GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE) LAPORAN KEUANGAN SKRIPSI
Diajukan Oleh: ADZILLAH SYAHIDAH 105082002740
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/ 1430 H
2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. Identitas Pribadi Nama : Adzillah Syahidah TTL : Jakarta, 8 November 1987 Alamat : JL Pondok Cabe 1 RT002/004 No 66 Pondok cabe Ilir Tangerang 15418 Telephone : 085691475933/02191357488 Nama Ayah : Rohman Hakim Nama Ibu : Yetti Rusyanti
II. Pendidikan 1. SD Ruhama Ciputat (1993-1999) 2. MTS Negeri 3 Jakarta (1999-2002) 3. SMA Negeri 87 Jakarta (2002-2005) 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)
III. Pengalaman Organisasi 1. LDK Fakultas Ekonomi 2. BEM Fakultas Ekonomi
3
Abstrak Adzillah Syahidah: Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini dilakuakan pada perusahaan yang berada di DKI Jakarta. Data ini dianalisis dengan menggunakkan judgement sampling. Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 120, namun yang kembali hanya 75. Data dikumpulkan dengan metode survey. Hasil analisis ini menunjukkan: 1. Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan sebesar 0.025 2. Tanggung jawab komite audit, komisaris independen, dewan komisaris dan dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.
Kata kunci: Tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, dewan direksi, pengungkapan atas laporan keuangan.
4
Abstract
Adzillah Syahidah: Analysis the effect mechanism corporate governance toward disclosure of financial report. The objective of research is to examine empirically the influence mechanim corporate governance toward disclosure of financial report. This research has been done in Jakarta with management of company. Data is selecting using judgement sampling. The analysis units for responses of 120 but only 75 questionnaires returned. The data collection is performed using mail survey. The study results are as follow: 1. Fungtion of committee audit had significantly effect to the disclosure of financial statement is 0.025 2. Responsibillty of committee audit, independent of institutional ownership, institutional ownership, director hadnot significant influence to financil statement
Key word: Committee audit, independent institutional of institutional ownership, institutional ownership, director, and disclosure of financial statement.
5
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmaanir Rahiim, Syukur Alhamdulillah Ya Allah, Segala puji hanya bagi Allah SWT Semata, yang telah memberikan petunjuk dan Hidayah Nya serta kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE) LAPORAN KEUANGAN, sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik meskipun masih banyak kekurangannya. Ribuan shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Uswatun Hasanah kita Nabi Muhammad SAW. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelasaian skripsi ini, mereka adalah: 1. Orang tuaku tersayang, Ayahanda Rohman hakim dan Ibunda Yetti Rusyanti yang telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, memberi nasihat, perhatian selama mengerjakan skripsi ini, sehingga akhinya penulis dapat menyelesaikan tugas meskipun butuh proses yang sangat panjang, terima kasih ya umi abi atas kesabarannya menunggu selesainya skripsi ini. 2. Bapak Prof .Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan sekaligus Pembimbing I, dan Bapak Amilin SE., Ak., M.Si selaku pembimbing II, yang telah sabar dan tulus memberikan bimbingan arahan dan jalan keluar kepada penulis dalam segala waktu dan kesempatan, dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis. Terima kasih banyak ya Bapak, Jasa mu akan selalu saya ingat. 3. Ibu Rini SE.,Ak.,M.Si selaku Penasehat Akademik, terima kasih ya bu, atas arahan yang sangat bermanfaat buat saya dari semester awal hingga saat ini. 4. Bapak Afif Sulfa SE, Ak, Msi selaku Ketua Jurusan Akuntasi, dan Ibu Yessi SE, Ak, Msi, Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi, dan kepada Pak Hepi, Bu Rahmawati, Pak Abdul Hamid Cebba, Pak Indoyama dan 6
seluruh dosen Ekonomi khususnya Akuntansi, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih ya pak, bu atas bimbingannya selama ini. 5. Adik-adikku Silmi Dakhilah, dan Yazmaa Asyiddaul Haqq yang setia menemani kalau sedang revisi dari malam hari sampai pagi hari, terima kasih adik-adiku sayang. Dan membantu dengan tulus dan ikhlas. Terima kasih adik ku..love usukses ya sista 6. Muhammad Fadli, Yang memberikan masukan yang luar biasa dalam pengerjaan skripsi ini, memberikan semangat, trima kasih ya kak.wish you all the best 7. Sahabatku yang tergabung dalam DPR CLUB Putri, puput, shanty (shu2), andriansyah,anwar Hamdi, Arif, Reza, Andre, Kang Irfan, mas mulyono, terima kasih ya atas bantuannya dan dukungannyatraktirannya nanti aja yah,,,,ayo semuanya semangat. 8. Sahabatku zakiyah, rika, asri, Novya, rizki (ichi), thanks ya..dah mau bantu skripsi ini dan teman berbagi saat belajar compre hehehe...pasti kita akan mengenang kejadian selama 6 bulan kebelakang yang telah kita alami bersama 9. Temen-temen di Akuntansi D 2005, dan Auditing D 2005, maav ya ga bisa sebutin satu persatu, tapi semuanya thanks ya 10. Kakak-kakakku, Ka Wulan, Ka Endah, Ka Arya, Ka Adi Friandi, Ka Anissa Solehah, adikku Oki Yoiko, dan teman ku sahabatku eva zulaifah terima kasih ya atas doanya, akhirnya selesei juga skripsi akuhore..hore.. 11. Dan tak lupa adalah keluarga besar yang telah mendoakan Nenek Ani, Nenek Adah, om, tante, sepupuku, keponakanku, semuanya terima kasih ya doanya..
7
Dan semua pihak-pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, hanya ucapan terima kasih dan doa tulus yang penulis berikan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis amat sadar masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, dengan itu diharapkan sarannya dan semoga dapat berguna kepada siapa yang membutuhkan. sesungguhnya hanya Allah yang memiliki maha Kesempurnaan dan kebenaran, dan hanya manusialah letak beribu kekurangan dan kesalahan Wassalamualaikum.
Jakarta, 25 Juni 2009
Penulis
8
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF RIWAYAT HIDUP i ABSTARCT ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Perumusan Masalah 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7 BAB II KERANGKA TEORITIS A. Landasan Teori 10 1. Mekanisme Corporate Governance 10 a. Peranan Komite Audit 17 b. PerananKomisaris Independen 27 c. Peranan Dewan Komisaris 28 d. Peranan Dewan Direksi 29 2. Pengungkapan Laporan Keuangan 30 B. Hubungan Antar Variabel 34 C. Kerangka Berfikir 36 D. Hipotesis Penelitian 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 38 B. Metode Penentuan Sampel 38 C. Metode Pengumpulan Data 39 9
D. Metode Analisis 40 E. Operasional Variabel Penelitian 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 53 1. Objek dan Waktu Penelitian 53 2. Karakteristik Responden 54 B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 55 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 55 2. Uji Kualitas Data 57 a. Uji Validitas 57 b. Uji Reliabilitas 59 3. Uji Asumsi Klasik 60 a. Uji Multikolinearitas 60 b. Uji Hererokedastisitas 61 c. Uji Normalitas 62 4. Uji Hipotesis 63 a. Uji Koefisien Determinasi 63 b. Uji t 64 C. Pembahasan 66 BAB V KESIMPULAM DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan 69 B. Implikasi 70 C. Keterbatasan 71 D. Saran 71 DAFTAR PUSTAKA 73 LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR NOMOR KETERANGAN HALAMAN 2.1 Alur dari Corporate Governance 11 2.2 Kerangka Berfikir 36 4.1 Grafik Scatterplot 62 4.2 Uji Normalitas 63
12
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perkembangan komite audit di Indonesia masih sangat lamban karena komite audit merupakan instrumen baru dalam sistem pengendalian perusahaan di Indonesia. Gagasan ini, walaupun sudah lama dikenal oleh kalangan organisasi bisnis di negara maju, tetapi untuk Indonesia sendiri diperkenalkan dan dianjurkan baru akhir-akhir ini saja oleh pihak yang concern terhadap efektifitas pengendalian perusahaan. Direksi Bank Indonesia misalnya, telah menetapkan suatu ketentuan agar bank-bank harus memiliki komite audit (SK.Direksi BI No 27/163/KEP/DIR tertanggal 31 maret 1995). Dengan adanya komite audit dalam perusahaan maupun dalam lembaga bank dan non-bank diharapkan dapat terciptanya suatu bentuk corporate governance. Salah satu bentuk corporate governance itu sendiri adalah perusahaan harus membentuk komite audit mengingat fungsi auditor internal dan auditor eksternal belum berjalan. Komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris untuk mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit baik internal maupun eksternal perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan terutama perusahaan yang telah go public harus memiliki komite audit yang terdiri dari individuindividu yang mandiri yang tidak terlibat dengan tugas sehari-hari 13
manajemen yang mengelola perusahaan dan yang memiliki pengalaman untuk melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif. Bila kita berbicara mengenai definisi, maka akan sangat beriringan pada bagaimana fungsi dan peran komite audit itu. Komite audit berperan untuk memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen (Maria Utama, 2004). McConell dan Servaes (1990), Nesbitt (1994), Smith (1996), Del Guercio dan Hawkins (1999), dan Hartzell dan Starks (2003) dan Cornertt et al. (2006) dalam M. Arif Ujiyantho (2007), menemukan adanya bukti yang menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. Cornett et al. (2006) dalam M. Arif Ujiyantho (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan 14
kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparansi terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder, atau secara singkat ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness, transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan. Menurut Chtourou et al. (2001) dalam Maria Utama (2004), juga mencatat prinsip GCG yang diterapkan dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang telah diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya GCG tetapi banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur 15
perusahaan. Selain itu, kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas laporan keuangan yang dipublikasikan. Maka atas dasar uraian tersebut dan sejalan dengan penelitian Cornett et al. (2006) di Amerika Serikat, dengan objek penelitian pada perusahaan go public di Indonesia, dengan menggunakan konsep indikator mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan dewan komisaris, penelitian kali ini akan meneliti mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi sehingga laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Pengungkapan informasi laporan keuangan merupakan faktor signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana akuntabilitas publik berkaitan dengan pencapaian efisiensi pasar modal. Pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik merupakan suatu media pertanggungjawaban kepada Investor yang berguna untuk pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif sehingga tercapai efisiensi dalam pasar modal (Sandi Sulistiyadi, 2008). Penelitian kali ini akan menguji pengaruh yang lebih signifikan antara pengaruh mekanisme corporate governance terhadap Pengungkapan 16
(disclosure) laporan keuangan. Penelitian ini dianggap cukup menarik karena pada zaman sekarang adanya makanisme corporate governance pada perusahaan sangat penting apalagi perusahaan yang terbilang besar dan go public, karenanya dengan mekanisme corporate governance tata kelola perusahaan berjalan menjadi jauh lebih baik dan pengungkapan atas laporan keuangan jadi lebih terawasi dan terkontrol. Mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan publik, umur perusahaan, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, komite audit, komisaris independen, dewan komisaris dan dewan direksi. Namun pada penelitian kali ini peneliti hanya mengambil komisaris independen, dewan komisaris, komite audit, dan dewan direksi sebagai variabel independen dikarenakan peneliti hanya ingin menguji sejauh mana peran mereka dalam hal pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan dan melaporkannya sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Indriani Nurkholis (2002), dilengkapi dengan beberapa jurnal lain yang saling berkaitan yaitu Sandi Sulistiyadi (2008) dan Maria Utama (2004) Untuk lebih rinci perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
17
Tabel 1.1 Perbandingan penelitian terdahulu dengan sekarang
Perbandingan Penelitian oleh Indriani Nurkholis (2002) Maria Utama (2004) Sandi Sulistiyadi (2008) Adzillah Syahidah (2009) Populasi dan sampel Perusahaan go public yang terdaftar di BEI tahun 2003 Perusahaan go public yang terdaftar di BEI tahun 2002 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2000-2006 Perusahaan yang terletak di DKI Jakarta Metode pengumpulan data Primer Primer Sekunder Primer variabel Independen Peran (Manfaat dan fungsi) komite audit Komite audit, good corporate governance Kinerja perusahaan, mekanisme corporate governance Peran komite audit, peran komisaris independen, peran dewan komisaris, peran dewan direksi Variabel dependen Good corporate governance Pengungkapan informasi keuangan perusahaan Pengungkapan laporan keuangan Pengungkapan laporan keuangan Sumber: Data olahan dari berbagai referensi
18
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitiannya adalah sebagai berikut: Apakah mekanisme corporate governance dalam hal ini: 1. Tanggung jawab komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan? 2. Fungsi Komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan laporan (disclosure) laporan keuangan? 3. Peranan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan? 4. Peranan dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan? 5. Peranan dewan direksi berpengaruh terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut: Menguji pengaruh mekanisme corporate governance dalam hal ini: 1. Menguji pengaruh tanggung jawab komite audit terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. 19
2. Menguji pengaruh fungsi komite audit terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan? 3. Menguji pengaruh peranan komisaris independen terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. 4. Menguji pengaruh peranan dewan komisaris terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. 5. Menguji pengaruh peranan dewan direksi terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
b. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini, adalah: 1. Komite audit Memberikan semangat dan kesadaran akan pentingnya komite audit dalam hal pengungkapan laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan kinerja dari komite audit tersebut. 2. Perusahaan Memberikan kesadaran kepada perusahaan-perusahaan bahwa adanya komite audit dan Pelaksanaan corporate governance itu sangat besar manfaatnya, salah satunya dapat menjamin suatu laporan keuangan dapat disajikan secara jujur.
20
3. Pihak lain (umum) Dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan teori terutama yang berhubungan dengan komite audit, mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan laporan keuangan. 4. Bagi akademik Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan penelitian selanjutnya di bidang yang mengenai peranan komite audit dan mekanisme corporate Governance dan juga mengenai pengungkapan laporan keuangan. 5. Investor Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan investor yang akan melakukan investasi mengenai fungsi dari tata kelola pelaksanaan perusahaan sehingga mereka akan merasa tenang karena hak-hak dari investor dapat terjaga dikarenakan adanya prinsip dari GCG itu sendiri.
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Mekanisme Corporate Governance Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2008), corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance di bawah ini dikutip dari berbagai sumber: 1. Organization for Economic Coorperation and Development (OECD) Mendefinisikan sebagai sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lainnya yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya stuktur, perangkat untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja perusahaan.
22
2. Bank Dunia (World Bank) Corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Berikut ini adalah alur dari corporate governance:
Sumber: Amien Wijaya Tunggal, 2008
Gambar 2.1 Alur Dari corporate governance
Corporate governance sebagai sebuah sistem di mana perusahaan dikelola dan dikendalikan memerlukan beberapa elemen yang menentukan efektivitas pelaksanaannya. Elemen-elemen itu meliputi: lingkungan manajemen, kepemimpinan, manajemen resiko, Enabling and others governing legislation Constructio n of the board Board functioning Overseeing management Assessing board performing Stake holder feedback 23
pengawasan, akuntabilitas, dan sistem komunikasi (Indriani Nurcholis, 2002). Dalam Amien Wijaya Tunggal (2008) disebutkan pelaksanaan corporate governance yang efektif dalam suatu perusahaan akan memberikan berbagai manfaat, yaitu: a) perbaikan dalam komunikasi, b) minimalisasi potensial benturan, c) fokus pada strategi-strategi utama, d) peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi, e) kesinambungan manfaat (sustainability of benefits), f) promosi citra korporat (corporate image), g) peningkatan kepuasan pelanggan, h) perolehan kepercayaan investor. Menurut The Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) (2008), kegunaan dari Corporate Governance yang baik adalah: a) lebih mudah memperoleh modal, b) biaya modal (Cost of Capital) yang lebih rendah, c) memperbaiki kinerja usaha, d) mempengaruhi harga saham e) memperbaiki kinerja ekonomi. Elemen kunci dari konsep good corporate governance adalah mengenai pengertian dan prinsip-prinsip dari good corporate governance sendiri. Banyak pihak yang telah menghasilkan pemikirannya mengenai hal ini, akan tetapi hanya ada dua mainstream yang saat ini masih bertahan dan dapat diakomodasi serta di adaptasi oleh beberapa regulasi yang ada khususnya di negara kita. Kedua mainstream itu adalah : 24
1. Cadbury Committee Menurut laporan dari Comitee Cadbury yang dikutip oleh FCGI Corporate Governance terdiri dari tiga prinsip utama yaitu: a. Keterbukaan b. Integritas c. Akuntabilitas 2. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Menurut OECD yang dikutip oleh FCGI ada empat unsur penting dalam corporate governance, yaitu: a. Fairness (Keadilan) Menjamin perlindungan hak-hak pemegang saham termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing. Serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor b. Transparency (Transaparansi) Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan. Transparansi dari segala sesuatu dapat dipertanggung jawabkan.
25
c. Accountability (Akuntabilitas) Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan. Dan kepentingan manajemen dan pemegang saham sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris ( two tiers system) d. Resposibility (Pertanggung jawaban) Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Jadi, adanya tanggung jawab dengan piha-pihak yang terkait.
Muhammad Arif Ujiyantho (2007) menjelaskan bahwa struktur mekanisme corporate governance terdiri atas: 1. Kepemilikan Publik Kepemilikan publik menggambarkan perbandingan atau rasio dari banyaknya jumlah saham publik dalam perusahaan dengan total saham yang berbeda. 2. Umur Perusahaan Sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih banyak masalah pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya penundaan yang diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan yang memiliki umur tua cenderung lebih terampil dalam 26
pengumpulan, pemprosesan, dan menghasilkan informasi ketika diperlukan karena pengalaman belajar. 3. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan atau skala perusahaan menurut Riyanto tahun 1997 dalam Sandi Sulistiyadi (2008) adalah besar kecilnya perusahaan dilihat dari nilai penjualan dan total aktivanya. Perusahaan besar memiliki resiko yang lebih kecil dari perusahaan kecil. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas. Konsekuensinnya perusahaan kecil akan menghadapai resiko yang lebih besar dari perusahaan besar. 4. Kepemilikan Institutional Kepemilikan Institutional adalah jumlah persentasi hak suara yang dimiliki oleh institusi. Kepemilikian institusional selalu diukur menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. 5. Komisaris Independen Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafilliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi 27
kepentingan perusahaan. Biasanya komisaris indepenen selalu bekerja sama dengan komite audit dalam hal mengawasi kinerja perusahaan. 6. Dewan Komisaris Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasihat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. 7. Komite audit Komite audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam memberikan pengawasan secara menyeluruh. Komite audit juga memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan penyelidikan terhadap masalah-masalah di dalam cangkupan tanggung jawabnya. 8. Dewan Direksi Dewan Direksi adalah organisasi perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan 28
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi menurut UU Perseroan terbatas merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur.
Untuk lebih jelas peranan dari komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, dan dewan direksi akan di jelaskan dibawah ini: 1. Peranan Komite Audit Sampai saat ini masih banyak ditemui definisi yang bermacam-macam tentang komite audit, namun demikian umumnya mempunyai maksud dan pengertian yang sama. komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris (dalam two tier systems) untuk mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit baik internal maupun eksternal di dalam perusahaan. Komite audit berperan untuk memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangaan dan penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen. Keberadaan komite audit saat ini telah menjadi salah satu aspek dalam kriteria penilaian dalam hal pelaksanaan good corporate governance. Selain itu, kehadirannya juga telah mendapat respon positif dari berbagai pihak, antara lain pemerintah, Bapepam, bursa efek, para investor, profesi hukum, profesi akuntan, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan 29
perkembangan dunia bisnis yang terus diwarnai oleh berbagai skandal yang terkait dengan pengelola perusahaan. Komite audit merupakan suatu institusi yang berada di bawah koordinasi dewan komisaris yang memilki fungsi utama untuk menjembatani pemegang saham (sharehorder), Stakeholder, dan dewan komisaris. Komite audit memiliki dengan kegiatan pengendalian yang diselenggarakan oleh manajemen, auditor internal, dan auditor eksternal. a. Fungsi Komite Audit Fungsi utama dari keberadaan komite audit dalam perusahaan adalah membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung jawab untuk mereview informasi keuangan yang disediakan oleh pemegang saham maupun pihak lain. Untuk lebih jelasnya yang berkaitan dengan fungsi komite audit tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Komite audit ditugaskan dan disetujui oleh dewan komisaris, fungsinya harus sesuai dengan ukuran bisnis, kompleksitas bisnis, jenis industri dan stuktur organisasi. 2. Fungsi komite audit harus dinyatakan secara jelas dalam term of reference dan diungkapkan kepada seluruh pemegang saham. 3. Fungsi komite audit direview dan diupdate secara periodik. 4. Komite audit harus melaporkan setiap perubahan fungsi komite audit. 30
5. Komite audit mempunyai lingkup aktivitas antara lain: a. Meninjau kecukupan, kredibilitas dan objektivitas laporan keuangan dengan berkoordinasi dengan auditor eksternal, sedangkan manajemen bertanggungjawab tahunan. b. Meninjau kesesuaian dan efektivitas struktur pengendalian internal perusahaan dan fungsi audit internal. c. Meninjau kepatuhan perusahaan terhadap segala undang- undang yang berlaku. d. Memberikan saran dan pertimbangan untuk menentukan auditor eksternal termasuk dalam menentukan audit fee berdasarkan kemampuan professional auditor eksternal tersebut. e. Menilai kesesuaian semua transaksi yang berhubungan atau pengungkapan dari permasalahan yang berkepentingan. f. Melaksanakan penugasan-penugasan lain yang telah ditetapkan. g. Melaporkan aktivitas komite audit dalam laporan tahunan perusahaan dan harus disetujui oleh ketua komite audit. Laporan komite audit tersebut berisi tentang: a) Pendapat atas proses pelaporan keuangan perusahaan dan pengungkapan informasi keuangan yang harus benar, lengkap, dan kredibel. 31
b) Pendapat tentang kecukupan struktur pengendalian internal perusahaan. c) Pernyataan akan kesesuaian auditor perusahaaan yang akan ditunjuk kembali. d) Pendapat atas kepatuhan perusahaan dengan undang- undang yang berlaku. e) Informasi lain yang kemungkinan menjadi bahan pertimbangan pemegang saham maupun investor secara umum. f) Komite audit mempunyai hak untuk mengetahui berbagai informasi yang berasal dari saran profesi independen. Fungsi komite audit secara spesifik dapat di indetifikasikan ke dalam tiga aspek yang saling berkaitan (Wonizer: 1995 dalam Maria utama, 2004): 1. Fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan a. Menelaah seluruh laporan keuangan untuk menjamin objektivitas, kredibilitas, reliabilitas, integritas, akurasi, dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan. b. Menelaah kebijakan akuntansi dan memberikan pengertian khusus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan kebijakan akuntansi. c. Menelaah efektivitasan struktur pengendalian internal (SPI) dan memastikan tingkat kepatuhan SPI. 32
d. Mengevaluasi kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan. e. Menelaah seluruh transaksi yang signifikan, khusunya transaksi non-rutin dan yang kemungkinan illegal, menimbulkan pertanyaan kurang etik. f. Menilai estimasi, kebijakan dan penilaian manajemen yang dipertimbangkan mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan. 2. Fungsi auditor dan pengauditan a. Merekomendasikan kesepakatan dan besarnya fee untuk auditor eksternal. b. Menelaah perencanaan dan efektivitasan audit internal dan eksternal. c. Menelaah pembagian dan koordinasi tugas antara auditor internal dengan auditor eksternal. d. Menelaah surat perintah kerja manajemen kepada auditor eksternal. e. Menentukan bahwa auditor bebas dari pembatasan, campur tangan dan pengaruh dari manajemen. f. Meminta penjelasan jika terjadi perselisihan antara auditor eksternal dengan manajemen. g. Memonitori sumber-sumber yang dialokasikan untuk menjalankan fungsi auditor internal. 33
h. Menelaah sifat dan besarnya pembayaran fee auditor utuk jasa non audit. 3. Fungsi organisasi perusahaan a. Memfasilitasi dan sebagai media komunikasi antara auditor eksternal dengan dewan direksi. b. Menelaah kebijakan dan praktik perusahaan di pandang dari sudut pertimbangan etik. c. Memonitor pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan aplikasi kesesuaian dengan peraturan perusahaan yang diterapkan. b. Tanggung Jawab Komite Audit Menurut the institute of internal auditors dalam internal auditing and the audit committee yang dikutip forum for corporate governance in Indonesia (FCGI) (2008), pada umumnya komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang sebagai berikut: 1. Laporan keuangan (Financial Reporting) Tanggung jawab komite audit dalam hal laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajer telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hal-hal berikut ini: a) kondisi keuangan, b) hasil usahanya, c) rencana dan komitmen jangka panjang. 34
Terdapat ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini yaitu: merekomendasikan auditor eksternal, memeriksa yang berkaitan dengan auditor eksternal, diantara: a) surat penunjukan auditor, b) perkiraan biaya audit, c) jadwal kunjungan auditor, d) Koordinasi dengan internal audit, e) pengawasan terhadap hasil audit, f) menilai pelaksanaan pekerjaan auditor g) menilai kebijakan akuntansi dan keputusankeputusan yang menyangkut kebijaksanaan, h) meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi laporan paruh tahunan (interim financial statement), laporan tahunan (annual financial statement), opini auditor dan manager. 2. Tata kelola perusahaan Tanggung jawab komite audit dalam bidang corporate governance adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usaha dengan beretika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah: a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan, dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. 35
b. Memonitori proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah corporate governance dalam hal sebelumnya mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya. c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan. d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya. 3. Pengawasan perusahaan (corporate control) Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta memonitori proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup auditor harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan internal. Di samping itu, definisi baru tentang audit internal memperkuat tanggung jawab audit dalam hal corporate control karena dalam hal definisi tersebut dinyatakan, bahwa auditor internal merupakan kegiatan yang mandiri dalam memberikan kepastian (assurance), serta konsultasi untuk memberikan nilai tambah untuk memperbaiki kegiatan suatu organisasi dalam mencapai dan memperbaiki efektifitas manajemen resiko, pengawasan dan pengelolaan perusahaan. 36
Disamping itu dalam (Sandi Sulistiyadi, 2008), memberikan masukan bahwa seorang anggota komite audit harus memilki pengalaman yang cukup dalam bidang: a. Audit, akuntansi, dan keuangan. Anggota komite audit memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep dan praktek tentang financial engineering, corporate finance, auditing keuangan, auditing operasional dan audit khusus, juga fraud examination. b. Peraturan perundang-undangan. Anggota komite audit memiliki pemahaman yang mendalam tentang konsep dan praktek peraturan perundangan tentang pasar modal, pasar uang, pasar komoditas berjangka, bursa saham, undang-undang perseroan terbatas dan good corporate governance. c. Proses bisnis industri terkait dengan anggota komite audit harus memiliki pemahaman mendalam tentang konsep dan praktik industri, seperti industri perbankan, pertambangan, dan lain-lain.
Komite audit bertanggung jawab untuk mendorong terbentuknya struktur pengawasan internal yang memadai, meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan, mengkaji ulang lingkup dan ketepatan ekternal audit, biaya eksternal audit dan kemandirian serta objektifitas eksternal audit (Mira Khumairah, 2007). Dalam Wikipedia (2007) juga menyebutkan bahwa Komite audit merupakan suatu 37
komite yang beroperasi pada perusahaan publik dan memilki tanggung jawab diantaranya adalah overseeing the financial reporting process, monitoring choice of accounting policies and principles, monitoring internal control process, overseeing hiring and performance of the external auditors. Menurut Cramers et al. (2004) dalam Maria utama (2007) tanggung jawab komite audit adalah: a. Mengawasi dan memonitor serta menyarankan kepada dewan direksi atas operasional manajemen resiko internal dan sistem pengendalian. b. Mengawasi dikeluarkannya informasi keuangan oleh perusahaan. c. Mengawasi ketaatan rekomendasi dan pengamatan auditor internal dan eksternal. d. Mengawasi fungsi dari departemen auditor internal dalam memutuskan rencana, tindakan untuk departemen audit internal dan menerima catatan pertimbangan dan temuan departemen audit internal. e. Mengawasi kebijakan perusahaan menyangkut pajak. f. Mengawasi keuangan perusahaan. g. Mengawasi pelaksanaan tekhnologi informasi dan komunikasi. h. Memelihara kecukupan tatap muka dan mengawasi hubungan auditor eksternal termasuk dalam: 38
a) Mengukur independensi dan pemberian sanksi auditor eksternal. b) Menetapkan keterlibatan auditor eksternal dalam hal isi dan publikasi laporan keuangan sebagaimana isi laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor eksternal. i. Menyiapkan peraturan pertemuan auditor eksternal dengan rapat umum pemegang saham. j. Menyiapkan kajian ulang dengan dewan direksi mengenai perhitungan tahun dan anggaran tahunan serta pengeluaran modal perusahaan. k. Setiap tahun mengevaluasi fungsi-fungsi kecakupan dari peran komite audit yang sudah ada. 2. Peranan Komisaris Independen Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertinak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Untuk menjadi komisaris independen dalam suatu perusahaan, maka harus memiliki persyaratan sebagai berikut: a) tidak memiliki afiliasi dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan, b) tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan komisaris lainnya 39
perusahaan yang tercatat yang bersangkutan, c) tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan, d) memahami peraturan perundang-undangan dipasar modal. Dewan komisaris independen harus dapat melaksanakan pertimbangan yang objektif tentang urusan korporat secara independen, khususnya terhadap manajemen, diantaranya, dewan komisaris harus mempertimbangkan untuk menugaskan sejumlah dewan komisaris non eksekutif yang memadai untuk melakukan pertimbangan yang independen terhadap tugas-tugas di mana terdapat suatu potensial benturan kepentingan, anggota komisaris independen harus mencurahkan waktu yang memadai terhadap tanggung jawab mereka. 3. Peranan Dewan Komisaris Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi tindakan manajemen dan memberikan nasihat kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuaangan. Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris: 40
a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perseroan yang dilakukan direksi termasuk mengenai dalam mengembangkan perusahaan. b. Memberikan pendapat dan saran kepada rapat umum pemegang saham mengenai rencana pengembangan perusahaan, rencana kerja dan anggaran tahunan perusahaan serta perubahan dan tambahannya. c. Mengawasi pelaksanaan tenaga kerja dan anggaran perusahaan serta menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya kepada rapat umum pemegang saham. d. Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan disertai dengan pemberian saran mengenai langkah perbaikan yang harus di tempuh. e. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan. 4. Peranan Dewan Direksi Dewan direksi adalah organisasi perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk tujuan dan kepentingan persereroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi menurut UU perseroan terbatas merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur. Direksi bertanggungjawab atas pengelolaan perusahaan. Untuk membantu direksi dalam melakukan hal tersebut direksi dapat meminta nasihat profesioanal yang independen atau menetapkan panitia khusus. 41
Direksi harus mengelola perusahaan berdasarkan kepentingan terbaik dari perusahaan dan pemegang saham harus meyakini bahwa perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan mempertimbangkan kepentingannya dari berbagai stakeholder. Dewan direksi memiliki fungsi diantaranya adalah meningkatkan efektivitas dari peranan manajemen, transparasi dari pertimbangan, jumlah direktur luar harus sedemikian rupa agar suara mereka mempengaruhi atas keputusan-keputusan yang penting yang dicapai pada setiap rapat direksi. 2. Pengungkapan Laporan Keuangan Pengungkapan (disclosure) didefiniskan sebagai penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor dalam membuat prediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang (Sandi Sulistiyadi, 2008). Laporan keuangan juga dapat diartikan laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau pada saat tertentu, aturan dari pembuatan laporan keuangan adalah dapat dipahami, dapat dibaca, dapat dimengerti. Menurut Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2007) laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan sebagai proses akhir di akuntansi yang dirancang untuk menyediakan informasi, bagi pihak yang membutuhkan dalam mengambil keputusan ekonomi. 42
Pengungkapan juga mencangkup penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun secara sukarela dilakukan perusahaan yang berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atau operasi perusahaan di masa yang akan datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang dan laporan tambahan yang mencangkup pengungkapan menurut segmen dan informasi lainnya diluar harga perolehan. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (SAK No1, 2007). Laporan keuangan juga menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka sedangkan bagi pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Pengungkapan laporan keuangan ditujukan kepada pemegang saham, kreditor, investor, para karyawan, instansi pemerintah dan masyarakat luas. Ada dua pihak yang membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi yaitu:
43
1. Pihak internal Pihak internal menggunakan laporan keuangan untuk menilai kinerja manajemen dalam memaksimalkan sumber daya ekonominya yang dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien. 2. Pihak eksternal Pihak eksternal menggunakan laporan keuangan sebagai dasar atas investasi yang telah dan akan dilakukan. Contoh: kreditur, investor. Sandi Sulistiyadi, (2008), menjelaskan pengungkapan terbagi menjadi dua, yaitu pengungkapan wajib, yaitu pengungkapan informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, pengungkapan sukarela, yaitu: pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk membuat keputusan oleh pemakai laporan keuangan tahunan.
Masih dalam penulis yang sama menyebutkan tipe-tipe dari pengungkapan: 1. Laporan keuangan Laporan keuangan harus berisi informasi yang relevan dan penting tentang perusahaan yang dapat dimengerti oleh pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari laba rugi, laporan perubahan ekuitas, neraca, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
44
2. Catatan atas laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan biasanya digunakan adalah skedul- skedul dan penyajian seperti misalnya untuk utang jangka panjang, penjelasan atas elemen laporan keuangan seperti misalnya pensiun, informasi umum tentang perusahaan seperti misalnya peristiwa kemudian, suplementari statement (skedul-skedul) untuk menunjukan kurang stabilnya laporan keuangan. 3. Sertifikasi dari auditor Merupakan bentuk disclosure yang menunjukan reliable laporan keuangan. Sertifikat ini sangat penting karena untuk dapat menentukan apakah laporan keuangan tersebut dapat diandalkan atau tidak.
45
B. keterkaitan Antar Variabel a) Peranan Komite Audit terhadap Pengungkapan (disclosure) Laporan Keuangan Penelitian yang dilakukan Agung Suryamana (2005) mengidentifikasikan bahwa tanggung jawab komite audit mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan perusahaan. Besarnya peran dari komite audit mengakibatkan meningkatnya kinerja dari perusahaan karena adanya pengawasan yang dilakukan oleh komite audit. Penelitian yang dilakukan Indriani Nurkholis (2002) mengidentifikasikan bahwa fungsi komite audit mempunyai pengaruh signifikan dengan terwujudnya tata kelola perusahaan yang baik. Sehingga dapat dipastikan apabila tata kelola perusahaan baik maka pengungkapan atas laporan keuangan pada perusahaan tersebut juga baik. b) Peranan Komisaris Independen dengan Pengungkapan Laporan Keuangan Menurut penelitian yang dilakukan Muhammad Arif Ujiyantho (2007), mengidentifikasi bahwa peranan komisaris independen terhadap pengungkapan laporan keuangan tidak berpengaruh secara signifikan.
46
c) Peran Dewan Komisaris dengan Pengungkapan Laporan Keuangan Penelitian yang dilakukan Muhammad Arif Ujiyantho (2007) dan Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wardhani (2006), dapat mengidentifikasikan bahwa peranan dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. d) Antara Peranan Dewan Direksi dengan Pengungkapan Laporan Keuangan Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arif Ujiyantho (2007) mengidentifikasi bahwa peranan dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Susiana Arleen Herawati (2007), mengidentifikasikan bahwa peranan dewan direksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
47
C. Kerangka Berfikir Gambar dibawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Gambar 2.2 Kerangka berfikir
.
Pengungkapan (disclosure) Laporan Keuangan Peranan Komite Audit: a Fungsi b.Tanggung jawab
Peranan Komisaris Independen
Peranan Dewan Komisaris Peranan Dewan Direksi 48
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha 1 = Tanggung jawab komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Ha 2 = Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Ha 3 = Peranan direksi independen berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Ha 4 = Peranan dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Ha 5 = Peranan dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas komparatif karena bertujuan meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Objek penelitian ini adalah pengungkapan (disclosure) atas laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan perusahaan yang terletak di wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terletak di DKI Jakarta. Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yang penentuannya berdasarkan pertimbangan (judgement sampling). Judgement sampling merupakan pemilihan secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan berdasarkan pertimbangan tertentu (Nur Indrianto, 2002). Untuk memenuhi pembahasan permasalahan dalam penelitian ini maka sampel yang dipilih adalah sampel dengan kriteria berikut: 50
1. Merupakan manajemen pada perusahaan yang terletak di DKI Jakarta. 2. Merupakan Manajemen yang termasuk dalam manajemen operasional, manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan manajer lainnya yang terdapat di perusahaan. C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yakni pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data primer dikumpulkan dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Metode survey merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis (Nur Indrianto, 2002). Ada dua teknik pengumpulan data dengan metode survey yang dilakukan oleh peneliti yaitu kuesioner, kuesioner merupakan pernyataan peneliti dan jawaban responden dan dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuesioner. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara antara lain: kuesioner disampaikan langsung oleh peneliti, kuesioner dikirim bersama-sama dengan pengiriman paket atau majalah, dikirim melalui pos, faksimil, atau menggunakan teknologi komputer. D. Metode Analisis Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode: 1. Uji kualitas data 51
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer peneliti melakukan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas: a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model regresi variabel dependen, varibel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Singgih Santoso (2004), ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah: a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka diagonal regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Validitas Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas dengan menggunakan 52
pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Imam Ghozali, 2005). Kriteria yang dikatakan valid atau tidak adalah jika korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid, begitu pula sebaliknya. c. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun di uji berkali-kali. Hasil uji relibilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasilnya dari Cronbach alpha dibawah 0,6 maka dikatakan bahwa data tersebut mempunyai keandalan (reliable) yang relative rendah (Singgih Santoso, 2005). 2. Analisis Asumsi Klasik a. Uji Multikoleniaritas Istilah koleniaritas ganda (multicliniearity) diciptakan oleh Ranger Fish di dalam bukunya Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regressions Systems artinya istilah itu berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Uji Multikoleniaritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa 53
atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikoleniaritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah- pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi Multikolenieritas. Untuk meguji asumsi multikolenieritas dapat digunakan VIF (Variance Inflation factor) dan TOL (Tolerance), di mana Imam Ghozali (2005) mengatakan bila nilai VIF lebih dari 8 berarti terdapat multikolenieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 8 maka tidak terjadi multikolenieritas. Sedangkan bila nilai TOL mendekati 1, maka dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolenieritas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas (Imam ghozali, 2005). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut 54
heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Singgih Santoso (2005) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain. 1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterlplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized. 2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 2. Uji Hipotesis Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance dalam hal ini menyangkup komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, dan dewan direksi terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Jadi, persamaan regresi yang digunakan adalah. 55
Y = + 1 X 1 + 2 X 2 + + 3 X 3 + 4 X 4 + e
Dimana: Y = Pengungkapan laporan keuangan X 1 = Peranan komite audit X 2 = Peranan komisaris independen X 3 = Peranan dewan komisaris X 4 = Peranan dewan direksi = Konstanta e = Error Dalam melakukan pengujian hipotesis dilakukan melalui: a. Uji Adjusted R 2 (koefisien Determinasi) Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien determinasi (R-square), jika R-square adalah sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya jika nilai R-square semakin mendekati 0 berarti semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005) karena adanya 56
digunakan adjusted R 2 dalam penelitian ini dan nilai adjusted R 2
dapat naik atau turun apabila satu variabel ditambahkan ke model. b. Uji T Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing- masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan tingkat signifikan 5% atau = 0,05. Jika probability lebih besar dari 0,05 maka tidak berpengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika nilai probability lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan) (Imam Ghozali, 2005).
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian I. Variabel Independen (X) Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang nilai- nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X. Variabel itu digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel lain ( Nur Indriantoro, 2002). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Peranan Komite Audit komite audit adalah suatu komite yang berfungsi untuk memberikan evaluasi yang independen terhadap pelaporan 57
keuangan perusahaan yang anggotanya sebagian besar dari luar perusahaan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan, dan meningkatkan keyakinan publik, khususnya investor, terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini peranan komite audit mencangkup fungsi dan tanggung jawab dari komite audit. Fungsi komite audit diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Mira Khumairah (2007) dan Agung Suryamana (2005) namun dikembangkan kembali oleh peneliti karena isi kuesioner tersebut harus disesuaikan dengan pengujian yang akan dilakukan, namun tetap tidak mengubah nilai substansi dari isi kuesioner tersebut. Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yang pilihan jawabannya adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju Sedangkan tanggung jawab komite audit diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Indriani Nurkholis (2002) dan peneliti mengembangkan kembali pertanyaan tersebut karena perbedaan maksud dan tujuan dengan penelitian sebelumnya dengan yang akan dilakukan, namun dengan adanya perubahan ini tetap tidak mengubah nilai substansi dari isi kuesioner tersebut. 58
Penelitian ini menggunakan skala ordinal (ordinal Scale) yang pilihan jawabannya adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju b. Peranan Komisaris Independen Anggota dewan komisaris yang independen tidak terikat dengan perusahaan serta apapun yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen demi kepentingan perusahaan. Dalam penelitian ini dewan komisaris independen diukur menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh Bekti anggraini (2007) ditambah dengan instrumen Amien Wijaya Tunggal (2008), dan terdapat beberapa pertanyaan yang dikembangkan sendiri dengan berpedoman kepada landasan teori, karena penulis rasa pengembangan tersebut dianggap penting untuk tercapainya tujuan dari penelitian ini. Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yang pilihan jawabannya adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu- ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. c. Peranan Dewan Komisaris Dewan komisaris termasuk dalam dewan komisaris perusahaan dan bertanggung jawab dalam mengawasi tindakan dari manajemen dan mempunyai berhak untuk menasehati manajemen jika dianggap 59
perlu. Dalam penelitian ini dewan komisaris diukur dengan menggunakan instrumen Amien Wijaya Tunggal (2008), dan terdapat beberapa pertanyaan yang dikembangkan sendiri dengan berpedoman kepada landasan teori, karena dirasa pengembangan tersebut dianggap penting untuk melakukan pengujian ini agar tujuan dapat tercapai. Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yaitu (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju. d. Peranan Dewan Direksi Dewan direksi memiliki tanggung jawab atas berjalannya suatu perusahaan. Direksi biasanya disebut dengan sebutan direktur. Dalam penelitian ini dewan direksi diukur dengan instrument oleh Amien Wijaya Tunggal (2008), dan terdapat beberapa pertanyaan yang dikembangkan sendiri dengan berpedoman kepada landasan teori, karena rasa pengembangan tersebut dianggap penting untuk melakukan pengujian ini. Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yaitu: (1) sangat setuju (2) setuju (3) ragu-ragu (4) tidak setuju (5) sangat tidak setuju
60
II. Variabel Dependen (Y) Variabel terikat (dependen variabel) adalah variabel yang nilai- nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y, variabel itu merupakan yang diramalkan atau diterangkan nilainya (Nur Indriantoro, 2002). Variabel dependen dalam penelitian ini pengungkapan laporan keuangan, yaitu penyediaan sejumlah informasi untuk membantu investor dalam membuat prediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan datang. Dalam penelitian ini variabel dependen diukur dengan menggunakan instrumenya dikembangkan oleh Yulianti dan Fitrianti (2007) dilengkapi dengan Amien Wijaya Tunggal (2008) dengan adanya sedikit pengembangan agar tujuan dari penelitian ini tercapai. Penelitian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yang pilihan jawabannya adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) Ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju.
61
Table 3.1 Operasional variabel penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran 1. Peranan Komite Audit a. Tanggung Jawab Komite Audit Sumber: Indriani Nurkholis (2003) Berdasarkan International Best Praktise
a) Financial Reporting
b) Corporate Governance
c) Corporate Control
Skala ordinal
b. Fungsi komite Audit Sumber: Agung Suryamana (2005) a. Persetujuan d. komisaris
b. Mengawasi pelaporan keuangan
c. Kesesuaian transaksi
d. Meningkatkan laporan
e. Mengevaluasi penipuan
f. Kebijakan akuntansi
g. Transaksi ilegal
h. Kepatuhan peraturan Skala ordinal
Sumber: data olahan dari berbagai referensi
62
Tabel 3.1 Operasional Variabel (Lanjutan)
Variabel Sub variabel Indikator skala pengukuran 2. Komisaris Independen Sumber: Muhammad Arif Ujiyantho (2007) ditambah dengan instrumen Amien Wijaya Tunggal (2008)
a. Memperbaiki mutu dalam laporan keuangan b. Tidak memiliki hubungan dengan perusahaan c. Memiliki keterbukaan dalam informasi perusahaan d. Mengawasi proses pengungkapan dan informasi perusahaan
Skala ordinal 3. Dewan Komisaris Sumber: Muhammad arif Ujiyantho (2007) dan Amien Wijaya Tunggal (2008)
a. Panduan pengungkapan b. Bertanggung jawab c. Memberi saran d. Akses informasi e. Tata kelola perusahaan f.Mengungkapkan hal yang material Skala ordinal Sumber: data olahan dari berbagai referensi 63
Table 3.1 Operasional variabel penelitian (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran 4. Dewan Direksi Sumber: Muhammad Arif Ujiyantho (2007) dan Amien Wijaya Tunggal (2008) a.Memperbaiki mutu dalam laporan keuangan b. Tidak memiliki hubungan dengan perusahaan c. Memiliki keterbukaan dalam informasi perusahaan d. Mengawasi proses pengungkapan dan informasi perusahaan Skala ordinal 5. Pengungkapan Laporan Keuangan Sumber: Yulianti dan Fitrianti (2007) a. Melaporkan laporan keuangan b. standar akuntansi c. Tidak mementingkan investor d. Publikasi hasil keuangan e. Publikasi laporan f. Pengungkapan material g. corporate governance. Skala ordinal Sumber: data olahan dari berbagai referensi 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Objek dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkankan kuesioner kepada perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta yang telah menerapkan metode corporate governance. Penyebaran kuesioner ini dilakukan dari awal Februari 2009 sampai bulan April 2009. Rincian dari distribusi kuesioner disajikan pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner
Keterangan Jumlah Persentase Kuesioner yang dibagikan 120 100% Kuesioner yang tidak kembali 45 37.5% Kuesioner yang kembali 75 62.5% Kuesioner tidak bisa diolah 0 0% Kuesioner bisa diolah 75 12.5% Tingkat pengembalian (responden rate) 75 x 100% 120
62.5% Sumber: data primer yang diolah
65
Tabel 4.1 Memperlihatkan jumlah kuesioner yang telah dikirim sebanyak 120 kuesioner, sedangkan jumlah kuesioner yang kembali sebanyak 75 kuesioner atau 62.5% dari total kuesioner yang dikirim. Setelah diperhatikan ternyata tidak ada kuesioner yang tidak dapat diolah tetapi semuanya layak untuk diolah. 2. Karakteristik Responden Penelitian ini terutama dilakukan terhadap manajer perusahaan, baik manajer keuangan, manajer pemasaran, manajer operasional pada perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta. Tabel 4.2 memperlihatkan karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.2 Karakteristik Responden
Jumlah Persentase Jenis Kelamin Pria 30 40% Wanita 45 60% Pendidikan Terakhir D3 0 0% S1 55 73% S2 10 13.33% Lainnya 10 13.33% Jenis Perusahaan Bank 12 37.5% Asuransi 1 3.12% Leasing 0 0% Manufaktur 3 9.38% Lainnya 16 50% Jabatan Manajer keuangan 50 66.67% Manajer Operasional 20 26.67% manajer Pemasaran 5 6.67% Sumber: data primer diolah 66
Data tersebut mempelihatkan jumlah responden wanita lebih banyak dari pria dengan tingkat persentasi wanita adalah 60%, dan tingkat persentasi pria adalah 40%. Pada tabel tingkat pendidikan terakhir dimana pendidikan strata satu (S1) jauh lebih besar dibandingkan tingkat yang lain sebesar 55 responden dengan tingkat persentase 73%, sisanya adalah pendidikan S2 sebesar 10 orang atau 13.33% dan lainnya sebanyak 10 orang atau 13.33%. Pada jenis perusahaan terbagi pada perusahaan yang bergerak pada bidang perbankan sebanyak 12 bank atau sebesar 37.5%, perusahaan yang bergerak dalam bidang asuransi sebesar 1 buah atau sebesar 3.12%, perusahaan yang begerak dalam usaha manufaktur sebesar 3 buah atau 9.38%, dan lainnya seperti perusahaan jasa, dan perusahaan telekomunikasi sebesar 16 buah atau 50%. Sedangkan dilihat dari jabatannya, manajer keuangan yang paling banyak pada penelitian ini yaitu sekitar 50 orang atau 66.67%, dan manajer operasional 20 orang atau sebesar 26.67% , manajer pemasaran 5 orang atau 6.67%.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, komisaris 67
independen, dewan komisais, dewan direksi dan pengungkapan atas laporan keuanagan akan diuji secara statistik deskripstif seperti yang terlihat pada table 4.3 di bawah ini: Tabel 4.3 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TJ 75 18.00 39.00 30.7333 4.93288 FK 75 25.00 40.00 32.9467 3.02643 KI 75 10.00 25.00 20.1067 2.97999 DK 75 20.00 30.00 26.0267 2.16841 DD 75 18.00 25.00 22.4133 1.94584 LK 75 22.00 35.00 29.9333 2.51124 Valid N (listwise) 75 Sumber: data primer diolah
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa variabel tanggung jawab komite audit minimum jawaban responden sebesar 18 dan maksimum 39, dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 30.73 dengan standar deviasi sebesar 4.93. Pada variabel fungsi komite audit minimum jawaban responden sebesar 25 dan maksimum 40, dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 32.95 dengan standar deviasi 3.03. Variabel komisaris independen minimum jawabannya adalah 10 maksimum 25, dengan rata-rata total jawabannya 20.11 dengan standar deviasi 2.98. Variabel dewan komisaris memiliki minimal jawaban sebesar 20 dan maksimum jawaban 30, dan total jawaban sebesar 22.41 dan standar deviasi 2.17. sedangkan variabel dewan direksi memiliki minimal jawaban sebesar 18 dan maksimal jawaban 25 68
dengan total jawaban sebesar 22.41 dengan standar deviasi sebesar 1.96, dan untuk variabel dewan direksi dengan minimal jawaban 22 dan maksimum jawaban adalah 35 dengan tatal rata-rata jawaban adalah 22.41 dengan standar deviasi adalah 2.51. 2. Hasil Uji Kualitas Data Uji kualitas data atas data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, yaitu sebagai berikut: a. Hasil Uji Validitas Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pearson correlation, yaitu suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikan di bawah 0.05 maka butir tersebut dinyatakan valid. Table 4.4 akan menunjukan hasil uji validitas. Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas (Valid dan tidak valid)
dari 0.05, sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam penelitian pengujian berikutnya. Pengujian dilakukan kembali setelah mengeluarkan pertanyaan yang tidak valid, hasil pengujian kembali dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Tabel Hasil Uji Validitas Tanggung Jawab Komite audit
Pertanyaan Sig. Pearson Correlation Keterangan TJ2 0.000 0.460 Valid TJ3 0.000 0.579 Valid TJ4 0.000 0.729 Valid TJ5 0.000 0.837 Valid TJ6 0.000 0.874 Valid TJ7 0.000 0.238 Valid TJ9 0.000 0.403 Valid TJ10 0.000 0.400 Valid Sumber: data primer yang diolah Adanya hasil yang tidak valid ini tidak sesuai dengan peneliti terdahulunya yang hasil olahannya semuanya valid. Tidak validnya penelitian sekarang mungkin disebabkan oleh perbedaan persepsi responden, jenis pekerjaan responden dan pebedaan waktu penelitian.
b. Uji Reliabilitas Suatu data dikatakan reliabel jika nilai koefisien alphanya diatas 0.6. hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada table 4.6 dibawah ini: 71
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach alpha Tanggung jawab komite audit 0.745 Fungsi komite audit 0.609 Komisaris Independed 0.703 Dewan komisaris 0.604 Dewan direksi 0.630 Pengungkapan laporan keuangan 0.608 Sumber: data primer yang diolah Tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji reliabilitas yang reliabel karena nilai apha masing-masing diatas dari batas minimal yaitu 0.6, masing-masing pertanyaan memiliki nilai tanggung jawab komite audit 0.745, fungsi komite audit 0.609, komisaris independen 0.703, dewan komisaris 0.604, dewan direksi 0.630, dan pengungkapan laporan keuangan 0.608. 3. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Hasil uji multikolonieritas terlihat pada table 4.7 di bawah ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas
Collinearity statistics
Model Toleance VIF TJ 0.836 1.196 FK 0.699 1.440 KI 0.718 1.393 DK 0.533 1.877 DD 0.810 1.235 72
Sumber: data primer yang diolah
Hasil model regresi dari penelitian ini untuk asumsi multikolonieritas adalah berdasarkan nilai TOL dan VIF yang dihasilkan yaitu TOL untuk tanggung jawab komite audit yaitu 0.836, tanggung jawab komite audit 0.699, komisaris independen 0.713, dewan komisaris 0.533 dan dewan direksi 0.810. Sedangkan nilai VIF untuk tanggung jawab komite audit 1.196, fungsi komite audit 1.440, komisaris independen 1.393, dewan komisaris 1.877, dewan direksi 1.235, dari hasil yang diperoleh ari nilai TOL semua variabel mendekati 1 dan VIF semuanya < 8, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi ini bebas dari multikolonieritas artinya tidak ada nya hubungan diantara tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, dewan direksi dalam model regresi ini.
b. Uji Heteroskedastisitas Dasar analisis untuk uji heterokedastisitas adalah jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000). Hasil uji heteroskedastisitas dan grafik scatterplot pada gambar 4.1 memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak berpola yang jelas, serta tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan 73
bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan. Hasil uji dapat dilihat dibawah ini: Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas
i
h e t e r o s k e d a s
Sumber: Data primer yang diolah
c. Hasil Uji Normalitas Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan normal probability plot. Asumsi ini mengatakan bahwa apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka model regresi memiliki asumsi normalitas. Sedangkan apabila data menyebar dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memiliki asumsi normalitas. Pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini: Regression Studentized Residual 2 0 -2 -4 R e g r e s s i o n
S t a n d a r d i z e d
P r e d i c t e d
V a l u e 3 2 1 0 -1 -2 -3 Scatterplot Dependent Variable: disclosure 74
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal Probability Plot Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E x p e c t e d
C u m
P r o b 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: disclosure
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat dikatakan mengalami penyebaran data terdistribusi normal karena datanya berada sepanjang garis diagonal yang merupakan syarat normalitas. 4. Hasil Uji Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model analisis regresi berganda (multiple regression analysis), Hasil uji hipotesis terdiri dari: a. Hasil Uji Koefisien Determinasi 75
Pada tabel 4.8 menunjukkan angka adjusted R 2 adalah 0.162 hal ini berarti 16.2% variasi pengungkapan laporan keuangan dapat dijelaskan oleh variabel lain, yaitu tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, peranan komisaris independen, peranan dewan komisaris, dan peranan dewan direksi. Sedangkan sisanya sebesar 83.8% disebebkan oleh sebab lain diluar model. Angka koefisien korelasi (R 2 ) menunjukkan angka di bawah 0.5 berarti korelasi antar variabel independen dengan variabel dependen lainnya lemah atau terbatas. Tabel 4.8 Koefisien Determinasi Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .467(a) .218 .162 2.299 2.005 a Predictors: (Constant), Dewan Direksi, Fungsi, Kom Independen, Tanggung Jawab, Dewan Komisaris b Dependent Variable: Disclosure
b. Hasil Uji t Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Jika nilai probabilitas kurang dari 0.05 maka Ha diterima, dan berarti menyatakan bahwa variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen atau terikat. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini: 76
Tabel 4.9 Hasil Uji t
Coefficients(a)
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 14.544 4.312 3.373 .001 Tanggung Jawab -.021 .059 -.040 -.346 .730 Fungsi .243 .106 .293 2.297 .025 Kom Independen -.031 .106 -.037 -.293 .771 Dewan Komisaris .333 .169 .288 1.973 .052 Dewan Direksi -.002 .153 -.002 -.015 .988 a Dependent Variable: Disclosure Sumber: data primer yang diolah a. Hasil Uji Hipotesis 1: Tanggung jawab komite audit terhadap pengungkapan laporan keuangan
Tanggung jawab komite audit menunujukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan sebesar 0.73 yang berada di atas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu 0.346 dan berarti Ha 1 ditolak. b. Hasil Uji Hipotesis 2: Fungsi komite audit terhadap pengungkapan laporan keuangan
Fungsi komite audit menunjukkan adanya pengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan 0.025 yang berada di bawah 0.05 dan nilai t lebih dari 2 yaitu sebesar 2.297 dan berarti Ha 2 diterima. 77
c. Hasil Uji Hipotesis 3: Peranan komisaris independen terhadap pengungkapan laporan keuangan Peranan komisaris independen menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan 0.771 yang berada diatas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu sebesar -0.293 dan berarti Ha 3 ditolak. d. Hasil Uji Hipotesis 4: Peranan dewan komisaris terhadap pengungkapan laporan keuangan Peranan dewan komisaris menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan 0.052 yang berada diatas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu 1.973 dan berarti Ha 4 ditolak. e. Hasil Uji Hipotesis 5: peranan dewan direksi terhadap pengungkapan laporan keuangan Peranan dewan direksi menunjukan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan 0.988 berada di atas 0.05, dengan nilai t kurang dari 2 yaitu - 0.150 dan berarti Ha 5 ditolak.
78
C. Pembahasan Tanggung jawab komite audit menunjukkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian terdahulu yaitu oleh Mira Khumairah (2007) dan oleh penelitian yang dilakukan oleh Agung Suryamana (2005) yang menyatakan bahwa adanya hubungan signifikan antara tanggung jawab terhadap pengungkapan laporan keuangan. Tetapi hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Aditya (2005) yang menyatakan bahwa tanggung jawab komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini berarti tanggung jawab komite audit dalam perusahaan tidak mempengaruhi dalam pengungkapan laporan keuangan. Fungsi komite audit menunjukkan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani Nurkholis (2003). Hal ini menyatakan bahwa apabila komite audit dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka pengungkapan atas laporan keuangan dapat berjalan baik juga. Dan fungsi komite audit mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan. Peranan komisaris independen menunjukan tidak adanya pengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini kosisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh Arif Ujiyantho. Hal ini 79
menyatakan bahwa peranan dari komisaris independen tidak mempunyai pengaruh atas pengungkapan laporan keuangan. Peranan dewan komisaris menunjukkan tidak adanya pengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini kosisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh Arif Ujiyantho (2007). Hal ini menyatakan bahwa peranan dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh atas pengungkapan laporan keuangan, karena semakin banyak dewan komisaris berada dalam suatu perusahaan maka peranannya akan semakin menurun. Peranan dewan direksi menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini kosisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh. Arif Ujiyantho (2007) dan penelitian yang dilakukan oleh Susuiana Arleen Heawati (2007). Berarti hal ini menunjukkan bahwa peranan dewan direksi tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.
80
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh mekanisme corporate governance dalam hal ini tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, peranan komisaris independen, dewan komisaris, dewan direksi terhadap pengungkapan laporan keuangan, maka dapat disimpulkan: 1. Tanggung jawab komite audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini tidak konsisten dengan penelitian oleh Mira Khumairah (2007), tetapi konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Aditya (2005). 2. Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani Nurkholis (2003). 3. Peranan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandi Sulistiyadi (2008). 4. Peranan dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sandi Sulistiyadi (2008). 81
5. Peranan dewan direksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian Sandi Sulistiyadi (2008), dan Susiana Arleen Herawati (2007).
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan diatas, implikasi dari penelitian ini di tujukkan kepada: 1. Bagi para komite audit seharusnya dalam perusahaan harus menjalankan peranannya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam aturan yang berlaku, sehingga proses pengungkapan laporan keuangan dapat berjalan secara jujur dan lancar 2. Bagi Perusahaan, karena perusahaan harus memonitoring dan mengawasi kinerja dari komite audit, komisaris independen, dewan direksi dan dewan komisaris agar mereka dapat menjalankan tugas nya dengan baik dan membantu perusahaan dalam mewujudkan pengungkapan laporan yang baik. 3. Bagi pihak umum, agar masyarakat jadi lebih mengetahui pentingnya mekanisme coporate governance dalam perusahaan agar perusahaan dapat berjalan dengan baik dan efektif. 4. Bagi akademik, dikarenakan masih banyak kesalahan dalam penelitian ini, oleh karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat 82
memperluas objek dan responden penelitian tidak hanya di DKI Jakarta saja. 5. Bagi Investor, agar lebih bisa memilih dalam berinvestasi, dan harus juga tau kinerja dari orang-orang yang bekerja dalam perusahaan tersebut apakah mereka telah menjalankan tugasnya dengan baik atau belum, sehingga perusahaan dapat berjalan dan beroperasi dengan baik. C. Keterbatasan 1. Waktu penelitian ini bertepatan dengan proses audit perusahaan yaitu pada bulan februari, jadi sangat sulit untuk menyebarkan kuesioner. 2. Responden dalam penelitian ini hanya mencangkup perusahaan yang berada di dareah DKI Jakarta yang datanya mudah diperoleh peneliti, sehingga kemampuan generalisasi tidak terlalu besar. 3. Pengungkapan laporan keuangan secara menyeluruh tidak hanya dipengaruhi oleh variabel yang digunakan dalam penelitian ini, namun masih banyak terdapat faktor-faktor lainnya. D. Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian dilakukan pada waktu yang tepat, disaat responden sedang memiliki waktu luang yang banyak, yang tidak bertepatan dengan waktu proses audit, agar jumlah respondennya jauh lebih banyak. 83
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya ruang lingkup penelitian diperluas jangan hanya di wilayah DKI Jakarta saja. Sehingga generalisasinya jauh lebih besar. 3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambah variabel lain yang kemungkinan bisa mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan, seperti kinerja manajemen, kinerja auditor internal, dan lain sebagainya.
84
DAFTAR PUSTAKA Agustin, Henri, Komite Audit Koperasi di Indonesia, http://www.ppi-india.org, 2005. Alijoyo, F. Agustinus, Keberadaan dan Peran Komite Audit Dalam Rangka Implementasi Good Corporate Governance, http://www.fcgi.or.id, 2008. BAPEPAM, Peraturan Mengeanai Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, 2004. BAPEPAM, Peraturan Mengenai Pengungkapan Laporan Keuangan Surat Edaran BAPEPAM No. SE.02/PM/2002, 2002. Boynton, Johnson, kell,Modern Auditing, Erlangga, Jakarta, 2004 Darsono, Drs, Akuntansi Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan, Jakarta, 2008. Directors, Board, Audit Committee Charter ,Journal Of Committee Audit, 2007. Effendi, Muhammad arief, Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Jurnal Akuntansi Pemerintahan, Vol. 1 no.1 Hlm 52-57, 2005. Effendi, Arief, The Power of Good Corporate Governance, Salemba empat, Jakarta, 2008. FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam pelaksanaan Corporate Governance The Role of The Board of Commissioners and audit Committee in Corporate Governance, 2007. Hamid, Abdul, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, 2008 Herawati, Susiana Arleen, Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan Keuangan , SNA X Makasar, 2005. Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, 2007. Indriantoro, Nur, Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE Yogyakarta, 2002. 85
Kusmir, SE, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, 2008. Khumaira, Mira, Tanggung Jawab Komiet Audit, Audit Internal dan prinsip Good Corporate Governance, 2008. Kieso, E, Donald, Akuntansi Intermediate, Salemba Empat, 2005. KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Indonesia, KNKG, 2006. KPK, Pernyataan Penerapan Pedoman Good Corporate Governance, http://www.kpk.go.id , 2008. Nurkholis, Indriani, Manfaat dan Fungsi Komite Audit Dalam Mewujudkan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance), Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia vol 3, 2002. Prasentiyantoko, Ahmad,Dr, Good Corporate Governance pendekatan institutional, Gramedia, 2008. Purwanto, Marini, Tinjauan Sejarah, Kerangka Toeritis, Kondisi Praktek di Indonesia, Temuan Empiris, Jurnal Widya Manajemen Dan Akuntansi, Vol. 1 No. 3, 2001. Santoso, singgih, Buku Pelatihan SPSS Gramedia, Jakarta, 2007 Sawyer, B Lawrence, Sawyers Internal Auidting, Salemba Empat . Edisi ke lima, 2003. Sugiono, Arif, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan, Grasindo 2008. Sulistiyadi, Sandi, Pengaruh, Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate Governance terhadap Pengungkapan Laporan Keungan, 2008. Tunggal, Wijaya,Amien, Tata Kelola Perusahaan, Harvarindo, 2008. Ujiyantho, A, Muh, Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan, SNA X Makasar, 2007. Utama, Maria, Komite, audit, Good Corporate Governance dan pengungkapan Informasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1, 2004. 86