Paleogeomorfologi adalah bagian dari geomorfologi yang mempelajari roman muka
bumi purba. Paleogeomorfologi ini sendiri dapat digunakan untuk menginterpretasikan runtutan proses geologi ynag terjadi pada masa purba melalui bentukan morfologi yang masih terekam dan meninggalkan jejak pada permukaan bumi. Terdapat tiga macam morfologi purba menurut Ruhe (1965), yakni topografi terkubur (burial topography), topografi sisa (relict topography), dan topografi tersingkap (exhumed topography). Candi Sambisari candi bercorak hindu, dengan ciri-ciri terdapat arca dewa-dewa dalam kepercayaan agama hindu. Candi Sambisari berada di desa Sambisari di Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (sekitar 12 Km sebelah timur Kota Yogyakarta). Candi Sambisari adalah candi Hindu yang dibangun pada abad ke-9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno. Kompleks candi ini berada pada 6,5 meter dari atas permukaan tanah yang sekarang, hal itu diakibatkan oleh dampak erupsi dan endapan lahar gunung Merapi yang diperkirakan terjadi tahun 1006 yang menyebabkan Kerajaan Mataram Hindu berpindah ke Jawa Timur. Kompleks candi terdiri atas satu candi induk dan tiga candi perwara. Candi induk berbentuk berukuran 13,65 x 13,65 m, dan memiliki tinggi 7,5 m, Pada bangunan candi induk dapat dijumpai lima buah relung, tiga diantaranya berisi arca. Beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini (isteri Dewa Siwa) dengan 8 tangan yang masing-masing menggenggam senjata, Arca Ganea (anak Dewi Durga). Arca Agastya dengan aksamala (tasbih) yang dikalungkan di lehernya, serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintu. Pada candi utama terdapat ruangan kecil yang berisi Lingga-Yoni. Lingga berupa batu yang menonjol sementara Yoni adalah batu yang menjadi dasar dari lingga tersebut. Keberadaannya menunjukkan bahwa candi ini dibangun sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa. 6,5 m Candi utama Candi perwara Pagar candi Permukaan tanah
Arca Agastya Arca Ganea Arca Dewi Durga
Sedangkan candi perwara memiliki ukuran 4,8 x 4,8 m, dengan bentuk persegi yang simetris, namun bangunan candi perwara belum dipugar secara sempurna karena batuan komponen penyusunnya banyak yang belum ditemukan. Candi Sambisari juga memiliki pagar berukuran 50 x 48 m yang mengelilingi kompleks candi. Sedangkan berdasarkan batu isian yang digunakan di Candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada masa dulu. Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M (812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M. Kompleks candi ini berada pada 6,5 meter dari atas permukaan tanah yang sekarang, hal itu diakibatkan oleh dampak erupsi dan endapan lahar Gunung Merapi yang diperkirakan terjadi tahun 1006 yang menyebabkan Kerajaan Mataram Hindu berpindah ke Jawa Timur. Sembilan ratus enampuluh tahun kemudian pada tahun 1966 candi ini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani bernama Bapak Karyowinangun yang sedang mencangkul di ladangnya. Fakta bahwa candi ini berada di bawah permukaan tanah di sekitarnya, menandakan bahwa candi ini sempat terkubur beberapa saat akibat tertimbun material erupsi sebelum akhirnya tersingkap kembali secara antropogenik. Hal inilah memberikan informasi bahwa Candi Sambisari merupakan salah satu topografii tersingkap dan merupakan paleogeomorfologi yang memberikan informasi bahwa pada masa lalu, terjadi letusan Gunung Merapi yang diyakini sangat kuat sehingga dapat mengubur candi-candi yang ada pada masa itu. Hal ini pertama kali dikemukakan oleh van Bemmelen (1949) yang kemudian diperkuat oleh beberapa ahli lain bahwa perkembangan lingkungan geologi Yogyakarta berhubungan dengan aktivitas Gunung Merapi sejak 20.000 tahun lalul hingga 310 tahun lalul. Sejalan dengan aktivitasnya hingga saat ini, Merapi telah mengendapkan materialnya dalam volume yang besar, mendangkalkan lingkungan genang air hingga kering, sedangkan pada dataran di kaki gunung api terjadi perkembangan paleogeomorfologi secara lokal yang secara lateral berkesinambungan. Pada masa sekarang, candi ini merupakan bagian geowisata Merapi di kawasan Sleman
DAFTAR PUSTAKA
Srijono, Salahuddin Husein, dan Budianto. 2011. Buku Ajar Geomorfologi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Anonim. http://bumi-ilmukebumian.blogspot.com/2011/01/geologi-regional-yogyakarta.html (Diakses 4 Mei 2014 pukul 16.50 WIB) Ardian, Aan. 2009. Candi Sambisari. http://kotajogja.com/wisata/index/Candi-Sambisari (Diakses 4 Mei 2014 pukul 17.00)