KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sangat banyak sekali permasalahan lingkungan yang mengganggu kita, salah satunya adalah permasalahan air limbah. Biasanya air limbah hasil produksi atau industry sangat mengganggu hajat hidup orang banyak. Ini bias sangat bermasalah terhadap kesehatan manusia dan biota air. Kualitas air yang tercemar limbah akan sangat menurun, apalagi bila tidak ada penanganan yang tepat terhadap limbah tersebut. Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air sehingga kualitas air memenuhi baku mutu. Air dikatakan tercemar apabila air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya. Misalnya air yang biasanya bias diminum, namun sekarang hanya bias digunakan untuk mencuci dan lain-lain. Polusi air adalah penyimpangan sifat-sifat air yang keadaan normal akibat terkontaminasi oleh material atau partikel, dan bukan dari proses pemurnian. Air sungai dikatakan tercemar apabila badan air tersebut tidak sesuai lagi dengan peruntukannya dan tidak dapat lagi mendukung kehidupan biota yang ada di dalamnya. Terjadinya suatu pencemaran di sungai umumnya disebabkan oleh adanya masukan limbah ke badan sungai. Maka perlu diketahui parameter-parameter kualitas air yang dipengaruhi oleh limbah industri. Untuk itu diperlukan suatu metoda yang dapat dengan mudah memberikan gambaran atau informasi dari status mutu suatu air sungai. Agar kualitas air baik secara fisik, bakteriologi, kimia dan radioaktif tetap terjadi perlu ditetapkan syarat-syarat kualitas air dan diadakan upaya-upaya pengawasan yang bertujuan untuk mengetahui gambar mengenai keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas air sebagai data dasar pemberian rekomendasi untuk pengamanan kualitas air. Dengan rincian tujuan khusus : a)Tersedianya informasi keadaan sanitasi air bersih dan kualitas air. b)Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air, dan penyuluhan kepada pihak terkait.
B. Tujuan 1. Menentukan besar Beban Pencemaran Maksimum (BPM) suat limbah industri. 2. Menentukan besar Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) suat limbah industri. 3. Menyimpulkan apakah industri tersebut meneuhi baku mutu limbah cair.
II. TINJAUAN PUSTAKAKA Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimi dan mikrobiologis. Parameter fisik menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara fisik .visual. yang termasuk dalam parameter fisik antara lain adalah kebersihan, kandungan partikel padatan, warna, rasa, bau suhu dan sebagainya. Parameter kimia menyatakan kondisi unsur kimiawi dalam air seperti kandungan oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, DOC), mineral ayau logam., derajat pH, nutrien dan sebagainya. Pencemaran dapat terjadi karena pengaruh kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleb debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis, seperti kehidupan plankton. Organisme plnakton yang hidup diperairan terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton mempunyai bakteri, sedangkan zooplankton mempunyai karakteristik seperti hewan termasuk diantaranya adalah organisme yang tergolong protozoa, cladocerans, dan copepoda. Fitoplankton menghasilkan energi melalui proses potosintesis menggunakan bahan organik dengan bantuan sinar matahari, Zooplankton adalah konsumen pertama yang memperoleh energi dan makanan dari fitoplankton. Plankton merupakan salah satu indikator terhadap kualitas air akibat pencemaran (Tanjung, 1993) Menurut Anonimous (1982), bahwa pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponenlain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam. Sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Berdasarkan definisinya pencemaran air yang diindikasikan dengan turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Yang dimaksud dengan tingkat tertentu tersebut diatas adalah baku mutu air yang ditetapkan. Dan berfungsi sebagi tolak ukur untuk menentukan telah terjadinya pencemaran air. Penetapan baku mutu air selain didasarkan pada peruntukan (Designated benefical wateruses), juga didasarkan pada kondisi nyata kualitas air yang mungkin berada antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu penetapan baku mutu air dengan pendekatan golongan peruntukan perludisesuaikan dengan menerapkan pendekatan klasifikasi kualitas air (kelas air). Dengan ditetapkannya baku mutu air pada sumber air dan memperhatikan kondisi airnya akan dapat dihitung berapa. Beban pencemar yang dapat ditenggangoleh air penerima sehingga sesuai dengan baku mutu air dan tetap berfungsi sesuai dengan peruntukanya. a. LAMPIRAN I Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 03/MENLH/1998 Tanggal : 15 Januari 1998 BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI Parameter Kadar Maksimum (mg/L) Beban Pencemaran Maksimum (kg/hari.Ha) BOD 5 50 4,3 COD 100 8,6 TSS 200 17,2 Ph 6,0 9,0 Debit Limbah Cair Maksimum 1L per detik per Ha lahan kawasan yang terpakai b. LAMPIRAN II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : 03/MENLH/1998 Tanggal : 15 Januari 1998 Baku mutu limbah cair bagi kawasan industry, penjelasan tentang perhitungan beban pencemaran maksimum untuk menentukan mutu cair limbah. Penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum sebagaimana tercantum dalam lampiran I berdasarkan pada jumlah unsure pencemar yang terkandung dalam aliran limbah cair. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut : 1. Beban Pencemaran Maksimum BPM = (Cm)j x Dm x A x f . . . . . . . . . . . . . . . . (II.1.1) Keterangan : BPM =Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan (kg/hari) (Cm)j =Kadar maksimum parameter j, dinyatakan dalam mg/l. Dm =Debit Limbah cair maksimum ((L/dekit/Ha) A =Luas lahan kawasan yang terpakai (HA). F = faktor konveksi = 1 kg/1000000 mg * (24 x 3600 detik)/hari = 0,086.........(II.1.2) 2. Beban pencemaran sebenarnya dihitung dengan cara sebagai berikut : BPA = (CA)j x (DA) x f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( II.2.1) Keterangan : BPA =Beban pencemaran sebenarnya, (kg/hari) (CA)j =Kadar sebenarnya parameter j,(mg/l) DA =Debit limbah cair sebenarnya, (liter/detik) F =faktor konversi = 0,086 3. Evaluasi Penilaian beban pencemaran adalah: BPA tidak boleh melewati BPM 4. Contoh penerapan Data yang diambil dari lapangan untuk penerapan Baku Mutu Limbah Cair Kawasan Industri adalah : - Luas areal kawasan industri yang terbangun (A) [hectare, HA] - Kadar sebenarnya (CA) untuk setiap parameter [mg/l] - Debit limbah hasil pengukuran (DA) [liter/detik]
III. METODOLOGI PRAKTIKUM A. Alat dan Bahan 1. Data praktikum BOD dan COD (Jurnal) 2. Kertas 3. Kalkulator 4. Pulpen
B. Prosedur Praktikum 1. Menghitung besarnya beban pencemaran maksimum dari sampel sesuai ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No:03/MENLH/1998. 2. Menghitung besarnya beban pencenaran sebenarnya dari sampel sesuai ketentuan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No:03/MENLH/1998. 3. Menentukan apakah sampel limbah sudah memenuhi standar baku mutu limbah cair.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
B. Pembahasan Perbandingan Nilai BPM dan BPA Baku mutu lingkungan dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dalam penerapan baku mutu limbah cair pada pembuangan limbah cair melalui penetapan beban pencemaran maksimum. Untuk itu digunakan perhitungan sebagai berikut:
Beban Pencemaran Maksimum (BPM) BPM = (Cm)j x Dm x A x f Keterangan : BPM = Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan (kg/hari) (Cm)j = Kadar maksimum parameter j, dinyatakan dalam mg/l. Dm = Debit Limbah cair maksimum ((L/dekit/Ha) A = Luas lahan kawasan yang terpakai (HA). F = faktor konveksi = 1 kg/1000000 mg * (24 x 3600 detik)/hari = 0,086 Beban Pencemaran Sebenarnya(BPA) BPA = (CA)j x (DA) x f Keterangan : BPA = Beban pencemaran sebenarnya, (kg/hari) (CA)j = Kadar sebenarnya parameter j, (mg/l) DA = Debit limbah cair sebenarnya, (liter/detik) F = faktor konversi = 0,086
Saat praktikum, untuk analisis BPA dan BPM dari industri kayu lapis PT Jati Dharma Indah hasil perhitungan dengan data kadar maksimum BOD 50 mg/l, dan debit limbah cair maksimum (Dm) 1L/detik diperoleh nilai BPM untuk BOD sebesar 2236 kg/hari, dan pada limbah cair industri kayu lapis PT Jati Dharma Indah dengan kadar maksimum BOD sebesar 610 mg/l dengan debit limbah cair sebenarnya 1,01996 l/detik diperoleh nilai BPA pada beban pencemaran limbah cair industri kayu lapis PT Jati Dharma Indah untuk BOD sebesar 53,507 kg/hari. Sedangkan dengan nilai kadar max COD 100 mg/L dan debit limbah cair maksimum (Dm) 1 L/detik nilai BPM untuk COD sebesar 4472 kg/hari. Nilai BPA pada beban pencemaran limbah cair industri kayu lapis PT Jati Dharma Indah dengan kadar maksimum COD 759,50 mg/L dan debit limbah cair sebenarnya 1,01996 L/detik diperoleh BPA untuk COD sebesar 66,621 kg/hari. Dengan hasil tersebut diketahui bahwa nilai BPA baik itu BOD dan COD nilainya lebih kecil dari pada nilai BPM untuk COD dan BOD (BPA < BPM). Nilai tersebut sudah sesuai standar menurut Keputusan Menteri Hidup. Ini berarti bahwa limbah tersebut memenuhi standar karena nilai pencemaran limbah sebenarnya tidak melebihi nilai pencemaran limbah maksimum yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup sehinngga limbah tersebut dapat dikatan aman bagi lingkungan. Faktor Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dan Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) Faktor yang mempengaruhi Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dan Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) adalah: 1. Volume limbah Air Kualitas limbah ditentukan dari banyaknya parameter dalam limbah dan konsentrasi setiap parameter. Semakin banyak volume air yang bercampur dengan limbah semakin kecil konsentrasi pencemar. Badan penerima yang menerima limbah sering tidak mendapat pengaruh. 2. Kualitas air Kualitas air badan penerima mengandung bahan/senyawa tertentu sebelum menerima buangan. Kualitas tersebut menetapkan arah penggunaan air. Adanya bahan pencemar yang sama, tidak akan mempengaruhi konsentrasi bahan dalam air penerima. Tetapi bila konsentrasi bahan pencemar dalam limbah lebih besar dari konsentrasi bahan pencemar dalam badan penerima (kemungkinan juga tidak ada), maka konsentrasi bahan pencemar setelah bercampur akan menjadi lebih kecil. 3. Kegunaan Air Air dibutuhkan untuk bermacam-macam keperluan. Kualitas air untuk keperluan minum berbeda dengan untuk keperluan industri. 4. Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dalam suatu lokasi tertentu turut mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan. Hal ini dikaitkan dengan tingkat kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungan yang sehat dan bersih. Semakin padat penduduk suatu lingkungan semakin banyak limbah yang harus dikendalikan. 5. Lingkungan Lingkungan seperti hutan, perkebunan, peternakan, alam yang 573 luas mempengaruhi kondisi badan penerima. Dalam keadaan tertentu badan-badan pencemar akan ternetralisasi secara alamiah. 6. Volume Air Limbah Volume air limbah akan menentukan konsentrasi bahan pencemar. Bahan pencemar dari suatu pabrik tergantung kepada banyaknya bahan-bahan yang terbuang. Dengan asumsi bahwa semua terkendali dengan baik. Pengendalian hanya terbatas pada bahan pencemar yang tidak dapat dihindari, maka konsentrasi bahan pencemaran telah dapat diperkirakan jumlahnya. Penambahan volume air hanya menyebabkan konsentrasi turun. 7. Frekuensi Pembuangan Limbah Limbah dari suatu pabrik ada kalanya tidak tetap volumenya. Kondisi ini menunjukkan bahwa standar kualitas lingkungan juga mengalami perubahan sesuai dengan limbah yang diterima. Kualitas limbah dapat diukur pada dua tempat yaitu, pada titik sebelum dan sesudah bercampur dengan badan penerima. 8. Kandungan bahan pencemar 9. Frekuensi pembuangan limbah Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 bagian: a. Limbah cair b. Limbah padat c. Limbah gas dan partikel d. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
IPAL Limbah Industri Kayu Lapis Sesuai Jurnal Instalasi Pengolahan Air Limbah menurut jurnal yang berjudul Analisis dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Kayu Lapis PT Jati Dharma Indah, serta Dampaknya terhadap Kualitas Perairan adalah sebagai berikut: Penggunaan bahan kimia dalam industry pengolahan kayu lapis sebagai bahan baku perekat yang telah banyak menimbulkan dampak negative. Bahan baku kimia tersebut terdiri atas resin, hardiner dan tepung industri. Jenis bahan perekat yang dipakai dalam pengolahan kayu lapis pada PT Jati Dharma Indah yaitu Melamin, Formaldehid (MF), Urea Formaldehid (UF), dan Phenol Formaldehid (PF). Bahan pencemar utama yang terdapat dalam industry kayu lapis adalah senyawa fenolik (turunan benzene) yang sukar terurai dalam air dalam waktu singkat sehingga dapat merubah sifat fisik dan kimia air, toksik terhadap biota perairan serta merusak flavor atau cita rasa produk perikanan. Adapun IPAL yang cocok untuk industri kayu lapis tersebut adalah trickling filter. Trickling filter adalah salah satu pengolahan air limbah biologis yang dapat menurunkan kandungan senyawa organik dan dapat menurunkan kadar BOD. Trickling filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan memanfaatkan teknologi biofilm. Trickling filter ini terdiri dari bak dengan media fermiabel untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kegunaan dari trickling filter adalah untuk mengolah air limbah dengan mekanisme air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui lapisan media untuk kemudian tersaring. Sistem pengolahan pada trickling fiter terdiri dari suatu bak atau bejana dengan media permiabel untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bentuk bejana biasanya bundar luas dengan diameter 6-60 m, dindingnya biasanya terbuat dari beton atau bahan lain tetapi tidak perlu kedap air. Di sepanjang dinding diberi ventilasi dengan maksud agar terjadi pertukaran udara secara baik sehingga proses biologis aerobik dapat berlangsung dengan baik. Pada beberapa trickling filter, media disusun tanpa dinding jadi tidak diperlukan ventilasi tetapi konstruksi seperti ini kurang baik. Air limbah dialirkan ke bak trickling filter melalui pipa berlubang yang berputar. Dengan cara ini maka terdapat zona basah dan kering secara bergantian sehingga terjadi transfer oksigen ke dalam air limbah. Pada saat kontak dengan media trickling filter, air limbah akan kontak dengan mikroorganisme yang menempel pada permukaan media, dan mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Air limbah yang masuk ke dalam bak trickling filter selanjutnya akan keluar melalui pipa under-drain yang ada di dasar bak dan keluar melalui saluran efluen. Dari saluran efluen dialirkan ke bak pengendapan akhir dan air limpasan dari bak pengendapan akhir adalah merupakan air olahan. Lumpur yang mengendap di dalam bak pengendapan akhir selanjutnya disirkulasikan ke inlet bak pengendapan awal. Gambar penampang bak trickling filter dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 4.1.
Parameter Fisik dan Kimia Kualitas Air Penyediaan air bersih dalam bentuk kualitas dan kuantitas adalah faktor utama bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Parameter yang menentukan kualitas air: 1. Parameter Fisik Parameter fisik adalah yang berhubungan dengan penglihatan, sentuhan, rasa, ataupun bau. Padatan tersuspensi, turbiditas, rasa, dan bau termasuk kategori ini. a. Padatan tersuspensi bersumber dari partikel organik dan anorganik yang tidak larut (ppm). Contoh Padatan anorganik : lempung, lanau, dan bahan tanah lainnya dan bahan organik adalah seperti serabut tumbuhan dan bahan biologi (sell bakteri, algae dll). Penentuan padatan terlarut dapat dilakukan dengan gravimetri dengan jalan mengeringkan sampel pada 104o C. b. Kekeruhan adalah pengukuran langsung padatan tersuspensi menggunakan Jackson turbidimeter. 1 JTU = 1 mg/L SiO2 (dalam air destilasi). c. Warna dari bahan organik seperti daun, kayu, akar, asam humus dll. Bahan anorganik dari besi oksida-berwarna merah, mangan oksida-warna coklat atau kehitaman. Pada limbah industri, produksi kertas, proses makanan, produksi kimia, penambangan, dan kilang adalah berupa zat warna dan lainnya. d. Pengukuran zat warna menggunakan standar warna TCU (True color unit)-1 TCU = 1 mg/L platinum. Alatnya Spektrometri. e. Rasa dan Bau adalah berasal dari mineral-mineral, logam-logam dan garam- garam dari tanah dan terakhir dari reaksi biologi. Pengukuran bau dan rasa-bahan organik dapat dilakukan dengan gas/liquid chromatografi. Dapat juga dg threshold odor number (TON) TON = A + B/A, A = volume air bau B =volume air bebas bau untuk menghasilkan 200 ml campuran (ditabelkan). f. Suhu adalah parameter yang akan mempengaruhi reaksi di alam. Air merupakan pelarut yang sangat baik sehingga banyak sekali bahan-bahan yang dapat larut dalam air. 2. Parameter Kimia Kualitas Air: a. Pengukuran pH dilaksanakan dengan langsung dengan peralatan pH meter yang dilakukan dengan mengukur log [H+] b. Zat padat terlarut total dapat diketahui dengan mengukur konduktivitas sampel air atau dengan penjumlahan kandungan ion-ion utama dalam air dalam satuan mg/L. c. Alkalinitas dapat ditentukan dengan volumetri menggunakan asam (H2SO4) sebagai pentiter d. Kesadahan dalam pengukurannya menggunakan satuan mg/L CaCO3 yang dapat dikonversi menjadi meq/L. Hal ini berhubungan dengan apa yang kita kation polivalen yang terlarut dalam air. e. Logam-logam dalam air ditentukan konsentrasinya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrometry) atau flame photometry untuk K+ dan Na+. 1) Bahan Organik dapat diukur dengan GC (kromatografi Gas) atau GC-MS. 2) Nutrisi dalam sampel air diperkirakan dengan pengukuran N, P & K dalam air sampel. 3) Pestisida biasanya ditentukan dengan GC (Chromatographi Gas). 3. Parameter Biologi Kebanyakan air permukaan di alam adalah mengandung bakteri dan virus dan pengukurannya dilakukan dengan mengidentifikasi bakteri patogen. Dalam rekayasa lingkungan pengukurannya dilakukan dengan indikator bakteri patogen E. Coli dalam 100 ml air contoh. Senyawa-senyawa organik di Lingkungan: a. Senyawa degradable b. Senyawa undegradable c. BOD = Biological oxygen demand Istilah BOD5 d. COD = Chemical oxygen demand Referensi Tentang Parameter Fisik dan Kimia kualitas Air Dalam UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 disebutkan, air minum yang dikonsumsi harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas. Persyaratan itu tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) NO. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES416/1990 terdiri atas parameter fisik, parameter kimiawi, parameter mikrobiologi: 1. Parameter Fisik Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas.Penyimpangan terhadap parameter ini menunjukkan bahwa air tersebut telah terkontaminasi bahan lain yang mungkin berbahaya bagi kesehatan manusia. 2. Parameter Kimiawi Air haruslah bebas dari beberapa logam berat yang berbahaya seperti besi (Fe), seng (Zn), air raksa (Hg), dan Mangan (Mn). Air yang terkontaminasi umumnya bisa diketahui dari warnadan baunya. 3. Parameter Mikrobiologi Dalam parameter mikrobiologis hanya dicantumkan Coli tinja dan total Coliforms. Bilamengandung Coli tinja berarti air tersebut tercemar tinja. Tentu saja tinja dari penderitasangat potensial menularkan penyakit, di antaranya tifus. Sementara jika tercemar total Coliforms, air itu dapat mengakibatkan penyakit- penyakit saluran pernapasan. Suatu kawasan industri mempunyai luas lahan kawasan terpakai 15.000 m2. Debit hasil pengukuran (DA) sebesar 720 l/det. DO sebesar 0,46 mg/l. Dan O2 sebesar 1%. Maka dari data diatas dapat disimpulkan : Beban pencemaran maksimum parameter BOD yang diperbolehkan untuk kawasan Industri tersebut adalah : BPM = (Cm)j Dm A f = 50 1 1,5 1 0,086 = 6,45 kg/hari Beban pencemaran sebenarnya untuk parameter BOD kawasan industri tersebut adalah : BPA = (CA)j (DA) f = 46 720 0,086 = 2.848,32 kg/hari Setelah dihitung dan diperoleh nilai BPA dan BPM dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa nilai BPA > BPM. Padahal nilai BPA tidak boleh melebihi BPM. Jadi kawasan industri tersebut tidak memenuhi Baku Mutu Limbah Cair, karena mutu limbah cair yang dibuang melebihi baku mutu limbah cair yang ditetapkan. Hal ini dapat berefek buruk berupa pencemaran terhadap lingkunganan juga gangguan terhadap makhluk hidup. Sehingga perlu adanya pengolahan IPAL agar baku mutu lingkungan di sekitar industri tahu tersebut menjadi lebih baik, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif. V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Beban Pencemaran Maksimum (BPM) dari limbah Industri kayu lapis adalah: BOD = 2236 kg/hari dan COD = 4472 kg/hari. 2. Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) dari limbah Indistri Tepung aren adalah: BOD = 53,507 kg/hari dan COD = 66,621 kg/hari. 3. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa untuk nilai BOD BPM > BPA dan untuk nilai COD BPM > BPA. Ini berati limbah industri kayu lapis ini sudah sesuai standart.
B. Saran Seharusnya perhitungan dilakukan oleh praktikan sendiri, data yang diperoleh bukan dari jurnal, agar praktikan dapat memahami lebih da;am tentang BOD dan COD.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2003b. Pedoman Teknis Pemantauan Pembuangan Air Limbah. DRAFT FINAL SEKRETARIAT TKPSDA 2003. Bapennas Ardiyanto, Taufik. 2011. Makalah Baku Mutu Lingkungan. http://taufik-ardiyanto .blogspot.com/2011/07/makalah-baku-mutu-lingkungan.html. Diakses 08 Mei 2012. Pukul 23.05 WIB. Darsono, Valentinus. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta. http://docs.google.com/gview? url=agusdh.staff.gunadarma.ac.id. Diakses 08 Mei 2012. Pukul 23.05 WIB. Sugiarto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia: Jakarta. Krisna. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Limbah (On-Line) http://industri17krisna.blog.mercubuana.ac.id/tag/faktor-faktor-yang mempengaruhi-kualitas-limbah diakses tanggal 8 Mei 2012 Inspeksisanitasi.2012. Indikator kualitas air limbah .himpunan ahli kesehatan lingkungan dedicated for sanitarian comunity. (On-Line) http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/01/indikator-kualitas-air- limbah.html diakses tanggal 8 Mei 2012 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 03/MENLH/1/1998 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, http://puu-pi.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-7-1998- kepmenlh%2003-1998-p.pdf (On-Line).diakses tanggal 8 Mei 2012