You are on page 1of 20

Analisis Usaha Budidaya Tambak Udang Dengan

Pendekatan Tata Ruang Wilayah Pada Kawasan


Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin

I. PENDAHULUAN
Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma
baru pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan.
Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan
pantai yang masih cukup besar peluang untuk pengembangan eksploitasi dibidang perikanan
baik penangkapan maupuan usaha budidaya ikan.
Sebagai kabupaten baru Tanah Bumbu yang dulunya termasuk dalam wilayah Kabupaten Kota
Baru telah ditetapkan sebagai suatu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet),
berdasarkan Kepres Nomor 11 Tahun 1998 tanggal 19 Januari 1998 (Anonim 2004b), tetantang
penetapan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu dan sesuai dengan peruntukannya
berdasarkan pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
Untuk itu perlunya eevaluasi terhadap pembangunan yang telah dicapai khususnya sektor
perikanan budidaya tambak meliputi aspek kesesuaian lahan dan pemanfaatan lahan maupun
aspek ekonomis untuk budidaya berdasarkan lingkup Kapet Batulicin, dengan demikian maka
perlu dilakukan penelitian terhadap aspek usaha dan pola pemanfaatan ruang budidaya di
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin ini, hal ini berguna untuk membantu
pemerintah daerah dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan perikanan budidaya di
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin di Kabupaten Tanah Bumbu.
II. MATERI DAN METODE
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dimana menurut Moch. Nazir
(2003), metode survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual.
3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian adalah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin yang
berada pada Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan.
3.3. Wilayah Kajian dan Variabel Penelitian
Wilayah kajian penelitian adalah Kabuapaten Tanah Bumbu meliputi Kecamatan Batulicin,
Kusan Hilir, Sei Loban dan Kecamatan Satui,
3.4. Parameter dan Variabel Penelitian
Parameter penelitian yang diamati adalah kesesuaian lahan budidaya, pemanfaatan lahan, serta
aspek ekonomis dari usaha budidaya tambak.
3.4.1. Parameter Kesesuaian Lahan
Terbagi atas dua komponen yaitu berdasarkan aspek kesesuaian tata ruang berdasarkan RTRW
Kapet Batulicin dan kesesuan lahan berdasarkan aspek fisika dan kimia perairan tambak dengan
kriteria kesesuaian lahan budidaya tambak DKP (2002) meliputi :
a. Parameter topografi tanah : kelerengan, tekstur, drainase dan ketebalan gambut.
b. Parameter fisika : suhu air, kecerahan dan pola amplitudo pasang surut air laut.
c. Parameter kimia : oksigen terlarut, Amoniak, salinitas, pH dan H2S.
d. Parameter iklim : curah hujan dan hari hujan.
3.4.2. Parameter Pemanfaatan Lahan
Parameter pemanfaatan lahan meliputi variabel :
a. Luas lahan yang termanfaatkan untuk kegiatan budidaya udang windu dan luas lahan yang
diperuntukan untuk kawasan budidaya.
b. Tekanan penduduk, merupakan laju pertambahan tingkat pemanfaatan sumberdaya kawasan
yang dinilai dengan penduduk sekitarnya.
c. Persepsi masyarakat terhadap pemanfaatan lahan, merupakan tanggapan masyarakat terhadap
suatu kawasan.
3.4.3. Parameter Aspek Ekonomi
a. Tingkat produksi dan penerimaan dari budidaya udang windu.
b. Biaya produksi (biaya tetap dan biaya variabel)
c. Tingkat keuntungan
d. Kelayakan usaha
3.5. Jenis dan Sumber data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder.
3.6. Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian untuk variabel kesesuaian lahan dilakukan pengukuran langsung di
lapangan (insitu) dan pengumpulan data sekunder serta untuk variabel pengamatan pemanfaatan
lahan dan aspek ekonomis digunakan daftar pertanyaan (kuisioner).
3.7. Teknik Pengambilan Sampel
a. Pengambilan sampel untuk variabel pemanfaatan lahan dan aspek ekonomis dengan teknik
proporsional sampling (10% dari jumlah populasi RTP di masing-masing kecamatan) kecamatan
Batulicin jumlah populasi 169 RTP, Kecamatan Kusan Hilir 420 RTP, Kecamatan Sei Loban
247 RTP dan Kecamatan Satui 230 RTP.
b. Untuk variabel kesesuaian lahan berdasarkan aspek fisika dan kimia dilakukan pengukuran
pada stasiun pengamatan (insitu) berdasarkan desa yang telah ditentukan dan penentuan stasiun
pengamatan dilakukan dengan teknik acak sederhana (simple random sampling) yaitu dengan
melakukan pengundian pada setiap lokasi tambak (RTP) pada tiga desa dan dilakukan
pengulangan sampel sebanyak 3 kali setiap lokasi.
3.8. Analisis Data
3.8.1. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis yang dilakukan adalah analisis keruangan yang dilakukan dengan cara mengkaji ruang
budidaya yang telah dimanfaatkan dengan rencana tata ruang Kapet Batulicin, sesuai dengan
kebijakan pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan Kabupaten Tanah Bumbu yang
dituangkan dalam Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Pengambangan Ekonomi Terpadu
Batulicin (RUTR Kapet Batulicin) dan Peraturan Daerah (Perda).
Selanjutnya untuk mendapatklan kesesuaian lahan berdasarkan parameter fisika dan kimia
perairan dilakukan pembobotan terhadap nilai parameter. Penyusunan matrik kesesuaian
merupakan dasar dari analisis keruangan. Matrik disusun melalui kajian pustaka dan diskusi
ekspert sehingga diketahui parameter syarat yang dijadikan acuan dalam penyusunan model ini.
Syarat yang dimaksud adalah parameter utama, parameter sekunder dan parameter pendukung.
Dalam penelitian ini setiap parameter di bagi dalam tiga kelas yaitu sesuai, kurang sesuai dan
tidak sesuai Kelas sesuai di beri nilai 3, kurang sesuai 2 dan tidak sesuai 1, selanjutnya setiap
parameter dilakukan pembobotan berdasarkan parameter yang memberikan pengaruh lebih kuat
diberi bobot lebih tinggi dari parameter yang lebih lemah. Total skor dari hasil perkalian nilai
parameter dengan bobotnya tersebut selanjutnya dipakai untuk menentukan klas kesesuaian
lahan budidaya tambak udang
Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan Budidaya Udang Windu di Air Tawar

Tujuannya adalah membudidayakan Udang Windu di lahan persawahan (sawah tambak). Pada awalnya
(1987) budidaya sawah tambak sudah dimulai dengan komoditas perikanan berupa Ikan Bandeng, Mujair,
Tombro dan Tawes (Mina Padi). Mulai tahun 1993 beberapa petani mencoba menggunakan Udang
Windu (Penaeus monodon) sebagai komoditas budidaya sawah tambak, namun usahanya selalu gagal.
Sekitar tahun 1995/1996 usaha budidaya sawah tambak menggunakan Udang Windu sudah mulai berhasil
dan mencapai hasil yang memuaskan mulai tahun 1998 hingga sekarang. Pada masa tersebut akhirnya
dikenal dengan istilah "PANDU", yang berasal dari kata Padi dan Udang Windu. Teknologi budidaya
sawah tambak dengan sistem "PANDU" tersebut, yang dilakukan dari awal hingga sekarang adalah
teknologi sederhana. Sesuai dengan peningkatan sarana produksi yang diperlukan, inaka teknologi
budidaya sawah tambak tersebut hanya pada teknologi sistem "Tradisional Plus". Tradisional dalam arti
tetap menggunakan padat tebar rendah (10.000 - 15.000 ekor/ha) dan mengandalkan pakan alami melalui
pemupukan, sedangkan istilah "Plus", karena sudah memerlukan sarana tambahan seperti pompa air dan
pemberian pakan secukupnya.

Usaha budidaya Udang Windu di lahan sawah tambak khususnya di Kabupaten Lamongan (Jawa Timur)
dengan pertimbangan keuntungan jauh lebih besar diperoleh dari hasil Udang Windu dari pada hasil padi,
maka petani di Kabupaten Lamongan kini sudah separuh (50%) memelihara udang di lahan sawah tambak
tersebut.

Teknologi pengelolaan sawah tambak yang diterapkan sesuai dengan perkembangannya, dewasa ini tidak
hanya dilakukan sistem mina padi, melainkan dilakukan peningkatan usaha dengan perubahan pola
tanam. Pada awalnya pola tanam padi tersebut dilakukan 2 kali musim tanam dalam satu tahun,
meningkat menjadi 3 kali musim tanam dalam setahun, dengarl variasi sebagai berikut : Padi - lkan -
Padi; lkan - Ikan - Padi; Padi - Padi - Bero dan Ikan - lkan - Ikan. Komoditas yang digunakan dalam pola
tanah sawah tambak di atas, adalah terdiri atas Padi (IR 64; Way Apu), Ikan (Bandeng, Nila, Mas,
Tombro) dan Udang (Windu). Berdasarkan siklus produksinya maka pola pengusahaan udang dalam
kaitannya dengan budidaya di sawah tambak, ada beberapa kegiatan yang merupakan rantai produksi,
yaitu : hatchery, pentokolan, pembijen dan pembesaran.

Di Propinsi Lampung perubahan sawah menjadi tambak mencapai puncaknya tahun 1998. Dari hasil
pendataan di lapangan pada tahun 1998 luas tambak tercatat sebesar 7.434 ha terdiri dari tambak berstatus
hak milik seluas 499 ha (6,7%) sedangkan selebihnya ada di kawasan R-15 sebesar 2.718 ha (36,52%)
dan berada di kawasan Rawa Sragi yang berasal dari lahan sawah seluas 3.431 ha (46.16%). Dengan
adanya perubahan tersebut Pemerintah Daerah mengusulkan kawasan tersebut sebagai kawasan
pertambakan rakyat seluas 12.424 ha kepada pemerintah pusat. Bersamaan dengan masa Reformasi,
karena keinginan rakyat/masyarakat harus diutamakan maka Pemerintah. Daerah memutuskan bahwa
petani boleh mengembangkan Udang Windu di sawah dengan pertimbangan karena tingkat keberhasilan
budidaya Udang Windu di bekas sawah lebih tinggi dan tingkat mortalitas Udang Windu di sawah lebih
kecil, nilai keuntungan yang tinggi untuk petani Udang Windu dibandingkan dengan hasil padi.

Petambak di Maros (Sulawesi Selatan) melakukan persiapan tambak petakan kecil seluas 1 are yang diisi
air payau untuk penebaran pertama sebelum beralih ke air tawar pada petakan induk. Ukuran benur yang
ditebar adalah PL 12 dengan kepadatan 10.000 ekor. Pemeliharaan dilakukan selama 4 bulan. Selama
pemeliharaan udang diberi pakan siput dan tidak dilakukan pergantian air. Hasil panen yang diperoleh
sebanyak 70 kg dengan ukuran 40 ekor/kg. Penampilan udang memberikan warna yang cerah tetapi kulit
udang agak tipis.

Gagasan budidaya udang, dimulai dari kondisi masyarakat yang dihadapkan pada ekonomi yang serba
sulit/krisis moneter. Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat di desa ini adalah dengan
mengalihkan fungsi sawah menjadi tambak. Mereka berpendapat bahwa hasil yang diperoleh dari tambak
jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan hasil panen di sawah. Peralihan ke tambak ini mulai tahun
1998. Persiapan budidaya dimulai dengan membuat model petakan dengan parit bentuk segi empat yang
letaknya disesuaikan dengan keinginan masing-masing petani, ada yang di tengah dan ada pula yang agak
ke tepi. Parit tersebut diisi air asin. Jumiah benur yang ditebar rata-rata 20.000 ekor per ha. Masa
pemeliharaan sekitar 4 bulan dan hasil panen per ha per musim sebanyak 200300 kg dengan ukuran 32-49
ekor/kg.

Hasil percobaan budidaya udang di lahan sawah irigasi di Karawang dan Maros, menunjukkan hasil yang
memuaskan, misalnya pertumbuhan udang sampai 2 bulan pertama mencapai panjang total 7-8 cm. Pada
bulan-bulan selanjutnya mengalami gangguan dari predator lkan Gabus. Kunci keberhasilan budi daya
udang di tambak air tawar, selain memadainya penanganan dan aklimatisasi penurunan salinitas pada
benur yang akan ditebar, kesehatan benur, manajemen air dan pakan, yang sangat penting juga adalah
keberadaan ion utama dalam air. Sebagai contoh udang akan mengalami kesulitan ganti kulit (molting)
apabila alkalinitas air kurang dari 50 mg/l atau setara dengan 61 mg/l bicarbonate. Minimum konsentrasi
total alkalinitas yaiig disarankan adalah 75 mg/I, setara dengan 90 mg/L bicarbonate. Konsentrasi ion-ion
tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan yang mengandung ion tersebut, diantaranya
kekurangan :

Bicarbonate dengan menambahkan kapur atau dolomit
Potassium dengan menambahkan KCL atau K2SO4
Sejauh ini belum ada dampak negatif dari penggaraman terhadap lingkungan perairan maupun
vegetasi/tumbuhan yang hidup di sekitar tambak udang di air tawar (salinitas 0-5 ppt) di Thailand. Namun
demikian sangat ditekankan untuk menerapkan biosecurity dari penggaraman pada tambak air tawar agar
usaha budidaya udang di air tawar dapat menguntungkan, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dari hasil survei dan beberapa laporan hasil penelitian di Indonesia direkomendasikan bahwa prospek
untuk budidaya Udang Windu di tambak air tawar sangat menjanjikan mengingat di beberapa
daerah/propinsi, tambak air tawar yang berjarak sekitar 5 -10 km dari garis pantai dan bersalinitas rendah
(bahkan bersalinitas 0 ppt) sangat luas.

Kegiatan budidaya Udang Windu di air tawar mempunyai prospek yang cukup baik khususnya bagi
petambak kecil dengan kemampuan modal yang terbatas. Beberapa unit kegiatan yaitu dimulai dari
hatchery, pentokolan, pembijen dan pembesaran. Unit pembesaran bisa dibedakan berdasarkan pola
tanam yang dipilih oleh petambak: budidaya udang sistem minapadi (WINDI), budi daya udang di
sawah/kolam tanpa padi dan budi daya polikultur antara udang dengan komoditas lainnya.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN
BUDIDAYA UDANG WINDU
( Palaemonidae / Penaeidae )
1. SEJARAH SINGKAT
Udang merupakan jenis ikan konsumsi air payau, badan beruas berjumlah 13 (5 ruas kepala dan 8 ruas
dada) dan seluruh tubuh ditutupi oleh kerangka luar yang disebut eksosketelon. Umumnya udang yang
terdapat di pasaran sebagian besar terdiri dari udang laut. Hanya sebagian kecil saja yang terdiri dari
udang air tawar, terutama di daerah sekitar sungai besar dan rawa dekat pantai. Udang air tawar pada
umumnya termasuk dalam keluarga Palaemonidae, sehingga para ahli sering menyebutnya sebagai
kelompok udang palaemonid. Udang laut, terutama dari keluarga Penaeidae, yang bisa disebut udang
penaeid oleh para ahli. Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani yang bermutu
tinggi. Bagi Indonesia udang merupakan primadona ekspor non migas. Permintaan konsumen dunia
terhadap udang rata-rata naik 11,5% per tahun. Walaupun masih banyak kendala, namun hingga saat ini
negara produsen udang yang menjadi pesaing baru ekspor udang Indonesia terus bermunculan.

2. SENTRA PERIKANAN
Daerah penyebaran benih udang windu antara lain: Sulawesi Selatan (Jeneponto,
Tamanroya, Nassara, Suppa), Jawa Tengah (Sluke, Lasem), dan Jawa Timur
(Banyuwangi, Situbondo, Tuban, Bangkalan, dan Sumenep), Aceh, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Timur, dan lain-lain.

3. JENIS
Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas : Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas : Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo : Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili : Palaemonidae, Penaeidae

4. MANFAAT
1. Udang merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, yaitu 21%, dan rendah
kolesterol, karena kandungan lemaknya hanya 0,2%. Kandunganvitaminnya dalam 100 gram
bahan adalah vitamin A 60 SI/100; dan vitamin B10,01 mg. Sedangkan kandungan mineral yang
penting adalah zat kapur dan fosfor, masing-masing 136 mg dan 170 mg per 100 gram bahan.
2. Udang dapat diolah dengan beberapa cara, seperti beku, kering, kaleng, terasi,krupuk, dll.
3. Limbah pengolahan udang yang berupa jengger (daging di pangkal kepala)dapat dimanfaatkan
untuk membuat pasta udang dan hidrolisat protein.
4. Limbah yang berupa kepala dan kaki udang dapat dibuat tepung udang, sebagaisumber kolesterol
bagi pakan udang budidaya.
5. Limbah yang berupa kulit udang mengandung chitin 25% dan di negara majusudah dapat
dimanfaatkan dalam industri farmasi, kosmetik, bioteknologi, tekstil,kertas, pangan, dll.
6. Chitosan yang terdapat dalam kepala udang dapat dimanfaatkan dalam industrikain, karena tahan
api dan dapat menambah kekuatan zat pewarna dengan sifatnya yang tidak mudah larut dalam air.

5. PERSYARATAN LOKASI
1. Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang pantai(beberapa meter dari
permukaan air laut) dengan suhu rata-rata 26-28 derajat C.
2. Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liatberpasir, karena dapat
menahan air. Tanah dengan tekstur ini mudah dipadatkandan tidak pecah-pecah.
3. Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, dengankandungan pasir
tidak lebih dari 20%. Tanah tidak boleh porous (ngrokos).
4. Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawartergantung jenis
udang yang dipelihara. Daerah yang paling cocok untukpertambakan adalah daerah pasang surut
dengan fluktuasi pasang surut 2-3meter.
5. Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0-35permil dan
optimal=10-30 permil; kecerahan air=25-30 cm (diukur dengan secchidisk)

Pemanfaatan Budi Daya Air Tawar Baru 10,1 Persen Potensi sumber
daya perikanan budi daya secara nasional diperkirakan 15,59 juta hektare, yang
terdiri dari potensi air tawar 2,23 juta ha, air payau 1,22 juta ha, dan budi
daya laut 12,14 juta ha. Sedangkan pemanfaatannya hingga saat ini masing-masing
baru mencapai 10,1 persen untuk budi daya air tawar, 40% untuk budi daya air
payau, dan 0,01 persen untuk budi daya laut. Data itu disampaikan oleh Menteri
Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi pada Pencanangan Gerakan Mina Padi Rakyat
(Gempar), di Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat, Rabu (3/5). Freddy mengatakan, produksi total perikanan budi daya
secara nasional pada tahun 2004 sebesar 1,48 juta ton. Budi daya air tawar
menghasilkan 488 ribu ton. Sampai saat ini produksi dari budi daya air tawar
masih didominasi oleh komoditas ikan mas sebanyak 187.000 ton, nila 98.000 ton,
lele 56.000 ton, dan patin 24.000 ton.
"Mengingat pemanfaatan potensi perikanan budi daya yang masih demikian rendah,
maka diperlukan langkah-langkah konkret untuk mendorong peningkatan produksi
ikan, yang permintaan pasarnya sangat besar, baik untuk konsumsi dalam negeri
maupun luar negeri," ujarnya. Khusus bagi pengembangan budi daya air tawar,
selain dikembangkan pada lahan perkolaman, saluran irigasi, dan perairan umum
berupa waduk, danau, sungai, dan rawa, juga dapat dikembangkan di lahan
persawahan secara terpadu bersama padi. Kegiatan budi daya tersebut sudah lama
dikenal oleh masyarakat petani sawah yang sekaligus berperan sebagai pembudi
daya ikan terutama di Jawa Barat dengan sebutan budi daya Mina Padi. Freddy
mengungkapkan, hasil kajian para pakar Mina Padi dan pengalaman lapangan
menunjukkan, terdapat banyak keuntungan budi daya ikan yang dilakukan secara
terpadu dengan penanaman padi di sawah. Antara lain pada lahan yang sama dapat
menghasilkan ikan tanpa mengganggu produktivitas padi, bahkan
dapat meningkatkan produksi padi, sehingga meningkatkan pendapatan petani.
Kurangi Tenaga Dia menjelaskan, adanya ikan di sawah dapat mengurangi tenaga
penyiangan, biaya pengendalian hama, sehingga dapat meningkatkan efisiensi untuk
budi daya padi. Budi daya mina padi mempunyai peran yang strategis dalam
pengembangan budi daya air tawar, yakni sebagai rangkaian dalam penyediaan benih
bagi kebutuhan pembesaran ikan dalam keramba jaring apung di perairan waduk atau
danau. Menurutnya, selain ikan mas dan nila yang sudah biasa dipelihara
bersama dengan padi, juga dapat ditanam udang gala, lele, atau gurame sebagai
alternatif komoditas yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pembudi daya.
Diharapkan kawasan Mina Padi tersebut dapat menjadi pemacu peningkatan produksi
perikanan melalui optimalisasi pemanfaatan lahan sawah bagi daerah lainnya.
Untuk mempercepat pengembangan budi daya Mina Padi di Jawa Barat, katanya,
Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) telah
menyediakan dana penguatan modal untuk membantu para pembudi daya ikan dalam
memperoleh bantuan permodalan melalui kredit Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
(DPD Jabar), dengan tingkat bunga yang terjangkau. MoU yang sudah disepakati
dengan pihak bank diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang
telah ditentukan. DKP juga telah menyampaikan dukungan pada Provinsi Jabar
melalui pemberian bantuan antara lain berupa dana dekonsentrasi APBN senilai Rp
3,2 miliar, dan dukungan penguatan modal APBN Pusat untuk budi daya Mina Padi di
lima kabupaten yakni, Tasikmalaya, Ciamis, Bandung, Cianjur, dan Subang, serta
bandeng air tawar di Kabupaten Purwakarta. Selain itu, untuk menghasilkan
benih unggul untuk pengembangan Mina Padi, DKP telah memberikan bantuan berupa
induk ikan mas. Agar pembudi daya dapat membuat pakan ikan secara mandiri dengan
bahan baku yang murah dan mudah diperoleh, serta untuk menekan biaya produksi,
juga telah diserahkan lima unit mesin
pembuat pakan ikan. Juga bantuan sarana dan prasarana pemasaran bergerak berupa
satu unit mobil terinsolasi, 4 unit motor terinsolasi, 4 unit coolbox, dan 4
unit freezer berkapasitas 150 liter.
Budidaya lobster air tawar merupakan salah satu usaha yang dapat ditekuni. Harganya di pasaran
cukup tinggi, sekitar 100 ribu rupiah per kilogram, membuat budidaya lobster air tawar
menjanjikan keuntungan bila dilakukan dengan teknik yang benar.
Salah satu lokasi budidaya lobster air tawar terdapat di Desa
Bojong Kantong, Kecamatan Langen Sari, Banjar, Jawa Barat.
Proses pembesaran dilakukan di kolam sawah, sehingga
lobster dapat tumbuh lebih cepat.
Lokasi budidaya lobster air tawar di Banjar, Jawa Barat, dari
Jakarta dapat dicapai melalui jalan tol Cipularang. Keluar di
pintu tol Cileunyi, perjalanan kemudian dilanjutkan ke arah
Priangan Timur, tepatnya di Desa Bojong Kantong, kecamatan
Langen Sari.
Disinilah budidaya lobster air tawar di lakukan, di areal seluas 1.400 meter persegi milik Endang
Hardi. Dia telah menekuni usaha ini sejak 8 tahun lalu, dengan bantuan teknis dari Universitas
Galuh Ciamis.
Lobster yang dibudidayakan disini jenis red clow atau penjapit
merah, yang bibitnya didatangkan dari Australia. Jenis ini
paling banyak diminati pasar, terutama untuk restoran sea
food, dan hotel berbintang.
Budidaya lobster air tawar disini mulai dari pemijahan. Proses
pemijahan dilakukan di bak semen. Induk lobster disatukan di
dalam bak hingga terjadi perkawinan dan membuahkan telur.
Proses pembesaran lobster dilakukan di kolam tanah di tengah
sawah. Lobster tumbuh optimal di kolam air tawar dengan ph
antara 7 hingga 9, dan suhu antara 23 hingga 30 derajat celsius.
Pemeliharan lobster air tawar relatif tidak sulit. Untuk kolam tanah, makanannya tersedia secara
alami berupa plankton. Sebagai makanan tambahan diberikan campuran parutan singkong, buah
pepaya dan pelet. Pakan tambahan ini ditebarkan ke kolam
sekali sehari.
Lobster dipanen setelah dipelihara selama enam bulan. Pada
usia tiga bulan seperti ini, lobster sudah dapat dikonsumsi,
namun dari sisi ukuran belum layak, karena belum memenuhi
kriteria permintaan pasar.
Lobster jenis penjapit merah dipasarkan di kota-kota di Pulau
Jawa. Harganya sekitar 100 ribu rupiah per kilogram. Harga
jual lobster di pasaran yang cukup menggiurkan, membuat
usaha budidaya ini layak untuk ditekuni karena menjanjikan
keuntungan.
Permintaan lobster air tawar jenis penjapit merah cukup tinggi dan belum seluruhnya dapat
dipenuhi. Setiap minggunya sentra budidaya lobster air tawar ini menerima permintaan sekitar 5
kwintal lobster, namun baru dapat dipenuhi sekitar 1 kwintal saja.

Budidaya Ikan Air Tawar
a. Pembesaran I kan Lele
Usaha pembesaran ikan lele selain sebagai usaha alternatif juga dimaksudkan sebagai
sarana uji coba bagi murid-murid SD 013 dalam mendukung kurikulum lokal. Dipilihnya
perkarangan sekolah sebagai tempat usaha pembesaran ikan lele antara lain didukung oleh
sumber air tersedia, mudah dalam pemeliharaan dan pengawasanya, sebagai sarana praktek bagi
murid-murid SD 013.
Sistem pemasaran sangat sederhana, dimana calon pembeli akan datang langsung ke
petani untuk melakukan penawaran. Sistem demikian sangat membantu petani nelayan untuk
dapat meningkatkan posisi tawarnya kepada calon pembeli tanpa harus tertekan oleh informasi
pasar yang disampaikan oleh seseorang (calo/toke). Disamping itu posisi petani nelayan
merupakan bagian utama dalam mata rantai pemasaran sehingga petani menjadi komponen yang
sangat menentukan dalam siklus pemasaran tersebut.
Kegiatan usaha pembesaran ikan lele dimulai dengan pembuatan fisik kolam/bak
pembesaran. Kegiatan ini telah dimulai pada tanggal 20 September 2000 meliputi pengadaan
kolam dengan ukuran 8 x 2.5 x 1 m
3
. Pada bagian dasar kolam dilapisi dengan coran semen
sedangkan pada bagian atas ditutup dengan kawat besi untuk alasan keamanan. Pengadaan fisik
kolam pembesaran ikan lele ini telah dapat diselesaikan pada tanggal 26 Oktober 2000.
Kegiatan selanjutnya adalah penggenangan dan pemupukan kolam pembesaran. Dalam
kegiatan ini kolam pembesaran akan diisi dengan air untuk beberapa hari, dan untuk
mempercepat pertumbuhan pakan alami dilakukan pembusukan dari sampah organik seperti
batang pisang. Pembusukan ini dilakukan selam lebih kurang dua minggu, setelah baru
dilakukan penebaran bibit.
Menurut rencana penebaran bibit akan dilakukan sekitar pertengan November 2000.
Namun karena alasan tekhnis penebaran bibit baru dapat dilaksanakan pada bulan Desember
2000. Sumber bibit diambil dari balai pembibitan di bungus Teluk Kabung yang dikelola olh
staf Dinas Perikanan Kota Padang. Usaha pembesaran ikan lele ini dikelola langsung oleh
Kepala Sekolah SD 013 yang juga ketua LKMD Kelurahan Sungai Pisang.
b. Pembesaran I kan Mas dan Gurami
Hampir seluruh masyarakat di Kelurahan Sungai Pisang tidak ada yang melakukan usaha
pembesaran ikan air tawar. Pada hal dilihat dari kondisi lingkungan yang ada hampir setiap
rumah memiliki pekarangan yang cukup luas untuk dapat dimanfaatkan sebagai kolam
pembesaran ikan air tawar. Dilihat dari permintaan pasar akan komiditi perikanan ini terus
mengalami peningkatan baik dalam volum maupun harganya, sehingga sangat potensi untuk
dikembangkan sebagai usaha alternatif nelayan.
Sekitar tahun 1994 pernah usaha pembesaran ikan mas dan gurami dilakukakan, melalui
dana bantuan Inpres Desa Tertinggal (IDT). Kegiatan uji coba ini mengalami kegagalan, karena
sulitnya sumber air tawar. Oleh karena itu belajar dari pengalaman kegiatan pembesaran ikan air
tawar kali ini harus betul-betul melihat kondisi lingkungan dan kebutuhan dan pengetahuan asli
masyarakat melalui serangkaian studi dan dialog dengan masyarakat. Akhirnya dari kegiatan
survei lapangan dan dialog dengan beberapa anggota masyarakat disepakati usaha pembesaran
ikan mas dan gurami yang dikelola langsung oleh Babak Zainuddin Dt. Rajo Lenggang, beliau
sekaligus ketua Badan Musyawarah Ninik Mamak Kelurahan Sungai Pisang.
Bapak Zainuddin atas dasar keinginan sendiri telah merintis pembuataan selokan/parit
untuk mendapatkan sumber air tawar. Sumber air tawar berasal dari sebuah sungai, dengan
memotong dan mengiris kaki bukit air tawar dapat dialirkan ke pekarangan. Jumlah air tawar
yang masuk dapat diatur dengan menutup dam mebuka pintu air yang ada di hulu selokan.
Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin
Gizi.net - Kandungan gizi ikan air tawar cukup tinggi dan hampir sama dengan ikan air laut,
sehingga dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jumlah cukup. Tingginya kandungan protein dan
vitamin membuat ikan yang mudah dibudi dayakan ini sangat membantu pertumbuhan anak-
anak balita.

Dibandingkan dengan negara-negara lain, konsumsi ikan per kapita per tahun di Indonesia saat
ini masih tergolong rendah, yaitu 19,14 kg. Hal ini sangat disayangkan, terutama mengingat
betapa besar peranan gizi ikan bagi kesehatan. Untuk mengatasi masalah rendahnya konsumsi
ikan laut akibat harganya yang relatif mahal, perlu upaya pengembangan ikan air tawar.

Sebagai bahan pangan, ikan merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sangat
baik dan prospektif. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan dengan produk lainnya adalah
kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna. Mengingat besarnya
peranan gizi bagi kesehatan, ikan merupakan pilihan tepat untuk diet di masa yang akan datang.

Ikan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu ikan air laut, air tawar, dan air payau atau
tambak. Ikan yang hidup di air tawar dan air laut sangat banyak, sehingga dibedakan menjadi
golongan yang dapat dikonsumsi dan ikan hias.

Lingkungan hidup ikan air tawar adalah sungai, danau, kolam, sawah, atau rawa. Jenis ikan air
tawar yang umum dikonsumsi adalah sidat, belut, gurame, lele, mas, nila merah, tawes, karper,
nilem, tambakan, sepat siam, mujair, gabus, toman, betok, jambal, dan jelawat.

Budi Daya Air Tawar
Keberhasilan usaha perikanan air tawar ditentukan oleh faktor lingkungan. Tanah liat atau
lempung sangat baik untuk pembuatan kolam. Demikian pula untuk tanah beranjangan atau
terapan dengan kandungan liatnya 30 persen.

Kedua jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor. Faktor
lingkungan dapat berpengaruh terhadap cita rasa ikan, misalnya bau tanah atau lumpur.

Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam budi daya ikan air tawar adalah mutu air.
Sumber air bisa berasal dari air sungai, hujan, atau tanah. Mutu air yang diperlukan untuk budi
daya ikan air tawar haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut: oksigen terlarut sekitar 5-6
ppm, karbondioksida terlarut kurang dari 25 ppm, pH antara 6,7-8,6, suhu 25-30oC dengan
perbedaan suhu antara siang dan malam tidak lebih dari 5oC, serta tidak tercemar bahan kimia
beracun, minyak, atau limbah pabrik.

Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan karena endapan lumpurnya terlalu tebal
dan pekat, sehingga dapat mengganggu penglihatan ikan dalam air dan menyebabkan nafsu
makannya berkurang. Semakin banyak dan beragam biota air yang terdapat di dalam perairan,
semakin tinggi tingkat kesuburannya.

Budi daya ikan air tawar lebih mudah dibandingkan dengan ikan air laut. Sebagai contoh budi
daya ikan mas sangat mudah sekali dilakukan karena toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi.
Meski demikian, dalam kenyataannya perkembangan ketersediaan dan konsumsi ikan air laut
lebih besar daripada ikan air tawar.

Kendala utama budi daya ikan air tawar adalah diperlukan waktu dan biaya yang cukup tinggi.
Komponen biaya meliputi: persiapan kolam, pemilihan induk, pemijahan, penetasan, dan
pendederan. Biaya lain yang dianggap cukup tinggi adalah untuk pakan dan pemeliharaan
terhadap hama dan penyakit ikan.

Penyimpanan Segar
Ikan air tawar umumnya diperdagangkan dalam keadaan masih hidup. Hal ini sangat
menguntungkan karena mutunya masih sangat terjaga baik. Dengan alasan kepraktisan, banyak
orang membeli ikan air tawar dalam jumlah banyak dan menyimpannya di rumah untuk berbagai
keperluan.

Namun, ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah mengalami kerusakan. Berbagai jenis
bakteri dapat menguraikan komponen gizi ikan menjadi senyawa-senyawa berbau busuk dan
anyir, seperti indol, skatol, H2S, merkaptan, dan lain-lain. Beberapa bakteri patogen (penyebab
penyakit), seperti Salmonella, Vibrio, dan Clostridium, sering mencemari produk perikanan.

Beberapa faktor penyebab kerusakan ikan air tawar adalah:

1. Kadar air cukup tinggi (70-80 persen dari berat daging) yang menyebabkan mikroorganisme
mudah tumbuh dan berkembang biak.

2. Secara alami, ikan mengandung enzim yang dapat menguraikan protein menjadi putresin,
isobutilamin, kadaverin, dan lain-lain, yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap.

3. Lemak ikan mengandung asam lemak tidak jenuh ganda yang sangat mudah mengalami proses
oksidasi atau hidrolisis yang menghasilkan bau tengik.

4. Ikan mempunyai susunan jaringan sel yang lebih longgar, sehingga mikroba dapat dengan
mudah mengggunakannya sebagai media pertumbuhan.

Sifat ikan yang sangat mudah rusak ini akan diperberat lagi oleh kondisi penanganan pascapanen
yang kurang baik. Kerusakan mekanis dapat terjadi akibat benturan selama penangkapan,
pengangkutan, dan persiapan sebelum pengolahan.

Gejala yang timbul akibat kerusakan mekanis ini antara lain memar (karena tertindih atau
tertekan), sobek, atau terpotong. Kerusakan mekanis pada ikan ini tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai gizinya, tetapi cukup berpengaruh terhadap penampilan dan penerimaan
konsumen.

Pada dasarnya penanganan dan pengolahan ikan bertujuan untuk mencegah kerusakan atau
pembusukan. Upaya untuk memperpanjang daya tahan simpan ikan segar adalah melalui
penyimpanan dalam lemari pendingin atau pembeku, yang mampu menghambat aktivitas
mikroba atau enzim. Setiap penurunan suhu 8oC menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme
berkurang menjadi kira-kira setengahnya.

Oleh karena itu, makin rendah suhu penyimpanan ikan, makin panjang daya simpannya.
Penyimpanan dingin dalam lemari es (refrigerator) hanya mampu memperpanjang umur simpan
ikan hingga beberapa hari, sedangkan dalam lemari pembeku (freezer) akan membuat awet
hingga berbulan-bulan, tergantung suhu yang digunakan.

Penyimpanan pada suhu rendah (pendinginan dan pembekuan) tidak dapat membunuh semua
mikroorganisme, tetapi menghambat pertumbuhannya. Oleh karena itu, ikan yang akan disimpan
pada suhu rendah harus dibersihkan terlebih dahulu untuk mengurangi jumlah mikroorganisme
awal yang ada pada bahan tersebut.

Proses pembersihan tersebut dikenal dengan istilah penyiangan, yaitu pembuangan bagian kulit,
insang, dan bagian dalam ikan (jeroan). Bagian-bagian tersebut perlu dibuang karena merupakan
sumber utama mikroba pembusuk pada penyimpanan ikan.
BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR POTENSI EKONOMI MASA DEPAN

Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Mungkin sepotong kalimat itu menunjukkan
kepada kita bahwa dengan memulai sesuatu akan lebih baik daripada tidak mencoba memberikan
sedikit kontribusi yang tanpa kita sadari padahal itu yang terbaik dari diri kita. Berbicara tentang
rencana pembangunan bangsa pada jangka panjang dua puluh tahun, salah satunya akan
memfokuskan pada perwujudan Indonesia sebagai negara kepulauan yang mandiri dan kuat. Laut
dan pulau-pulau di sekitarnya yang akan menjadi kekuatan dari pembangunan nasional itu
sendiri. Jika kita sadari, ternyata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat menjadi salah
satu sasaran untuk itu. Sesuai dengan UU No. 22/1999, provinsi kepulauan yang terbilang masih
muda dengan umur baru menginjak delapan tahun namun memiliki perairan 65.281 Km2 lebih
luas jika dibandingkan daratannya yang hanya seluas 16.281 Km2 . Kondisi ini tentunya dapat
menjadi fokus pembangunan pemerintah daerah untuk mengembangkan pembangunan ke
depannya yang diprioritaskan pada sektor bahari. Perairan yang dibicarakan di sini tentunya
mencakup perairan darat maupun laut. Persepsi masyarakat mungkin akan tertuju pada sektor
kelautan yang diharapkan akan menjadi salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Hal ini ditunjukkan dengan hasil ikan laut di provinsi ini pada tahun 1998 sebelum provinsi ini
dideklarasikan menunjukkan bahwa total dari volume ikan laut untuk Kabupaten Bangka,
Belitung dan Pangkalpinang sebesar 123.046 ton (Sumber: Bangka, Belitung dan Pangkalpinang
dalam angka 1998 (BAPPEDA)). Bahkan saat sekarang ada sebagian industri kecil yang telah
mengelola ikan laut menjadi makanan khas provinsi ini misalnya diolah menjadi
kemplang/kerupuk, abon ikan, ikan asin, dan lain sebaginya.Tidak selamanya subsektor
perikanan laut dapat menjadi sumber pendapatan untuk sebuah daerah. Terkadang ada saat
tertentu pasti akan terjadi penurunan hasil laut yang dikarenakan kondisi cuaca yang tidak
mendukung para nelayan untuk mendapatkan hasil tangkapan berupa hasil laut, apalagi pada saat
musim seperti sekarang ini. Mengingat sektor perikanan akan tetap menjadi salah satu sektor
unggulan di negeri ini, maka akan sangat tepat jika kita mulai memberi perhatian yang lebih pada
sektor perikanan air tawar.

Namun apakah budidaya ikan air tawar ini dapat memberikan kontribusi bagi sektor perikanan?
Atau mungkinkah subsektor perikanan, khususnya budidaya ikan air tawar akan terus eksis di
negeri serumpun sebalai ini? Beberapa pertanyaan seperti tersebut di atas mungkin akan timbul
di benak kita. Jawabannya dapat kita lihat sendiri, bahwa pemerintah daerah telah memulai untuk
itu dan diharapkan masyarakat mau memulai budidaya ikan air tawar dapat semakin marak
seiring dengan memanfaatkan kolong-kolong eks penambangan timah yang tidak terpakai lagi.
Walaupun hanya sebagian kecil masyarakat kita telah memulai mengembangkan budidaya ikan
air tawar tersebut. Timbul pertanyaan mengapa budidaya ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil
dari masyarakat kita? Pasti ada masalah atau kendala-kendala yang menjadi penyebabnya
sehingga untuk budidaya ini jumlahnya sangat sedikit sekali.

Hal ini bisa dikarenakan mahalnya bibit dari ikan air tawar itu sendiri atau semakin mahalnya
harga pakan ternak untuk makanan ikan air tawar tersebut, serta kurangnya penyuluhan-
penyuluhan untuk menambah keterampilan petani ikan air tawar dalam meningkatkan nilai
tambah hasil produksi.Namun jika kita kaji lebih dalam, ternyata ikan air tawar dapat dijadikan
salah satu potensi ekonomi masa yang depan dan keuntungan bagi masyarakat sendiri khususnya
dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga hubungannya dengan pemenuhan hidup sehari-
hari. Untuk tingkat lokal sendiri dapat dijadikan konsumsi masyarakat sehari-hari. Jika ada suatu
pembelajaran yang baik pasti suatu saat akan menjadi salah satu komoditi ekspor ke luar negeri,
seperti : udang, ikan kerapu, kakap merah, kepiting dan cumi-cumi. Dengan memanfaatkan
potensi lahan yang masih luas untuk dijadikan tambak ikan atau udang air tawar, secara tidak
langsung dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Selain itu, lokasi eks
penambangan timah minimal dapat sedikit memberikan nilai tambah, jika areal atau lokasi
tersebut dapat dikelola dengan baik untuk budidaya ikan air tawar.

Apakah semua itu bisa terwujud? Yang pasti tidak ada yang tidak bisa. Asal ada kemauan pasti
akan ada jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut. Usaha ini pasti akan terwujud dengan
satu tekad dan tujuan untuk membawa negeri ini ke arah yang lebih baik. Dengan perencanaan,
pengelolaan serta pemasaran yang baik dari budidaya ikan air tawar pasti tujuan yang diinginkan
akan tercapai. Memang ini bukan merupakan PR (Pekerjaan Rumah) pemerintah daerah sendiri.
Bantuan pihak-pihak lain tentunya sangat diperlukan untuk keberhasilan program pengembangan
budidaya Ikan air tawar ke depan. Kita yakin pihak universitas dan masyarakat tidak akan tinggal
diam dalam menyikapi hal ini dan pasti akan berperan aktif jika memang diperlukan. Kerjasama
berupa, penelitian, pelatihan keterampilan tenaga kerjanya baik teknis di lapangan maupun
manajemen pengelolaan dan pemasaran ikan air tawar itu sendiri sehingga tujuan akhirnya dapat
tercapai yakni untuk memberikan andil yang besar dalam menambah Pendapatan Asli Daerah
(PAD).

Dalam hal ini, memang masyarakat lah yang harus memulai dan mampu membuktikan bahwa
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan wilayah yang tidak hanya unggul dalam pada
subsektor perikanan laut namun perikanan air tawar juga harus diperhitungkan. Karena tidak
menutup kemungkinan investor dapat beralih ke sektor ini setelah berakhirnya pasca timah.
Apalagi letak geografis dari propinsi yang sangat mendukung untuk sarana pemasaran ke luar
atau ke dalam negeri. Dari saluran distribusi telah memungkinkan kita untuk berani menerobos
pasar-pasar yang ada di luar Babel sendiri. Sarana transportasi laut di propinsi ini telah tersedia
dan bisa dikatakan cukup untuk itu. Dengan kondisi-kondisi tersebut di atas, kita yakin investor
pasti akan datang dengan sendirinya tanpa harus menunggu dengan alasan kurangnya data dan
informasi serta fasilitas-fasilitas yang ada. Kita sangat berharap semoga pimpinan daerah yang
akan terpilih pada pilkada nanti dapat menjadikan sektor ini sebagai salah sektor unggulan dalam
program pembangunan Bangka Belitung lima tahun yang akan datang.Akankah pada
kenyataannya nanti kita dapat menunjukkan bahwa budidaya ikan air tawar memang merupakan
salah sektor ekonomi potensial masa yang akan datang di Bumi Serumpun Sebalai sehingga kita
dapat berkata memang belum terlambat untuk memulainya dari sekarang
PENYAKIT PADA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR
Betapa terkejutnya dan hampir stress salah seorang pembudidaya ikan hias di Kota Tangerang
ketika mendapatkan ikannya yang terdapat pada empat kolamnya dalam keadaan mati dan
sekarat. Tidak ada yang diselamatkan karena hanya sedikit saja yang masih kelihatan sehat dan
akhirnya semua dibuang dan dimusnahkan. Bila dihitung kerugiannya cukup besar sampai
jutaan rupiah dan rugi waktu. Tetapi hal tersebut merupakan hal yang wajar bagi para
pembudidaya ikan air tawar baik ikan konsumsi ataupun ikan hias.
Kegiatan budidaya ikan air tawar baik jenis ikan konsumsi ataupun ikan hias merupakan
kegiatan yang mempunyai resiko tinggi karena ikan merupakan mahluk bernyawa yang kapan
saja mengalami kematian. Salah satu penyebab gagalnya kegiatan budidaya ikan ini adalah
karena faktor penyakit. Munculnya gangguan penyakit pada budidaya ikan merupakan resiko
biologis yang harus selalu diantisipasi.
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi kompleks/tidak seimbang
antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang (ikan) yang lemah, patogen yang
ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk.
Dalam melakukan usaha budidaya ikan, para pembudidaya melakukannya ada yang secara
intensif, semi intensif atau asal saja. Semakin intensif sistem budidaya yang diterapkan maka
semakin kompleks pula kehadiran penyakit yang akan muncul. Penyakit yang menyerang ikan
banyak macam dan ragamnya. Tetapi secara umum penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu penyakit infeksius dan non infeksius. Jenis penyakit infeksius terdiri dari penyakit
yang disebabkan oleh parasit, jamur bakteri dan visrus. Sedangkan jenis penyakit non-infeksius
disebabkan oleh lingkungan, makanan dan genetis.
Penyakit Infeksius.
1. Parasit
Penyakit yang disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit yang
sporadis. Tetapi untuk intesitas penyerangan yang sangat tinggi dan areal yang terbatas dapat
berakibat sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis cukup
merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkan bobot, bentuk serta ketahanan tubuh
ikan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai jalan masuk bagi infeksi sekunder oleh patogen lain
seperti jamur, bakteri dan virus.
Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini terdiri dari protozoa dan metazoa. Protozoa bersifat
parasitik terhadap ikan dan jumlahnya lebih dari 2000 jenis. Salah satu jenis protozoa ang paling
sering menjadi kendala dalam budidaya ikan adalah Ichthyophthirius multifiliis atau ich
(penyakit bintik putih). Sifat serangannya sangat sporadis dan kematian yang diakibatkannya
dapat mencapai 100 % populasi dalam tempo yang relatif singkat.
Secara umum gejala ikan yang terserang protozoa adalah
- ikan tampak pucat
- nafsu makan kurang
- gerakan lambat dan sering menggososk-gosokkan tubuhnya ada dinding kolam
- pada infeksi lanjut ikan megap-megap dan meloncat-loncat ke permukaan air untuk
mengambil oksigen
- adanya bercak-bercak putih pada permukaan tubuh ikan
Parasit dari golongan metazoa antara lain Monogenetic trematod (golongan cacing), cestoda,
nematoda, Cepopoda (Argulus sp, Lernaea sp dan golongan Isopoda. Organ yang menjadi target
serangan parasit ini adalah insang. Penularan terjadi secara horisontal terutama pada saat cacing
dalam fase berenang bebas yang sangat infektif. Secara umum gejala dari serangan metazoa
adalah :
- ikan tampak lemah
- tidak nafsu makan
- pertumbuhan lambat tingkah laku dan berenang tidak normal disertai produksi lendir yang
berlebihan
- ikan sering terlihat berkumpul disekitar air masuk karena kualitas dan kadar oksigen lebih
tinggi
- insang tampak pucat dan membengkak sehingga overculum terbuka
- ikan sulit bernafas seperti gejala kekurangan oksigen
- peradangan pada kulit akan mengakibatkan ikan menggoso-gosok badannya pada benda
sekitar
- badan kemerahan disekitar lokasi penempelan parasit
- pada infeksi berat parasit ini kadang dapat terlihat dengan mata telanjang pada permukaan
kulit ikan.
2. Jamur
Jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder. Semua jenis ikan air tawar
termasuk telurnya rentan terhadap infeksi jamur. Jenis jamur yang sering menjadi kendala adalah
dari famili saprolegniaceae. Beberapa faktor yang sering memicu terjadinya infeksi jamur
adalah penanganan yang kurang baik (transportasi) sehingga menimbulkan luka pada tubuh ikan,
kekurangan gizi, suhu dan oksigen terlarut yang rendah, bahan organik tinggi, kulaitas telur
buruk/tidak terbuahi dan padatnya telur pada kakaban. Penyakit ini menular terutama melalui
spora di air. Gejala-gejalanya dapat dilihat secara klinis adanya benang-benang halus
menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan.
3. Bakteri
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit yang paling banyak menyebabkan
kegagalan pada budidaya ikan air tawar. Penyakit akibat infeksi bakterial masih sering terjadi
dengan intensitas yang variatif. Umumnya pembudidaya masih mengandalakan antibiotik
sebagai magic bullet untuk melawan penyakit bakterial. Jenis penyakit yang disebabkan oleh
bakteri antara lain adalah penyakit merah yang disebabkan oleh bakteri garam negatif
(Aeromonas hydrophila), penyakit columnaris atau luka kulit, sirip dan insang yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Flavobacterium columnare, penyakit tubercolosis yang tergolong sangat
kronis disebabkan oleh bakteri gram positif Mycobacterium spp. dan penyakit Streptococciasis
yang disebabkan oleh bakteri gram positif Streptococcus spp.
4. Virus
Patogen virus juga menyebabkan penyakit pada budidaya ikan air tawar. Belum banyak
diketahui penyakit yang disebabkan oleh virus di Indonesia kecuali penyakit Lymphocystis dan
Koi Hervesvirus (KHV). Infeksi lymphoccystis hanya bersifat kronis dan bila menyerang ikan
hias akan mengalami kerugian yang berarti karena merusak keindahan ikan.
Sampai saat ini KHV merupakan penyakit yang paling serius dan sporadis terutama untuk
komoditi ikan mas dan koi.
Penyakit Non-Infeksi
1. Penyakit akibat lingkungan
Faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya ikan air tawar mempunyai pengaruh yang sangat
tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan penyakit dari kegiatan budidaya air tawar.
Pengaruh dari penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan kerugian
yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba dan mematikan seluruh
populasi ikan. Penyebabnya misalnya ada upwelling, keracunan akibat peledakan populasi
plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya.
Faktor lingkungan yang buruk akan menyebabkan ikan menjadi
- tercekik, yaitu kekurangan oksigen yang umumnya terjadi menjelang pagi hari pada perairan
yang punya populasi phytoplankton tinggi.
- Keracunan nitrit, yang sering disebut penyakit darah cokelat karena disebabkan oleh
konsentrasi nitrit yang tinggi di dalam air yang berasal dari hasil metabolisma ikan.
- Keracunan amonia, terjadi hampir sama dengan nitrit tetapi pada umunya karena pengaruh
pemberian pakan yang berlebihan atau bahan organik, sedangkan populasi bakteri pengurai tidak
mencukupi. Yang sangat beracun adalah dalam bentuk NH3
- Fluktuasi air yang ekstrim, dimana perubahan suhu air yang ekstrim akan merusak
keseimbangan hormonoal dan fisiologis tubuh ikan dan pada umumnya ikan tidak mampu untuk
beradaptasi terhadap perubahan dan mengakibatkan ikan stress bahkan kematian.
- Limbah pollutan, yang terdiri dari logam-logam berat cukup berbahaya bagi ikan karena sifat
racunnya yaitu Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr, Al dan Co juga dapat menyebabkan penyakit bagi
ikan. Sifat dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat apabila komposisi ion-ion
di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang sinergik. Selain komposisi ion, nilai PH juga
berpengaruh terhadap tingkat kelarutan ion-ion loga. Bila kadarnya tinggi menyebabkan ikan-
ikan stress dan bila terus meningkat dapat menyebabkan kematian.
2. Penyakit Malnutrisi
Pemberian pakan yang berlebihan/kekurangan dan tidak teratur juga dapat menyebabkan
penyakit pada ikan. Penyakit karena malnutrisi jarang menunjukkan gejala spesifik sehingga
agak sulit didiagnosa penyebab utamanya. Tetapi dalam diet pakan dapat mengakibatkan
kelainan fungsi morfologis dan biologis seperti defisiensi asam pantothenic penyakit jaring
insang ikan yang dapat menyebabkan ikan sulit bernafas yang diikuti dengan kematian,
defisiensi vitamin A yang menyebabkan mata menonjol/buta dan terjadi pendarahan pada kulit
juga ginjal, defisiensi vitamin B-1 yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, pendarahan dan
penyumbatan pembuluh darah, defisiensi asam lemak essensial yang berakibat infiltrasi lemak
pada kulit dan minimnya pigmentasi pada tubuh ikan. Yang cukup berbahaya adalah karena
defisiensi vitamin C yang merupakan penyakit yang umum terjadi dimana akibat yang paling
populer adalah broken back syndrome seperti scoliosis dan lordosis
3. Penyakit Genetis
Salah satu penyebab penyakit yang kompleks pada kegiatan budidaya ikan air tawar karena
adanya faktor genetik terutama karena adanya perkawinan satu keturunan (inbreeding).
Pemijahan inbreeding yang dilakukan secara terus-menerus akan menurunkan kualitas ikan
berupa variasi genetik dalam tubuh ikan. Akibat dari pemijahan secara inbreeding adalah :
- pertumbuhan ikan lambat (bantet/kontet) dan ukuran beragam
- lebih sensitif terhadap infeksi patogen
- organ tubuh badan yang tidan sempurna serta kelainan lainnya
Demikain secara garis besar penyakit-penyakit yang biasa menyerang dan dihadapi oleh
pembudiaya ikan. Semoga informasi yang ringkas ini dapat bermanfaat khususnya bagi para
pembudidaya ikan air tawar. Untuk informasi tentang cara pengendalian penyakit-penyakit
tersebut akan ditampilkan dalam edisi selanjutnya.
Budidaya ikan air tawar merupakan usaha yang menjanjikan keuntungan. Salah satu tempat
budidaya ikan air tawar adalah di Waduk Cirata, Cianjur, Jawa Barat. Budidaya ikan air tawar di
tempat ini dilakukan mulai dari pembibitan hingga pembesaran ikan.
Salah seorang yang menekuni usaha budidaya ikan air tawar adalah Edi Mulyadi. Dia melakukan
pembibitan di kolam darat, hingga pembesaran ikan di keramba terapung.
Untuk mencapai lokasi budidaya ikan air tawar milik Edi dapat mengambil arah ke Cianjur, lalu
menuju ke kawasan Pantai Meleber, Cirata.
Kolam pembibitan ini ada yang diperuntukkan untuk ikan mas, ikan nila dan ikan gurame, mulai
dari berbentuk larva hingga menjadi anakan ikan,
Di tempat ini anak ikan dipelihara selama setengah bulan, hingga
berukuran tiga centimeter. Kemudian anak ikan yang berkualitas
bagus dipindahkan ke keramba terapung di Waduk Cirata.
Untuk menuju keramba terapung di Waduk Cirata harus
menggunakan perahu. Lama perjalanan sekitar sepuluh menit.
Barulah sampai ke keramba terapung milik Edi.
Di keramba terapung ini, Edi memiliki 25 kolam pembesaran ikan
air tawar yang dijaga dua orang karyawannya. Ikan air tawar yang dibesarkan disini ikan nila,
ikan mas, dan ikan gurame. Ikan nila dapat dipanen dalam waktu tiga hingga empat bulan.
Biaya terbesar mengelola keramba terapung adalah penyediaan pakan ikan. Untuk makanan ikan,
Edi menghabiskan 4 kwintal pelet dalam sehari.
Membesarkan ikan nila dan ikan mas menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan
ikan air tawar lainnya. Karena itu, ikan nila dan ikan mas menjadi primadona. Di pasaran, harga
ikan nila merah sekitar Rp 9 ribu per kilogram.
BUDIDAYA IKAN MAS
PENDAHULUAN
Ikan mas (Cyorinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang sudah lama
dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia. Di Cina, para petani telah
membudidayakan sekitar 4000 tahun yang lalu sedangkan di Eropa beberapa ratus tahun yang
lalu. Sejumlah varietas dan subvarietas ikan mas telah banyak dibudidayakan Asia Tenggara
sebagai ikan konsumsi dan ikan hias.
Berdasarkan keanekaragaman genetik, ikan mas memiliki keistimewaan karena banyak
strain/ras. Hal ini disebabkan karena: 1) penyebaran daerah asal mulai dari Cina sampai ke
daratan Eropa sangat luas dengan keadaan lingkungan yang bervariasi dan secara geografis
terisolasi, 2) daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan, 3) akumulasi mutasi dan 4) seleksi
secara alami maupun oleh karya manusia (Hulata, 1995). Daya adaptasi yang tinggi juga
menyebabkan ikan mas dapat hidup dalam ekosistem dataran rendah sampai dataran tinggi
(sampai ketinggian 1800 m dpl.). Strain tersebut tampak dari keragaman bentuk sisik, bentuk
tubuh dan warna. Beberapa strain yang sudah di kenal di tanah air diantaranya adalah Majalaya,
Punten, Sinyonya, Domas, Merah/Cangkringan, Kumpai dan sebagainya (Hardjamulia, 1995).
Usaha pemeliharaan ikan mas makin berkembang, dengan ditemukannnya teknologi pembesaran
secara intensif di KJA (karamba jaring apung) dan KAD (kolam air deras). Dengan demikian
kebutuhan benih makin meningkat.
TEKNIK PRODUKSI IKAN MAS
A. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain peneplokan/ perapihan pematang
agar pematang tidak bocor, meratakan dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir,
membersihkan bak kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan
di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan dimaksudkan untuk
menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator atau kompetitor yang dapat
mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun kualitas benih yang dihasilkan.
B. Pembenihan
1. Pemeliharaan dan Seleksi Induk
Induk dipelihara di kolam khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan
berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan sebanyak 3% per bobot
biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari.
Ikan betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 - 2 tahun dengan bobot >2
kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Untuk membedakan jantan
dan betina dapat dilakukan dengan jalan mengurut perut kearah ekor. Jika keluar cairan putih
dari lubang kelamin, maka ikan tersebut jantan.
Ciri-ciri ikan betina yang siap pijah adalah: (secara sederhana)
Pergerakan ikan lamban
Pada malam hari sering meloncat-loncat
Perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak
Lubang anus agak membengkak/menonjol dan berwarna kemerahan
Sedangkan untuk ikan jantan mengeluarkan sperma (cairan berwarna putih) dari lubang kelamin
bila di stripping.
2. Pemijahan
Dalam pemijahan, ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai
keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan
rangsangan hormon. Sehubungan dengan hal itu, maka langkah-langkah dalam pemijahan ikan
mas adalah :
Mencuci dang mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam)
Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm
Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam dengan ukuran 4
x 3 x 1 meter. Hapa dilengkapi dengan pemberat agar tidak mengambang.
Memasang kakaban di tempat pemihajan (dalam hapa). Kakaban dapat berupa ijuk yang
dijepit bambu/papan dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
Memasukkan induk jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk betina yang dipijahkan
tergantung pada kebutuhan benih lepas hapa dan luas kolam yang akan digunakan dalam
pendederan 1. Bobot induk jantan sama dengan induk betina namun dengan jumlah yang
lebih banyak
Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk
3. Perawatan Larva
Kakaban diangkat 3 hari setelah telur menetas atau setelah larva tidak menempel di kakaban.
Pakan larva berupa suspensi kuning telur dengan frekuensi 5 kali per hari (satu telur untuk
100.000 ekor larva). Waktu perawatan larva ini selama 5 hari sehingga larva sudah tahan untuk
ditebar di kolam.

You might also like