You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH


ACARA 3
PERHITUNGAN BPM DAN BPA SUATU INDUSTRI














Oleh:
Dita Pratama
NIM AIH009007









KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sangat banyak sekali permasalahan lingkungan yang mengganggu
kita, salah satunya adalah permasalahan air limbah. Biasanya air limbah hasil
produksi atau industry sangat mengganggu hajat hidup orang banyak. Ini bias
sangat bermasalah terhadap kesehatan manusia dan biota air. Kualitas air yang
tercemar limbah akan sangat menurun, apalagi bila tidak ada penanganan yang
tepat terhadap limbah tersebut. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk
memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan
kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan
upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu.
Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai
dengan peruntukannya. Misalnya air yang biasanya bias diminum, namun
sekarang hanya bias digunakan untuk mencuci dan lain-lain. Polusi air adalah
penyimpangan sifat-sifat air yang keadaan normal akibat terkontaminasi oleh
material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air sungai dikatakan
tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan
tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya. Terjadinya
suatu pencemaran di sungai umumnya disebabkan oleh adanya masukan limbah
ke badan sungai. Maka perlu diketahui parameter-parameter kualitas air yang
dipengaruhi oleh limbah industri. Untuk itu diperlukan suatu metoda yang dapat
dengan mudah memberikan gambaran atau informasi dari status mutu suatu air
sungai.
Agar kualitas air baik secara fisik, bakteriologi, kimia dan radioaktif tetap
terjadi perlu ditetapkan syarat-syarat kualitas air dan diadakan upaya-upaya
pengawasan yang bertujuan untuk mengetahui gambar mengenai keadaan sanitasi
sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk
pengamanan kualitas air.
Dengan rincian tujuan khusus :
a)Tersedianya informasi keadaan sanitasi air bersih dan kualitas air.
b)Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air, dan penyuluhan kepada pihak
terkait.

B. Tujuan
1. Menentukan besar Beban Pencemaran Maksimum (BPM) suat limbah
industri.
2. Menentukan besar Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) suat limbah
industri.
3. Menyimpulkan apakah industri tersebut meneuhi baku mutu limbah cair.


















II. TINJAUAN PUSTAKAKA
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini
meliputi parameter fisik, kimi dan mikrobiologis.
Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat
diamati secara fisik .visual. yang termasuk dalam parameter fisik antara lain
adalah kebersihan, kandungan partikel padatan, warna, rasa, bau suhu dan
sebagainya. Parameter kimia menyatakan kondisi unsur kimiawi dalam air seperti
kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, DOC),
mineral ayau logam., derajat pH, nutrien dan sebagainya. Pencemaran dapat
terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah,
di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. Indikator
pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti
kehidupan plankton. Organisme plnakton yang hidup diperairan terdiri atas
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton mempunyai bakteri, sedangkan
zooplankton mempunyai karakteristik seperti hewan termasuk diantaranya adalah
organisme yang tergolong protozoa, cladocerans, dan copepoda. Fitoplankton
menghasilkan energi melalui proses potosintesis menggunakan bahan organik
dengan bantuan sinar matahari, Zooplankton adalah konsumen pertama yang
memperoleh energi dan makanan dari fitoplankton. Plankton merupakan salah
satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Tanjung, 1993)
Menurut Anonimous (1982), bahwa pencemaran lingkungan adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponenlain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam.
Sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan
peruntukannya. Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan
dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan
tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Dan
berfungsi sebagi tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air.
Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated
benefical wateruses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang
mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu
penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan
perludisesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas
air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan
kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. Beban pencemar yang dapat
ditenggangoleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap
berfungsi sesuai dengan peruntukanya.
a. LAMPIRAN I
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 03/MENLH/1998
Tanggal : 15 Januari 1998
BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI
Parameter Kadar Maksimum
(mg/L)
Beban Pencemaran
Maksimum (kg/hari.Ha)
BOD
5
50 4,3
COD 100 8,6
TSS 200 17,2
Ph 6,0 9,0
Debit Limbah Cair Maksimum
1L per detik per Ha lahan kawasan yang terpakai
b. LAMPIRAN II
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 03/MENLH/1998
Tanggal : 15 Januari 1998
Baku mutu limbah cair bagi kawasan industry, penjelasan tentang
perhitungan beban pencemaran maksimum untuk menentukan mutu cair
limbah.
Penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui
penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam lampiran
I berdasarkan pada jumlah unsure pencemar yang terkandung dalam aliran limbah
cair. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut :
1. Beban Pencemaran Maksimum
BPM = (Cm)j x Dm x A x f . . . . . . . . . . . . . . . . (II.1.1)
Keterangan :
BPM =Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan (kg/hari)
(Cm)j =Kadar maksimum parameter j, dinyatakan dalam mg/l.
Dm =Debit Limbah cair maksimum ((L/dekit/Ha)
A =Luas lahan kawasan yang terpakai (HA).
F = faktor konveksi
= 1 kg/1000000 mg * (24 x 3600 detik)/hari = 0,086.........(II.1.2)
2. Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut :
BPA = (CA)j x (DA) x f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( II.2.1)
Keterangan :
BPA =Beban pencemaran sebenarnya, (kg/hari)
(CA)j =Kadar sebenarnya parameter j,(mg/l)
DA =Debit limbah cair sebenarnya, (liter/detik)
F =faktor konversi = 0,086
3. Evaluasi
Penilaian beban pencemaran adalah: BPA tidak boleh melewati BPM
4. Contoh penerapan
Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair
Kawasan Industri adalah :
- Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hectare, HA]
- Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/l]
- Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]







III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Data praktikum BOD dan COD (Jurnal)
2. Kertas
3. Kalkulator
4. Pulpen

B. Prosedur Praktikum
1. Menghitung besarnya beban pencemaran maksimum dari sampel sesuai
ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No:03/MENLH/1998.
2. Menghitung besarnya beban pencenaran sebenarnya dari sampel sesuai
ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No:03/MENLH/1998.
3. Menentukan apakah sampel limbah sudah memenuhi standar baku mutu
limbah cair.













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

B. Pembahasan
Perbandingan Nilai BPM dan BPA
Baku mutu lingkungan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Contohnya dalam penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair
melalui penetapan beban pencemaran maksimum. Untuk itu digunakan
perhitungan sebagai berikut:

Beban Pencemaran Maksimum (BPM)
BPM = (Cm)j x Dm x A x f
Keterangan :
BPM = Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan (kg/hari)
(Cm)j = Kadar maksimum parameter j, dinyatakan dalam mg/l.
Dm = Debit Limbah cair maksimum ((L/dekit/Ha)
A = Luas lahan kawasan yang terpakai (HA).
F = faktor konveksi
= 1 kg/1000000 mg * (24 x 3600 detik)/hari = 0,086
Beban Pencemaran Sebenarnya(BPA)
BPA = (CA)j x (DA) x f
Keterangan :
BPA = Beban pencemaran sebenarnya, (kg/hari)
(CA)j = Kadar sebenarnya parameter j, (mg/l)
DA = Debit limbah cair sebenarnya, (liter/detik)
F = faktor konversi = 0,086

Saat praktikum, untuk analisis BPA dan BPM dari industri kayu lapis PT
Jati Dharma Indah hasil perhitungan dengan data kadar maksimum BOD 50 mg/l,
dan debit limbah cair maksimum (Dm) 1L/detik diperoleh nilai BPM untuk BOD
sebesar 2236 kg/hari, dan pada limbah cair industri kayu lapis PT Jati Dharma
Indah dengan kadar maksimum BOD sebesar 610 mg/l dengan debit limbah cair
sebenarnya 1,01996 l/detik diperoleh nilai BPA pada beban pencemaran limbah
cair industri kayu lapis PT Jati Dharma Indah untuk BOD sebesar 53,507 kg/hari.
Sedangkan dengan nilai kadar max COD 100 mg/L dan debit limbah cair
maksimum (Dm) 1 L/detik nilai BPM untuk COD sebesar 4472 kg/hari. Nilai
BPA pada beban pencemaran limbah cair industri kayu lapis PT Jati Dharma
Indah dengan kadar maksimum COD 759,50 mg/L dan debit limbah cair
sebenarnya 1,01996 L/detik diperoleh BPA untuk COD sebesar 66,621 kg/hari.
Dengan hasil tersebut diketahui bahwa nilai BPA baik itu BOD dan COD
nilainya lebih kecil dari pada nilai BPM untuk COD dan BOD (BPA < BPM).
Nilai tersebut sudah sesuai standar menurut Keputusan Menteri Hidup. Ini berarti
bahwa limbah tersebut memenuhi standar karena nilai pencemaran limbah
sebenarnya tidak melebihi nilai pencemaran limbah maksimum yang ditetapkan
oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehinngga limbah tersebut dapat dikatan
aman bagi lingkungan.
Faktor Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dan Beban Pencemaran
Sebenarnya (BPA)
Faktor yang mempengaruhi Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dan
Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) adalah:
1. Volume limbah
Air Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam limbah dan
konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak volume air yang bercampur dengan
limbah semakin kecil konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima
limbah sering tidak mendapat pengaruh.
2. Kualitas air
Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa tertentu sebelum
menerima buangan. Kualitas tersebut menetapkan arah penggunaan air. Adanya
bahan pencemar yang sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan dalam
air penerima. Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar
dari konsentrasi bahan pencemar dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak
ada), maka konsentrasi bahan pencemar setelah bercampur akan menjadi lebih
kecil.
3. Kegunaan Air
Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk
keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan industri.
4. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut mempengaruhi
tingkat pencemaran lingkungan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran
penduduk dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Semakin padat
penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan.
5. Lingkungan
Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang 573 luas
mempengaruhi kondisi badan penerima. Dalam keadaan tertentu badan-badan
pencemar akan ternetralisasi secara alamiah.
6. Volume Air Limbah
Volume air limbah akan menentukan konsentrasi bahan pencemar. Bahan
pencemar dari suatu pabrik tergantung kepada banyaknya bahan-bahan yang
terbuang. Dengan asumsi bahwa semua terkendali dengan baik. Pengendalian
hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat dihindari, maka konsentrasi
bahan pencemaran telah dapat diperkirakan jumlahnya. Penambahan volume air
hanya menyebabkan konsentrasi turun.
7. Frekuensi Pembuangan Limbah
Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya. Kondisi ini
menunjukkan bahwa standar kualitas lingkungan juga mengalami perubahan
sesuai dengan limbah yang diterima. Kualitas limbah dapat diukur pada dua
tempat yaitu, pada titik sebelum dan sesudah bercampur dengan badan penerima.
8. Kandungan bahan pencemar
9. Frekuensi pembuangan limbah Berdasarkan karakteristiknya, limbah
industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas dan partikel
d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)



IPAL Limbah Industri Kayu Lapis Sesuai Jurnal
Instalasi Pengolahan Air Limbah menurut jurnal yang berjudul Analisis dan
Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayu Lapis PT Jati Dharma
Indah, serta Dampaknya terhadap Kualitas Perairan adalah sebagai berikut:
Penggunaan bahan kimia dalam industry pengolahan kayu lapis sebagai bahan
baku perekat yang telah banyak menimbulkan dampak negative. Bahan baku
kimia tersebut terdiri atas resin, hardiner dan tepung industri. Jenis bahan perekat
yang dipakai dalam pengolahan kayu lapis pada PT Jati Dharma Indah yaitu
Melamin, Formaldehid (MF), Urea Formaldehid (UF), dan Phenol Formaldehid
(PF). Bahan pencemar utama yang terdapat dalam industry kayu lapis adalah
senyawa fenolik (turunan benzene) yang sukar terurai dalam air dalam waktu
singkat sehingga dapat merubah sifat fisik dan kimia air, toksik terhadap biota
perairan serta merusak flavor atau cita rasa produk perikanan.
Adapun IPAL yang cocok untuk industri kayu lapis tersebut adalah trickling
filter. Trickling filter adalah salah satu pengolahan air limbah biologis yang dapat
menurunkan kandungan senyawa organik dan dapat menurunkan kadar BOD.
Trickling filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan teknologi biofilm. Trickling filter ini terdiri dari bak dengan media
fermiabel untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kegunaan dari trickling filter
adalah untuk mengolah air limbah dengan mekanisme air yang jatuh mengalir
perlahan-lahan melalui lapisan media untuk kemudian tersaring. Sistem
pengolahan pada trickling fiter terdiri dari suatu bak atau bejana dengan media
permiabel untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bentuk bejana biasanya bundar
luas dengan diameter 6-60 m, dindingnya biasanya terbuat dari beton atau bahan
lain tetapi tidak perlu kedap air. Di sepanjang dinding diberi ventilasi dengan
maksud agar terjadi pertukaran udara secara baik sehingga proses biologis aerobik
dapat berlangsung dengan baik. Pada beberapa trickling filter, media disusun
tanpa dinding jadi tidak diperlukan ventilasi tetapi konstruksi seperti ini kurang
baik.
Air limbah dialirkan ke bak trickling filter melalui pipa berlubang yang
berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering secara bergantian
sehingga terjadi transfer oksigen ke dalam air limbah. Pada saat kontak dengan
media trickling filter, air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang
menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan
menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar
melalui pipa under-drain yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran efluen.
Dari saluran efluen dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak
pengendapan akhir adalah merupakan air olahan. Lumpur yang mengendap di
dalam bak pengendapan akhir selanjutnya disirkulasikan ke inlet
bak pengendapan awal. Gambar penampang bak trickling filter dapat
ditunjukkan seperti pada Gambar 4.1.

Parameter Fisik dan Kimia Kualitas Air
Penyediaan air bersih dalam bentuk kualitas dan kuantitas adalah faktor utama
bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Parameter yang menentukan
kualitas air:
1. Parameter Fisik
Parameter fisik adalah yang berhubungan dengan penglihatan, sentuhan,
rasa, ataupun bau. Padatan tersuspensi, turbiditas, rasa, dan bau termasuk kategori
ini.
a. Padatan tersuspensi bersumber dari partikel organik dan anorganik yang tidak
larut (ppm). Contoh Padatan anorganik : lempung, lanau, dan bahan tanah lainnya
dan bahan organik adalah seperti serabut tumbuhan dan bahan biologi (sell
bakteri, algae dll). Penentuan padatan terlarut dapat dilakukan dengan gravimetri
dengan jalan mengeringkan sampel pada 104o C.
b. Kekeruhan adalah pengukuran langsung padatan tersuspensi menggunakan
Jackson turbidimeter. 1 JTU = 1 mg/L SiO2 (dalam air destilasi).
c. Warna dari bahan organik seperti daun, kayu, akar, asam humus dll. Bahan
anorganik dari besi oksida-berwarna merah, mangan oksida-warna coklat atau
kehitaman. Pada limbah industri, produksi kertas, proses makanan, produksi
kimia, penambangan, dan kilang adalah berupa zat warna dan lainnya.
d. Pengukuran zat warna menggunakan standar warna TCU (True color unit)-1
TCU = 1 mg/L platinum. Alatnya Spektrometri.
e. Rasa dan Bau adalah berasal dari mineral-mineral, logam-logam dan garam-
garam dari tanah dan terakhir dari reaksi biologi. Pengukuran bau dan rasa-bahan
organik dapat dilakukan dengan gas/liquid chromatografi. Dapat juga dg threshold
odor number (TON)
TON = A + B/A, A = volume air bau
B =volume air bebas bau untuk menghasilkan 200 ml campuran (ditabelkan).
f. Suhu adalah parameter yang akan mempengaruhi reaksi di alam. Air merupakan
pelarut yang sangat baik sehingga banyak sekali bahan-bahan yang dapat larut
dalam air.
2. Parameter Kimia Kualitas Air:
a. Pengukuran pH dilaksanakan dengan langsung dengan peralatan pH meter yang
dilakukan dengan mengukur log [H+]
b. Zat padat terlarut total dapat diketahui dengan mengukur konduktivitas sampel
air atau dengan penjumlahan kandungan ion-ion utama dalam air dalam satuan
mg/L.
c. Alkalinitas dapat ditentukan dengan volumetri menggunakan asam (H2SO4)
sebagai pentiter
d. Kesadahan dalam pengukurannya menggunakan satuan mg/L CaCO3 yang
dapat dikonversi menjadi meq/L. Hal ini berhubungan dengan apa yang kita
kation polivalen yang terlarut dalam air.
e. Logam-logam dalam air ditentukan konsentrasinya dengan AAS (Atomic
Absorption Spectrometry) atau flame photometry untuk K+ dan Na+.
1) Bahan Organik dapat diukur dengan GC (kromatografi Gas) atau GC-MS.
2) Nutrisi dalam sampel air diperkirakan dengan pengukuran N, P & K dalam air
sampel.
3) Pestisida biasanya ditentukan dengan GC (Chromatographi Gas).
3. Parameter Biologi
Kebanyakan air permukaan di alam adalah mengandung bakteri dan virus dan
pengukurannya dilakukan dengan mengidentifikasi bakteri patogen. Dalam
rekayasa lingkungan pengukurannya dilakukan dengan indikator bakteri patogen
E. Coli dalam 100 ml air contoh. Senyawa-senyawa organik di Lingkungan:
a. Senyawa degradable
b. Senyawa undegradable
c. BOD = Biological oxygen demand Istilah BOD5
d. COD = Chemical oxygen demand
Referensi Tentang Parameter Fisik dan Kimia kualitas Air
Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 disebutkan, air minum yang
dikonsumsi harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas. Persyaratan
itu tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) NO. 146 tahun
1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Parameter kualitas air
bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES416/1990 terdiri atas parameter fisik,
parameter kimiawi, parameter mikrobiologi:
1. Parameter Fisik
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih,
tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya
sejuk dan tidak panas.Penyimpangan terhadap parameter ini menunjukkan bahwa
air tersebut telah terkontaminasi bahan lain yang mungkin berbahaya bagi
kesehatan manusia.
2. Parameter Kimiawi
Air haruslah bebas dari beberapa logam berat yang berbahaya seperti besi
(Fe), seng (Zn), air raksa (Hg), dan Mangan (Mn). Air yang terkontaminasi
umumnya bisa diketahui dari warnadan baunya.
3. Parameter Mikrobiologi
Dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan Coli tinja dan total
Coliforms. Bilamengandung Coli tinja berarti air tersebut tercemar tinja. Tentu
saja tinja dari penderitasangat potensial menularkan penyakit, di antaranya tifus.
Sementara jika tercemar total Coliforms, air itu dapat mengakibatkan penyakit-
penyakit saluran pernapasan.
Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 15.000
m2. Debit hasil pengukuran (DA) sebesar 720 l/det. DO sebesar 0,46 mg/l. Dan
O2 sebesar 1%. Maka dari data diatas dapat disimpulkan :
Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk
kawasan Industri tersebut adalah :
BPM = (Cm)j Dm A f
= 50 1 1,5 1 0,086
= 6,45 kg/hari
Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri tersebut
adalah :
BPA = (CA)j (DA) f
= 46 720 0,086
= 2.848,32 kg/hari
Setelah dihitung dan diperoleh nilai BPA dan BPM dari data yang ada
dapat disimpulkan bahwa nilai BPA > BPM. Padahal nilai BPA tidak boleh
melebihi BPM. Jadi kawasan industri tersebut tidak memenuhi Baku Mutu
Limbah Cair, karena mutu limbah cair yang dibuang melebihi baku mutu limbah
cair yang ditetapkan. Hal ini dapat berefek buruk berupa pencemaran terhadap
lingkunganan juga gangguan terhadap makhluk hidup. Sehingga perlu adanya
pengolahan IPAL agar baku mutu lingkungan di sekitar industri tahu tersebut
menjadi lebih baik, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dari limbah Industri kayu lapis
adalah: BOD = 2236 kg/hari dan COD = 4472 kg/hari.
2. Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) dari limbah Indistri Tepung aren
adalah: BOD = 53,507 kg/hari dan COD = 66,621 kg/hari.
3. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa untuk nilai BOD BPM >
BPA dan untuk nilai COD BPM > BPA. Ini berati limbah industri kayu
lapis ini sudah sesuai standart.


B. Saran
Seharusnya perhitungan dilakukan oleh praktikan sendiri, data yang
diperoleh bukan dari jurnal, agar praktikan dapat memahami lebih da;am tentang
BOD dan COD.













DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003b. Pedoman Teknis Pemantauan Pembuangan Air Limbah. DRAFT
FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003. Bapennas
Ardiyanto, Taufik. 2011. Makalah Baku Mutu Lingkungan. http://taufik-ardiyanto
.blogspot.com/2011/07/makalah-baku-mutu-lingkungan.html. Diakses 08
Mei 2012. Pukul 23.05 WIB.
Darsono, Valentinus. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta. http://docs.google.com/gview?
url=agusdh.staff.gunadarma.ac.id. Diakses 08 Mei 2012. Pukul 23.05
WIB.
Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia:
Jakarta.
Krisna. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Limbah (On-Line)
http://industri17krisna.blog.mercubuana.ac.id/tag/faktor-faktor-yang
mempengaruhi-kualitas-limbah diakses tanggal 8 Mei 2012
Inspeksisanitasi.2012. Indikator kualitas air limbah .himpunan ahli kesehatan
lingkungan dedicated for sanitarian comunity. (On-Line)
http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/01/indikator-kualitas-air-
limbah.html diakses tanggal 8 Mei 2012
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-
03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI
KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
HIDUP, http://puu-pi.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-7-1998-
kepmenlh%2003-1998-p.pdf (On-Line).diakses tanggal 8 Mei 2012

You might also like