You are on page 1of 15

Peranan Penting Seorang Apoteker Di Rumah Sakit 9

Biasa +2 Andi Kusuma


Sabtu, 25 Sep '10 09:06, dibaca 842 kali
Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit tergantung dari bobot fungsi rumah sakit. Peranan
Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah :
a. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit
Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi Rumah Sakit
secara keseluruhan dan bertanggung jawab dalam administrasi, manajemen perencanaan serta
kebijakan Farmasi Rumah Sakit secara terpadu, anggaran biaya, kontrol persediaan,
pemeliharaan catatan dan pembuatan laporan untuk pimpinan Rumah Sakit.
b. Peranan Dalam Pengadaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan pengadaan kebutuhan perbekalan farmasi memerlukan kajian yang cermat, tepat
dan teliti berdasarkan pada stok yang ada serta dilakukan pengkajian obat yang akan diadakan
sesuai formularium. Apoteker harus mempunyai kemampuan administrasi dan manajerial dalam
mengelolah data kebutuhan obat yang kemudian diatuangkan ke dalam rencana operasional yang
digunakan dalam anggaran serta berkonsultasi dengan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT).
c. Peranan dalam Penyimpanan Obat
Pengaturan obat langsung dilakukan dan dikelolah di bawah pengawasan dan tanggung jawab
Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Hal ini perlu karena pentingnya pengaturan dan pengendalian
stok dan untuk mempersiapkan laporan dibuat pola sistem dan prosedur kerja serta administrasi
yang sesuai dan memenuhi syarat.
d. Peranan Dalam Distribusi Obat
Distribusi obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap dilaksanakan oleh Apotek Farmasi
Rumah Sakit
e. Peranan Dalam Kontrol Kualitas Obat
Apoteker melakukan kontrol kualitas obat galenika, analitik, biologis, mikrobiologis, fisika, dan
kimia.
f. Peranan Sebagai Pusat Informasi
1. Memberikan informasi mengenai obat bagi yang memerlukannya. Mengevaluasi dan
membandingkan obat-obatan yang tergolong dalam satu kelompok farmakologis.
2. Membantu para dokter dalam pemilihan obat yang aman dan efektif.
3. Mendidik tenaga paramedis.
4. Bertukar informasi dengan apoteker di rumah sakit lain untuk lebih meningkatkan
pengetahuan tentang cara memberikan informasi mengenai obat.
g. Peranan Dalam Komunikasi - Nasehat - Konsultasi
h. Peranan Dalam Farmasi dan terapi Serta Penerbitan Formularium
i. Peranan Dalam Pendidikan
j. Peranan Dalam Penelitian
k. Peranan Dalam Kontrol Keracunan

sumber : http://www.kedaiobat.co.cc/
PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT
PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

1. MENURUT UNDANG UNDANG
Yang dari peraturan perundang-undangan adalah terdapat pada :
1. Reglement DVG.
2. Ordonansi Obat Keras (Stbl No 419 Th 1949).
3. Undang undang No 23 Th 1992 tentang Kesehatan.
4. Undang undang No 22 Th 1997 tentang Narkotika.
5. Undang undang No 5 Th 1997 tentang Psikotropika.
6. Permenkes No 922 / 1993.
7. SK. Menkes No 1332/2002 tentang perubahan Permenkes No 922/93.
8. SK. Menkes No 347/1990 dan No 924/1993 tentang DOWA.
9. Peraturan Pemerintah No 20 Th 1962 tentang Sumpah Apoteker.
10. SK. Menkes No 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 tentang Standart Pelayanan di Apotik.
Dalam Undang-Undang (UU) Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 telah diatur tentang peranan profesi
apoteker, yakni pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat serta pengem- bangan obat dan obat tradisional.
Keharusan apoteker berada pada sepanjang jam buka apotek telah diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
1965 tentang Apotek. Dalam Pasal 4 ayat (1) dinyatakan bahwa pengelolaan apotek menjadi tugas dan
tanggung jawab seorang apoteker. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dinyatakan bahwa
orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari obat ke pasien yang mengacu pada
pharmaceutical care.
Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung
profesi apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud pada Keputusan Menteri Kesehatan
1332/MenKes/SK/X/2002 (Pasal 19 ayat 1) yang menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotik
berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik harus menunjuk
Apoteker pendamping.

Dari peraturan perundang-undangan tersebut Peran dan Fungsi Apoteker di Apotik yang melayani
langsung pasien adalah sebagai :
- PELAYAN
- MANAJER


Sebagai Pelayan adalah :
1. Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus dan menempatkan obat
dalam wadah / bungkus yang cocok dan memeriksa serta memberi etiket dengan teliti.
2. Memberikan informasi / konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga kesehatan masyarakat.
Sebagai Manajer adalah :
- Menyusun prosedur tetap.
- Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di Apotik.

Sebagai Pelayan sesuai dengan standar pelayanan yang sudah ditetapkan adalah :
1. Melayani resep dan non resep.
2. Promosi dan edukasi.
3. Pelayanan residensial ( home care ).

1. Sebagai Pelayan Resep melakukan :
a. Skrining / pembacaan resep, melakukan :
- Pemeriksaan persyaratan administrative resep :
a. Nama dokter, alamat, SIP.
b. Tanggal penulisan
c. Paraf / tanda tangan.
d. Nama pasien, alamat, umur, jenis kelamin, berat badan.
e. Signa ( cara pakai ) yang jelas.
f. Informasi lainnya.
- Kesesuaian farmasetik :
a. Bentuk sediaan.
b. Dosis.
c. Potensi.
d. Stabilitas.
e. Inkomptabilitas.
f. Cara dan lama pemberian.
- Pertimbangan klinis :
a. Alergi.
b. Efek samping.
c. Interaksi.
b. Penyiapan obat ( buat protap protap )
- Peracikan ( hitung, sediakan, campur, kemas, label )
- Penyerahan obat.
- Pemberian informasi dan konseling.
- Monitoring penggunaan obat ( penyakit CVS, DM, TBC ).
2. Sebagai tenaga Promosi dan Edukasi, melakukan :
a. Swa medikasi ( dengan medication record ).
b. Penyebaran brosur, poster tentang kesehatan.


3. Sebagai tenaga Pelayanan Residensi ( home care ) :
Untuk penyakit kronis ( dengan medication record ).

Sebagai manajer :
- Mengelola sumber daya ( resources ) di Apotik secara efektif dan efisien.
- Membuat prosedur tetap untuk masing masing pelayanan.

Peran dan Fungsi Apoteker di Rumah Sakit
Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi, memberikan konseling, membantu
penderita mencegah dan mengendalikan komplikasi yang mungkin timbul, mencegah dan
mengendalikan efek samping obat, menyesuaikan regimen dan dosis obat yang harus dikonsumsi
penderita merupakan tugas profesi kefarmasian.
Apoteker juga harus melaksanakan fungsinya sebagai :
Clinical Pharmacist, harus mendampingi para dokter sebagai sumber informasi mengenai
perkembangan baru dalam bidang obat
harus menjadi counterpart dalam bidang pengobatan dan mengawasi supaya pengobatan yang
dilakukan para dokter tetap rasional.
Dan memonitor efek samping yang timbul karena pengobatan
Fungsi pokok apoteker di apotik rumah sakit menurut ASHP (American Society of Hospital Pharmacist)
adalah sebagai berikut :
a. Membuat dan mensterilisasi obat injeksi bilamana dibuat di Rumah Sakit
b. Membuat obat yang sederhana
c. Memberikan (dispensing) obat, bahan kimia dan preparat farmasi
d. Mengisi dan memberikan etiket pada semua container yang berisi obat dan diberikan kepada pasien
maupun bagian Rumah Sakit
e. Mengawasi semua pharmaceutical supplies yang dikirimkan dan dipergunakan di berbagai bagian
Rumah Sakit.
f. Menyediakan persediaan antidot dan lain-lain obat untuk keadaan darurat
g. Mengawasi pengeluaran obat narkotika dan alkohol dan membuat daftar inventory
h. Membuat spesifikasi (kualitas dan sumber) dari pembelian semua obat, bahan kimia, antibiotika,
biological dan preparat-preparat yang dipakai dalam pengobatan pasien di Rumah Sakit
i. Memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru berbagai obat kepada para dokter, perawat
dan lain-lain orang yang berkepentingan
j. Membantu mengajar para mahasiswa kedokteran dan perawat pada program koasisten fakultas
kedokteran/perawat
k. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil oleh panitia Pharmacy and Therapeutic


2. KENYATAAN YANG ADA DI LAPANGAN
Di Indonesia, kenyataan menunjukkan bahwa apoteker sebagai peran sentral dan bertanggung jawab
penuh dalam memberikan informasi obat kepada masyarakat belum melaksanakan dengan baik, bahkan
dapat disebut kesenjangan ini terlalu lebar. Berdasarkan hasil wawancara di 19 apotek di Jawa beberapa
waktu lalu, terungkap bahwa sekitar 50 persen pengunjung belum pernah bertemu dengan
apotekernya, dan hanya 5,3 persen apoteker yang memberikan informasi obat kepada pembeli.
Kesenjangan ini memberikan kesan dan citra yang kurang baik bagi profesi apoteker. Masyarakat
tentunya merasa sekali kekuranghadiran apoteker dalam setiap melayani langsung kepada pasien. Di
mata mereka, sosok apoteker semakin tidak jelas kedudukan spesifiknya. Dan dampak lanjutannya,
sedikit banyak masyarakat akan meremehkan peran dan fungsi apoteker di apotek.
Dalam Undang undang sudah jelas sekali disebutkan bahwa pelayanan obat atas resep dokter dan
Pelayanan Informasi Obat merupakan pekerjaan kefarmasian. Namun fakta yang ada di lapangan yaitu
Apotik dan Rumah Sakit, seringkali peran farmasis dipertanyakan fungsinya dalam upaya kesehatan
pasien. Apoteker seringkali tidak tidak melakukan pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan
informasi obat.

Faktanya di Apotik yang melakukan pelayanan obat atas resep dokter pelayanan informasi obat adalah
asisten apoteker atau pegawai apotik yang hanya lulusan smu saja, karena Apoteker tidak datang tiap
hari di Apotik melainkan sebulan hanya 1 kali datang ke Apotik dan itu pun hanya beberapa jam.
Umumnya sebagian besar apoteker bukanlah sebagai Pemilik Sarana apotek ( PSA ). Mereka bekerja
hanya sebagai penanggung jawab, selebihnya yang berperan aktif adalah PSA. Sehingga bekerja di
apotek bukan sebagai pekerjaan pokok tetapi pekerjaan sambilan. Waktu kerja mereka lebih difokuskan
dan dicurahkan untuk pekerjaan pokoknya. Maka tak heran bila seorang apoteker bisa bekerja di
beberapa tempat atau berwiraswasta. Jam kerja di apotek biasa mereka lakukan setelah waktu kerja
pokok mereka selesai
Banyak sekali apoteker yang belum secara utuh menjalankan fungsinya sehingga mengakibatkan
masyarakat awam ( pasien ) kurang mengenal profesi Apoteker, bahkan oleh para tenaga kesehatan
farmasis/Apoteker masih dipandang sebelah mata. Sementara itu di dalam rumah sakit apoteker masih
sedikit atau tidak banyak yang melakukan tugasnya secara utuh kerena kebanyakan rumah sakit masih
tenaga apoteker masih sedikit atau di satu rumah sakit hanya ada 1 atau beberapa saja apotekernya dan
tidak banyak. Dengan sedikitnya apoteker di rumah sakit, maka apoteker tidak bisa mendampingi pasien
dalam penggunaan obat yang baik.



3. TANGGAPAN
Menurut saya bila para farmasis di Indonesia masih tetap mempertahankan sikap dan tingkah lakunya
yang sekarang dalam menjalankan keprofesiannya saya yakin, sampai kapanpun keprofesian apoteker
akan makin tersisih dalam dunia kesehatan. Apalagi dengan posisi kepala BPOM yang saat ini diduduki
oleh dokter, bila para farmasis apoteker masih merasa nyaman dengan keadaan yang sekarang maka
apoteker tidak akan memperoleh eksistensinya di dunia kesehatan. Meskipun dalam hal ini peran para
birokrat yang duduk di pemerintahan juga merupakan pengaruh utama mengapa sampai kursi kepala
BPOM tersebut bisa sampai diduduki oleh dokter.
Untuk PSA (Pemilik Sarana Apotik) sebagai pemilik modal utama diharapkan untuk memberikan
kesempatan dan peluang bagi apoteker untuk mengoptimalkan peran dan fungsinya, khususnya dalam
menyampaikan informasi obat kepada masyarakat. Karena keberhasilan strategis bisnis apapun yang
dijalankan sangat ditentukan apabila setelah mendapat informasi obat dalam diri pasien tumbuh
kepuasan dan keyakinan akan sembuh. Apoteker harus konsisten dengan profesinya dan mampu
melakukan kerja yang benar-benar profesional di apotik, tanpa pamrih, bukan seperti apoteker amatiran
yang selama ini dilakoni oleh kebanyak teman sejawat kita (seperti apoteker yg kerja rangkap itu) .
Apotek Profesi akan selalu kokoh walau diterjang oleh badai apapun termasuk badai Globalisasi.
Apoteker harus mempunyai rasa percaya diri dan keyakinan yang kuat , tidak boleh lemah dan
menyerah dengan sedikit saja persaingan yang tidak sehat dalam kancah perperangan bisnis obat.
Dan sebaiknya di sebuah rumah sakit harus ada tenaga apoteker yang lumayan banyak atau minimal tiap
poliklinik di rumah sakit memiliki 1 apoteker sehingga apoteker bisa melakukan tugasnya dengan baik
dan sesuai perannya di rumah sakit. Apoteker juga harus sering banyak komunikasi dengan dokter dan
tenaga kesehatan lain tentang ilmu kesehatan, pengobatan dan lain lain, karena dengan itu apoteker
bisa dikatakan ada dan tidak dipandang sebelah mata oleh tenaga kesehatan lain.


TUGAS PAPER FARMASI SOSIAL
PERAN DAN FUNGSI APOTEKER DI APOTEK DAN RUMAH SAKIT

Oleh :

Rachmawati 050601037

PROGRAM STUDI FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2008
12/07/2011Tugas Farmasis sebagai Pengelola Perbekalan
Farmasi di Rumah Sakit

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Adapun cakupan pengelolaan perbekalan farmasi di rumah sakit meliputi : perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemberian obat, pengendalian,
penghapusan, pelaporan dan evaluasi
Tujuan perbekalan farmasi untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tahapan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi:
1. Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-benar di perlukan
sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan pola penyakit dirumah sakit.
Kriteria pemillihan kebutuhan obat yang baik meliputi:
a. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari kesamaan Janis
b. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih
baik di banding obat tunggal
c. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan (drug of choice) dari
penyakit yang prevalensinya tinggi
Pemilihan obat di Rumah Sakit Stroke Nasional merujuk kepada Daftar Obat Essensial Nasional
(DOEN) sesuai dengan kelas type B yang di dapat oleh rumah sakit ini, Formularium RS,
Formularium jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat(DPHO)
Askes dan jaminan social Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan di
rumah sakit ini berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat,
daftar alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Dirjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang
ditetapkan oleh rumah sakit
Kompilasi penggunaan
Kompilasi penggunaan perbekalan farmasi berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan
masing-masing jenis perbekalan farmasi di unit pelayanan selama setahun dan sebagai data
pembanding bagi stok optimum. Dan rumah sakit stroke nasional untuk mengetahui penggunaan
bulanan berdasarkan dari laporan bulanan yang dibuat masing-masing ruang gudang, ruang
produksi dan steril.
Informasi yang didapat dari kompilasi penggunaan perbekalan farmasi adalah:
1. Jumlah penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi pada masing-masing unit pelayanan
2. Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total penggunaan setahun
seluruh unit pelayanan
3. Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi
4. Perhitungan kebutuhan
Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa metoda:
1. Metoda konsumsi
Perhitungan kebutuhan dengan metode konsumsi didasarkan pada riel konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Untuk rumah sakit stroke
nasional mengunakan metode konsumsi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah perbekalan farmasi yang
dibutuhkan:
1. Pengumpulan dan pengolahan data
2. Analisa data dan informasi dan evaluasi
3. Perhitungan dan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4. Penyesuain jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana
Ada 9 langkah untuk menentukan metoda konsumsi:
1. Menentukan pemakain nyata dalam 1 tahun
2. Menghitung kekurangan obat
3. Menentukan pemakaian rata-rata
4. Menentukan kebutuhan obat
5. Menghitung kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
6. Menghitung kebutuhan waktu tunggu
7. Menentukan buffer stok
8. Menentukan jumlah obat
9. Menentukan jumlah obat yang di sediakan
2. Metoda morbiditas/epidemiologi
Metode epidemiologi merupakan salah satu metode perencanaan berdasarkan pola kunjungan
kasus penyakit.
Langkah-langkahnya adalah :
1. Menghitung jumlah masing-masing obat untuk tiap satu penyakit
2. Menghitung kebutuhan obat tiap-tiap penyakit untuk satu tahun. Untuk satu jenis obat
yang digunakan untuk berbagai macam penyakit maka dihitung kebutuhan untuk masing-
masing penyakitnya. Jika ada satu penyakit yang menggunakan dua atau lebih jenis obat,
maka ditentukan persentase masing-masing penggunaannya.
3. Menghitung kebutuhan obat untuk tahun yang akan datang
4. Menghitung kebutuhan waktu tunggu
5. Menentukan buffer stok
6. Menentukan jumlah obat
7. Menentukan jumlah obat yang di sediakan
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan obat di rumah sakit yang telah
direncanakan dan disetujui.
Tujuan pengadaan adalah : mendapatkan perbekalan farmasi dengan harga yang layak, dengan
mutu yang baik, pengiriman yang tepat waktu, proses berjalan lanca dan tidak butuh tenaga dan
waktu berlebih.
Pengadaan yang menjadi tanggungjawab instalasi farmasi adalah :
Obat-obatan Paket Rumah sakit (missal : anastesi untuk operasi)
Cairan-cairan (missal : nissol)
Obat-obatan ASKES
Obat-obatan regular
Alat kesehatan
Alat-alat radiologi/film rontgen
Alat-alat kedokteran
Suku cadang
Penerimaan barang :
Barang diterima oleh panitia penerima dan panitia penerima melakukan pemeriksaan
apakah sesuai dengan pemesanan, memeriksa tanggal expire date, jumlah, adakah
kerusakan atau tidak.
Jika barang sudah dinyatakan sesuai maka barang akan masuk gudang dengan
pencantuman tanda terima.
Untuk obat-obat ASKES, barang langsung dibawa ke gudang dengan menyertai
fakturnya.
Jika barang tidak sesuai atau mengalami kerusakan ataupun tanggal expire date terlalu
dekat maka dilakukan retur
Pencatatan :
Pencatatan dilakukan di buku Barang Masuk dan dicatat dikartu stok. Pencatatan juga
dilakukan dengan menggunakan system komputerisasi.
Penyimpanan :
Penyimpanan dilakukan pada gudang dengan mengelompokkan obat-obat berdasarkan
jenisnya. Obat tablet diletakkan bersamaan dengan obat-obat tablet. Begitu juga halnya
obat-obatan dalam bentuk larutan dan injeksi serta alat-alat kesehatan. Penyusunan obat-
obatan hendaklah berdasarkan alphabet. Dan penyimpanan obat harus merujuk kepada
farmakope.
Distribusi :
System pengeluaran obat-obatan dilakukan berdasarkan FIFO (first in first out).
Pengeluaran barang ditulis di daftar mutasi barang dan dilakukan pencatatan di kartu stok dan
secara komputerisasi.
Pelaporan :
Pelaporan dilakukan setiap bulan yang dibuat oleh kepala gudang dan disetujui oleh
apoteker.
Opini
Index
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

Penulis: Oleh: Mahfudz, S.Far., Apt. Apoteker Pengelola Apotek di Bateng
edisi: 23/May/2009 wib
Rumah Sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi
masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar dan Amalia, 2004).

Rumah sakit mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Di Indonesia rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk
puskesmas terutama upaya penyembuhan dan pemulihan. Mutu pelayanan di rumah sakit
sangat dipengaruhui oleh kualitas dan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki rumah sakit
tersebut.

Di Kabupaten pemekaran didirikan rumah sakit untuk memudahkan masyarakat
memperoleh kesehatan yang baik, dan terjangkau. Puskesmas induk maupun pembantu
tumbuh kembang di setiap kecamatan, demikian juga dengan pemerataan bidan di setiap
desa. Namun sayang untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal melalui
rumah sakit belum diberdayakan peran intalasi farmasi.

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah daerah untuk mendorong standar
pelayanan farmasi sebagaimana amanat keputusan menteri kesehatan masih belum
maksimal atau belum dilakukan. Pelayanan farmasi masih berjalan sebagaimana
pelayanan farmasi konvensional yakni bersifat drug oriented. Pelayanan farmasi klinik
masih jauh dari harapan bahkan tidak ada satu rumah sakitpun di daerah kita yang
menerapkan pelayanan farmasi klinik.

Pengalaman saya ketika mendampingi opname istri di salah satu rumah sakit yang berada
di Pulau Bangka sangat memprihatinkan, pengelolaan obat yang telah diresepkan dan
sudah diambil dari apotek tidak optimal, bahkan karena istri saya PNS kebutuhan akan
obat atau alat kesehatan digelembungkan.

Obat yang dibeli di luar ASKES pun tidak dikembalikan setelah pasien keluar dari rumah
sakit. Memang ini oknum tetapi ini semua dapat diperbaiki dengan cara meresepkan obat
dan pemberian obat secara UDD/ODD (Unit Dose Dispensing/One Daily Dose) atau
memperbaiki sistem yang ada.

Saya juga sering mendengar obat-obatan kosong walaupun obat ini adalah obat yang
dasar atau penyakit umum terjadi seperti malaria, ini menyebabkan kerugian pada pasien
dan juga rumah sakit yang menyebabkan pemasukan berkurang.

Berbicara tentang instalasi farmasi tidak bisa lepas dari apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi. Peran seorang apoteker dalam mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit
dibagi menjadi dua, yaitu manajerial dan fungsional.

Peran manajerial apoteker meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi,
dan produksi. Sedangkan peran fungsional apoteker meliputi pelayanan informasi obat,
konseling, edukasi, dan pharmaceutical care termasuk di dalamnya farmasi klinik.

Pelayanan kefarmasian akan berjalan baik bila didukung SDM yang berkualitas dan
potensial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1197/Menkes/SK/XI2004 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit menyatakan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi pada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi
semua lapisan masyarakat.

Farmasi rumah sakit adalah seluruh aspek kefarmasian yang diperlukan di suatu rumah
sakit. Jadi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu bagian/unit I divisi atau
fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian
yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri.

Seperti diketahui, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat, dan obat tradisional (Siregar dan Amalia, 2004).

Adapun tugas pokok pelayanan farmasi menurut keputusan menteri kesehatan adalah:
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan kode etik profesi.
3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu
pelayanan farmasi.
5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah
sakit.

Sedangkan fungsi sebagai berikut:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat
sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan.
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.
g. Melakukan pencampuran obat suntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral.
i. Melakukan penanganan obat kanker.
J. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah.
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan.
1. Melaporkan setiap kegiatan.

Untuk memulai pelayanan farmasi rumah sakit dibutuhkan sumber daya manusia yang
memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Pelatihan untuk merubah pradigma
pelayanan farmasi merupakan suatu keharusan. Apoteker merupakan ahli di bidang
kefarmasian dan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan efektifitas pelayanan
pengobatan yang rasional, oleh karena itu seorang apoteker harus mempunyai wawasan,
pengetahuan, keterampilan yang luas dan mampu mengikuti perkembangan di bidang
kefarmasian di rumah sakit.

Untuk meningkatkan peran apoteker dalam pelayanan kesehatan, diperlukan kemampuan
berkomunikasi dan bekerjasama dengan dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
maupun dengan pasien. Untuk itu farmasis diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, sehingga mampu mengelola instalasi farmasi di rumah sakit secara
optimal. Akhirnya, semoga di provinsi kita tercinta pelayanan farmasi di rumah sakit
dapat segera terwujud dengan baik. (*)
TUGAS APOTEKER DI RUMAH SAKIT
04:17 |
Rumah sakit, pasti sebagian teman-teman pernah ke rumah sakit kan?
apakah itu karena sakit atau hanya untuk menjenguk teman yang sakit.
Pernah tau tidak bahwa sebenarnya keuntungan yang diperoleh dari RS
(rumah sakit) sebagaian besar berasal dari penjualan obat dan alat
kesehatan? tapi dengan catatan bila pengelolaannya dilakukan dengan
baik loh. Jadi kalau begitu seorang apoteker berperan dalam
pengelolaan obat di RS donk??? Yup, benar sekali. Pengelolaan itu
tidak hanya mengatur arus masuk dan keluarnya obat ya tapi juga harus
mengatur distribusinya ke pasien. Sebenarnya ada hal yang sering luput
terkait dengan fungsi apoteker di RS, yaitu: konseling ke pasien
terhadap obat yang di dapat dari resep dokter, penilaian logis
tidaknya resep dokter sampai ke teknis pemberian obat ke pasien.
Contoh untuk yang terakhir adalah seperti ini, kadang kita mendapatkan
resep dengan berbagai macam obat (polifarmasi), dengan ilmu dan
pengetahuan yang dimiliki seorang apoteker, dia akan memberikan
informasi kapan makan obat A, kapan makan obat B dan seterusnya. Lah
kenapa harus diatur seperti itu? karena yang namanya obat pasti ada
interaksi satu dengan lainnya, bisa jadi interaksi itu menguntungkan
tapi yang gawat adalah jika interaksi itu malah merugikan, bukannya
sembuh malah muncul sakit tambahan lainnya. Kalau di RS yang sudah
berkembang sih apotekernya sudah lebih terspesialisasi sama seperti
spesialisasi pada dokter, hal ini karena obat yang digunakan sudah
sangat buaaanyyyaaakkk sekali.
Pelayanan Farmasi: Ngapain sih Apoteker di Rumah Sakit?

Gak kerasa, kuliah profesi apoteker yang saya jalani sudah hampir selesai. Pada semester 2
kemarin, saya dan kawan-kawan lainnya di program peminatan PPM (Produksi dan Pemastian
Mutu) mendapatkan mata kuliah Pelayanan Farmasi. Hmm, agak sedikit awkward karena saya
yang berbasis Teknologi harus mengenal lebih dalam mengenai Pelayanan. Namun, sebagai
seorang apoteker tentunya harus bisa menjalani keduanya baik Teknologi maupun Pelayanan
Dalam mata kuliah 3 SKS ini, pelayanan farmasi yang diajarkan lebih dititikberatkan pada
pelayanan farmasi di rumah sakit. Saya menjadi banyak tahu mengenai serba-serbi rumah sakit.
Hayoo..siapa yang belum tau tentang rumah sakit? Yapp! Singkatnya, rumah sakit adalah tempat
dimana orang sakit dirawat. Menurut UU RI no.4 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Dari definisi tersebut, yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan secara paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi:
promotif (peningkatan kesehatan)
preventif (upaya pencegahan penyakit)
kuratif (penyembuhan penyakit)
rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Untuk memenuhi semua aspek pelayanan kesehatan secara paripurna tersebut, diperlukan juga
pelayanan farmasi yang memadai sebagai salah satu pelayanan kesehatan. Pelayanan farmasi di
rumah sakit dijalankan oleh suatu unit di rumah sakit yang disebut dengan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS), di unit ini lah seorang apoteker dapat melaksanakan kegiatan
keprofesiannya. IFRS mempunyai fungsi non klinis (produk) berupa penyiapan produk obat, dan
fungsi klinis yang memerlukan koordinasi antar profesi kesehatan lain dalam hal pemberian
pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaan fungsi klinis tersebut, apoteker sebagai bagian dari
IFRS akan berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain, seperti dokter, perawat, dll.
Selain IFRS, apoteker juga dapat berperan penting dalam PFT (Panitia Farmasi dan Terapi)
yang merupakan suatu kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis
komunikasi organisasi antara staf medik dan IFRS yang mempunyai tugas utama berupa
perumus kebijakan prosedur berkaitan dengan obat dan terapi, serta sebagai pemberi
rekomendasi dan merancang program edukasi bagi profesi kesehatan yang terlibat dalam
pelayanan pasien.
Salah satu kebijakan yang dibuat oleh PFT adalah pemilihan jenis obat yang digunakan untuk
pengobatan pasien, yang disusun dalam suatu dokumen yang disebut dengan formularium.
Dalam proses penyusunan formularium, seluruh staf medik dapat memberikan rekomendasi
mengenai obat yang akan dimasukkan dalam formularium. Tugas PFT tidak hanya berhenti
sampai disitu, PFT juga mempunyai kewajiban untuk terus mengevaluasi dan merevisi
formularium yang ada sesuai dengan kebutuhan pengobatan pasien serta perkembangan obat
yang tersedia di pasaran.
Sebenarnya masih banyak lagi yang saya dapatkan dari mata kuliah ini, seperti sistem distribusi
obat di rumah sakit, pelaksanaan pelayanan farmasi dengan konsep patient safety,
pharmacovigillance, EPO (Evaluasi Penggunaan Obat), dll. Yang kesemuanya tidak lepas dari
peran apoteker. Namun, tidak lupa, bahwa dalam pelaksanaannya apoteker juga harus
berkoordinasi dengan profesi kesehatan lain.
Saya suka dengan mata kuliah ini, karena dari mata kuliah ini wawasan saya akan peran apoteker
di rumah sakit semakin bertambah. Saya juga semakin mengerti akan pentingnya koordinasi
seorang apoteker dengan profesi kesehatan lain dalam hal mewujudkan pelayanan farmasi yang
memadai bagi pasien rumah sakit.
Setelah mata kuliah ini, saya jadi semakin tertarik untuk mendalami profesi apoteker di rumah
sakit. Bagaimana dengan kamu?
Penasaran? Just give it a try

You might also like