27
Putih
kelabu
0,52
Coklat
kelabu
-
0,55 Pemadaman 0,42 Biru tua
0,82 Pemadaman
0,52 Biru tua
0,62 Kelabu
0,82 Biru tua
Rutin 0,43 Pemadaman 0,43 Biru tua 0,43 Kuning +
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
2) Polifenol
Pada pengujian kandungan polifenol dalam infusa daun sirsak
diambil dan ditotolkan dalam silika gel GF
254
dan dengan fase gerak etil
asetat-metanol-asam formiat (60:30:10). Deteksi yang digunakan dalam
identifikasi polifenol ini dengan sinar UV
254
nm, sinar UV--
366
nm, dan
pereaksi semprot FeCl
3
.
Senyawa fenol mempunyai ciri khas yaitu adanya inti benzena
yang mengikat gugus hidroksi. Fenol sederhana hanya mempunyai satu
fenol sedangkan polifenol memiliki lebih dari satu senyawa fenol. Pereaksi
feri klorida akan menunjukkan warna biru kehijauan. Hasil pemeriksaan
dengan KLT didapatkan bercak dengan Rf 0,59 yang berwarna hijau kelabu
setelah disemprot dengan FeCl
3,
ini menunjukkan bahwa dalam infusa daun
sirsak mengandung polifenol. Hasil uji kromatografi polifenol dan Rf dapat
dilihat pada tabel 6 dan gambar15.

Tabel 6. Data bercak dan harga Rf pada pemeriksaan polifenol hasil KLT




















Sinar UV
254 nm
Sinar UV
366 nm
FeCl
3


Gambar 15. Kromatogram Lapis Tipis Infusa Daun Sirsak Untuk
Pemeriksaan Polifenol

Fase diam = Silika gel GF
254
Fase gerak = Etil asetat-methanol-asam formiat (60:30:10)
Sampel = Infusa daun sirsak
Jarak rambat = 8,5 cm
Deteksi = UV
254
nm, UV --
366
nm, dan pereaksi semprot FeCl
3


3) Alkaloid

Untuk mendeteksi senyawa yang termasuk dalam golongan alkaloid
ini digunakan fase diam Silika gel GF
254
dan fase gerak metanol-asam
formiat (100:1,5). Deteksi yang dilakukan dengan mengunakan sinar UV
254
nm
, sinar UV --
366
nm, dan pereaksi Dragendorff.
235
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
Deteksi Dugaan
Rf UV
254

nm
Rf UV
366 nm
Rf FeCl
3

0,09 Pemadaman 0,34 Biru 0,59 Hijau
kelabu
Positif
0,59 Pemadaman 0,53 Biru kelabu
0,59 Biru tua
0,89 Biru kelabu
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
Wagner tahun 1984
8
menyatakan bahwa alkaloid bila dilihat dibawah sinar
UV
254 nm
akan terjadi pemadaman bercak, sedangkan pada UV
366 nm
bercak
akan berflouresensi biru, hijau biru atau ungu. Dan bila disemprot dengan
pereaksi Dragendorff bercak akan berwarna coklat atau coklat orange.
Dari hasil pemeriksaan dengan KLT didapatkan dua bercak yang
mengalami pemadaman bila dilihat pada sinar UV
254 nm
, sedangkan pada
sinar UV
366 nm
terlihat enam bercak yang mana ada yang menunjukkan
warna biru. Dan setelah disemprot dengan Dragendorff terlihat satu bercak
saja yang berwarna kuning orange dengan Rf 0,32. Jelasnya hasil uji
kromatografi alkaloid dan Rf dapat dilihat pada tabel 7 dan gambar 16.

Tabel 7. Data Bercak dan Harga Rf Pada Pemeriksaan Alkaloid Hasil KLT





























Sinar UV
254 nm
Sinar UV
366 nm
Dragendorff

Gambar 16. Kromatogram Lapis Tipis Infusa Daun Sirsak Untuk
Pemeriksaan Alkaloid

Fase diam = Silika gel GF
254
Fase gerak = Metanol-asam formiat (100:1,5)
Sampel = Infusa daun sirsak
Pembanding = Kuinin
Jarak rambat = 8,5 cm
Deteksi = UV
254
nm, UV--
366
nm, dan pereaksi Dragendorff

ISSN : 1978-0575
236
KES MAS
Bahan
Deteksi
Dugaan
Rf UV
254

nm
Rf UV
366 nm
Rf Dragendorff
Infusa

0,32 Pemadaman 0,06 Kelabu 0,32 Kuning
orange
+
0,72

Pemadaman

0,25 Kelabu
0,32 Biru
kelabu
0,60 Biru
0,72 Kelabu
0,79

Merah
Kinin 0,35 Pemadaman 0,35 Biru
kelabu
0,35 Kuning
orange
+
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
E. Hubungan Kandungan Kimia Infusa Daun Sirsak dengan Aktivitas
Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri infusa daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap
terhadap S. aureus ATCC 25923 dan E. coli ATCC 35218 menunjukkan bahwa
infusa daun sirsak dapat membunuh S. aureus pada KBM 85% b/v sedangkan
pada E. coli sampai kadar 100% b/v tidak dapat membunuh atau tidak
menunjukkan aktivitas antibakterinya, sehingga infusa daun sirsak lebih poten
membunuh S. aureus daripada E. coli. Mekanisme penghambatan
pertumbuhan bakteri oleh bahan antibakteri dapat melalui beberapa
mekanisme. Pada penelitian ini belum dapat ditentukan dengan pasti
mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri uji. Dari uji tabung dan
identifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis infusa daun sirsak mengandung
senyawa flavonoid, polifenol, dan alkaloid. Flavonoid dan polifenol merupakan
senyawa fenol, turunan fenol bekerja sebagai antiseptik dan disinfektan dengan
cara denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Pada konsentrasi rendah
terbentuk kompleks protein-fenol dengan ikatan lemah dan segera mengalami
peruraian, diikuti penetrasi fenol kedalam sel dan menyebabkan presipitasi
serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi
protein sel dan sel membran mengalami lisis. Turunan fenol juga dapat
mengubah permeabilitas membran sel, dapat menimbulkan kebocoran
konstituen sel yang essensial sehingga bakteri mengalami kematian.
11
Alkaloid
merupakan senyawa basa, efek bakterisida senyawa basa disebabkan oleh
denaturasi protein.



4. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1) Infusa daun sirsak (Annona muricata L.) mempunyai aktivitas antibakteri
terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC
35218.
2) Nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) infusa daun sirsak (Annona muricata
L.) tidak dapat ditentukan karena larutan uji tampak coklat tua sehingga
adanya kekeruhan akibat pertumbuhan bakteri tidak dapat diamati.
Sedangkan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) infusa daun sirsak terhadap
Staphylococcus aureus ATCC 25923 pada konsentrasi 85% b/v dan untuk
Escherichia coli ATCC 35218 sampai pada konsentrasi 100% b/v tidak
dapat membunuh atau tidak poten.
3) Profil kromatografi menunjukkan bahwa infusa daun sirsak mengandung
golongan senyawa flavonoid, polifenol, dan alkaloid

B. Saran

1) Perlu dilakukan lebih lanjut isolasi terhadap senyawa flavonoid, polifenol,
dan alkaloid kemudian diuji aktivitas antibakterinya.
2) Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri sirsak dalam bentuk sediaan yang
lain.
3) Perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri sirsak menggunakan bagian
tanaman yang lainnya.
237
ISSN : 1978-0575
KES MAS Vol. 4 No. 3, September 2010 : 144 - 239
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D
Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Yeni Dianita S.)
DAFTAR PUSTAKA

1. Wattimena, J.R., Farmakodinami dan Terapi Antibiotik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta. 1991
2. Donatus, L.A., Wahyono, D., Gunawan, D., Mulyono, T., Risalah Simposium
Penelitian Tumbuhan Obat III, Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta. 1983
3. Rahardja, K., Tjay, T.H., Obat-Obat Penting, Edisi Kelima, PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. 2002
4. Anonim, Graviola: http://www.rain-tree.com/Graviola-Monograph.pdf. 2007
5. Hutapea, J.R., Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 2, Bada Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
1993
6. Van Steenis, C.G.G.J., 1997, Flora Untuk Sekolah Di Indonesia, Cetakan Ketujuh,
PT Pradnya Paramita, Jakarta, 201.
7. Nurani, L.H., Zaenab, Petunjuk Praktikum Analisa Obat Tradisional, Fakultas
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta. 2006
8. Wagner, H., Badt, S., Zginski, E.M., Plant Drug Analysis A Thin Layer
Chromatography Atlas, Transleted by Schoot, Spenger Verlag, Tokyo. 1984
9. Jawetz, E. Melnick, J.L., Adelberg, E.A., Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan,
Edisi 16, diterjemahkan oleh Bonang Gerard, CV. EGC, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta. 1986
10. Harborne, J.B., Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan,
Terbitan Kedua, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro,
ITB, Bandung. 1987
11. Siswandono & Soekardjo, B., Kimia Medisinal, Airlangga University Press,
Surabaya. 1995


























ISSN : 1978-0575
238
KES MAS
j
u
r
n
a
l

K
E
S
M
A
S

U
A
D

You might also like