You are on page 1of 28

SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 1


BAB I
PENDAHULUAN

Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama
penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke
janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis
kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang disebabkan
oleh Treponemapallidum termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta (sub-
spesies carateum), dan bejel (sub-spesies endemicum).
1,2,3
Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit
tersebut muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase primer secara umum
ditandai dengan munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa
sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang
seringkali muncul di telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak
memiliki atau hanya menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan
gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai
"peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak sama.
Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga dapat dilihat
melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik, khususnya
dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis),
ataupun ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap
penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum.
1,2,3

Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun
1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Setelah jumlah
kasus menurun secara dramatis sejak ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada
1940an, angka infeksi kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak
negara, terkadang muncul bersamaan dengan human immunodeficiency virus (HIV).
Angka ini disebabkan sebagian oleh praktik seks yang tidak aman di antara laki-laki
yang berhubungan seksual dengan laki-laki, seks bebas dan angka prostitusi tinggi,
serta penurunan penggunaan proteksi pelindung.
1,2,3

SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 2
Neuropati optik merupakan gangguan fungsional atau perubahan patologis
pada nervus optikus, kadang terbatas hanya pada lesi non-inflamatorik, berlawanan
dengan neuritis.
4,5,6,7
Kali ini akan di bahas mengenai neuropati optik yang diakibatkan oleh sifilis
atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sifilitik Optik Neuropati.
8




























SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 3
BAB II
SIFILIS

2.1 PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum ,
yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan penyalit
ini dapat menyerang seluruh organ tubuh.
1,2,3

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua
alat tubuh.
1,2,3



2.2 ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika
hubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung
treponema. Treponema pallidumyang termasuk ordo spirochaetales,
familia spirochaetaceae, dan genus treponema. Bentuk spiral, panjang antara 6 15
m, lebar 0,15 m. Gerakan rotasi dan maju seperti gerakan membuka botol.
Berkembang biak secara pembelahan melintang, pembelahan terjadi setiap 30 jam
pada stadium aktif.
1,2,3

Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada kulit.
10-90 hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada kulitprimer
(chancre atau ulkus durum).
1,2,3

Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara
spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai timbulnya
chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6 minggu sesudah
tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema pallidium diseluruh badan
melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai gejala sifilis sekunder.
1,2,3

Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada daerah
anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh positif selama
fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten yang dapat
berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus
yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis tersier.
1,2,3


SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 4
2.3 EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada
tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa
penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadiwabah di Eropa.
Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II,
kejadian sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun
setelah itu.
1,2,3

Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah
stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis
stadium II.
1,2,3



2.4 PATOFISIOLOGI
1. Stadium Dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut
berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-
sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah
kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Enarteritis
pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang
menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis
tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah
bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen
yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan
sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan
karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-
fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi
perlahan-lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T.pallidum gagal
diatasi oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan
menimbulkan lesi rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
1,2,3


2. Stadium Lanjut
Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan
dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 5
dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten
tidak memberi gejala.
1,2,3



2.5 PATOGENESIS
Patogenesis sifilis dapat dirangkum sebagai berikut :

1. Tahap masuknya Treponema
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh melalui lesi kulit atau selaput
lendir. Jika melalui kulit harus ada mikro/makro lesi sedangkan jika melalui selaput
lendir dapat dengan atau tanpa lesi. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan
multiplikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas
limfosit dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai papula. Reaksi
radang tersebut tidak hanya terbatas pada tempat masuknya kuman tetapi juga di
daerah perivaskuler. Treponemaberada di antara endotel kapiler dan sekitar
jaringan. perivaskular; hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang dapat
menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans).
1,2,3



Gambar : Treponema Pallidum
2. Stadium I (SI)
Kerusakan vaskuler ini mengakibatkan aliran darah pada daerah papula
tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus, dan keadaan ini disebut afek
primer SI. Treponemamasuk aliran darah dan limfe lalu menyebar ke seluruh
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 6
jaringan tubuh, termasuk kelenjar getah bening regional. Bila sudah mengenai
kelenjar getah bening regional disebut kompleks primer SI.
1,2,3


3. Stadium II (SII)
Perjalanan secara hematogen akan menyebarkan kuman ke seluruh jaringan
tubuh, tetapi manifestasinya baru akan tampak kemudian. Reaksi jaringan terhadap
multiplikasi ini akan terlihat 6-8 minggu setelah kompleks primer dan reaksi ini
bermanifestasi sebagai SII dengan berbagai bentuk kelainan yang biasanya
didahului oleh gejala prodromal. Lesi primer perlahan-lahan menghilang karena
kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya dan penyembuhan terjadi tanpa atau
dengan jaringan parut tipis. Lesi SII secara perlahan-lahan juga menghilang dan
akhirnya tidak terlihat sama sekali dalam waktu kurang lebih 9 bulan.
1,2,3


4. Stadium laten
Stadium laten adalah stadium tanpa tanda atau gejala klinis, tetapi infeksi
masih ada dan aktif yang ditandai dengan S.T.S. (Serologic Test for Syphilis) positif.
Kadang-kadang proses imunitas gagal mengendalikan infeksi sehingga
Treponemaberkembang lagi dan menimbulkan lesi seperti pada SI atau SII dan
stadium ini disebut stadium rekuren. Stadium ini terjadi tidak lebih dari 2 tahun
terhitung sejak permulaan infeksi. Stadium laten lanjut dapat berlangsung beberapa
tahun, antibodi tetap ada dalam serum penderita (S.T.S. positif).
1,2,3


5. Stadium gumma
Keseimbangan antara Treponema dan jaringan dapat tiba-tiba berubah,
sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor untuk timbulnya
SIII yang berbentuk gumma. Pada stadium gumma ini, Treponemasukar ditemukan
tetapi reaksinya bersifat destruktif. Lesi sembuh berangsur-angsur dengan
pembentukan jaringan fibrotik dan lesi tersier ini dapat berlangsung beberapa tahun.
Treponema pallidumdapat mencapai sistem kardiovaskuler dan saraf pusat dalam
waktu dini tetapi kerusakan yang ditimbulkannya terjadi perlahan-lahan sehingga
perlu waktu bertahun- tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Hampir 2/3 kasus
dengan stadium laten dapat meneruskan hidupnya tanpa menimbulkan gejala klinis.

1,2,3


SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 7

2.6 GAMBARAN KLINIK
Masa inkubasi antara 10-90 hari, dngan gejala:

Tahap 1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul: luka kecil, bundar dan tidak sakit chancre-
tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita. Chancre
tempat masuknya penyakit hampir selalu munci di dalam dan sekitar genetalia, anus
bahkan mulut. Pada kasus yang tidak dibobati (sampai tahai 1 berakhir), setelah
beberapa minggu, chancre akan menghilang tapi bakteri tetap berada di tubuh
penderita.
1,2,3


Gambar : Chancre pada jari tangan
Tahap 2
1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada bagian
dalam mulut, nyeri otot, dmam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil. Beberapa
bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami gejala lanjutan.

1,2,3


Tahap 3
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan
kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala:
kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan gila.
Tahap letal.
1,2,3

1. Sifilis primer (SI)
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 8
Sifilis primer biasanya ditandai oleh tukak tungga (disebut chancre ), tetapi
bisa juga terdapat tukak lebih dari satu. Tukak dapat terjadi di mana saja di daerah
genetalia externa, 3 minggu setelah kontak. Lesi awal biasanya berupa papul yang
mengalami erosi, teraba keras karena terdapat indurasi. Permukaan dapat tertutup
krusta dan terjadi ulserasi. Ukurannya berfariasi dari beberapa mm sampai dengan
1-2cm bagian yang mengelilingi lesi meniggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi
bakteri lain maka akan berbentuk khas dan hamper tidak ada rasa nyeri. Kelainan
tersebut di namakan efek primer. Pada pria tempat yang sering dikenai ialah sulkus
koronarius, sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor. Selain itu juga dapat
di externa genital, misalnya di lidah, tonsil, dan anus. Pada pria selalu disertai
pembesaran kelenjar limfe inguinal medial unilateral/bilateral.
1,2,3

Seminggu setelah efek primer, biasa terdapat pembesaran kelenjar getah
bening regional di ingunalis medialis. Keseluruhannya di sebut kompleks primer.
Kelenjar tersebut solitary, indolen, tidak lunak, besarnya biasanya lentikular, tidak
suporatif, dan tidak terdapat periadenitis. Kulit diatas tidak menunjukkan tanda-tanda
radang akut.
1,2,3

Afek primer tesebut sembuh sendiri antara 3- 10 minggu. Istilah symphilis
demblee dipakai, jika tidak terdapat afek primer. Kuman masuk ke jaringan yang
lebih dalam, misalnya pada transfuse darah atau suntikan.
1,2,3

Chancre atau ulkus durum kelihatan pada temmpat masuknya kuman, 10-90
hari setelah terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan pinggir-
pinggri yang meninggi, padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat genital
biasanya terdapat vulva dan terutama pada labia, tetapi bisa juga pada serviks. Luka
primer kadang-kadang terjadi pada selaput lendir atau kulit ditempat lain (hidung,
dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan medan gelap (dark-field) perlu
dilakukan usaha untuk menemukan treponema pallidium disemua luka yang
dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap minggu selama enam minggu.
1,2,3

2. Sifilis sekunder (SII)
Biasanya S II timbul setelah 6-8 minggu sejak S I dan sejumlah sepertiga
kasus masih disetai S I. lama SII dapat sampai 9 bulan. Berbeda dengan SI yang
tanpa disertai gejala konstitusi, pada SII dapat disertai gejala tersebut yang terjadi
sebelum atau selama SII. Gejala umumnya tidak berat, berupa anaroksia turunnya
berat badan malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan altralgia.
1,2,3

SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 9
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,
selaput lender, dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga adanya
kelainan kulit dan selaput lender dapat diduga sifilis sekunder, bila ternyata
pemerikasaan serologis reaktif lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa macula,
papul, folikulitis, papulaskuomosa, dan pustu. Jarang dijumpai keluhan gatal. Lesi
vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis konggingital.
1,2,3

Pada S II yang masih dini sering terjadi kerontokan rambut, umumnya bersifat
difus dan tidak khas, disebut alopecia difusa. Pada S II yang lanjut dapat terjadi
kerontokan setempatsetempat, tampak sebagai bercak yang ditumbuhi oleh rambut
yang tipis, jadi tidak botak seluruhnya, seolah-olah seperti digigit ngengat dan
disebut alopesia areolaris. Gejala dan tanda sifilis sekunder dapat hilang tanpa
pengobatan, tetapi bila tidak diobati, infeksi akan berkembang menjadi sifilis laten
atau sifilis stadium lanjut.
1,2,3

3. Sifilis laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi
pemeriksaan serologis reaktif. Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui tingkat
laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit
akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut, berbentuk
gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler. Tes serologik darah
positif, sedangkan tes likuor serebrospinalis negatif. Tes yang dianjurkan ialah VDRL
dan TPHA.
1,2,3

Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-puluh tahun atau
bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang infeksius
kembali muncul .
Kelainan kulit dapat menyerupai berbagai penyakit kulit sehingga disebut the
great imitator. Selain member kelainan pada kulit, SII dapat juga member kelainan
pada mukosa, kelenjar getah bening, mata, hepar, tulang dan saraf. Gejala lainnya
adalah merasa tidak enak badan ( malaise ) kehilangan nafsu makan , mual, lelah,
demam, dan anemia.
1,2,3

Gejala pada kulit timbul kira-kira 2 minggu 6 bulan (rata-rata 6 minggu)
setelah hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat makulopapiler,
folikuler, atau postuler. Karakteristik adalah alopesia rambut kepala yang tidak rata
(month eaten) pada daerah oksipital. Alis mata dapat menghilang pada sepertiga
bagian lateral. Papula yang basah dapat dilihat pada daerah anogenital dan pada
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 10
mulut. Papula ini dekenal dengan nama kondilomata lata, dan mempunyai arti
diagnostik untuk penyakit ini. Kondilomata lata agak meninggi, berbentuk budar,
pinggirnya basah dan ditutup oleh eksudat yang berwarna kelabu. Treponema
pallidium dapat dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif. Limfadeno
patia adalah tanda penting, kadang-kadang splenomegali dijumpai juga. Aspirasi
dengan jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan cairan
yang mengandung treponema pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan
lapangan gelap.
1,2,3

Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum
yang reaktif, dan kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten
berlangsung sampai 4 tahun, maka penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada janin
yang dikandung wanita yang berpenyakit sifilis.
1,2,3

Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes
serologik. Lama masa laten beberapa tahun hingga bertahun-tahun, bahkan dapat
seumur hidup. Likuor serebrospinalis hendaknya diperiksa untuk menyingkirkan
neurosifilis asimtomatik. Demikian pula sinar-X aorta untuk melihat, apakah ada
aorititis.
1,2,3

4. Sifilis tersier
Kadang pada vulva ditemukan gumma. Disini ada kecendrungan bagi gumma
untuk menjadi ulkus nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.
1,2,3

Sifilis tersier (S III)
Lesi pertama umumnya terlihat antara tiga sampai sepuluh tahun setelah S I.
Kelainan yang khas ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak,
dan destruktif. Besar guma bervariasi dari lentikular sampai sebesar telur ayam. Kulit
di atasnya mula-mula tidak menunjukkan tanda-tanda radang akut dan dapat
digerakkan. Setelah beber pa bulan mulai melunak, biasanya mulai dari tengah,
tanda-tanda radang mulai tampak, kulit menjadi eritematosa dan livid serta melekat
terhadap guma tersebut. Kemudian terjadi perforasi dan keluarlah cairan
seropurulen, kadang-kadang sanguinolen; pada beberapa kasus disertai jaringan
nekrotik.
1,2,3

Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, bentuknya lonjong/bulat,
dindingnya curam, seolah-olah kulit tersebut terdorong ke luar. Beberapa ulkus
berkonfluensi sehingga membentuk pinggiryang polisiklik. Jikatelah menjadi ulkus,
maka infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula sebagai benjolan menjadi
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 11
datar. Tanpa pengobatan guma tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga
beberapa tahun. Biasanya guma solitar, tetapi dapat pula multipel, umumnya
asimetrik. Gejala umum biasanya tidak terdapat, tetapi jika guma multipel dan
perlunakannya cepat, dapat disertai demam.
1,2,3

Selain guma, kelainan yang lain pada S III ialah nodus. Mula- mula di kutan
kemudian ke epidermis, pertumbuhannya lambat yakni beberapa minggu/bulan dan
umumnya meninggalkan sikatriks yang hipotrofi. Nodus tersebut dalam
perkembangannya mirip guma, mengalami nekrosis di tengah dan membentuk
ulkus. Dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi sklerotik. Perbedaannya dengan
guma, nodus lebih superfisial dan lebih kecil (miliar hingga lentikular), lebih banyak,
mempunyai kecenderungan untuk bergerombol atau berkonfluensi; selain itu
tersebar (diseminata). Warnanya merah kecoklatan.
1,2,3

Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terns secara serpiginosa.
Bagian yang belum sembuh dapat tertutup skuama seperti lilin dan disebut
psoriasiformis. Kelenjar getah bening regional tidak membesar. Kelainan yang
jarang ialah yang disebut nodositas juxta articularis berupa nodus-nodus subkutan
yang fibrotik, tidak melunak, indolen, biasanya pada sendi besar.
1,2,3


Neurosifilis
Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat asimtomatik dan sangat jarang
terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis terjadi perubahan berupa
endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai degenerasi
parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala pada saat
pemeriksaan.
Neurosifilis dibagi menjadi empat macam:
- Neurosifilis asimtomatik.
-Sifilis meningovaskular (sifilis serebrospinalis), misalnya meningitis,meningomielitis,
endarteritis sifilitika.
- Sifilis parenkim: tabes dorsalis dan demensia paralitika.
- Guma.

1. Neurosifilis Aasimtomatik
Diagnosis berdasarkan kelainan pada likuor serebrospinalis. Kelainan tersebut
belum cukup memberi gejala klinis.
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 12

2. Sifilis meningovaskular.
Terjadi inflamasi vaskular dan perivaskular. Pembuluh darah di otak dan
medula spinalis mengalami endarteritis proliferatif dan infiltrasi perivaskular berupa
limfosit, sel plasma, dan fibroblas.
1,2,3

Pembentukan jaringan fibrotik menyebabkan terjadinya fibrosis sehingga
perdarahannya berkurang akibat mengecilnya lumen. Selain itu jugs dapat terjadi
trombosis akibat nekrosis jaringan karena terbentuknya gums kecil multipel.
1,2,3

Bentuk ini terjadi beberapa bulan hingga lima tahun sejak S I. Gejalanya
bermacam-macam bergantung pada letak lesi. Gejala yang sering terdapat ialah:
nyeri kepala, konvulsi fokal atau umum, papil nervus optikus sembab, gangguan
mental, gejala-gejala meningitis basalis dengan kelumpuhan saraf-saraf otak, atrofi
nervus optikus, gangguan hipotalamus, gangguan piramidal, gangguan miksi dan
defekasi, stupor, atau koma. Bentuk yang sering dijumpai ialah endarteritis sifilitika
dengan hemiparesis karena penyumbatan arteri otak.
1,2,3


3. Sifilis parenkim
Termasuk golongan ini ialah tabes dorsalis dan demensia paralitika.

2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis
pasti ditegakkan berdasarkan hasil pemerikasan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga
digunakan pemeriksaan antibodi pada contoh darah.
1,2,3

Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna mendapatkan contoh
cairanserebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasilpemeriksan antibodi.
1,2,3

Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan dengan
pemeriksaan laboratorium berupa:
1. a pemeriksaan lapangan gelap (dark field).
Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari
bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar.
Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi.T pall
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 13
berbentuk ramping, gerakan lambat, dan angulasi. Harus hati-hati membedakannya
denganTreponema lain yang ada di daerah genitalia. Karena di dalam mulut banyak
dijumpaiTreponema komensal, maka bahan pemeriksaan dari rongga mulut tidak
dapat digunakan.
1,2,3

b. Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton, sediaan
diberi antibodi spesifik yang dilabel fluorescein, kemudian diperiksa dengan
mikroskop fluoresensi. Penelitian lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat
memberi hasil nonspesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan
lapangan gelap.
1,2,3

2. Penentuan antibodi di dalam serum.
Pada waktu terjadi infeksiTreponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusia,
atau pinta, akan dihasilkan berbagai variasi antibodi. Beberapa tes yang dikenal
sehari-hari yang mendeteksi antibodi nonspesifik, akan tetapi dapat menunjukkan
reaksi dengan IgM dan juga IgG, ialah :
Beberapa tes yang dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibody non spesifik, akan
tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan IgM dan IgG adalah :
a. Tes yang menentukan antibody nonspesifik
Tes wasserman
Tes khan
Tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory)
Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
Tes automated regain
b. Antibody terhadap kelompok antigen yaitu
Tes RPCF (reiter protein complement fixation)
c. Yang menentukan antibody spesifik yaitu
Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
Tes FTA ABS (Fluorescent Treponema Absorbed)
Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)
Tes ELisa (Enzyme Linked immune sorbent assay)
Kualitatif - Tandai slide vdrl lubang 1(test) dan lubang 2 ( kontrol)- Pada
lubang1masukkan 50ul serum dan 18 ul antigen- Pada lubang 2masukkan NaCl
fisiologis 50 ul dan 18 ul antigen- Masukkan dalam rotator kec 180 rpm selama 5
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 14
menit- Lihat mikroskop perbesaran 00x Hasil jika berbentuk batang menyebar rata
seluruh lapangan pandang Hasil + jika terdapat flokulasi.
Kuantitatif
- Isi lubang 1-5 dengan 50 ul NaCl
- Masukkan 50 ul serum kelubang 1 dan encerkan kelubang lubang berikutnya
- Lubang 1=1/2 x Lubang 2=1/4 x Lubang 3=1/8 x Lub1ng 4=1/16 xLubang 5=1/32
xLubang 6=sebagai pembuangan yang digunakan untuk pengenceran kembali
apabila pengenceran 1/32 x masih menyatakan hasil + (terjadi flokulasi) Masukkan
18 ul antigen kedalam masing masing lubang kecuali lubang 6. Masukkan dalam
rotator dengan kec 180 selama 5 menit Lihat mikroskop perbesaran 100x Jika hasil
kualitatif maka titer nya adalah 1:1 Jika haisl kuantitatif pada pengenceran 1/16 x
tidak terjadi flokulasi maka titer tertinggi adalah 1/16.
1,2,3

Interpretasi
a. Kualitatif
Hasil non reaktif : tidak ada infeksi, masih dalam masa inkubasi atau telah mendapat
pengobatan yang efektif.
Jika terjadi flokulasi :
Gumpalan besar dan medium - reaktif
Gumpalan kecil - reaktif lemah
b. Kuantitatif
Laporan hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang masih memberikan
hasil reaktif + dalam bentuk titer , , 1/8, 1/16, 1/32 dan seterusnya. Hasil reaktif :
sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi sifilis atau positif semu.
Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)
Tes Automated reagin
c. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter
Protein ComplementFixation).
d. Yang menentukan antibodi spesifik yaitu:
Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)
Tes FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed).
Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)

Interpretasi
Hasil reaktif : sedang terinfeksi, pernah infeksi reaksi positif semu.
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 15
Hasil non reaktif : tidak pernah terinfeksi atau pada masa inkubasi (belum
terbentuk antibodi)
Tes Elisa (Enzyme linked immuno sorbent assay)
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang
dapat terjadipada S II, S Ill, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskular,
misalnya untukmelihat aneurisms aorta.
Pada neurosifilis, tes koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas.
Pemeriksaan jumlah set dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya
menunjukkan adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu
berarti terdapat neurosifilis. Harga normal ialah 0-3 sel/mm3, jika limfosit melebihi
5/mm3 berarti ada peradangan. Harga normal protein total ialah /20-40 mg/100
mm3, jika melebihi 40 mg/mm3 berarti terdapat peradangan.
1,2,3

2. Penentuan antibody didalam serum
Pada waktu terjadi infeksi treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusio atau
pinta akan dihasilkan berbagai variasi antibody.
1,2,3



2.8 PENGOBATAN
1,2,3

a. Sifilis primer dan sekunder
1. Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1 x
seminggu
2. Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari
selama 10 hari.
3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.

b. Sifilis laten
1. Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit
sehari).
3. Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

c. Sifilis III
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 16
1. Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
2. Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)
3. Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)

d. Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
1. Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.
Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:
1. Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari
2. Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.
*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
Pada pengobatan jangan dilupakan agar mitra seksualnya juga diobati, dan selama
belum sembuh penderita dilarang bersanggama. Pengobatan dimulai sedini
mungkin, makin dini hasilnya makin balk. Pada sifilis laten terapi bermaksud
mencegah proses lebih lanjut.
Pengobatannya menggunakan penisilin dan antibiotik lain.

1. PENISILIN
Obat yang merupakan pilihan ialah penisilin. Obat tersebut dapat menembus
placenta sehingga mencegah infeksi Pada janin dan dapat menyembuhkan janin
yang terinfeksi; juga efektif untuk neurosifilis.
Kadar yang tinggi dalam serum tidak diperlukan, asalkan jangan kurang dari 0,03
unit/ml. Yang penting ialah kadar tersebut hares bertahan dalam serum selama
sepuluh sampai empat betas hari untuk sifilis dini dan lanjut, dua puluh sate hari
untuk neurosifilis dan sifilis kardiovaskular. Jika kadarnya kurang dari angka
tersebut, setelah lebih dari dua puluh empat sampai tiga puluh jam, maka kuman
dapat berkembang biak. Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam penisilin:
a. Penisilin G prokain dalamakua dengan lama kerja dua puluh empat jam,
jadibersifat kerja singkat.
b. Penisilin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM), lama
kerja tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 17
c. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juts unit akan bertahan dalam serum dua
sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular. Derivat penisilin per oral tidak
dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cerma kurang dibandingkan dengan
suntikan. Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja masing-
masing; yang pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari, dan yang
ketiga biasanya setiap minggu.
1,2,3

Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, make kadar obat dalam
serum dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu disuntik
setiap hari seperti pada pemberian penisilin G prokain dalam akua. Obat ini
mempunyaikekurangan, yakni tidak dianjurkan untuk neurosifilis karens sukar masuk
ke dalam darah di otak, sehingga yang dianjurkan ialah penisilin G prokain dalam
akua. Karena penisilin G benzatin memberi rasa nyeri pada tempat suntikan, ada
penyelidik yang tidak menganjurkan pemberiannya kepada bayi. Demikian pule PAM
memberi rasa nyeri pada tempat suntikan dan dapat mengakibatkan abses jika
suntikan kurang dalam; obat ini kini jarang digunakan.
1,2,3

Pada sifilis kardiovaskular terapi yang dianjurkan ialah dengan penisilin G
benzatin 9,6 juta unit, diberikan 3 kali 2,4 juta unit, dengan interval seminggu. Untuk
neurosifilis terapi yang dianjurkan ialah penisilin G prokain dalam akua 18-24 juta
unit sehari, diberikan 3-4 juta unit, i.v. setiap 4 jam selama 10-14 hari.
1,2,3

Pada sifilis kongenital, terapi anjurannya ialah penisilin G prokain dalam akua
100.000150.000 satuan/kg B.B. per hari, yang diberikan 50.000 unit/kg B.B., i.m.,
setiap hari selama 10 hari.
1,2,3


Reaksi Jarish-Herxheimer
Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi Jarish- Herxheimer.6
Sebab yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin disebabkan oleh
hipersensitivitas akibat toksin yang dikeluarkan oleh banyak T.paffidum yang coati.
Dijumpai sebanyak 50-80% pada sifilis dini. Pada sifilis dini dapat terjadi setelah
enam sampai due betas jam pada suntikan penisilin yang pertama.
1,2,3

Gejalanya dapat bersifat umum dan lokal. Gejala umum biasanya hanya
ringan berupa sedikit demam. Selain itu dapat pula berat: demam yang tinggi, nyeri
kepala, artralgia, malese, berkeringat, dan kemerahan pada muka.8 Gejala lokal
yakni afek primer menjadi bengkak karena edema dan infiltrasi sel, dapat agak nyeri.
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 18
Reaksi biasanya akan menghilang setelah sepuluh sampai dua betas jam tanpa
merugikan penderita pada S I.
1,2,3

Pada sifilis lanjut dapat membahayakan jiwa penderita, misalnya: edema
glotis pada penderita dengan gums di laring, penyempitan arteria koronaria pada
muaranya karena edema dan infiltrasi, dan trombosis serebral. Selain itu juga dapat
terjadi ruptur aneurisms atau ruptur dinding aorta yang telah menipis yang
disebabkan oleh terbentuknya jaringan fibrotik yang berlebihan akibat penyembuhan
yang cepat.
1,2,3

Pengobatan reaksi Jarish-Herxheimer ialah dengan kortikosteroid, contohnya
dengan prednison 20-40 mg sehari. Obat tersebut juga dapat digunakan sebagai
pencegahan, misalnya pada sifilis lanjut, terutama pada gangguan aorta dan
diberikan dua sampai tiga hari sebelum pemberian penisilin serta dilanjutkan dua
sampai tiga hari kemudian.
1,2,3


2. ANTIBIOTIK LAIN
Selain penisilin, masih ada beberapa antibiotik yang dapat digunakan
sebagaipengobatan sifilis, meskipun tidak seefektif penisilin.
Bagi yang alergi terhadap penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau
aeritromisin 4 x 500 mg/hri, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15
hari bagi S I dan S II dan 30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi yang hamil,
efektivitasnya meragukan. Doksisiklin absorbsinya lebih baik daripada tetrasiklin,
yakni 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%.
Pada penelitian terbaru didapatkan bahwa doksisiklin atau eritromisin yang
diberikan sebagai terapi sifilis primer selama 14 hari, menunjukkan perbaikan.
Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya sefaleksin 4 x 500 mg
sehariselama 15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis tunggal i.m. atau i.v.
selama 15 hari.
Azitromisin juga dapat digunakan untuk S I dan S 11, terutama dinegara yang
sedang berkembang untuk menggantikan penisilin.10 Dosisnya 500 mg sehari
sebagai dosis tunggal. Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan Verdun dkk.
Penyembuhannya mencapai 84,4%. Lama pengobatan 10 hari. Menurut laporan
Verdun dkk., penyembuhannya mencapai 84,4%.
1. Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaliknya sebelum
hamil atau pada trimester I untuk mencegah penularan terhadap janin.
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 19
2. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes ix Wasserman dan VDRL,
bila perlu diobati.
3. Terapi:
Suntikan Penisilin 6 secara intramuskular sebanyak 1 juta satuan perhari
selama 8-10 hari.
Obat-obatan per oral Penisilin dan etromisin.
Lues kongenital padaneonatus : Penisilin 6.100.000 satuan per kg berat badn
sekaligus.

Reaksi penisilin
Dapat terjadi alergi atupun syok anapilatik sebagai reaksi terhadap
penisilin.Dapat terjadi reaksi psudo.Alergi pada kulit yaitu reaksi jarish-herx heimier
dan hoigine (gejala psikotit akut akibat prokain dalam penisilin).
1,2,3

Tanda-tanda JH (reaksi jerisch herxheimier) ialah:
1.Terjadi kenaikan suhu tubuh yang disertai menngigil dan berkeringat
2.Lesi bertambah jelas,misalnya lesi sifilis lebih merah
3.perubahan fisiologis yang khas termasuk fisiokonstriksi dan hiperventilasi dan
kenaikan tekanan darah dan output jantung











SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 20
BAB III
ANATOMI DAN FISIOLOGI NERVUS OPTIKUM

Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana
halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik
terletak di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari
retina adalah sel-sel reseptor sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron
dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung
fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial
mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan
neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan
serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput nervus
optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis retina yang merupakan
cabang dari a.oftalmika.
4


Gambar : Lapisan Neuron pada Retina
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di
depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung
menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus
optikus kanan dan kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum,
dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata akan bersilangan dan
kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk traktus
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 21
optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan
kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi.
Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual
sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls
visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks pupil.
4

Gambar : Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)

Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa
impuls penglihatan akan berlanjut melalui radiatio optika (optic radiation) atau traktus
genikulokalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks
penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari a. kalkarina yang
merupakan cabang dari a. serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian
medial korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah
sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang
atas.
4


SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 22

Gambar : Radiatio Optika
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior,
saraf akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang
berhubungan dengan nucleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi
menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik
berasal dari nukleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus okulomotorius (N.III)
ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot sfingter pupil.
4


SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 23

Gambar : Jaras Refleks Pupil










SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 24
BAB IV
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

4.1 Definisi
Neuropati optik merupakan gangguan fungsional atau perubahan patologis
pada nervus optikus, kadang terbatas hanya pada lesi non-inflamatorik, berlawanan
dengan neuritis.
4,5,6,7,8
Neuropati optik biasanya baru terlihat pada stadium lanjut dan dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan.
4,5,6,7,8

Sifilitik optik neuropati adalah neuropati optik yang disebabkan oleh penyakit
sifilis.
4,5,6,7,8


Gambar : Optic Disc yang membengkak
4.2 Epidemiologi
Wanita mendominasi pada kasus neuropati optik dan ditemukan dalam
kelompok usia yang lebih tua, yakni usia berkisar dari akhir 40-an dan lebih tua.
4,5,6,7,8

SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 25

4.3 Etiologi
Hal ini disebabkan oleh sumbatan akibat peradangan dan trombotik karena
proses arteritis giant cell pada arteri short siliaris posterior.
4,5,6,7,8


4.4 Tanda dan Gejala
Neuropati optik mengacu pada kerusakan saraf optik oleh karena sebab
apapun. Kerusakan dan kematian sel-sel saraf, atau neuron, mengarah ke fitur
karakteristik neuropati optik. Gejala utama adalah kehilangan penglihatan, dengan
warna-warna yang muncul halus pada mata yang terkena. Pada pemeriksaan medis,
kepala saraf optik dapat divisualisasikan dengan oftalmoskop. Sebuah disc pucat
adalah karakteristik dari neuropati optik lama.
4,5,6,7,8

Dalam banyak kasus, hanya satu mata terkena dan pasien mungkin tidak
menyadari hilangnya penglihatan warna sampai dokter meminta mereka untuk
menutup mata yang sehat.
4,5,6,7,8


4.5 Diagnosis
Sebagai dokter kita harus berhati-hati dalam menegakkan diagnosa karena
sulitnya mengidentifikasi faktor pemicu terjadinya penyakit ini, dan pada beberapa
penyakit mempunyai gejala yang hampir sama pada awal serangan penyakit
sehingga lebih sulit memberikan penanganan yang tepat.
4,5,6,7,8

Pemeriksaan kombinasi laju endap darah dan C reaktif protein mempunyai
sensitifitas 97% dan apabila dijumpai trombositosis mengisyaratkan penyakit sedang
aktif.
4,5,6,7,8

Bila dilakukan angiografi fluorescein dijumpai perlambatan pengisian optic
disc dan koroid.
4,5,6,7,8

Dapat juga dilakukan pemeriksaan oftalmologi, dengan gambaran :
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 26
- diskus optikus berwarna putih, berbatas tegas
- pada beberapa kasus, permukaan diskus optikus seperti lilin
- tidak ada gambaran bulu halus dan tidak ada warna abu-abu
- reaksi gliotik yang sangat ringan, tampak di atas diskus atau di tepi diskus
- jumlah vasa kecilyang melewati diskus optikus berkurang jumlahnya
- penyempitan vasa di papil atau peripapil yang sebanding besarnya dengan
kehilangan akson
Untuk menentukan bahwa neuropati optik ini disebabkan oleh penyakit sifilis,
maka dapat ditegakkan diagnosis sifilis pada pasien, diagnosis klinis harus
dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa :
4,5,6,7,8

1. Pemeriksaan lapangan gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi,
untuk melihat adanya T. Pallidum
a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)
Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh dari
bagian dasar lesi dengan cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa
dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum
berbentuk ramping, gerakan lambat dan angulasi
b. Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton.
Sediaan diberi antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa
dengan mikroskop fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini
dapat member hasil non spesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan
pemeriksaan lapangan gelap.

4. 6 Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi untuk menghindari komplikasi vascular sistemik dan
mencegah penglihatan kontralateral. Bila tidak diobati keterlibatan mata sebelahnya
hingga 95% kasus, dala hitungan hari hingga minggu. Resiko kekambuhan atau
SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 27
keterlibatan syaraf optik kontralateral atas penghentian kortikosteroid dilaporkan 7%
dengan ditandai penurunan penglihatan secara perlahan.
4,5,6,7,8

Pengobatan yang terlambat dapat menyebabkan kehilangan penglihatan
dengan resiko buta total.
4,5,6,7,8

Terapi yang dapat diberikan yaitu methyl prednisolon intravena 1 gr /hari
selama 3-5 hari pertama, dilanjutkan dengan prednison oral 100 mg/hari, dikurangi
secara perlahan dalam 3-12 bulan atau lebih tergantung reaksi pasien.
4,5,6,7,8

Untuk mempercepat tingkat kesembuhan terhadap sifilitik optik neuropati,
baiknya terapi utnuk sifilis juga diterapkan secara bersamaan demi tercapai
kesembuhan yang optimal.
4,5,6,7,8


4.7 Prognosis
Prognosis buruk karena terjadi kerusakan penglihatan permanen walau
jarang terjadi.
4,5,6,7,8

Pengobatan steroid secara cepat berpengaruh terhadap kesembuhan yang
ditandai dengan peningkatan penglihatan.
4,5,6,7,8











SIFILITIK OPTIK NEUROPATI

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM Page 28
DAFTAR PUSTAKA

1. Mayo Clinic Staff. In: Syphilis. Available from :
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/syphilis/basics/definition/con-
20021862?p=1
2. Partogi, Dona. Dalam : Evaluasi Beberapa Tes Treponemal Terhadap Sifilis.
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK. USU/RSUP H. Adam
Malik/RS. Dr. Pirngadi. Medan : 2008. Filetype: PDF.
3. Knudsen, Richard, etc. In: Neurosyphilis Overview of Syphilis of the CNS.
Available from : Medscape.com. Last Update : 26 April 2013.
4. Budiono, Ari. Dalam: Nervus Optikus. Fakultas Kedokteran Universitas Riau
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Riau:2008. Available from: Syphiliic Optic
Neuropathy: Diagnosis Not To Be Missed. Available from :
http://yayanakhyar.wordpress.com . filetype: PDF
5. Singapore National Eye Centre. In: Optik Neuropati Iskemik. Available from :
http://www.snec.com.sg/about/international.menuutama/kondisimataandpera
watan/common-
6. Mahyudin, O. Dalam: Neuropati Optik. Available from:
http://asromedika.blogspot.com/2012/04/neuropati-optik.html
7. Rahmawaty, Rodiah Lubis. Dalam : Anterior Iskemik Optik Neuropathy.
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara RSUP H. Adam Malik. Medan : 2009. Filetype : PDF
8. Syphilitic Optic Neuropathy: Diagnosis Not To Be Missed. Available from:
http://ispub.com/IJN/9/2/6777

You might also like