You are on page 1of 10

BAB III

KLASIFIKASI MINYAK BUMI



Setiap lapangan minyak menghasilkan minyak mentah yang berbeda dengan
minyak mentah yang dihasilkan oleh lapangan lainnya, sehingga perlu adanya suatu cara
untuk golongan-golongan minyak mentah sehingga dapat diperoleh suatu gambaran
mengenai produk yang dihasilkan.
Ada beberapa cara kasifikasi minyak mentah, yaitu :
1. KLASIFIKASI BERDASARKAN GRAFITAS API ATAU BERAT JENIS.
Klasifikasi yang paling sederhana adalah klasifikasi yang berdasarkan gravitas API
atau berat jenis, karena jika gravitasi minyak mentah tinggi atau berat jenis minyak
mentah rendah, maka ada kecenderungan minyak mentah tersebut mengandung fraksi
fingan dalam jumlah yang besar. Jadi minyak mentah dengan gravitasi 35
o
API lebih
berharga dari pada minyak mentah yang mengandung gravitasi 30
o
API, karena minyak
mentah yang pertama mengandung fraksi ringan ( bensin, kerosin) lebih banyak dan
faksi berat (residu) lebih sedikit dibandingkan dengan minyak mentah yang kedua.
Tabel 3.1 Klasifikasi minyak bumi berdasarkan gravitasi API atau berat jenis.
Jenis minyak Gravitas API Berat jenis
Mentah Dari Sampai Dari Sampai
Ringan >39,0 <0,830
Ringan sedang 39,0 35,0 0,830 0,850
Berat sedang 35,0 35,0 0,850 0,865
Berat 35,0 24,8 0,865 0,905
Sangat berat <24,8 >0,905

2. KLASIFIKASI BERDASARKAN KANDUNGAN MALAM DAN ASPAL
Berdasarkan kandungan malam parafin dan aspal minyak metah dapat dibagi ke
dalam tiga golongan dasar minyak metah yaitu :
a. Minyak mentah dasar parafin (Minyak mentah dasar naften)
b. Minyak mentah dasar aspal
c. Minyak mentah dasar campuran/tengahan 90%
Sebagian besar minyak metah, kira-kira 90% minyak mentah dasar campuran
sedangkan 10% lainnya termasuk golongan dasar parafin dan aspal. Minyak mentah juga
10%
diberi nama lapangan misalnya: Minyak mentah minas, minyak mentah Duri, inyak
mentah Rantau, minyak metah Lirik, minyak mentah Sumatera Selatan, minyak mentah
Tanjung dan lain sebagainya.
3. KLASIFIKASI BERDASARKAN KOMPOSISI KIMIA
Berdasarkan pada komposisi kimia fraksi minyak bumi yang mempunyai daerah
didih antara 250-300
o
C.
Tabel 3.2 klasifikasi minyak mentah menurut sachanen.
Klasifikasi fraksi 250-300
Golongan %parafin % naften % aromat % malam % aspal
Paraffin 46-61 22-32 12-25 1,5-10 0-6
Parafin naften 42-45 38-39 16-20 1-6 0-6
Naften 16-26 61-76 8-13 Sedikit 0-6
Par-naft- aromat 27-35 36-47 26-33 0,5-1 0-10
Naften-aromat 0-8 57-78 20-25 1-0,5 0-20
Molekul jarang ditemukan dalam keadaan murni tetapi dalam keadaan gabungan.
4. KLASIFIKASI MENURUT U.S BUREAU OF MINES
Sebagai dasar klasifikasinya digunakan grafitas API fraksi nomor 1 dan 2, yang
diperoleh dengan jalan distilasi dengan alat distilasi hempel standart. Fraksi kunci nomor
1 adalah fraksi minyak bumi yang mendidih pada suhu antara 482-572F atau 250-275C
tekanan 1 atm. Fraksi kunci nomor 2 mendidih pada suhu 527-572F atau 275-300 C pada
tekanan 40 mmHg. Fraksi kunci nomor 1 termasuk dalam fraksi kerosin, sedangkan
fraksi kunci nomor 2 termasuk dalam fraksi minyak pelumas.
Table 3.3 klasifikasi minyak bumi berdasarkan U.S. Bureau of Mires
Golongan dasar Grafitas API
Fraksi kunci nomor 1 Fraksi kunci nomor 2
Paraffin-parafin >40 >30
Paraffin tengahan >40 20-30
Paraffin- naften >40 <20
Tengahan- paraffin 33-44 >30
Tengahan- tengahan 33-44 20-30
Tengahan- naften 33-44 <20
Naften- paraffin <33 >30
Naften- tengahan <33 20-30
Naften- naften <33 <20

5. KLASIFIKASI BERDASARKAN DISTRIBUSI ATOM KARBON
Klasifikasi ini diajukan oleh Van Ness dan Van Westen yang didasarkan atas
distribusi karbon parafinik, naftenik, dan aromatic dalam minyak mentah. Klasifikasi ini
dapat digunakan dengan diagram , dimana ketiga titik sudutnya masing-masing
menunjukan 100% karbon parafin Cp, 100% karbon naften C
N
dan 100% aromat C
A
.
Distribusi karbon dapat ditentukan dengan metode n-d , yaitu dengan jalan
mengukur indeks bias n, densitas d, dan berat molekul rata-rata. Indeks bias dan densitas
dapat ditentukan pada suhu 20
O
C. Selanjutnya dengan rumus empiris persentase karbon
parafin, karbon naften dan karbon minyak mentah selanjutnya kedudukan minyak
mentah tersebut dalam diagram dapat ditentukan.
6. KLASIFIKASI BERDASARKAN FAKTOR KARAKTERISASI
Faktor karakterisasi Watson K sebagai berikut:
K =


Dimana Tb mula-mula adalah titik didih rata-rata molal
S : berat jenis rata-rata pada 60/60F
Faktor karakterisasi untuk berbagai golongan dasar minyak mentah adalah sebagai
berikut:
a. Minyak mentah dasar paraffin : K>12,1
b. Minyak mentah dasar tengahan: K= 11,5-12,1
c. Minyak mentah dasar naften, K= 10,5-11,45
d. Minyak mentah dasar aromat, K<10,5

7. KLASIFIKASI BERDASARKAN INDEKS KORELASI
Indeks diperoleh dengan jalan melukiskan kebalikan titik didih rata-rata
volumetrik sesuatu fraksi terhadap berat jenis pada 60/60
O
F didalam suatu diagram
referensi dimana di dalam diagram ini terdapat garisgaris untuk setiap jenis
hidrokarbon. Untuk senyawa hidrokarbon parafin normal garis ini diberi angka nol,
sedangkan untuk bensen diberi angka 100.
Persamaan empirik :
I.K= 437,7S 456,8 + 48640/K
Dimana IK (indeks kolerasi), S ( gravitasi jenis pada 60/60
O
F ) dan K ( titik didih
rata-rata dalam K).
8. KLASIFIKASI MINYAK BUMI LAINNYA
Klasifikasi berdasarkan kandungan belerang
a. Minyak mentah dengan kandungan belerang rendah (kurang dari 0,1 %)
b. Minyak mentah dengan kandungan belerang sedang (antar 0,1 -1,0 %)
c. Minyak mentah dengan kandungan belerang tinggi (diatas 1,0 %)
Selain itu minyak mentah berdasarkan kandungan hidrogen sulfid dibagi menjadi:
a. Minyak mentah masam (sour crude)
b. Minyak mentah manis (sweetcrude)
Batas kandungan hidrogen sulfid adalah 0,05 ft
3
/100 galon minyak mentah.
9. SIFAT-SIFAT UMUM MIYAK BUMI
Berikut adalah tabel sifat-sifat minyak bumi.
Tebel 3.4 sifat-sifat umum minyak bumi.
Sifat-sifat Dasar parafin Dasar naften
Grafitas API tinggi Rendah
Kandungan nafta tinggi Rendah
Angka oktan bensin Rendah Tinggi
Titik asap kerosene Tinggi Rendah
Angka cetan solar Tinggi Rendah
Titik tuang minyak pelumas Tinggi Rendah
Indeks viskositas minyak pelumas tinggi Rendah
Dari tabel terlihat bahwa tidakk ada minyak mentah yang fraksi-fraksinya mempunyai
sifat-sifat yang semuanya serba baik.








BAB IV
UJI MINYAK BUMI DAN PRODUKNYA

1. Densitas, Berat Jenis, dan Gravitas API
Densitas minyak adalah massa minyak per satuan volume pada suhu tertentu.
Berat jenis (specific gravity) atau rapat relative (relative density) adalah perbandingan
antara rapat minyak pada suhu tertentu dengan rapat air pada suhu tertentu. Grafitas api
adalah besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dinyatakan dalam:


S60/60
O
F adalah berat jenis pada suhu 60
O
F
Densitas, berat jenis, dan grafitas API minyak bumi dan produknya ditentukan
dengan cara hydrometer, yang umumnya dikenakan pada minyak mentah dan produknya
yang berupa cairan dan mempunyai tekanan uap reid kurang dari 26 lb. hydrometer
mempunyai skala densitas, berat jenis atau grafitas API. Untuk menentukan densitas atau
berat jenis hidrokarbon ringan dapat digunakan hydrometer termo tekanan. Sedangkan
untuk bahan cair yang kental dengan piknometer Bingham atau piknometer bikapiler
Lipkin.
2. Tekanan Uap Reid
Uji tekanan uap reid digunakan untuk bensin, minyak mentah yang volatile.
Tekanan uap reid adalah tekanan mutlak pada suhu 37,8 C (100F) dalam psia atau Kpa.
Alat utama untuk menentukan tekanan uap reid terdiri dari ruangan bensin,
ruangan udara, manometer, thermometer, dan penangas air yang dilengkapi dengan
termosat. Ruangan bensin, ruangan udara dan manometer dapat dihubungkan satu
dengan yang lainnya. Uji dilakukan dengan mengisi ruangan bensin sampai penuh.
Ruangan bensin kemudian dihubungkan dengan ruangan udara dan manometer dan
selanjutnya rangkaian alat ini direndam dalam penangas air yang mempunyai suhu tetap
yaitu 37,8 + 0,1C. Secara periodik rangkaian alat ini dikeluarkan dari penangas air dan
digojok sampai akhirnya manometer menunjukan harga tekanan keseimbangan yang
tetap yang merupakan tekanan uap Reid. Dalam praktek uji tekanan upa Reid,
mempunyai arti penting sehubungan dengan
1. Keamanan dalam pengangkutan bahan bakar minyak
2. Sumbatan uap dalam system pengumpanan bensin
3. Karakteristik mesin motor untuk dihidupkan dalam keadaan dingin
4. Tipe tangki penyimpanan minyak yang digunakan
3. Distilasi Produk Minyak Bumi
Distilasi produk minyak bumi ini dikenakan untuk pruduk minyak bumi
yaitu: bensin alam, bensin motor, bensin pesawat terbang, bahan bakar turbin dan
pesawat terbang, nafta, kerosin, minyak gas dan minyak bakar distilat dan produk
minyak bumi yang serupa. Distilasi serupa dikenal dengan nama distilasi Engler.
Selama distilasi dilakukan pengamatan dan catatan suhu thermometer dan
volume distilat yang tertampung. Yang perlu dilaporkan dalam uji distilasi ini yaitu:
Yang perlu dilaporkan dalam uji distilasi adalah :
Titik didih awal, yaitu suhu dimana distilat pertama-tama menetas dari
ujung kondensor.
Suhu pada berbagai presentase distilasi
Titik didih akhir, yaitu suhu tertinggi yang dicapai selama uji, yang
biasanya terjadi setelah penguapan semua cairan dari dasar labu.
Persen perolehan, yaitu persentase volume kondensat yang tertampung
dalam gelas ukur penerima.
Persen residu, yaitu persentase volume residu yang tertinggal dalam labu.
Persen perolehan total, yaitu jumlah persenperolehan dan persen residu
Persen kehilangan, yaitu 100 dikurangi dengan persen perolehan total.
Persen teruapkan, yaitu jumlah persen perolehan dengan persen
kehilangan.
Dari data destilasi selanjutnya dapat dibuat kurva distilasi ASTM yang
menunjukkan hubungan suhu dengan persen penguapan pada kondisi uji. Bensin yang
mempunyai tekanan uap reid sama, belum tentu mempunyai kurve destilasi yang
sama, sehingga sifat volatilitasnya juga berbeda.
4. Titik Nyala dan Titik Bakar
Titik nyala (flash point) adalah suhu terrendah dimana uap minyak bumi dan
produknya dalam campurannya dengan udara akan menyala kalau dikenai nyala uji
(test flame) pada kondisi tertentu. Titik bakar (fire point) adalah suhu terendah dimana
uap minyak bumi dan produknya akan menyala dan terbakar secara terus menerus
kalau dikenai nyala uji (test flame) pada kondisi terrtentu.
Ada tiga macam alat uji yang dapat digunakan:
a. Alat uji cawan terbuka Cleveland digunakan untuk semua produk minyak
bumi, kecuali minyak bakar yang mempunyai titik nyala dibawah 79
o
C
b. Alat uji cawan tertutup Pensky-Martens digunakan untuk minyak bakar,
minyak pelumas, dan suspense padatan
c. Alat uji cawan tertutup Abel digunakan untuk produk minyak bumi yang
mempunyai titik nyala antara -18
o
C 71
o
C
Semua uji nyala dimaksudkan untuk keamanan, untuk mengetahui sampai suhu
berapa orang masih dapat bekerja dengan aman dengan sesuatu produk minyak bumi
tanpa timbul bahaya kebakaran. Tetapi kemudian ternyata uji ini dapat juga digunakan
untuk menunjukkan volatilitas relative produk minyak bumi.
5. Warna
Pemerikssaan warna (color) minyak bumi dapat dilakukan
denganmenggunakan beberapa macam kolorimeter, antara lain dengan:
a. Tintometer lovibond, untuk semua produk minyak bumi, kecuali minyak hitam dan
bitumen.
b. Khromometer Saybolt, untuk minyak yang telah diolah seperti bensin motor dan
bensin pesawat terbang yang tidak diberi zat warna
c. Kolorometer ASTM, untuk minyak pelumas, minyak pemanas, bahan bakar diesel
dan malam paraffin.
Warna dapat digunakan sebagai petunjuk tentang kesempurnaan dalam proses
pengolahan. Warna prosuk yang mengalami diskolorisasi dapat disebabkan karena
dekomposisi termal yang disebabkan karena suhu pemanasan yang terlampau tinggi
atau karena terikutnya bahan yang berwarna gelap kedalam suatu produk.
6. Viskositas Kinematis
Viskositas kinematis minyak bumi dan produknya dapat ditentukan dengan
viskosimeter. Viskosimeter yang banyak digunakan adalah viskosimeter pipet yang
bekerja berdasarkan hokum poiseuille yang berlaku untuk cairan yang mengalir secar
alminer dalam sebuah pipa yaitu:
V = r4P
8
l

Dimana r adalah jari-jari tabung kapiler, P adalah beda tekanan antara ujung-
ujung pipa kapiler, adalah koefisien viskositas, t adalah waktu, l adalah panjang pipa
kapiler, v adalah volume cairan yang mengalir.
7. Titik Asap
Titik asap (smoke point) adalah tinggi nyala maksimum dalam millimeter
dimana kerosin tanpa timbul asap apabila ditentukan dalam alat uji baku pada kondisi
tertentu. Kepentingan smoke point dalam praktek adalah untuk menentukan kualitas
kerosin yang penggunaan utamanya ialah sebagai bahan bakar lampu penerangan.
Kerosin yang baik harus mempunyai titik asap yang tinggi, sehingga nyala api bahan
bakar kerosin ini dapat dibesarkan dengan kecenderungan untuk memberikan asap yang
kecil.
8. Korosi Lempeng Tembaga
Uji korosi lempeng tembaga dimaksudkan untuk mengetahui sifat korosi
bensin pesawat terbang, bahan bakar turbin penerbangan, bensin mobil, bensin alam dan
senyawa hidrokarbon yang mempunyai RVP kurang dari 18 psi (124 kPa), bahan bakar
traktor pertanian, pelarut, kerosin, bahan bakar distilat, minyak pelumas dan produk
minyak bumi lainnya terhadap lempeng tembaga.
Uji ini dilakukan dengan merendam lempeng tembaga yang telah dipolis
didalam contih yang akan diuji, dan selanjutnya dipanaskan pada suhu tertentu dan lama
waktu tertentu tergantung pada jenis contoh. Pada akhir pemanasan, lempeng tembaga
diambil, dicuci dan kemudian dibandingkan dengan baku korosi lempeng tembaga
ASTM. Hasil uji korosi lempeng tembaga dinyatakan dengan nilai : 1 a,b ; 2 a,b,c,d,e ; 3
a,b ; dan 4 a,b,c.
9. Sisa Karbon
Ada dua macam cara uji sisa karbon, yaitu uji sisa karbon Conradson dan uji
sisa karbon Ramsbottom. Kedua cara uji ini dimaksudkan untuk mengetahui
kecenderungan pembentukan kokas produk minyak bumi yang sukar menguap.
Sisa karbon Conradson adalah sisa karbon yang tertingga setelah produk minyak
bumi dikenakan pirolisis yaitu pemanasan tanpa berkontak dengan udara.
Sisa karbon romsbottom adalah sisa karbon yang tertinggal setelah contoh bahan
minyak yang sukar menguap yang ditempatkan dalam bola gelas khusus yang
mempunyai lubang pipa kapiler dipanaskan dalam dapur koking logam (metal
coking furnace) pada suhu sekitar 550
o
C.
Kedua sisa karbon diatas digunakan sebagai petunjuk mengenai
kecenderungan produk minyak bumi untuk memberikan deposit kokas. Adanya akil
nitrat dalam bahan bakar diesel akan memberikan sisa karbon Conradson dan
Romsbottom yang lebih tinggi daripada bahan bakar diesel tersebut tidak ditambahkan
aditif.
10. Titik Kabut
Titik kabut (cloud point) adalah suhu tertinggi dimana Kristal malam paraffin
akan terlihat sebagai kabut oada dasar tabung uji apabila minyak didinginkan pada
kondisi tertentu. Uji ini hanya dapat dikenakan kepada produk minyak bumi yang tembus
pandang pada ketebalan 38mm dan dengan titik kabut kurang dari 49
o
C (120
o
F). Titik
kabut dapat digunakan sebagai petunjuk mengenai kandungan relative malam paraffin
dalam produk minyak bumi.
11. Titik Tuang
Titik tuang (pour point) adalah suhu terendah dimana minyak bumi dan
produknya masih dapat dituang atau mengalir apabila didinginkan pada kondisi tertentu.
Uji titik tuang dapat dikenakan kepada setiap produk minyak bumi. Titik tuang
ditentukan dengan jalan mendinginkan contoh dan setiap penurunan suhu yang
merupakan kelipatan 3
o
C ( 5
o
F) dilakukan uji sifat alir contoh. Suhu tertinggi dimana
contoh tidak dapat mengalir, dicatat sebagai titik padat (solid point). Selanjutnya, titik
tuang diperoleh dengan menambah 3
o
C ( 5
o
F) kepada titik padat.
12. Angka Oktan
Kecenderungan bensin untuk memberikan ketukan dalam mesin dinyatakan
dalam angka oktan (octane number). Untuk menentukan angka oktan bensin, digunakan
baan bakar pembanding (reference fuel) n-heptane, iso-oktan dan TEL. Angka kinerja
suatu bahan bakar adalah perbandingan antara daya yang ditimbulkan oleh bahan bakar
tersebut dengan daya yang dtimbulkan oleh bahan bakar pembanding dalam sebuah
mesin. 3 macam metode uji angka oktan bahan bakar bensin, yaitu:
a. Metode riset yang berlaku untuk bensin motor
b. Metode motor yang berlaku untuk bensin motor dan bensin penerbangan
c. Metode supercharge yang berlaku untuk bensin penerbangan.
13. Belerang dalam Produk Minyak Bumi
Ada beberapa macam cara untuk menentukan kandungan belerang dalam
produk minyak bumi, yaitu metode bom umum ( general bomb metode ) ASTM D 129-
64, metode lampu (lamp method) ASTM D 1266-87, metode suhu tinggi (high
temperature method) ASTM 1552-88 dan spektrometri sinar X (X-ray spectrometry)
ASTM D 2622-87. Dalam metode lampu, contoh produk minyak bumi ringan seperti
bensin, nafta atau kerosin dibakar dalam system tertutup dengan menggunakan lampu
dalam atmosfer buatan yang terdiri dari 70% karbon dioksid dan 30% oksigen untuk
mencegah terbentuknya nitrogen oksid. Oksid belerang yang terbentuk selanjutnya
diserap dan dioksidasi dengan larutan hitrogen peroksid.
Untuk produk minyak bumi yang lebih berat yang tidak dapat dibakar dalam
lampu yang bersumbu, dapat dipakai metode bom umum atau metode suhu tinggi. Di
dalam metode bom umum, contoh yang sukar menguap seperti minyak pelumas dan
gemuk, dioksidasi didalam bom yang berisi oksigen dibawah tekanan. Belerang dalam
contoh akan ditentukan gravimetric sebagai barium sulfat. Di dalam metode suhu tinggi
yang berlaku untuk contoh yang mempunyai titik didih diatas 177
o
C ( 350
o
F). contoh
dibakar dalam arus oksigen pada suhu yang cukup tinggi sehingga sekitar 97% dari
belerang dalam contoh akan berubah menjadi belerang oksid. Produk hasil pembakaran
selanjutnya dilewatkan suatu penyerap yang berisi larutan kaliun yodid asam dan
indicator amilum. Warna biru lemah akan terjadi dalam larutan penyerap dengan
penambahan larutan kalium yodad baku. Pada saat pembakaran berlangsung, warna biru
akan menghilang dan diperlukan lebih banyak larutan yodad. Dengan mengetahui
bnyaknya larutan yodad baku yang diperlukan, dapatlah ditentukan kandungan belerang
dalam contoh. Disamping menggunakan larutan yodad, kandungan belerang dapat juga
ditentukan dengan detector infra merah.
14. Uji Produk Minyak Bumi Lainnya
Karena jenis uji yang dikenakan kepada produk-produk minyak bumi sangat
banyak, sehingga tidak mungkin dijelaskan semua jenis uji tersebut. Ada beberapa yang
akan disinggung dalam pembahasan selanjutnya, antara lain: uji angka Kauri butanol, uji
angka cetan dan indeks diesel, uji penetrasi dan uji titik pelunakan bola dan cincin.

You might also like