You are on page 1of 12

Fistum : Dormansi

BAB I
PENDAHULUAN

Biji merupakan komponen vital dari diet dunia. Biji gandum sendiri, yang mana terdiri dari 90% semua biji yang
dibudidayakan. Perkecambahan termasuk proses dimana dimulainya dengan proses imbibisi air oleh dorman,
biasanya kering, biji dan berakhir dengan proses elongasi dari axis embrionik (H. Lambers et al., 2008). Biji memiliki
cadangan makanan yang membuatnya independen secara luas dari sumber daya lingkungan untuk bertahan hidup.
Perubahan drastis tersebut dalam proses autotropik yang bergantung kepada suplai cahaya, CO2, air dan nutrisi
anorganik dari sekelilingnya untuk pertumbuhan autotropik. Perkecambahan adalah proses ketika bagian dari
embrio, biasanya radikula, memasuki kulit biji dan mungkin berproses dengan air dan O2 dan pada temperatur
yang stabil.
Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan,
walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secar efektif menunda
proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah dormansi dan mengijinkan permintaan akan
perkecambahan sering agak berbeda dari yang keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh atau bertahan hidup
dari tingkat kehidupan autotropik dari tanaman (H. Lambers et al., 2008). Proses Perkecambahan Biji (Jann dan
Amen dalam Khan, 1934)
1. Penyerapan air * Masuk air secara imbibisi dan osmosis * Kulit biji * Pengembangan embrio dan endosperm *
Kulit biji pecah, radikal keluar
2. Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks
menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan
dinding sel. Makanan cadangan utama pada biji yaitu pati, hemiselulosa, lemak, protein: * tidak larut dalam air
atau berupa senyawa koloid * terdapat dalam jumlah besar pada endosperm dan kotiledon * merupakan senyawa
kompleks bermolekul besar * tidak dapat diangkut (immobile) ke daerah yang memerlukan embrionikaksis Proses
pencenaan dibantu oleh enzim * senyawa organik yang diproduksi oleh sel hidup * berupa protein * merupakan
katalisator organik * fungsi pokok: * enzim amilase merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula * enzim protease
merubah protein menjadi asam amino * enzim lipase merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserin * aktivasi
enzim dilakukan oleh air setelah terjadinya imbibisi * enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau
kotiledon untuk mencerna cadangan makanan
3. Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titik-titik
tumbuh pada embrionik axis, radicle dan plumulae. Biji belum punya jaringan pengangkut, sehingga pengangkutan
dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya
4. Asimilasi Merupakan tahapan terakhir dalam penggunaan cadangan makanan. Merupakan proses pembangunan
kembali, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi protein baru.
Tenaga atau energi berasal dari proses pernapasan
5. Pernafasan (Respirasi) Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi senyawa lebih
sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi pada embrionik axis setelah cadangan
habis baru beralih ke endosperm atau kotiledon. Aktivasi respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus
kulit.
6. Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis: Pembesaran sel-sel yang sudah ada, Pembentukan
sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah
membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai
proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan
stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan
bentuknya. a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi * Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya
pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. * Imnate dormancy (rest): dormansi
yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri. b. Berdasarkan mekanisme dormansi di
dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji
itu sendiri, terbagi menjadi: * Mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik * Fisik: penyerapan
air terganggu karena kulit biji yang impermeabel * Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia
penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses
fisiologis, terbagi menjadi: * Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya *
Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang *
Termodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji
immpermeabel terhadap air (O2) * Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nukleos, pericarp,
endocarp. * Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin,
lignin) pada membran. * Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skrifikasi mekanisme. * Bagian biji yang mengatur
masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole, adapun mekanisme higroskopinya diatur
oleh hilum. * Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. Dalam bergbagai program produksi, kesiapan dari biji untuk
berkecambah. Dormansi biji adalah fenomena alami untuk bertahan hidup pada semak di dalam ekosistem yang
tak terganggu.Biji mungkin memerlukan tipe berbeda dari perlakuan untuk merusak dormansi biji dan membuat
biji lebih siap berkecambah dalam musim mendatang. Dormansi biji merusak perlakuan dapat diberikan pada biji
yang berdasar tipe dan empat dari dormansi biji (Shanmugavalli, M; Renganayaki, PR; Menaka, C,).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada
keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan
terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi
(harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat
disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini
hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti
cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada
seperti amplas,jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan
bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat
celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk kedalam benih (Suetopo, 1985).
Variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak
akan hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya
kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam
air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan
air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan
bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan
merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu
35oC atau lebih (Dwidjoseputro, 1985).
Tipe dormansi:
a. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis
tanaman.
b. Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur
tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan
embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena
adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji
yang dipermudah dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut
air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber
keseragaman tanaman menjadi cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah
tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme ( Sitompul dan
Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing
harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada
terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil
diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah
kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,
endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim, 2007).
dormansi biji
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi
pada benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis
tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).

Masih sangat kepustakaan mengenai hubungan antara ukuran atau bobot benih dengan masa hidup benih yang
dilakukan melalui percobaan penyimpanan. Akan tetapi penelitian yang memperlihatkan keunggulan benih berat
dan masak terhadap benih ringan dan belum masak melalui uji daya kecambah, vigor dan panennya, telah banyak
dilakukan. Meski demikian penelitiannya mendukung pendapat bahwa kelemahan-kelemahan yang terdapat pada
benih belum masak juga terdapat pada benih kecil (Justice dan Bass, 1990).

Biji-biji dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap. Biji-biji itu memerlukan rangsangan
cahaya. Nampaknya ada dua himpunan tekanan ekologis yang mempengaruhinya. Pertama, biji-bijian dari banyak
tanaman-tanaman pengganggu, seperti halnya berbagai macam spesies Chenopodium yang merupakan ciri dari
tanah dan mungkin terkubur pada kedalaman tertentu karena pengolahan tanah nampaknya memerlukan kondisi
yang baik untuk mengatasinya bila mereka tidak berkecambah sampai mereka dapat kembali muncul ke
permukaan (Andani dan Purbayanti, 1991).
Pengurangan kandungan lengas biji, serta suhu dan kelembaban relatif di tempat biji disimpan, memperpanjang
umur penyimpanan kebanyakan biji. Laju perkecambahan menurun dengan menurunnya potensial lengas tanah
dan untuk jagung, berhenti pada 1,25 Mpa. Suhu tanah 26o 30o C adalah optimum untuk perkecambahan dan
pertumbuhan semai awal (Tohari, 1999).

Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain adalah ammonia, abscisis
acid, benzoic acid, ethylene, alkaloid, alkaloids lactone (antara lain coumarin). Coumarin diketahui menghambat
kerja enzim. Enzim penting dalam perkecambahan (Sutopo, 2004).

Perkecambahan mencapai puncaknya sebesar 72% pada tahun ketujuh. Setelah panen, pendinginan di
laboratorium dengan larutan KNO3 merangsang perkecambahan hampir seluruh biji (Gardner dkk, 1991).

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kulit biji yang keras terhadap perkecambahan
dan untuk mengetahui pengaruh bahan-bahan kimia dan fisika terhadap perkecambahan biji.

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Benih-benih tertentu, misalnya benih padi yang baru dipanen dapat mengalami dormansi. Tetapi dormansi ini
dapat dipecahkan jika benih telah mengalami penyimpanan kering yang disebut dengan after-ripening. Perlakuan
benih dengan suhu tinggi dilaporkan dapat memecahkan dormansi benih ini. Di lapangan kadang-kadang terjadi
kegagalan penanaman padi akibat fenomena ini. Petani mengeluh bahwa benih yang disemai tidak tumbuh merata
dan menyalahkan bahwa pedagang benih telah menjual benih yang kadaluarsa. Sebenarnya, benih tersebut belum
cukup waktu melampaui periode after-ripeningnya (Mugnisjah dkk, 1994).

Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai lagi pada perkecambahan. Benih membutuhkan
air untuk berkecambah, oksigen, dan temperatur dimana suhunya antara 5o 45o C. Benih yang berkecambah
memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak. Benih yang baru saja dipanen, walaupun tidak
mengalami perkecambahan, tetapi memasuki tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah
(Thomson, 1990).

Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar dapat mengatasi lingkungan sub-optimum
guna mempertahankan kelanjutan spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis
besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit
benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio
yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi
lingkungan perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).

Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung
untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih
menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah
bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga mempersulit keluar
masuknya air kedalam benih (http://id.wikipedia.org, 2008).

Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai berikut :
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau
menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang-lubang yang memudahkan air
dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
3. Perusakan strophiole benih yang menyumbat tempat masuknya air.
4. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi.
5. Pemberian bahan kimia.
(Kartasapoetra, 2003).

Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang paling lazim adalah istilah istirahat dan pasif.
Lebih banyak istilah yang menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer,
sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan istilah dan menganjurkan tiga
istilah baru saja, yakni endodormansi, ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di bidang pertanian
(bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin) yang kadang mengahalangi
masuknya air / asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dan kacangan tropika dapat sangat dipacu
dengan merendam biji terlebih dahulu dengan asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam dan
selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1992).

Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi, dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat
dilihat dapat menunjukkan kemampuan besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob
memerlukan energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam bentuk respirasi
anaerob (Stern dkk, 2004).

Contoh yang paling mudah mengenai dormansi adalah adanya kulit biji yang keras yang menghalangi penyerapan
oksigen atau air. Kulit biji yang keras itu lazim terdapat pada anggota famili Fabaceae (Leguminosae) walaupun
tidak terdapat pada buncis atau kapri yang menunjukkan bahwa dormansi tidak umum pada spesies yang
dibudidayakan (http://www.google.com, 2008).

Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis
(bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji, kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah pematangan, hilangnya inhibitor (http://en.wikipedia.org, 2008).

Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu penyimpanan. Pada penelitiannya dengan
menggunakan benih barley, oats, dan sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada
hampir semua kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan menyimpannya pada suhu 40o C.
Robert mendapatkan bahwa dormansi pada beberapa kultivar Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100
hari untuk mematahkan 50% benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull mematahkan dormansi pada benih
kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada suhu 20o 25o C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa
satu-satunya cara mematahkan dormansi benih Cyperus rotundus adalah dengan menempatkannya pada lapisan
basah pada suhu 40o C selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).

Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh:
1. Struktur benih, misalnya kulit benih, braktea, gulma, perikarp, dan membran yang mempersulit keluar masuknya
air dan udara,
2. Kelainan fisiologis pada embrio,
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang lainnya,
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas
(Justice dan Bass, 1990).

Menurut http://elisa.ugm.ac.id (2008) tipe dormansi adalah sebagai berikut:
1. Dormansi Mekanis
Perkembangan embrio secara fisis terhambat karena adanya kulit biji / buah yang keras.
2. Dormansi fisis
Imbibisi / penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji / buah yang impermeabel pada beberapaa legum dan
myrtaceae. Fluktuasi, suhu, skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia.
3. Dormansi chemis
Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan.
Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah, menghilangkan jaringan buah dan
mencucinya dengan air.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dorman artinya tidur atau beristirahat. Para ahli biologi menggunakan istilah itu untuk tahapan siklus
hidup, seperti biji dorman, yang memiliki laju metabolisme yang sangat lambat dan sedang tidak tumbuh dan
berkembang. Dormansi pada biji meningkatkan peluang bahwa perkecambahan akan terjadi pada waktu dan
tempat yang paling menguntungkan bagi pertumbuhan biji. Pengakhiran periode dormansi umumnya memerlukan
kondisi lingkungan yang tertentu, biji tumbuhan gurun, misalnya hanya berkecambah setelah hujan rintik-rintik
yang sedang, tanah mungkin akan terlalu cepat kering sehingga tidak dapat mendukung pertumbuhan biji
(Campbell, 2000).
Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi
merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang sangat
bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih
dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini
hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti
cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada
seperti amplas,jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan
bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat
celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk kedalam benih (Suetopo, 1985).
Variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak
akan hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya
kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam
air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan
air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan
bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan
merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu
35oC atau lebih (Dwidjoseputro, 1985).
Berdasarkan faktor penyebabnya, dormansi dapat dibagi atas dua macam, yaitu Impoised dormancy (quiscense)
dan imnate dormancy (rest). Imposed dormancy (quiscence) adalah terhalangnya pertumbuhan aktif karena
keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Sedangkan imnate dormancy (rest) adalah dormansi yang
disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri (Dwidjoseputro, 1994).
Tipe dormansi:
a. Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis
tanaman.
b. Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur
tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan
embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
Dormansi adalah masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena
adanya pengaruh dari dalam dan luar biji (Salisbury dan Ross, 1995).
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji
yang dipermudah dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut
air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber
keseragaman tanaman menjadi cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah
tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme ( Sitompul dan
Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing
harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada
terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil
diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah
kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio,
endosperm, kulit biji maupun daging buah (Anonim, 2007).
Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-
benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar
viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat
berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai
setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu
berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun,
tergantung dari jenis benihnya.Ada beberapa tipe dari dormansi dan kadang-kadang lebih dari satu tipe terjadi
didalam benih yang sama. Di alam, dormansi dipatahkan secara perlahan-lahan atau disuatu kejadian lingkungan
yang khas. Tipe dari kejadian lingkungan yang dapat mematahkan dormansi tergantung pada tipe dormansi
(Anonim, 2010).
Benih yang dorman dapat menguntungkan atau merugikan dalam penanganan benih. Keuntungannya benih yang
dorman adalah dapat mencegah agar tidak berkecambah selama penyimpanan. Sesungguhya benih-benih yang
tidak dorman seperti benih rekalsitran sagat sulit untuk ditangani, karena perkecambahan dapat terjadi selama
pengangkutan atau penyimpanan sementara. Di suatu sisi, apabila dormansi sangat kompleks dan benih
membutuhkan perlakuan awal yang khusus, kegagalan untuk mengatasai masalah ini dapat bersifat kegagalan
perkecambaan (Anonim, 2010).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi
lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embrio (Salisbury and Ross, 1995).
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk
mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat berupa
pemberian perlakuan secara fisis, mekanis maupun chemis. Beberapa jenis biji tanaman memerlukan masa
istirahat sesudah panen. After ripening period ini menunjukkan adanya perubahan biokimia dan fisiologis dalam
biji yang lambat sebelum tumbuh menjadi tanaman. Perubahan-perubahan ini mungkin mencakup pembebasan
hormone, absorpsi air, difusi oksigen ke dalam biji, difusi CO2 keluar dari biji, dan sebagainya ( Salisbury and Ross,
1995 ).
Dormansi dapat diatasi dengan melakukan perlakuan. Perlakuan sebagai berikut (Kartasapoetra, 2003):
Perlakuan fisik
1. Pemarutan atau penggoresan (skarifikasi, scarification) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih atau
menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.
2. Melepaskan kulit benih dari sifat kerasnya agar dengan demikian terjadi lubang-lubang yang memudahkan air
dan udara melakukan aliran yang mendorong perkecambahan.
3. Stratifikasi terhadap benih dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi (stratifikasi yaitu memberikan temperature
rendah pada keadaan lembab, kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman. Perlakuan dengan
temperature rendah dan tinggi). Temperature tinggi jarang digunakan untuk memecahkan dormansi benih, kecuali
pada kelapa swit.
4. Perendaman biji dengan air panas sehingga memudahkan air untuk masuk ke dalam biji.
Perlakuan kimia
Pemberian bahan kimia (H2SO4 pekat dan KNO3) bertujuan menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh
air pada waktu proses imbibisi.


TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi, yaitu peristiwa dimana benih mengalami masa istirahat (Dorman). Selanjutnya didefinisikan
bahwa Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan
mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya atau tidak
adanya proses imbibisi air.Proses respirasi terhambat, Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan,
Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara
fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman
induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari
embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut (Anonim. 2009).
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang
keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Pada
dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah.
Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk
kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat
(Sasmitamihardja. 1996: 399).
Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat
pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh. Tipe dormansi lain selain dormansi
fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu
mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji
indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling (Sasmitamihardja. 1996: 400).
Cara praktis memecahkan dormansi pada benih tanaman pangan dimana Untuk mengetahui dan membedakan
serta memisahkan suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu
dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh kecambah yang dormansi adalah
bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat yaitu
dengan perlakuan mekanis, dengan perlakuan kimia, perlakuan perendaman dengan air, perlakuan dengan suhu,
dan perlakuan dengan cahaya (Lakitan. 1993: 89).
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji
yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan
paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Benih yang mengalami dormansi ini
memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah (Siregar. 2003: 130).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa pendapat mengenai perkecambahan pada tumbuhan. Pada umumnya perkecambahan
dapat diartikan sebagai proses munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah, bagian plumula tumbuh
dan berkembang menjadi batang, sedangkan radikula menjadi akar. Perkecambahan benih dapat diartikan sebagai
dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang (Taiz and Zeiger, 1998).
Menurut Elisa (2006), benih dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama terjadinya
proses perkecambahan. Perkembangan benih dipengaruhi oleh faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal).
Perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang
terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis juga
tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel
atau plumula yang menonjol keluar dari biji. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks
dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia (Fitra, 2012).
Perkecambahan biji sebenarnya bukanlah suatu awal dari kehidupan tanaman karena pada dasarnya di
dalam biji ada embryo yang merupakan satu miniatur tanaman yang lengkap dengan akar dan tunas embrioniknya,
yang sedang berada pada fase istirahat. Perkecambahan adalah pengulangan kembali pertumbuhan janin, yang
ditandai dengan keluar atau munculnya radikula dan plumula dari biji. Biji dari sejumlah spesies tanaman ada yang
segera berkecambah ketika berada pada lingkungan yang memenuhi syarat untuk berlangsungnya
perkecambahan, tetapi ada pula yang tidak dapat segera berkecambah karena mengalami dormansi. Biji-biji
dorman ini akan dapat berkecambah ketika dormansinya terpatahkan (Campbell, 1997).
Gardner, Pearce and Mitchel (1985) menyatakan bahwa perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa
fisiologis dan morfologis yaitu: (1) imbibisi dan absorpsi, (2) hidrasi jaringan, (3) absorpsi oksigen, (4) pengaktifan
enzim dan pencernaan, (5) transport molekul yang terhidrolisis ke sumbu embryo, (6) peningkatan respirasi dan
asimilasi, (7) inisiasi pembelahan dan pembesaran sel, dan (8) munculnya embrio. Ontogeni perkecambahan
mengikuti dua fase metabolik yang berbeda: (1) hidrolisis secara enzimatis cadangan makanan yang disimpan, dan
(2) sintesis jaringan baru dari senyawa yang dihidrolisis (yaitu dari gula, asam amino, asam lemak, dan mineral yang
dibebaskan). Fitohormom memulai dan memperantarai proses perkecambahan yang penting. Aktivitas hormon
pada perkecambahan secara umum adalah:
1. Giberellin menggiatkan enzim hidrolitik dalam pencernaan cadangan makanan di biji.
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk lembaga.
3. Auxin meningkatkan pertumbuhan karena memicu pembesaran koleorhiza (pada sereal), akar lembaga dan pucuk
lembaga serta aktivasi geotropi (yaitu orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dari
orientasi biji).
Biji pada umumnya mengandung Asam Giberellin (GA) dalam kadar yang tinggi terutama di embrio.
Setelah imbibisi air berlangsung, terjadi pelepasan GA dan ini memberi signal bagi biji untuk mematahkan
dormansinya dan berkecambah. GA juga menunjang pertumbuhan kecambah tanaman sereal dengan cara
menstimulasi sintesis dari enzim pencerna cadangan makanan seperti -amilase yang berfungsi memobilisasi
cadangan makanan. Bahkan sebelum enzim ini muncul, GA telah menstimulasi sintesis dari mRNA yang mengkode
terbentuknya -amilase (Salisbury and Ross, 1992).
Ekstrak alami seringkali sebagai sumber zat tumbuh untuk mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Zat
tumbuh tersebut dapat berupa zat pendorong dan zat penghambat pertumbuhan. Ekstrak alami yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang sudah dikenal adalah sari buah tomat dan air
kelapa. Air kelapa sering digunakan sebagai sumber energi dalam kultur steril menggunakan media agar.
Sedangkan sari buah tomat seringkali menjadi penghambat perkecambahan biji dan pertumbuhan dibandingkan
air kelapa. Pada kadar 5% sari buah tomat sudah menunjukkan sifat menghambat sedangkan air kelapa hingga
kadar 59% belum menunjukkan sifat menghambat. Konsentrasi ekstrak alami yang sering digunakan berkisar
antara 10-15% (Abidin, 1985).
Perkecambahan benih sangat ditentukan oleh viabilitas (daya hidup) benih yang dapat diukur dengan
menentukan daya kecambah dan kecepatan berkecambah benih. Gaya kecambah (G) adalah jumlah biji yang
berkecambah dari sejumlah biji yang diuji selama waktu perkecambahan dan dihitung dalam persen (Hamidin,
1983).
Gaya kecambah dan koefisien berkercambah dapat digunakan untuk menentukan kebutuhan benih per
satuan luas lahan dan kualitas benih. Benih yang baik,biasanya mempunyai kecambah 90% atau lebih (Hamidan,
1983).

PENDAHULUAN
Tumbuhan umumnya memberikan respons terhadap berbagai isyarat
lingkungan. Perkecambahan biji tidak hanya dipengaruhi suhu tapi juga
bergantung pada spesies, cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat
menerobos keluar dan oksigen dan atau air dapat masuk, penghilangan zat
penghambat kimiawi, dan pematangan embrio (Salisbury & Ross, 1995). Bijibijian
dari banyak spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap, biji-bijian
itu memerlukan rangsangan cahaya. Karena itu, kelihatannya perkecambahan
yang dikendalikan oleh cahaya merupakan suatu adaptasi tanaman yang tidak
toleran terhadap penaungan (Lakitan, 1993).
Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang dapat
disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudimen atau
belum masak dari segi fisiologis, kulit biji yang tahan atau impermeabel, atau
adanya penghambat tumbuh. Perkecambahan sesungguhnya adalah pertumbuhan
embrio yang dimulai kembali setelah penyerapan air atau imbibisi. Pada waktu
imbibisi, kandungan air meningkat, mula-mula cepat kemudian lebih lambat.
Kini jaringan bermetabolisme secara aktif (Goldsworthy, 1992).
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme
hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak
mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu
reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat
mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi (Kurniawati, 2009).
Biji telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi
klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahakan dormansi dan
memulai proses pekecamabahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan unuk mengatasi
dormansi embrio. Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau
perawatan awal pada benih, yang ditunjuka untuk mematahkan dormansi, serta
mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam. Upaya ini dapat
berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun kimia (Suyitno, 2007).
Secara umum, dalam proses perkecambahan terjadi 4 tahapan, yaitu :
1. Hidrasi atau imbibisi, selama kedua periode tersebut, air masuk ke
dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain
2. Pembentukan atau pengaktifan enzim, yang menyebabkan
peningkatan aktivitas metabolik
3. Pemanjangan sel radikel, diikuti munculnya radikel dari kulit biji
(perkecambahan yang sebenarnya)
4. Pertumbuhan kecambah selanjutnya. Lapisan yang membungkus
embrio, yaitu endosperma, kulit biji dan kulit buah dapat mengganggu
masuknya air dan atau oksigen. Lapisan ini juga bertindak sebagai
penghalang mekanis agar radikula tidak muncul (Salisbury & Ross,
1995).
Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik)
memanjang keluar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan
permunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks,
dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis.
Secara fisiologi, proses perkecambhan berlangsung dalam beberapa
tahapan penting meliputi :
1. Absorbsi air
2. Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
3. Transport materi hasil pemecahan dari endosperma ke embrio yang
aktif bertumbuh
4. Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru
5. Respirasi
6. Pertumbuhan
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang
internal dan eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan
keseimbangan antara promotor dan inhibitor perkecambahan, terutam asam
giberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor eksternal yang merupkan ekologi
perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya senyawasenyawa
kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan
(Kurniawati, 2009).

You might also like