You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allal SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang sngat sederhana . semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Makalah ini berisi tentang Hemangioma dan Atropi. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang hal tersebut. Dan semoga makalah ini dapat
membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan untuk kita semua.
Kami pun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini untuk kedepannya dengan lebih
baik.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada dosen patologi veteriner umum,yang telah
memberikan kami bimbingan dan pengajaran dalam mata kuliah patologi veteriner umum ini
yaitu: Dr.drh.Ahmad Damoeri, Dr.drh.Ummu Balqis M.Si, drh.Dwina Aliza M.Sc, drh.Hamdani
Budiman M.P, drh.Muhammad Nursalim M.Si, drh.Nazaruddin M.Si, dan drh.Siti Aisyah M.Si.
Beserta kepada para Asisten Laboratorium Patologi veteriner umum,yaitu: Tapie Laniari S.KH,
Aidil Syah S.KH, Ilham Deskarifal Fitrah S.KH, Listin Handayani S.KH, Wulan Windasari
S.KH, Adil Umara S.KH, Eko Karunia Fryan, dan Nurmaya Sari yang telah memberikan tugas
untuk penyusunan makalah ini.Semoga Tuhan senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamiin.








Darussalam,03 Mei 2014

Penyusun































BAB I
PENDAHULUAN
A. TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi patologi dari namanya : patos (penyakit) dan logos (ilmu),berarti ilmu yang
mempelajari mengenai penyakit. Secara sempit,patologi anatomi berarti ilmu yang mempelajari
perubahan struktur dan fungsi sel,jaringan dan organ akibat penyakit,meliputi pengetahuan dan
pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit,mulai tingkat molekuler sampai
pengaruhnya pada tiap individu.
Patologi anatomi dibagi dalam 2 kategori,yakni patologi anatomi umum dan patologi
anatomi khusus.
Patologi anatomi umum mempelajari reaksi dasar dari sel dan jaringan terhadap stimulasi
abnormal yang merupakan dasar dari semua penyakit,sedangkan patologi anatomi khusus
mempelajari reaksi spesifik dari jaringan dan organ tertentu terhadap stimulasi yang diketahui.
4 aspek proses terjadinya penyakit yang menjadi dasar patologi adalah :
1. Etiologi,baik intrinsic/genetik maupun acquired/didapat.
2. Patogenesis,yaitu rangkaian kejadian sebagai reaksi dari sel atau jaringan terhadap factor
etiologi mulai dari stimulus pertama sampai bentuk akhir suatu penyakit.
3. Perubahan morfologi,menunjukkan perubahan sel atau jaringan khas pada suatu penyakit.
4. Gejala klinik,yaitu perubahan fungsi akibat dari perubahan morfologi.











BAB II
PEMBAHASAN

1. HEMANGIOMA
A. DEFENISI
Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel
endothelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus menyebabkan kelainan yang
merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vaskular. Hemangioma sering terjadi pada
bayi 1,1% sampai 2,6% dan anak-anak yaitu 10% sampai 12%. Lesi ini lebih sering terjadi pada
wanita (betina) dibanding pria (jantan) dengan rasio 3:1. Lesi hemangioma tidak ada pada saat
kelahiran.Mereka bermanifestasi pada bulan pertama kehidupan,menunjukkkan fase proliferasi
yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju bentuk lesi yang sempurna. (Olmstead, et al.,
1994; Pieter, et al., 1997; Hamzah, 1999).

B. ETIOLOGI
Sampai saat ini etiologi hemangioma masih belum jelas,ada banyak hipotesis yang
menyatakan tentang etiologi hemangioma. Namun proses angiogenesis memegang peranan
penting. Sitokin,seperti basic fibroblast growth factor (bFGF) dan vascular endothelial growth
factor (VEGF) telah terbukti berhubungan dengan proses angiogenesis. Peningkatan kadar factor
angiogenesis tersebut dan atau berkurangnya kadar angiogenesis inhibitor seperti gamma
interferon (Y-IF), tumor necrosis factor-beta (TNF-) dan transforming growth factor-beta
(TGF- ) diduga menjadi penyebab terjadinya hemangioma. (Kushner, et al., 1999; Katz, et al.,
2002).

C. GEJALA KLINIS
Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan mengenai gejala klinis dari
hemangioma,diantaranya menyatakan bahwa proses ini diawali dengan suatu proliferasi sel-sel
endothelium yang belum teratur dan dengan perjalanan waktu menjadi teratur dengan
membentuk pembuluh darah yang berbentuk lobus dengan lumen yang berisi sel-sel darah.
Sifat pertumbuhan endothelium tersebut jinak dan memiliki membran basalis tipis. Proliferasi
tersebut akan melambat dan akhirnya berhenti.
Hipotesis dari Takahashi menyatakan bahwa dalam trimester terakhir dari kehamilan,didalam
fetus terbentuk endothelium immature bersama dengan pericyte yang juga immature yang
memiliki kemampuan melakukan proliferasi terbatas dimulai pada usia 8 bulan sampai dengan
18 bulan pertama masa kehidupan setelah dilahirkan maka pada usia demikian terbentuk
hemangioma.
Selama aktivitas proliferasi endothelium terjadi influx sejumlah sel mast dan tissue
inhibitor of metalloproteinase (TIMP atau inhibitor pertumbuhan jaringan). Proliperasi
endothelium kembali normal setelah fase proliferasi berhenti atau involusi. Sebagian besar
hemangioma akan mengalami involusi spontan pada usia 5-7 tahun atau sampai usia 10-12
tahun. (Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

D. DIAGNOSA
Secara klinis diagosa hemangioma tidak sukar,terutama jaka gambaran lesinya khas,tapi
pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk ditegakkan,terutama
pada hemangioma yang letaknya lebih dalam (Olmstead, et al., 1994; Pieter, et al., 1997).
Diagnosis hemangioma selain dengan gejala klinis, juga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang lain. Penggunaan teknik pencitraan membantu dalam membedakan
kelainan pembuluh darah dari beberapa proses neoplasma yang agresif. Ultrasonografi
dengan Doppler merupakan cara yang efektif, karena tidak bersifat invasif dan dapat
menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi yang merupakan karakteristik dari
hemangioma, demikian dapat membedakan antara hemangioma dengan tumor solid (Abdel-
Motaal, et al., 1996; Katz, et al., 2002).
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan karena tidak
dapat menggambarkan masa yang lunak, sedangkan pada hemangioma kavernosum biasanya
dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena pembekuan
pada cavitas cavernosum(phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler dapat menunjukkan
peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini jarang digunakan.
Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk mengetahui pembesaran
hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) menunjukkan
karakteristik internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas membedakan dari otot-otot yang ada
di sekitarnya (Abdel-Motaal, et al., 1996; Kushner, et al., 1999).
Hemangioma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pada kasus hemangioma dalam
atau campuran, CT Scan atau MRI dapat dikerjakan untuk memastikan bahwa struktur yang
dalam tidak terlibat (Kantor, 2004).

E. DIAGNOSA BANDINGAN
Hemangioma yang terjadi pada jaringan lunak mulut bentuknya sma dengan hemangioma
pada kulit. Lesi yang muncul biasanya berupa lesi berbentuk rata atau menggembung pada
mukosa,berwarna merah tua atau merah kebiruan dan tidak berbatas tegas.
Daerah yang sering terkena adalah bibir, lidah, mukosa bukal, dan palatum. Tumor
hemangioma sering diikuti trauma dan berlanjut mengalami ulserasi dan infeksi sekunder.
Pada rongga mulut,tulang dan otot juga dapat terkena hemangioma,sebagaimana mukosa dan
kulit. Insiden hemangioma intraosseous bervariasi yaitu 0,5 1,0 % dari seluruh neoplasma
intraosseaous. Tulang wajah yang paling sering terkena adalah mandibula,maksila,dan tulang
hidung. Lesi intraosseous lebih sering mengenai mandibula dibandingkan maksila yaitu 2:1.
Hemangioma intramuscular dirongga mulut paling sering mengenai otot masseter,dengan insiden
sekitar 5% seluruh hemangioma intramuscular.
Diagnosis banding dari hemangioma adalah terhadap tumaor kulit lainnya yaitu
limfangioma,higroma,lipoma,neurofibroma,malformasi vascular congenital,venous stars,dan
herediter hemorragik telangiektasis (Rendu-Osler-Weber Syndrome). (Hamzah, 1999).

F. PENGOBATAN
Ada berbagai jenis terapi hemangioma dengan keuntungan dan kerugian masing-masing.
Secara umum perawatan hemangioma dapat dibagi menjadi terapi secara konservatif (observasi)
dimana secara alamiah lesi hemangioma akan mengalami perubahan dalam bulan-bulan
pertama,kemudian mencapai besar maksimum dan setelah itu terjadi regresi spontan sekitar usia
12 bulan. Lesi terus mengadakan regresi sampai usia 5 tahun. Selain perawatan secara
konservatif,lesi hemangioma juga dapat dilakukan secara aktif yaitu tindakan
bedah,radiasi,penggunaan kortikosteroid,dan elektrokoagulasi.
Perawatan dengan tindakan bedah telah banyak berkembang, beberapa diantaranya
adalah eksisi, laser, bedah krio, dan skleroterapi. Eksisi biasanya jarang dilakukan karena
hemangioma cenderung untuk berdarah. (Hamzah, 1999).
G. GAMBAR HEMANGIOMA :























2. ATROPI

A. DEFENISI
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel parenchym yang
menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Pada ekstrem yang lain, jika suatu otot tidak
digunakan, kandungan aktin dan miosinnya akan berkurang, serat-seratnya menjadi lebih kecil,
dan dengan demikian otot tersebut berkurang massanya (atrofi) dan menjadi lebih lemah. Atrofi
dapat terjadi melalui dua cara; Disuse atrophy dan Atrofi denervasi. Defenisi lain, Atrofi adalah
salah satu bentuk adaptasi yang ditandai oleh berkurangnya ukuran sel jaringan atau organ di
dalam tubuh. Atrofi sel individual yang disertai peningkatan hilangnya sel atau berkurangnya
penggantian sel yang hilang akhirnya menyebabkan ukuran organ mengecil dan jaringan
menipis.
Atrofi secara umum merupakan proses fisiologis berupa reabsorpsi dan kerusakan
jaringan, yang melibatkan mekanisme apoptosis pada tingkat selular. Hal tersebut terjadi sebagai
akibat dari penyakit atau hilangnya dukungan trofik karena penyakit lain dan disebut atrofi
patologis, meskipun hal tersebut menjadi bagian dari pengembangan tubuh normal dan
homeostasis.

Disuse atrophy
Terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama walaupun persarafannya
utuh, seperti ketika seseorang harus menggunakan gips atau berbaring untuk jangka waktu lama.

Atrofi denervasi
Terjadi setelah pasokan saraf ke suatu otot terputus. Apabila otot dirangsang secara
listrik sampai persarafan dapat dipulihkan, seperti pada regenerasi saraf perifer yang terputus,
atrofi dapat dihilangkan tetapi tidak dapat dicegah seluruhnya. Aktifitas kontraktil itu sendiri
jelas berperan penting dalam mencegah atrofi; namun, faktor-faktor yang belum sepenuhnya
dipahami yang dikeluarkan dari ujung-ujung saraf aktif, yang mungkin terkemas bersama dengan
vesikel asetilkolin, tampaknya berperan penting dalam integritas dan pertumbuhan jaringan otot.

Apabila suatu otot mengalami kerusakan, dapat terjadi perbaikan secara terbatas,
walaupun sel-sel otot tidak dapat membelah diri secara mitosis untuk menggantikan sel-sel yang
hilang. Di dekat permukaan otot terdapat populasi kecil sel-sel yang tidak berdiferensiasi (seperti
yang dijumpai pada masa perkembangan mudigah), yaitu mioblas. Sewaktu sebuah serat otot
rusak, sekelompok mioblas melakukan fusi untuk mengganti otot tersebut dengan membentuk
sebuah sel besar berinti banyak yang segera mulai mensintesis dan menyusun perangkat intrasel
khas untuk otot. Pada cedera luas, mekanisme yang terbatas ini tidak cukup untuk mengganti
semua serat yang hilang, lalu serat-serat yang tersisa sering mengalami hipertrofi sebagai
kompensasinya.

Macam - macam atrofi :
1. Atrofi fisiologis : alat tubuh yang dapat mengecil atau menghilang sama sekali selama masa
perkembangan atau kehidupan . mis: pengecilan kelenjar thymus, ductus omphalomesentricus ,
ductus thyroglossus.
2. Atrofi Senilis : mengecilnya alat tubuh pada orang yang sudah berusia lanjut (aging process).
3. Atrofi setempat (local atrophy) : atrofi setempat akibat keadaan-keadaan tertentu.
4. Atrofi inaktifitas (Disuse atrophy) : atropi yang terjadi akibat in aktifitas otot-otot yang
mengakibatkan otot-otot tersebut mengecil. Mis. pada kelumpuhan otot akibat hilangnya
persarafan seperti pada poliomyelitis (atrophy neurotrofik).
5. Atrofi Desakan (pressure atrophy) : yang terjadi karena desakan yang terus-menerus atau
desakan untuk wakru yang lama dan mengenai suatu alat tubuh atau jaringan missal
a) Atrofi desakan fisiologis : pada gusi akibat desakan gigi yang mau tumbuh (pada anak-anak).
b) Atrofi desakan patologis : pada sternum akibat aneurisma aorta. Pelebaran aorta di daerah
substernal akibat syphilis. Akibat desakan yang tinggi dan terus menerus mengakibatkan sternum
menipis.
6. Atrofi Endrokin : terjadi pada alat tubuh yang aktifitasnya bergantung pada rangsang hormon.






Pada sumber lain dikatakan bahwa berdasarkan penyebabnya, atrofi dibagi atas :
Atrofi Neurogen : akibat dari kelumpuhan saraf mis. pada orang yang lumpuh.
Atrofi Vaskuler : akibat dari gangguan sirkulasi darah, mis. pengecilan otak karena
arteriosklerosis, pada usia lanjut.
Disuse Atrofi : akibat dari tidak dipergunakan dalam waktu yang lama, mis. pada orangsakit
yang harus berbaring lama di tempat tidur.
Atrofi Endokrin : akibat dari pengaruh hormon, mis. pengecilan payudara pada wanita lanjut
karena produksi hormon yang berkurang.
Atrofi terjadi karena tidak digunakannya atau kurangnya latihan fisik. Selain itu, oaring
yang terbaring di tempat tidur orang falam jangka waktu tertentu dapat mengalami penurunan
kekuatan otot. Demekian juga dengan para astronot yang jauh dari gravitasi bumi dapat
mengalami gangguan atrofi juga.

B. ETIOLOGI
Pada kebanyakan orang, atrofi otot disebabkan oleh tidak menggunakan otot secara
cukup. Orang yang berpindah-pindah pekerjaan, kondisi medis yang membatasi gerakan mereka,
atau penurunan tingkat aktivitas dapat mengalami gangguan atrofi ini. Penyebab atrofi antara
lain terjadinya mutasi (yang dapat merusak gen untuk membangun jaringan atau organ), sirkulasi
dalam tubuh terganggu sehingga kekurangan nutrisi dari makanan dan oksigen, gangguan
hormonal, gangguan saraf sehingga sel kurang digunakan seperti otot rangka atau kurangnya
latihan atau penyakit intrinsik pada jaringan itu sendiri dan proses penuaan. Hormonal dan saraf
menginervasi organ atau jaringan yang disebut sebagai trofik. Trofik menggambarkan kondisi
trofik jaringan. keadaan trofik otot berkurang dikenal sebagai atrofi.

C. GEJALA KLINIS
Tak mampu mengangkat beban atau gerak terbatas.





D. GAMBAR ATROPI










Atrofi otot Atrofi otak

E. PENGOBATAN
Program olah raga (dibawah bimbingan seorang terapis atau dokter) sangat di anjurkan,
termasuk latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot. Selain itu adalah mengkonsumsi
makan bergizi.














BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN :
Hemangioma merupakan tumor jinak pembuluh darah yang berproliferasi dari sel-sel
endothelium pembuluh darah diikuti involusi terus menerus menyebabkan kelainan yang
merupakan hasil dari anomali perkembangan pleksus vascular.
Secara klinis diagnosa hemangioma tidak sukar,terutama jaka gambaran lesinya khas,tapi
pada beberapa kasus diagnosis hemangioma dapat menjadi susah untuk
ditegakkan,terutama pada hemangioma yang letaknya lebih dalam.
Diagnosis banding dari hemangioma adalah terhadap tumaor kulit lainnya yaitu
limfangioma,higroma,lipoma,neurofibroma,malformasi vascular congenital,venous
stars,dan herediter hemorragik telangiektasis (Rendu-Osler-Weber Syndrome).
Secara umum perawatan hemangioma dapat dibagi menjadi terapi secara konservatif
(observasi) dan secara aktif yaitu tindakan bedah,radiasi,penggunaan kortikosteroid,dan
elektrokoagulasi.
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran normal.
Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel parenchym
yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil.
Penyebab atrofi antara lain terjadinya mutasi (yang dapat merusak gen untuk membangun
jaringan atau organ), sirkulasi dalam tubuh terganggu sehingga kekurangan nutrisi dari
makanan dan oksigen, gangguan hormonal, gangguan saraf sehingga sel kurang
digunakan seperti otot rangka atau kurangnya latihan atau penyakit intrinsik pada
jaringan itu sendiri dan proses penuaan.







DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Motaal, M. M., & Stanton, R. P. April 11, 1996 Soft Tissue Hemangioma, dalam http://
gait.aidi.udel.edu/res695/homepage/pd_ortho/educated/clinase/sthem. htm.
Anonimus,2013.Atropi-otot.http://www.scribd.com/doc/96984908/Atrofi-otot.
Cuitycuitytea.blogspot.com/.../asuhan-keperawatan-pada-atrofi-otot.html
Hamzah, M. 1999 Hemangioma, dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Balai Penerbit FK UI,
Edisi Ketiga, Jakarta, 220-22.
Kantor, M. D. October 29, 2004 Hemangioma, dalam http://www.medline.com/medline
plus/ency/medline.htm.
Katz, D. A., & Damron, T. August 1, 2002 Hemangioma, dalam http://www.emedicine.com/
orthoped/topic499.htm
Kushner, B. J., Maier, H., Neumann, R., Drolet, B. A., Esterly, N. B., & Frieden, I. J. December
23, 1999Hemangiomas in Children, dalam New England Journal of Medicine 1999;
341:2018-2019.
Olmstead, P. M., & Graham, W. P. 1994 Kelainan Bedah pada Kulit, dalam Buku Ajar Bedah
Sabiston, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Cetakan I Bagian 2, Jakarta, 426-427.
Pieter, J., & Halimun, E. M. 1997 Tindak Bedah: Organ dan Sistem Organ Kulit, dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah Wim de Jong, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Edisi Revisi, Jakarta,
428-30.

You might also like