You are on page 1of 86

1

ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE


GOVERNANCE TERHADAP PENGUNGKAPAN
(DISCLOSURE) LAPORAN KEUANGAN
SKRIPSI


Diajukan Oleh:
ADZILLAH SYAHIDAH
105082002740


JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/ 1430 H

2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Adzillah Syahidah
TTL : Jakarta, 8 November 1987
Alamat : JL Pondok Cabe 1 RT002/004 No 66 Pondok
cabe Ilir Tangerang 15418
Telephone : 085691475933/02191357488
Nama Ayah : Rohman Hakim
Nama Ibu : Yetti Rusyanti

II. Pendidikan
1. SD Ruhama Ciputat (1993-1999)
2. MTS Negeri 3 Jakarta (1999-2002)
3. SMA Negeri 87 Jakarta (2002-2005)
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-2009)

III. Pengalaman Organisasi
1. LDK Fakultas Ekonomi
2. BEM Fakultas Ekonomi





3


Abstrak
Adzillah Syahidah: Analisis pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Penelitian ini dilakuakan pada perusahaan yang
berada di DKI Jakarta. Data ini dianalisis dengan menggunakkan judgement
sampling. Kuesioner dalam penelitian ini berjumlah 120, namun yang kembali
hanya 75. Data dikumpulkan dengan metode survey. Hasil analisis ini
menunjukkan:
1. Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan
laporan keuangan sebesar 0.025
2. Tanggung jawab komite audit, komisaris independen, dewan komisaris dan
dewan direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan laporan
keuangan.

Kata kunci: Tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, komisaris
independen, dewan komisaris, dewan direksi, pengungkapan atas
laporan keuangan.


















4


Abstract

Adzillah Syahidah: Analysis the effect mechanism corporate governance toward
disclosure of financial report. The objective of research is to examine
empirically the influence mechanim corporate governance toward disclosure of
financial report. This research has been done in Jakarta with management of
company. Data is selecting using judgement sampling. The analysis units for
responses of 120 but only 75 questionnaires returned. The data collection is
performed using mail survey. The study results are as follow:
1. Fungtion of committee audit had significantly effect to the disclosure of
financial statement is 0.025
2. Responsibillty of committee audit, independent of institutional ownership,
institutional ownership, director hadnot significant influence to financil
statement

Key word: Committee audit, independent institutional of institutional ownership,
institutional ownership, director, and disclosure of financial statement.













5

KATA PENGANTAR

Bismillahir Rahmaanir Rahiim, Syukur Alhamdulillah Ya Allah, Segala
puji hanya bagi Allah SWT Semata, yang telah memberikan petunjuk dan
Hidayah Nya serta kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang
berjudul ANALISIS PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP PENGUNGKAPAN (DISCLOSURE) LAPORAN KEUANGAN,
sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik meskipun masih banyak
kekurangannya. Ribuan shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada Uswatun
Hasanah kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang amat sangat kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelasaian skripsi ini, mereka adalah:
1. Orang tuaku tersayang, Ayahanda Rohman hakim dan Ibunda Yetti
Rusyanti yang telah memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, memberi
nasihat, perhatian selama mengerjakan skripsi ini, sehingga akhinya
penulis dapat menyelesaikan tugas meskipun butuh proses yang sangat
panjang, terima kasih ya umi abi atas kesabarannya menunggu selesainya
skripsi ini.
2. Bapak Prof .Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Ilmu Sosial dan sekaligus Pembimbing I, dan Bapak Amilin SE., Ak.,
M.Si selaku pembimbing II, yang telah sabar dan tulus memberikan
bimbingan arahan dan jalan keluar kepada penulis dalam segala waktu
dan kesempatan, dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat kepada
penulis. Terima kasih banyak ya Bapak, Jasa mu akan selalu saya ingat.
3. Ibu Rini SE.,Ak.,M.Si selaku Penasehat Akademik, terima kasih ya bu,
atas arahan yang sangat bermanfaat buat saya dari semester awal hingga
saat ini.
4. Bapak Afif Sulfa SE, Ak, Msi selaku Ketua Jurusan Akuntasi, dan Ibu
Yessi SE, Ak, Msi, Selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi, dan kepada Pak
Hepi, Bu Rahmawati, Pak Abdul Hamid Cebba, Pak Indoyama dan
6

seluruh dosen Ekonomi khususnya Akuntansi, yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, terima kasih ya pak, bu atas bimbingannya selama
ini.
5. Adik-adikku Silmi Dakhilah, dan Yazmaa Asyiddaul Haqq yang setia
menemani kalau sedang revisi dari malam hari sampai pagi hari, terima
kasih adik-adiku sayang. Dan membantu dengan tulus dan ikhlas. Terima
kasih adik ku..love usukses ya sista
6. Muhammad Fadli, Yang memberikan masukan yang luar biasa dalam
pengerjaan skripsi ini, memberikan semangat, trima kasih ya kak.wish
you all the best
7. Sahabatku yang tergabung dalam DPR CLUB Putri, puput, shanty (shu2),
andriansyah,anwar Hamdi, Arif, Reza, Andre, Kang Irfan, mas mulyono,
terima kasih ya atas bantuannya dan dukungannyatraktirannya nanti aja
yah,,,,ayo semuanya semangat.
8. Sahabatku zakiyah, rika, asri, Novya, rizki (ichi), thanks ya..dah mau
bantu skripsi ini dan teman berbagi saat belajar compre hehehe...pasti kita
akan mengenang kejadian selama 6 bulan kebelakang yang telah kita
alami bersama
9. Temen-temen di Akuntansi D 2005, dan Auditing D 2005, maav ya ga bisa
sebutin satu persatu, tapi semuanya thanks ya
10. Kakak-kakakku, Ka Wulan, Ka Endah, Ka Arya, Ka Adi Friandi, Ka
Anissa Solehah, adikku Oki Yoiko, dan teman ku sahabatku eva zulaifah
terima kasih ya atas doanya, akhirnya selesei juga skripsi
akuhore..hore..
11. Dan tak lupa adalah keluarga besar yang telah mendoakan Nenek Ani,
Nenek Adah, om, tante, sepupuku, keponakanku, semuanya terima kasih
ya doanya..



7

Dan semua pihak-pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, hanya ucapan
terima kasih dan doa tulus yang penulis berikan semoga Allah SWT membalas
semua kebaikan kalian. Penulis amat sadar masih banyak kekurangan dalam
skripsi ini, dengan itu diharapkan sarannya dan semoga dapat berguna kepada
siapa yang membutuhkan. sesungguhnya hanya Allah yang memiliki maha
Kesempurnaan dan kebenaran, dan hanya manusialah letak beribu kekurangan
dan kesalahan
Wassalamualaikum.


Jakarta, 25 Juni 2009

Penulis

















8

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
RIWAYAT HIDUP i
ABSTARCT ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Landasan Teori 10
1. Mekanisme Corporate Governance 10
a. Peranan Komite Audit 17
b. PerananKomisaris Independen 27
c. Peranan Dewan Komisaris 28
d. Peranan Dewan Direksi 29
2. Pengungkapan Laporan Keuangan 30
B. Hubungan Antar Variabel 34
C. Kerangka Berfikir 36
D. Hipotesis Penelitian 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian 38
B. Metode Penentuan Sampel 38
C. Metode Pengumpulan Data 39
9

D. Metode Analisis 40
E. Operasional Variabel Penelitian 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 53
1. Objek dan Waktu Penelitian 53
2. Karakteristik Responden 54
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian 55
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif 55
2. Uji Kualitas Data 57
a. Uji Validitas 57
b. Uji Reliabilitas 59
3. Uji Asumsi Klasik 60
a. Uji Multikolinearitas 60
b. Uji Hererokedastisitas 61
c. Uji Normalitas 62
4. Uji Hipotesis 63
a. Uji Koefisien Determinasi 63
b. Uji t 64
C. Pembahasan 66
BAB V KESIMPULAM DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan 69
B. Implikasi 70
C. Keterbatasan 71
D. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN



10

DAFTAR TABEL

NOMOR KETERANGAN HALAMAN
1.1 Perbandingan Penelitian 6
3.1 Operasional Variabel Penelitian 52
4.1 Distribusi Kuesioner 53
4.2 Karakteristik Responden 54
4.3 Descriptive Statistics 56
4.4 Uji Validitas 57
4.5 Uji Validitas Tanggung Jawab 59
4.6 Uji Reliabilitas 60
4.7 Uji Multikolinearitas 60
4.8 Koefisien Determinasi 64
4.9 Uji t 65
















11

DAFTAR GAMBAR
NOMOR KETERANGAN HALAMAN
2.1 Alur dari Corporate Governance 11
2.2 Kerangka Berfikir 36
4.1 Grafik Scatterplot 62
4.2 Uji Normalitas 63























12

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan komite audit di Indonesia masih sangat lamban karena
komite audit merupakan instrumen baru dalam sistem pengendalian
perusahaan di Indonesia. Gagasan ini, walaupun sudah lama dikenal oleh
kalangan organisasi bisnis di negara maju, tetapi untuk Indonesia sendiri
diperkenalkan dan dianjurkan baru akhir-akhir ini saja oleh pihak yang
concern terhadap efektifitas pengendalian perusahaan. Direksi Bank Indonesia
misalnya, telah menetapkan suatu ketentuan agar bank-bank harus memiliki
komite audit (SK.Direksi BI No 27/163/KEP/DIR tertanggal 31 maret 1995).
Dengan adanya komite audit dalam perusahaan maupun dalam lembaga bank
dan non-bank diharapkan dapat terciptanya suatu bentuk corporate
governance. Salah satu bentuk corporate governance itu sendiri adalah
perusahaan harus membentuk komite audit mengingat fungsi auditor internal
dan auditor eksternal belum berjalan.
Komite audit dibentuk untuk membantu dewan komisaris untuk
mengawasi kinerja kegiatan pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit baik
internal maupun eksternal perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan terutama
perusahaan yang telah go public harus memiliki komite audit yang terdiri dari
individuindividu yang mandiri yang tidak terlibat dengan tugas sehari-hari
13

manajemen yang mengelola perusahaan dan yang memiliki pengalaman untuk
melaksanakan fungsi pengawasan secara efektif.
Bila kita berbicara mengenai definisi, maka akan sangat beriringan pada
bagaimana fungsi dan peran komite audit itu. Komite audit berperan untuk
memberikan suatu pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangan
dan penjelasannya, sistem pengawasan internal serta auditor independen
(Maria Utama, 2004).
McConell dan Servaes (1990), Nesbitt (1994), Smith (1996), Del Guercio
dan Hawkins (1999), dan Hartzell dan Starks (2003) dan Cornertt et al. (2006)
dalam M. Arif Ujiyantho (2007), menemukan adanya bukti yang menyatakan
bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan
pihak investor institusional dapat membatasi perilaku para manajer. Cornett et
al. (2006) dalam M. Arif Ujiyantho (2007) menyimpulkan bahwa tindakan
pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong
manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan
sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri
sendiri.
Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan
dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan
14

kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat waktu, dan transparansi terhadap semua informasi kinerja
perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder, atau secara singkat ada empat
komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG ini, yaitu fairness,
transparancy, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut
penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan. Menurut Chtourou et al. (2001)
dalam Maria Utama (2004), juga mencatat prinsip GCG yang diterapkan
dengan konsisten dapat menjadi penghambat (constrain) aktivitas rekayasa
kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai
fundamental perusahaan.
Indonesia mulai menerapkan prinsip GCG sejak menandatangani letter of
intent (LOI) dengan IMF, yang salah satu bagian pentingnya adalah
pencantuman jadwal perbaikan pengelolaan perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, Komite Nasional Kebijakan Corporate
Governance (KNKCG) berpendapat bahwa perusahaan-perusahaan di
Indonesia mempunyai tanggung jawab untuk menerapkan standar GCG yang
telah diterapkan di tingkat internasional. Namun, walau menyadari pentingnya
GCG tetapi banyak pihak yang melaporkan masih rendahnya perusahaan yang
menerapkan prinsip tersebut. Masih banyak perusahaan menerapkan prinsip
GCG karena dorongan regulasi dan menghindari sanksi yang ada
dibandingkan yang menganggap prinsip tersebut sebagai bagian dari kultur
15

perusahaan. Selain itu, kewajiban penerapan prinsip GCG seharusnya
mempunyai pengaruh yang positif terhadap kualitas laporan keuangan yang
dipublikasikan. Maka atas dasar uraian tersebut dan sejalan dengan penelitian
Cornett et al. (2006) di Amerika Serikat, dengan objek penelitian pada
perusahaan go public di Indonesia, dengan menggunakan konsep indikator
mekanisme corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan dewan
komisaris, penelitian kali ini akan meneliti mekanisme corporate governance
terhadap pengungkapan laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi sehingga laporan keuangan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan
kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana
mereka. Pengungkapan informasi laporan keuangan merupakan faktor
signifikan dalam pencapaian efisiensi pasar modal dan merupakan sarana
akuntabilitas publik berkaitan dengan pencapaian efisiensi pasar modal.
Pengungkapan laporan keuangan perusahaan publik merupakan suatu media
pertanggungjawaban kepada Investor yang berguna untuk pengambilan
keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling produktif sehingga
tercapai efisiensi dalam pasar modal (Sandi Sulistiyadi, 2008).
Penelitian kali ini akan menguji pengaruh yang lebih signifikan antara
pengaruh mekanisme corporate governance terhadap Pengungkapan
16

(disclosure) laporan keuangan. Penelitian ini dianggap cukup menarik karena
pada zaman sekarang adanya makanisme corporate governance pada
perusahaan sangat penting apalagi perusahaan yang terbilang besar dan go
public, karenanya dengan mekanisme corporate governance tata kelola
perusahaan berjalan menjadi jauh lebih baik dan pengungkapan atas laporan
keuangan jadi lebih terawasi dan terkontrol.
Mekanisme corporate governance terdiri dari kepemilikan publik, umur
perusahaan, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, komite audit,
komisaris independen, dewan komisaris dan dewan direksi. Namun pada
penelitian kali ini peneliti hanya mengambil komisaris independen, dewan
komisaris, komite audit, dan dewan direksi sebagai variabel independen
dikarenakan peneliti hanya ingin menguji sejauh mana peran mereka dalam
hal pengungkapan atas laporan keuangan perusahaan dan melaporkannya
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Indriani Nurkholis (2002), dilengkapi dengan beberapa jurnal lain yang saling
berkaitan yaitu Sandi Sulistiyadi (2008) dan Maria Utama (2004)
Untuk lebih rinci perbedaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:




17



Tabel 1.1
Perbandingan penelitian terdahulu dengan sekarang


Perbandingan
Penelitian
oleh
Indriani
Nurkholis
(2002)
Maria Utama
(2004)
Sandi
Sulistiyadi
(2008)
Adzillah
Syahidah
(2009)
Populasi dan
sampel
Perusahaan
go public
yang
terdaftar di
BEI tahun
2003
Perusahaan go
public yang
terdaftar di
BEI tahun
2002
Perusahaan
manufaktur
yang terdaftar
di BEI tahun
2000-2006
Perusahaan
yang terletak
di DKI Jakarta
Metode
pengumpulan
data
Primer Primer Sekunder Primer
variabel
Independen
Peran
(Manfaat
dan fungsi)
komite
audit
Komite audit,
good
corporate
governance
Kinerja
perusahaan,
mekanisme
corporate
governance
Peran komite
audit, peran
komisaris
independen,
peran dewan
komisaris,
peran dewan
direksi
Variabel
dependen
Good
corporate
governance
Pengungkapan
informasi
keuangan
perusahaan
Pengungkapan
laporan
keuangan
Pengungkapan
laporan
keuangan
Sumber: Data olahan dari berbagai referensi





18


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka penulis merumuskan
masalah penelitiannya adalah sebagai berikut:
Apakah mekanisme corporate governance dalam hal ini:
1. Tanggung jawab komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan?
2. Fungsi Komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan laporan
(disclosure) laporan keuangan?
3. Peranan komisaris independen berpengaruh terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan?
4. Peranan dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan?
5. Peranan dewan direksi berpengaruh terhadap pengungkapan (disclosure)
laporan keuangan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
Menguji pengaruh mekanisme corporate governance dalam hal ini:
1. Menguji pengaruh tanggung jawab komite audit terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
19

2. Menguji pengaruh fungsi komite audit terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan?
3. Menguji pengaruh peranan komisaris independen terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
4. Menguji pengaruh peranan dewan komisaris terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan.
5. Menguji pengaruh peranan dewan direksi terhadap pengungkapan
(disclosure) laporan keuangan.

b. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini, adalah:
1. Komite audit
Memberikan semangat dan kesadaran akan pentingnya komite audit
dalam hal pengungkapan laporan keuangan sehingga dapat
meningkatkan kinerja dari komite audit tersebut.
2. Perusahaan
Memberikan kesadaran kepada perusahaan-perusahaan bahwa adanya
komite audit dan Pelaksanaan corporate governance itu sangat besar
manfaatnya, salah satunya dapat menjamin suatu laporan keuangan
dapat disajikan secara jujur.


20

3. Pihak lain (umum)
Dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan teori terutama yang
berhubungan dengan komite audit, mekanisme corporate governance
terhadap pengungkapan laporan keuangan.
4. Bagi akademik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan penelitian
selanjutnya di bidang yang mengenai peranan komite audit dan
mekanisme corporate Governance dan juga mengenai pengungkapan
laporan keuangan.
5. Investor
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan investor
yang akan melakukan investasi mengenai fungsi dari tata kelola
pelaksanaan perusahaan sehingga mereka akan merasa tenang karena
hak-hak dari investor dapat terjaga dikarenakan adanya prinsip dari
GCG itu sendiri.






21

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Mekanisme Corporate Governance
Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI)
(2008), corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan
kewajiban mereka atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.
Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate
governance di bawah ini dikutip dari berbagai sumber:
1. Organization for Economic Coorperation and Development
(OECD)
Mendefinisikan sebagai sekumpulan hubungan antara pihak
manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak
lainnya yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.
Corporate governance juga mensyaratkan adanya stuktur, perangkat
untuk mencapai tujuan, dan pengawasan atas kinerja perusahaan.

22

2. Bank Dunia (World Bank)
Corporate governance adalah kumpulan hukum, peraturan dan
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja
sumber-sumber perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan
nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para
pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.

Berikut ini adalah alur dari corporate governance:








Sumber: Amien Wijaya Tunggal, 2008

Gambar 2.1
Alur Dari corporate governance

Corporate governance sebagai sebuah sistem di mana perusahaan
dikelola dan dikendalikan memerlukan beberapa elemen yang
menentukan efektivitas pelaksanaannya. Elemen-elemen itu meliputi:
lingkungan manajemen, kepemimpinan, manajemen resiko,
Enabling and
others
governing
legislation
Constructio
n of the
board
Board
functioning
Overseeing
management
Assessing
board
performing
Stake
holder
feedback
23

pengawasan, akuntabilitas, dan sistem komunikasi (Indriani Nurcholis,
2002).
Dalam Amien Wijaya Tunggal (2008) disebutkan pelaksanaan
corporate governance yang efektif dalam suatu perusahaan akan
memberikan berbagai manfaat, yaitu: a) perbaikan dalam komunikasi,
b) minimalisasi potensial benturan, c) fokus pada strategi-strategi
utama, d) peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi, e)
kesinambungan manfaat (sustainability of benefits), f) promosi citra
korporat (corporate image), g) peningkatan kepuasan pelanggan, h)
perolehan kepercayaan investor. Menurut The Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) (2008), kegunaan dari Corporate
Governance yang baik adalah: a) lebih mudah memperoleh modal, b)
biaya modal (Cost of Capital) yang lebih rendah, c) memperbaiki
kinerja usaha, d) mempengaruhi harga saham e) memperbaiki kinerja
ekonomi.
Elemen kunci dari konsep good corporate governance adalah
mengenai pengertian dan prinsip-prinsip dari good corporate
governance sendiri. Banyak pihak yang telah menghasilkan
pemikirannya mengenai hal ini, akan tetapi hanya ada dua mainstream
yang saat ini masih bertahan dan dapat diakomodasi serta di adaptasi
oleh beberapa regulasi yang ada khususnya di negara kita. Kedua
mainstream itu adalah :
24

1. Cadbury Committee
Menurut laporan dari Comitee Cadbury yang dikutip oleh FCGI
Corporate Governance terdiri dari tiga prinsip utama yaitu:
a. Keterbukaan
b. Integritas
c. Akuntabilitas
2. Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD)
Menurut OECD yang dikutip oleh FCGI ada empat unsur penting
dalam corporate governance, yaitu:
a. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak pemegang saham termasuk
hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham
asing. Serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para
investor
b. Transparency (Transaparansi)
Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat waktu,
serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut
keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan dan kepemilikan
perusahaan. Transparansi dari segala sesuatu dapat
dipertanggung jawabkan.

25

c. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta mendukung usaha
untuk menjamin penyeimbangan kepentingan. Dan kepentingan
manajemen dan pemegang saham sebagaimana yang diawasi
oleh dewan komisaris ( two tiers system)
d. Resposibility (Pertanggung jawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang
berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Jadi,
adanya tanggung jawab dengan piha-pihak yang terkait.

Muhammad Arif Ujiyantho (2007) menjelaskan bahwa struktur
mekanisme corporate governance terdiri atas:
1. Kepemilikan Publik
Kepemilikan publik menggambarkan perbandingan atau rasio dari
banyaknya jumlah saham publik dalam perusahaan dengan total
saham yang berbeda.
2. Umur Perusahaan
Sebuah perusahaan berkembang dan para akuntannya belajar lebih
banyak masalah pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya
penundaan yang diminimalisasikan. Akibatnya perusahaan mapan
yang memiliki umur tua cenderung lebih terampil dalam
26

pengumpulan, pemprosesan, dan menghasilkan informasi ketika
diperlukan karena pengalaman belajar.
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan atau skala perusahaan menurut Riyanto tahun
1997 dalam Sandi Sulistiyadi (2008) adalah besar kecilnya
perusahaan dilihat dari nilai penjualan dan total aktivanya.
Perusahaan besar memiliki resiko yang lebih kecil dari perusahaan
kecil. Perusahaan kecil hanya memiliki faktor-faktor pendukung
untuk memproduksi barang dengan jumlah terbatas.
Konsekuensinnya perusahaan kecil akan menghadapai resiko yang
lebih besar dari perusahaan besar.
4. Kepemilikan Institutional
Kepemilikan Institutional adalah jumlah persentasi hak suara yang
dimiliki oleh institusi. Kepemilikian institusional selalu diukur
menggunakan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari
seluruh modal saham yang beredar.
5. Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafilliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis
atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi
27

kepentingan perusahaan. Biasanya komisaris indepenen selalu
bekerja sama dengan komite audit dalam hal mengawasi kinerja
perusahaan.
6. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi
tindakan manajemen dan memberikan nasihat kepada manajemen
jika dipandang perlu oleh dewan komisaris. Dewan komisaris
sebagai puncak dari sistem pengelolaan internal perusahaan,
memiliki peranan terhadap aktivitas pengawasan. Peranan dewan
komisaris juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba
dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi
monitoring atas pelaporan keuangan.
7. Komite audit
Komite audit memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan
komisaris untuk memenuhi tanggung jawabnya dalam
memberikan pengawasan secara menyeluruh. Komite audit juga
memiliki wewenang untuk melaksanakan dan mengesahkan
penyelidikan terhadap masalah-masalah di dalam cangkupan
tanggung jawabnya.
8. Dewan Direksi
Dewan Direksi adalah organisasi perseroan yang bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan
28

tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun
di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Direksi menurut UU Perseroan terbatas merupakan suatu organ
yang di dalamnya terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal
dengan sebutan direktur.

Untuk lebih jelas peranan dari komite audit, komisaris independen, dewan
komisaris, dan dewan direksi akan di jelaskan dibawah ini:
1. Peranan Komite Audit
Sampai saat ini masih banyak ditemui definisi yang bermacam-macam
tentang komite audit, namun demikian umumnya mempunyai maksud dan
pengertian yang sama. komite audit dibentuk untuk membantu dewan
komisaris (dalam two tier systems) untuk mengawasi kinerja kegiatan
pelaporan keuangan dan pelaksanaan audit baik internal maupun eksternal
di dalam perusahaan. Komite audit berperan untuk memberikan suatu
pandangan tentang masalah akuntansi, laporan keuangaan dan
penjelasannya, sistem pengawasan internal, serta auditor independen.
Keberadaan komite audit saat ini telah menjadi salah satu aspek dalam
kriteria penilaian dalam hal pelaksanaan good corporate governance.
Selain itu, kehadirannya juga telah mendapat respon positif dari berbagai
pihak, antara lain pemerintah, Bapepam, bursa efek, para investor, profesi
hukum, profesi akuntan, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan
29

perkembangan dunia bisnis yang terus diwarnai oleh berbagai skandal
yang terkait dengan pengelola perusahaan.
Komite audit merupakan suatu institusi yang berada di bawah
koordinasi dewan komisaris yang memilki fungsi utama untuk
menjembatani pemegang saham (sharehorder), Stakeholder, dan dewan
komisaris. Komite audit memiliki dengan kegiatan pengendalian yang
diselenggarakan oleh manajemen, auditor internal, dan auditor eksternal.
a. Fungsi Komite Audit
Fungsi utama dari keberadaan komite audit dalam perusahaan
adalah membantu dewan komisaris dalam melaksanakan tanggung
jawab untuk mereview informasi keuangan yang disediakan oleh
pemegang saham maupun pihak lain. Untuk lebih jelasnya yang
berkaitan dengan fungsi komite audit tersebut ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu:
1. Komite audit ditugaskan dan disetujui oleh dewan komisaris,
fungsinya harus sesuai dengan ukuran bisnis, kompleksitas bisnis,
jenis industri dan stuktur organisasi.
2. Fungsi komite audit harus dinyatakan secara jelas dalam term of
reference dan diungkapkan kepada seluruh pemegang saham.
3. Fungsi komite audit direview dan diupdate secara periodik.
4. Komite audit harus melaporkan setiap perubahan fungsi komite
audit.
30

5. Komite audit mempunyai lingkup aktivitas antara lain:
a. Meninjau kecukupan, kredibilitas dan objektivitas laporan
keuangan dengan berkoordinasi dengan auditor eksternal,
sedangkan manajemen bertanggungjawab tahunan.
b. Meninjau kesesuaian dan efektivitas struktur pengendalian
internal perusahaan dan fungsi audit internal.
c. Meninjau kepatuhan perusahaan terhadap segala undang-
undang yang berlaku.
d. Memberikan saran dan pertimbangan untuk menentukan
auditor eksternal termasuk dalam menentukan audit fee
berdasarkan kemampuan professional auditor eksternal
tersebut.
e. Menilai kesesuaian semua transaksi yang berhubungan atau
pengungkapan dari permasalahan yang berkepentingan.
f. Melaksanakan penugasan-penugasan lain yang telah
ditetapkan.
g. Melaporkan aktivitas komite audit dalam laporan tahunan
perusahaan dan harus disetujui oleh ketua komite audit.
Laporan komite audit tersebut berisi tentang:
a) Pendapat atas proses pelaporan keuangan perusahaan dan
pengungkapan informasi keuangan yang harus benar,
lengkap, dan kredibel.
31

b) Pendapat tentang kecukupan struktur pengendalian internal
perusahaan.
c) Pernyataan akan kesesuaian auditor perusahaaan yang akan
ditunjuk kembali.
d) Pendapat atas kepatuhan perusahaan dengan undang-
undang yang berlaku.
e) Informasi lain yang kemungkinan menjadi bahan
pertimbangan pemegang saham maupun investor secara
umum.
f) Komite audit mempunyai hak untuk mengetahui berbagai
informasi yang berasal dari saran profesi independen.
Fungsi komite audit secara spesifik dapat di indetifikasikan ke dalam tiga
aspek yang saling berkaitan (Wonizer: 1995 dalam Maria utama, 2004):
1. Fungsi akuntansi dan pelaporan keuangan
a. Menelaah seluruh laporan keuangan untuk menjamin objektivitas,
kredibilitas, reliabilitas, integritas, akurasi, dan ketepatan waktu
penyajian laporan keuangan.
b. Menelaah kebijakan akuntansi dan memberikan pengertian khusus
terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan
kebijakan akuntansi.
c. Menelaah efektivitasan struktur pengendalian internal (SPI) dan
memastikan tingkat kepatuhan SPI.
32

d. Mengevaluasi kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan.
e. Menelaah seluruh transaksi yang signifikan, khusunya transaksi
non-rutin dan yang kemungkinan illegal, menimbulkan pertanyaan
kurang etik.
f. Menilai estimasi, kebijakan dan penilaian manajemen yang
dipertimbangkan mempunyai pengaruh material terhadap laporan
keuangan.
2. Fungsi auditor dan pengauditan
a. Merekomendasikan kesepakatan dan besarnya fee untuk auditor
eksternal.
b. Menelaah perencanaan dan efektivitasan audit internal dan
eksternal.
c. Menelaah pembagian dan koordinasi tugas antara auditor internal
dengan auditor eksternal.
d. Menelaah surat perintah kerja manajemen kepada auditor eksternal.
e. Menentukan bahwa auditor bebas dari pembatasan, campur tangan
dan pengaruh dari manajemen.
f. Meminta penjelasan jika terjadi perselisihan antara auditor
eksternal dengan manajemen.
g. Memonitori sumber-sumber yang dialokasikan untuk menjalankan
fungsi auditor internal.
33

h. Menelaah sifat dan besarnya pembayaran fee auditor utuk jasa non
audit.
3. Fungsi organisasi perusahaan
a. Memfasilitasi dan sebagai media komunikasi antara auditor
eksternal dengan dewan direksi.
b. Menelaah kebijakan dan praktik perusahaan di pandang dari sudut
pertimbangan etik.
c. Memonitor pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memastikan aplikasi kesesuaian dengan peraturan perusahaan yang
diterapkan.
b. Tanggung Jawab Komite Audit
Menurut the institute of internal auditors dalam internal auditing
and the audit committee yang dikutip forum for corporate governance in
Indonesia (FCGI) (2008), pada umumnya komite audit mempunyai
tanggung jawab pada tiga bidang sebagai berikut:
1. Laporan keuangan (Financial Reporting)
Tanggung jawab komite audit dalam hal laporan keuangan adalah
untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajer
telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hal-hal berikut
ini: a) kondisi keuangan, b) hasil usahanya, c) rencana dan komitmen
jangka panjang.
34

Terdapat ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini yaitu:
merekomendasikan auditor eksternal, memeriksa yang berkaitan
dengan auditor eksternal, diantara: a) surat penunjukan auditor, b)
perkiraan biaya audit, c) jadwal kunjungan auditor, d) Koordinasi
dengan internal audit, e) pengawasan terhadap hasil audit, f) menilai
pelaksanaan pekerjaan auditor g) menilai kebijakan akuntansi dan
keputusankeputusan yang menyangkut kebijaksanaan, h) meneliti
laporan keuangan (financial statement), yang meliputi laporan paruh
tahunan (interim financial statement), laporan tahunan (annual
financial statement), opini auditor dan manager.
2. Tata kelola perusahaan
Tanggung jawab komite audit dalam bidang corporate governance
adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan
usaha dengan beretika, melaksanakan pengawasan secara efektif
terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh
karyawan perusahaan. Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini
adalah:
a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan
kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan
kepentingan, dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan
perusahaan dan kecurangan.
35

b. Memonitori proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang
ditunda serta yang menyangkut masalah corporate governance
dalam hal sebelumnya mana perusahaan menjadi salah satu pihak
yang terkait di dalamnya.
c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan
benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan
kecurangan.
d. Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan
corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya.
3. Pengawasan perusahaan (corporate control)
Tanggung jawab komite audit untuk pengawasan perusahaan
termasuk di dalamnya pemahaman tentang masalah serta memonitori
proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Ruang
lingkup auditor harus meliputi pemeriksaan dan penilaian tentang
kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan internal.
Di samping itu, definisi baru tentang audit internal memperkuat
tanggung jawab audit dalam hal corporate control karena dalam hal
definisi tersebut dinyatakan, bahwa auditor internal merupakan
kegiatan yang mandiri dalam memberikan kepastian (assurance), serta
konsultasi untuk memberikan nilai tambah untuk memperbaiki
kegiatan suatu organisasi dalam mencapai dan memperbaiki efektifitas
manajemen resiko, pengawasan dan pengelolaan perusahaan.
36

Disamping itu dalam (Sandi Sulistiyadi, 2008), memberikan
masukan bahwa seorang anggota komite audit harus memilki
pengalaman yang cukup dalam bidang:
a. Audit, akuntansi, dan keuangan. Anggota komite audit memiliki
pemahaman yang mendalam tentang konsep dan praktek tentang
financial engineering, corporate finance, auditing keuangan,
auditing operasional dan audit khusus, juga fraud examination.
b. Peraturan perundang-undangan. Anggota komite audit memiliki
pemahaman yang mendalam tentang konsep dan praktek peraturan
perundangan tentang pasar modal, pasar uang, pasar komoditas
berjangka, bursa saham, undang-undang perseroan terbatas dan
good corporate governance.
c. Proses bisnis industri terkait dengan anggota komite audit harus
memiliki pemahaman mendalam tentang konsep dan praktik
industri, seperti industri perbankan, pertambangan, dan lain-lain.

Komite audit bertanggung jawab untuk mendorong terbentuknya
struktur pengawasan internal yang memadai, meningkatkan kualitas
keterbukaan dan pelaporan keuangan, mengkaji ulang lingkup dan
ketepatan ekternal audit, biaya eksternal audit dan kemandirian serta
objektifitas eksternal audit (Mira Khumairah, 2007). Dalam Wikipedia
(2007) juga menyebutkan bahwa Komite audit merupakan suatu
37

komite yang beroperasi pada perusahaan publik dan memilki tanggung
jawab diantaranya adalah overseeing the financial reporting process,
monitoring choice of accounting policies and principles, monitoring
internal control process, overseeing hiring and performance of the
external auditors.
Menurut Cramers et al. (2004) dalam Maria utama (2007)
tanggung jawab komite audit adalah:
a. Mengawasi dan memonitor serta menyarankan kepada dewan
direksi atas operasional manajemen resiko internal dan sistem
pengendalian.
b. Mengawasi dikeluarkannya informasi keuangan oleh perusahaan.
c. Mengawasi ketaatan rekomendasi dan pengamatan auditor internal
dan eksternal.
d. Mengawasi fungsi dari departemen auditor internal dalam
memutuskan rencana, tindakan untuk departemen audit internal
dan menerima catatan pertimbangan dan temuan departemen audit
internal.
e. Mengawasi kebijakan perusahaan menyangkut pajak.
f. Mengawasi keuangan perusahaan.
g. Mengawasi pelaksanaan tekhnologi informasi dan komunikasi.
h. Memelihara kecukupan tatap muka dan mengawasi hubungan
auditor eksternal termasuk dalam:
38

a) Mengukur independensi dan pemberian sanksi auditor
eksternal.
b) Menetapkan keterlibatan auditor eksternal dalam hal isi dan
publikasi laporan keuangan sebagaimana isi laporan keuangan
yang dilaporkan oleh auditor eksternal.
i. Menyiapkan peraturan pertemuan auditor eksternal dengan rapat
umum pemegang saham.
j. Menyiapkan kajian ulang dengan dewan direksi mengenai
perhitungan tahun dan anggaran tahunan serta pengeluaran modal
perusahaan.
k. Setiap tahun mengevaluasi fungsi-fungsi kecakupan dari peran
komite audit yang sudah ada.
2. Peranan Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan
pemegang saham pengendali serta bebas dari hubungan bisnis atau
hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertinak semata-mata demi kepentingan
perusahaan. Untuk menjadi komisaris independen dalam suatu perusahaan,
maka harus memiliki persyaratan sebagai berikut: a) tidak memiliki afiliasi
dengan pemegang saham pengendali perusahaan yang bersangkutan, b)
tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan komisaris lainnya
39

perusahaan yang tercatat yang bersangkutan, c) tidak bekerja rangkap
sebagai direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan
tercatat yang bersangkutan, d) memahami peraturan perundang-undangan
dipasar modal.
Dewan komisaris independen harus dapat melaksanakan pertimbangan
yang objektif tentang urusan korporat secara independen, khususnya
terhadap manajemen, diantaranya, dewan komisaris harus
mempertimbangkan untuk menugaskan sejumlah dewan komisaris non
eksekutif yang memadai untuk melakukan pertimbangan yang independen
terhadap tugas-tugas di mana terdapat suatu potensial benturan
kepentingan, anggota komisaris independen harus mencurahkan waktu
yang memadai terhadap tanggung jawab mereka.
3. Peranan Dewan Komisaris
Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang mengawasi
tindakan manajemen dan memberikan nasihat kepada manajemen jika
dipandang perlu oleh dewan komisaris. Dewan komisaris sebagai puncak
dari sistem pengelolaan internal perusahaan, memiliki peranan terhadap
aktivitas pengawasan. Peranan dewan komisaris juga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba
melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuaangan.
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris:
40

a. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan perseroan
yang dilakukan direksi termasuk mengenai dalam mengembangkan
perusahaan.
b. Memberikan pendapat dan saran kepada rapat umum pemegang
saham mengenai rencana pengembangan perusahaan, rencana kerja
dan anggaran tahunan perusahaan serta perubahan dan tambahannya.
c. Mengawasi pelaksanaan tenaga kerja dan anggaran perusahaan serta
menyampaikan hasil penilaian serta pendapatnya kepada rapat umum
pemegang saham.
d. Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan disertai dengan
pemberian saran mengenai langkah perbaikan yang harus di tempuh.
e. Melakukan pengawasan terhadap perusahaan.
4. Peranan Dewan Direksi
Dewan direksi adalah organisasi perseroan yang bertanggung jawab
penuh atas pengurusan perseroan untuk tujuan dan kepentingan
persereroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar. Direksi menurut UU
perseroan terbatas merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri satu
atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur.
Direksi bertanggungjawab atas pengelolaan perusahaan. Untuk
membantu direksi dalam melakukan hal tersebut direksi dapat meminta
nasihat profesioanal yang independen atau menetapkan panitia khusus.
41

Direksi harus mengelola perusahaan berdasarkan kepentingan terbaik
dari perusahaan dan pemegang saham harus meyakini bahwa perusahaan
telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya dan mempertimbangkan
kepentingannya dari berbagai stakeholder. Dewan direksi memiliki fungsi
diantaranya adalah meningkatkan efektivitas dari peranan manajemen,
transparasi dari pertimbangan, jumlah direktur luar harus sedemikian rupa
agar suara mereka mempengaruhi atas keputusan-keputusan yang penting
yang dicapai pada setiap rapat direksi.
2. Pengungkapan Laporan Keuangan
Pengungkapan (disclosure) didefiniskan sebagai penyediaan sejumlah
informasi untuk membantu investor dalam membuat prediksi kinerja
perusahaan pada masa yang akan datang (Sandi Sulistiyadi, 2008).
Laporan keuangan juga dapat diartikan laporan yang menunjukan kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau pada saat tertentu, aturan dari
pembuatan laporan keuangan adalah dapat dipahami, dapat dibaca, dapat
dimengerti.
Menurut Ikatan akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) (2007) laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan
arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan sebagai
proses akhir di akuntansi yang dirancang untuk menyediakan informasi,
bagi pihak yang membutuhkan dalam mengambil keputusan ekonomi.
42

Pengungkapan juga mencangkup penyediaan informasi yang diwajibkan
oleh badan berwenang maupun secara sukarela dilakukan perusahaan yang
berupa laporan keuangan, informasi tentang kejadian setelah tanggal
laporan, analisis manajemen atau operasi perusahaan di masa yang akan
datang, prakiraan keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang dan
laporan tambahan yang mencangkup pengungkapan menurut segmen dan
informasi lainnya diluar harga perolehan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (SAK No1, 2007). Laporan keuangan
juga menunjukan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka sedangkan
bagi pihak di luar manajemen suatu perusahaan, laporan keuangan
merupakan jendela informasi yang memungkinkan mereka untuk
mengetahui kondisi perusahaan tersebut. Pengungkapan laporan keuangan
ditujukan kepada pemegang saham, kreditor, investor, para karyawan,
instansi pemerintah dan masyarakat luas. Ada dua pihak yang
membutuhkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan untuk
mengambil keputusan ekonomi yaitu:


43

1. Pihak internal
Pihak internal menggunakan laporan keuangan untuk menilai kinerja
manajemen dalam memaksimalkan sumber daya ekonominya yang
dimiliki oleh perusahaan secara efektif dan efisien.
2. Pihak eksternal
Pihak eksternal menggunakan laporan keuangan sebagai dasar atas
investasi yang telah dan akan dilakukan. Contoh: kreditur, investor.
Sandi Sulistiyadi, (2008), menjelaskan pengungkapan terbagi menjadi
dua, yaitu pengungkapan wajib, yaitu pengungkapan informasi yang
diharuskan oleh peraturan yang berlaku, pengungkapan sukarela, yaitu:
pilihan bebas manajemen perusahaan untuk memberikan informasi
akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang relevan untuk
membuat keputusan oleh pemakai laporan keuangan tahunan.

Masih dalam penulis yang sama menyebutkan tipe-tipe dari
pengungkapan:
1. Laporan keuangan
Laporan keuangan harus berisi informasi yang relevan dan penting
tentang perusahaan yang dapat dimengerti oleh pengguna laporan
keuangan. Laporan keuangan terdiri dari laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, neraca, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

44

2. Catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan biasanya digunakan adalah skedul-
skedul dan penyajian seperti misalnya untuk utang jangka panjang,
penjelasan atas elemen laporan keuangan seperti misalnya pensiun,
informasi umum tentang perusahaan seperti misalnya peristiwa
kemudian, suplementari statement (skedul-skedul) untuk menunjukan
kurang stabilnya laporan keuangan.
3. Sertifikasi dari auditor
Merupakan bentuk disclosure yang menunjukan reliable laporan
keuangan. Sertifikat ini sangat penting karena untuk dapat menentukan
apakah laporan keuangan tersebut dapat diandalkan atau tidak.











45

B. keterkaitan Antar Variabel
a) Peranan Komite Audit terhadap Pengungkapan (disclosure)
Laporan Keuangan
Penelitian yang dilakukan Agung Suryamana (2005)
mengidentifikasikan bahwa tanggung jawab komite audit mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan
perusahaan. Besarnya peran dari komite audit mengakibatkan
meningkatnya kinerja dari perusahaan karena adanya pengawasan
yang dilakukan oleh komite audit.
Penelitian yang dilakukan Indriani Nurkholis (2002)
mengidentifikasikan bahwa fungsi komite audit mempunyai
pengaruh signifikan dengan terwujudnya tata kelola perusahaan yang
baik. Sehingga dapat dipastikan apabila tata kelola perusahaan baik
maka pengungkapan atas laporan keuangan pada perusahaan tersebut
juga baik.
b) Peranan Komisaris Independen dengan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Menurut penelitian yang dilakukan Muhammad Arif Ujiyantho
(2007), mengidentifikasi bahwa peranan komisaris independen
terhadap pengungkapan laporan keuangan tidak berpengaruh secara
signifikan.

46

c) Peran Dewan Komisaris dengan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Penelitian yang dilakukan Muhammad Arif Ujiyantho (2007) dan
Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Wardhani (2006), dapat
mengidentifikasikan bahwa peranan dewan komisaris tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan laporan
keuangan.
d) Antara Peranan Dewan Direksi dengan Pengungkapan Laporan
Keuangan
Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arif Ujiyantho (2007)
mengidentifikasi bahwa peranan dewan komisaris tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Susiana Arleen Herawati (2007),
mengidentifikasikan bahwa peranan dewan direksi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.







47


C. Kerangka Berfikir
Gambar dibawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam
model penelitian mengenai pengaruh mekanisme corporate governance
terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
Gambar 2.2
Kerangka berfikir


.














Pengungkapan
(disclosure) Laporan
Keuangan
Peranan Komite
Audit:
a Fungsi
b.Tanggung jawab

Peranan Komisaris
Independen

Peranan Dewan
Komisaris
Peranan Dewan
Direksi
48


D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemikiran di atas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ha
1
= Tanggung jawab komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
Ha
2
= Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
Ha
3
= Peranan direksi independen berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
Ha
4
= Peranan dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.
Ha
5
= Peranan dewan direksi berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan.








49


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas komparatif karena
bertujuan meneliti hubungan sebab akibat antara dua variabel, yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Objek penelitian ini adalah
pengungkapan (disclosure) atas laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan perusahaan yang terletak di
wilayah DKI Jakarta.

B. Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terletak di
DKI Jakarta. Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yang penentuannya berdasarkan pertimbangan
(judgement sampling). Judgement sampling merupakan pemilihan secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan berdasarkan pertimbangan
tertentu (Nur Indrianto, 2002). Untuk memenuhi pembahasan
permasalahan dalam penelitian ini maka sampel yang dipilih adalah
sampel dengan kriteria berikut:
50


1. Merupakan manajemen pada perusahaan yang terletak di DKI Jakarta.
2. Merupakan Manajemen yang termasuk dalam manajemen operasional,
manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan manajer lainnya
yang terdapat di perusahaan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yakni
pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data
primer dikumpulkan dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Metode survey merupakan metode pengumpulan data primer yang
menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis (Nur Indrianto, 2002). Ada
dua teknik pengumpulan data dengan metode survey yang dilakukan oleh
peneliti yaitu kuesioner, kuesioner merupakan pernyataan peneliti dan
jawaban responden dan dikemukakan secara tertulis melalui suatu
kuesioner. Kuesioner dapat didistribusikan dengan berbagai cara antara
lain: kuesioner disampaikan langsung oleh peneliti, kuesioner dikirim
bersama-sama dengan pengiriman paket atau majalah, dikirim melalui pos,
faksimil, atau menggunakan teknologi komputer.
D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode:
1. Uji kualitas data
51

Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer peneliti
melakukan uji normalitas, uji validitas, dan uji reliabilitas:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model
regresi variabel dependen, varibel independen, atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Menurut Singgih Santoso (2004), ada beberapa cara
mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji normalitas adalah:
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
b) Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka diagonal regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Validitas
Uji Validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana
variabel yang digunakan benar-benar mengukur apa yang
seharusnya diukur. Pengujian validitas dengan menggunakan
52

pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara
skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Imam
Ghozali, 2005). Kriteria yang dikatakan valid atau tidak adalah jika
korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total
skor mempunyai tingkat signifikan dibawah 0,05 maka butir
tersebut dinyatakan valid, begitu pula sebaliknya.
c. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel
yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga
menghasilkan hasil yang konsisten meskipun di uji berkali-kali.
Hasil uji relibilitas dengan bantuan SPSS akan menghasilkan
Cronbach Alpha. Jika hasilnya dari Cronbach alpha dibawah 0,6
maka dikatakan bahwa data tersebut mempunyai keandalan
(reliable) yang relative rendah (Singgih Santoso, 2005).
2. Analisis Asumsi Klasik
a. Uji Multikoleniaritas
Istilah koleniaritas ganda (multicliniearity) diciptakan oleh
Ranger Fish di dalam bukunya Statistical Confluence Analysis by
Means of Complete Regressions Systems artinya istilah itu berarti
adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak di antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi. Uji Multikoleniaritas
digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa
53

atau semua variabel independen dalam model regresi.
Multikoleniaritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai sebagai kondisi linier
dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika di antara pengubah-
pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu
dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi
Multikolenieritas.
Untuk meguji asumsi multikolenieritas dapat digunakan VIF
(Variance Inflation factor) dan TOL (Tolerance), di mana Imam
Ghozali (2005) mengatakan bila nilai VIF lebih dari 8 berarti
terdapat multikolenieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai
VIF lebih kecil dari 8 maka tidak terjadi multikolenieritas.
Sedangkan bila nilai TOL mendekati 1, maka dikatakan bahwa
model regresi bebas dari multikolenieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari
kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel
bebas (Imam ghozali, 2005). Uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda disebut
54

heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Singgih Santoso (2005) ada beberapa cara untuk
mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain.
1) Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat
(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterlplot antara SRESID dan ZPRED di mana
sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah
residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized.
2) Dasar analisis, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi
heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate
governance dalam hal ini menyangkup komite audit, komisaris
independen, dewan komisaris, dan dewan direksi terhadap
pengungkapan (disclosure) laporan keuangan. Jadi, persamaan regresi
yang digunakan adalah.
55

Y = +
1
X
1
+
2
X
2 +
+
3
X
3
+
4
X
4
+ e

Dimana:
Y = Pengungkapan laporan keuangan
X
1
= Peranan komite audit
X
2
= Peranan komisaris independen
X
3
= Peranan dewan komisaris
X
4
= Peranan dewan direksi
= Konstanta
e = Error
Dalam melakukan pengujian hipotesis dilakukan melalui:
a. Uji Adjusted R
2
(koefisien Determinasi)
Untuk menentukan seberapa besar variabel independen dapat
menjelaskan variabel dependen, maka perlu diketahui koefisien
determinasi (R-square), jika R-square adalah sebesar 1 berarti
fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel
independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi
variabel dependen. Nilai R-square berkisar hampir 1, berarti semakin
kuat kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Sebaliknya jika nilai R-square semakin mendekati 0 berarti
semakin lemah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan
fluktuasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005) karena adanya
56

digunakan adjusted R
2
dalam penelitian ini dan nilai adjusted R
2

dapat naik atau turun apabila satu variabel ditambahkan ke model.
b. Uji T
Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen digunakan tingkat signifikan 5% atau = 0,05. Jika
probability lebih besar dari 0,05 maka tidak berpengaruh dari variabel
independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak
signifikan), sedangkan jika nilai probability lebih kecil dari 0,05
maka terdapat pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien signifikan) (Imam Ghozali, 2005).

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
I. Variabel Independen (X)
Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang nilai-
nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan
dengan X. Variabel itu digunakan untuk meramalkan atau
menerangkan nilai variabel lain ( Nur Indriantoro, 2002).
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Peranan Komite Audit
komite audit adalah suatu komite yang berfungsi untuk
memberikan evaluasi yang independen terhadap pelaporan
57

keuangan perusahaan yang anggotanya sebagian besar dari luar
perusahaan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk
memperbaiki kualitas pelaporan keuangan, dan meningkatkan
keyakinan publik, khususnya investor, terhadap perusahaan. Dalam
penelitian ini peranan komite audit mencangkup fungsi dan
tanggung jawab dari komite audit.
Fungsi komite audit diukur dengan instrumen yang
dikembangkan oleh Mira Khumairah (2007) dan Agung
Suryamana (2005) namun dikembangkan kembali oleh peneliti
karena isi kuesioner tersebut harus disesuaikan dengan pengujian
yang akan dilakukan, namun tetap tidak mengubah nilai substansi
dari isi kuesioner tersebut. Pengujian ini menggunakan skala
ordinal (ordinal scale) yang pilihan jawabannya adalah:
(1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5)
sangat tidak setuju
Sedangkan tanggung jawab komite audit diukur dengan
instrumen yang dikembangkan oleh Indriani Nurkholis (2002) dan
peneliti mengembangkan kembali pertanyaan tersebut karena
perbedaan maksud dan tujuan dengan penelitian sebelumnya
dengan yang akan dilakukan, namun dengan adanya perubahan ini
tetap tidak mengubah nilai substansi dari isi kuesioner tersebut.
58

Penelitian ini menggunakan skala ordinal (ordinal Scale) yang
pilihan jawabannya adalah:
(1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5)
sangat tidak setuju
b. Peranan Komisaris Independen
Anggota dewan komisaris yang independen tidak terikat
dengan perusahaan serta apapun yang dapat mempengaruhi
kemampuannya untuk bertindak independen demi kepentingan
perusahaan. Dalam penelitian ini dewan komisaris independen
diukur menggunakan Instrumen yang dikembangkan oleh Bekti
anggraini (2007) ditambah dengan instrumen Amien Wijaya
Tunggal (2008), dan terdapat beberapa pertanyaan yang
dikembangkan sendiri dengan berpedoman kepada landasan teori,
karena penulis rasa pengembangan tersebut dianggap penting untuk
tercapainya tujuan dari penelitian ini.
Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yang
pilihan jawabannya adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-
ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat tidak setuju.
c. Peranan Dewan Komisaris
Dewan komisaris termasuk dalam dewan komisaris perusahaan
dan bertanggung jawab dalam mengawasi tindakan dari manajemen
dan mempunyai berhak untuk menasehati manajemen jika dianggap
59

perlu. Dalam penelitian ini dewan komisaris diukur dengan
menggunakan instrumen Amien Wijaya Tunggal (2008), dan
terdapat beberapa pertanyaan yang dikembangkan sendiri dengan
berpedoman kepada landasan teori, karena dirasa pengembangan
tersebut dianggap penting untuk melakukan pengujian ini agar
tujuan dapat tercapai.
Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yaitu (1)
sangat setuju, (2) setuju, (3) ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5) sangat
tidak setuju.
d. Peranan Dewan Direksi
Dewan direksi memiliki tanggung jawab atas berjalannya suatu
perusahaan. Direksi biasanya disebut dengan sebutan direktur.
Dalam penelitian ini dewan direksi diukur dengan instrument oleh
Amien Wijaya Tunggal (2008), dan terdapat beberapa pertanyaan
yang dikembangkan sendiri dengan berpedoman kepada landasan
teori, karena rasa pengembangan tersebut dianggap penting untuk
melakukan pengujian ini.
Pengujian ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yaitu:
(1) sangat setuju (2) setuju (3) ragu-ragu (4) tidak setuju (5) sangat
tidak setuju


60

II. Variabel Dependen (Y)
Variabel terikat (dependen variabel) adalah variabel yang nilai-
nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan
Y, variabel itu merupakan yang diramalkan atau diterangkan nilainya (Nur
Indriantoro, 2002). Variabel dependen dalam penelitian ini pengungkapan
laporan keuangan, yaitu penyediaan sejumlah informasi untuk membantu
investor dalam membuat prediksi kinerja perusahaan pada masa yang akan
datang. Dalam penelitian ini variabel dependen diukur dengan
menggunakan instrumenya dikembangkan oleh Yulianti dan Fitrianti
(2007) dilengkapi dengan Amien Wijaya Tunggal (2008) dengan adanya
sedikit pengembangan agar tujuan dari penelitian ini tercapai. Penelitian
ini menggunakan skala ordinal (ordinal scale) yang pilihan jawabannya
adalah: (1) sangat setuju, (2) setuju, (3) Ragu-ragu, (4) tidak setuju, (5)
sangat tidak setuju.











61

Table 3.1
Operasional variabel penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
1. Peranan
Komite
Audit
a. Tanggung
Jawab Komite
Audit
Sumber:
Indriani
Nurkholis
(2003)
Berdasarkan
International
Best Praktise

a) Financial
Reporting

b) Corporate
Governance

c) Corporate
Control

Skala ordinal

b. Fungsi komite
Audit
Sumber: Agung
Suryamana
(2005)
a. Persetujuan d.
komisaris

b. Mengawasi
pelaporan
keuangan

c. Kesesuaian
transaksi

d. Meningkatkan
laporan

e. Mengevaluasi
penipuan

f. Kebijakan
akuntansi

g. Transaksi
ilegal

h. Kepatuhan
peraturan
Skala ordinal






Sumber: data olahan dari berbagai referensi

62


Tabel 3.1
Operasional Variabel
(Lanjutan)

Variabel Sub variabel Indikator skala
pengukuran
2. Komisaris
Independen
Sumber:
Muhammad Arif
Ujiyantho (2007)
ditambah dengan
instrumen Amien
Wijaya Tunggal
(2008)


a. Memperbaiki
mutu dalam
laporan
keuangan
b. Tidak
memiliki
hubungan
dengan
perusahaan
c. Memiliki
keterbukaan
dalam
informasi
perusahaan
d. Mengawasi
proses
pengungkapan
dan informasi
perusahaan


Skala ordinal
3. Dewan
Komisaris
Sumber:
Muhammad
arif Ujiyantho
(2007) dan
Amien Wijaya
Tunggal (2008)

a. Panduan
pengungkapan
b. Bertanggung
jawab
c. Memberi saran
d. Akses
informasi
e. Tata kelola
perusahaan
f.Mengungkapkan
hal yang
material
Skala ordinal
Sumber: data olahan dari berbagai referensi
63


Table 3.1
Operasional variabel penelitian
(Lanjutan)

Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Pengukuran
4. Dewan Direksi
Sumber:
Muhammad Arif
Ujiyantho (2007)
dan Amien
Wijaya Tunggal
(2008)
a.Memperbaiki
mutu dalam
laporan
keuangan
b. Tidak
memiliki
hubungan
dengan
perusahaan
c. Memiliki
keterbukaan
dalam
informasi
perusahaan
d. Mengawasi
proses
pengungkapan
dan informasi
perusahaan
Skala ordinal
5. Pengungkapan
Laporan
Keuangan
Sumber: Yulianti
dan Fitrianti
(2007)
a. Melaporkan
laporan
keuangan
b. standar
akuntansi
c. Tidak
mementingkan
investor
d. Publikasi hasil
keuangan
e. Publikasi
laporan
f. Pengungkapan
material
g. corporate
governance.
Skala ordinal
Sumber: data olahan dari berbagai referensi
64

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Objek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkankan kuesioner
kepada perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta yang telah
menerapkan metode corporate governance. Penyebaran kuesioner ini
dilakukan dari awal Februari 2009 sampai bulan April 2009. Rincian
dari distribusi kuesioner disajikan pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner

Keterangan Jumlah Persentase
Kuesioner yang dibagikan 120 100%
Kuesioner yang tidak kembali 45 37.5%
Kuesioner yang kembali 75 62.5%
Kuesioner tidak bisa diolah 0 0%
Kuesioner bisa diolah 75 12.5%
Tingkat pengembalian
(responden rate)
75 x 100%
120


62.5%
Sumber: data primer yang diolah

65

Tabel 4.1 Memperlihatkan jumlah kuesioner yang telah dikirim
sebanyak 120 kuesioner, sedangkan jumlah kuesioner yang kembali
sebanyak 75 kuesioner atau 62.5% dari total kuesioner yang dikirim.
Setelah diperhatikan ternyata tidak ada kuesioner yang tidak dapat
diolah tetapi semuanya layak untuk diolah.
2. Karakteristik Responden
Penelitian ini terutama dilakukan terhadap manajer perusahaan,
baik manajer keuangan, manajer pemasaran, manajer operasional pada
perusahaan yang berada di wilayah DKI Jakarta. Tabel 4.2
memperlihatkan karakteristik responden yang digunakan dalam
penelitian.
Tabel 4.2
Karakteristik Responden

Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Pria 30 40%
Wanita 45 60%
Pendidikan Terakhir D3 0 0%
S1 55 73%
S2 10 13.33%
Lainnya 10 13.33%
Jenis Perusahaan Bank 12 37.5%
Asuransi 1 3.12%
Leasing 0 0%
Manufaktur 3 9.38%
Lainnya 16 50%
Jabatan Manajer
keuangan
50 66.67%
Manajer
Operasional
20 26.67%
manajer
Pemasaran
5 6.67%
Sumber: data primer diolah
66


Data tersebut mempelihatkan jumlah responden wanita lebih
banyak dari pria dengan tingkat persentasi wanita adalah 60%, dan
tingkat persentasi pria adalah 40%. Pada tabel tingkat pendidikan
terakhir dimana pendidikan strata satu (S1) jauh lebih besar
dibandingkan tingkat yang lain sebesar 55 responden dengan tingkat
persentase 73%, sisanya adalah pendidikan S2 sebesar 10 orang atau
13.33% dan lainnya sebanyak 10 orang atau 13.33%. Pada jenis
perusahaan terbagi pada perusahaan yang bergerak pada bidang
perbankan sebanyak 12 bank atau sebesar 37.5%, perusahaan yang
bergerak dalam bidang asuransi sebesar 1 buah atau sebesar 3.12%,
perusahaan yang begerak dalam usaha manufaktur sebesar 3 buah atau
9.38%, dan lainnya seperti perusahaan jasa, dan perusahaan
telekomunikasi sebesar 16 buah atau 50%. Sedangkan dilihat dari
jabatannya, manajer keuangan yang paling banyak pada penelitian ini
yaitu sekitar 50 orang atau 66.67%, dan manajer operasional 20 orang
atau sebesar 26.67% , manajer pemasaran 5 orang atau 6.67%.

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang
meliputi tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit, komisaris
67

independen, dewan komisais, dewan direksi dan pengungkapan atas
laporan keuanagan akan diuji secara statistik deskripstif seperti yang
terlihat pada table 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
TJ 75 18.00 39.00 30.7333 4.93288
FK 75 25.00 40.00 32.9467 3.02643
KI 75 10.00 25.00 20.1067 2.97999
DK 75 20.00 30.00 26.0267 2.16841
DD 75 18.00 25.00 22.4133 1.94584
LK 75 22.00 35.00 29.9333 2.51124
Valid N
(listwise)
75
Sumber: data primer diolah

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa variabel tanggung jawab komite
audit minimum jawaban responden sebesar 18 dan maksimum 39,
dengan rata-rata total jawaban responden sebesar 30.73 dengan standar
deviasi sebesar 4.93. Pada variabel fungsi komite audit minimum
jawaban responden sebesar 25 dan maksimum 40, dengan rata-rata
total jawaban responden sebesar 32.95 dengan standar deviasi 3.03.
Variabel komisaris independen minimum jawabannya adalah 10
maksimum 25, dengan rata-rata total jawabannya 20.11 dengan standar
deviasi 2.98. Variabel dewan komisaris memiliki minimal jawaban
sebesar 20 dan maksimum jawaban 30, dan total jawaban sebesar
22.41 dan standar deviasi 2.17. sedangkan variabel dewan direksi
memiliki minimal jawaban sebesar 18 dan maksimal jawaban 25
68

dengan total jawaban sebesar 22.41 dengan standar deviasi sebesar
1.96, dan untuk variabel dewan direksi dengan minimal jawaban 22
dan maksimum jawaban adalah 35 dengan tatal rata-rata jawaban
adalah 22.41 dengan standar deviasi adalah 2.51.
2. Hasil Uji Kualitas Data
Uji kualitas data atas data primer yang diperoleh dalam penelitian
ini dilakukan dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, yaitu
sebagai berikut:
a. Hasil Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pearson
correlation, yaitu suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikan di bawah 0.05 maka butir tersebut dinyatakan valid.
Table 4.4 akan menunjukan hasil uji validitas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas
(Valid dan tidak valid)














Berlanjut ke halaman berikunya
Pertanyaan Sig. Pearson
Correlation
Keterangan
TJ1 0.244 0.136 Tidak Valid
TJ2 0.000 0.498 Valid
TJ3 0.000 0.620 Valid
TJ4 0.000 0.662 Valid
TJ5 0.000 0.778 Valid
TJ6 0.000 0.795 Valid
TJ7 0.000 0.316 Valid
TJ8 0.104 0.189 Tidak Valid
TJ9 0.000 0.414 Valid
TJ10 0.000 0.428 Valid
69

Tabel 4.4
Uji Validitas (Valid dan tidak valid)
(Lanjutan)





















Berdasarkan hasil pengujian validitas terdapat 3 item pertanyaan,
yaitu TJ1, TJ8, TJ11 yang tidak valid karena nilai signifikannya diatas
TJ11 0.238 0.138 Tidak Valid
FK1 0.029 0.253 Valid
FK2 0.000 0.644 Valid
FK3 0.000 0.599 Valid
FK4 0.000 0.410 Valid
FK5 0.001 0.364 Valid
FK6 0.004 0.326 Valid
FK7 0.000 0.754 Valid
FK8 0.000 0.646 Valid
KI1 0.000 0.738 Valid
KI2 0.000 0.608 Valid
KI3 0.000 0.608 Valid
KI4 0.000 0.634 Valid
KI5 0.000 0.803 Valid
DK1 0.000 0.415 Valid
DK2 0.000 0.636 Valid
DK3 0.000 0.506 Valid
DK4 0.000 0.764 Valid
DK5 0.000 0.539 Valid
DK6 0.000 0.629 Valid
DD1 0.000 0.692 Valid
DD2 0.000 0.573 Valid

DD3 0.000 0.552 Valid
DD4 0.000 0.742 Valid
DD5 0.000 0.669 Valid
LK1 0.000 0.576 Valid
LK2 0.000 0.411 Valid
LK3 0.000 0.554 Valid
LK4 0.000 0.622 Valid
LK5 0.000 0.636 Valid
LK6 0.000 0.488 Valid
LK7 0.000 0.509 Valid
70

dari 0.05, sehingga harus dikeluarkan dan tidak diikutsertakan dalam
penelitian pengujian berikutnya. Pengujian dilakukan kembali setelah
mengeluarkan pertanyaan yang tidak valid, hasil pengujian kembali
dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Tabel Hasil Uji Validitas Tanggung Jawab Komite audit

Pertanyaan Sig. Pearson
Correlation
Keterangan
TJ2 0.000 0.460 Valid
TJ3 0.000 0.579 Valid
TJ4 0.000 0.729 Valid
TJ5 0.000 0.837 Valid
TJ6 0.000 0.874 Valid
TJ7 0.000 0.238 Valid
TJ9 0.000 0.403 Valid
TJ10 0.000 0.400 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Adanya hasil yang tidak valid ini tidak sesuai dengan peneliti
terdahulunya yang hasil olahannya semuanya valid. Tidak validnya
penelitian sekarang mungkin disebabkan oleh perbedaan persepsi
responden, jenis pekerjaan responden dan pebedaan waktu
penelitian.

b. Uji Reliabilitas
Suatu data dikatakan reliabel jika nilai koefisien alphanya
diatas 0.6. hasil dari uji reliabilitas dapat dilihat pada table 4.6
dibawah ini:
71


Tabel 4.6
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach alpha
Tanggung jawab komite audit 0.745
Fungsi komite audit 0.609
Komisaris Independed 0.703
Dewan komisaris 0.604
Dewan direksi 0.630
Pengungkapan laporan
keuangan
0.608
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.6 diatas menunjukkan hasil uji reliabilitas yang
reliabel karena nilai apha masing-masing diatas dari batas minimal
yaitu 0.6, masing-masing pertanyaan memiliki nilai tanggung
jawab komite audit 0.745, fungsi komite audit 0.609, komisaris
independen 0.703, dewan komisaris 0.604, dewan direksi 0.630,
dan pengungkapan laporan keuangan 0.608.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonieritas
Hasil uji multikolonieritas terlihat pada table 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas





Collinearity
statistics

Model Toleance VIF
TJ 0.836 1.196
FK 0.699 1.440
KI 0.718 1.393
DK 0.533 1.877
DD 0.810 1.235
72

Sumber: data primer yang diolah


Hasil model regresi dari penelitian ini untuk asumsi multikolonieritas
adalah berdasarkan nilai TOL dan VIF yang dihasilkan yaitu TOL untuk
tanggung jawab komite audit yaitu 0.836, tanggung jawab komite audit
0.699, komisaris independen 0.713, dewan komisaris 0.533 dan dewan
direksi 0.810. Sedangkan nilai VIF untuk tanggung jawab komite audit
1.196, fungsi komite audit 1.440, komisaris independen 1.393, dewan
komisaris 1.877, dewan direksi 1.235, dari hasil yang diperoleh ari nilai
TOL semua variabel mendekati 1 dan VIF semuanya < 8, maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi ini bebas dari multikolonieritas artinya
tidak ada nya hubungan diantara tanggung jawab komite audit, fungsi
komite audit, komisaris independen, dewan komisaris, dewan direksi dalam
model regresi ini.

b. Uji Heteroskedastisitas
Dasar analisis untuk uji heterokedastisitas adalah jika ada pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Singgih Santoso, 2000). Hasil uji
heteroskedastisitas dan grafik scatterplot pada gambar 4.1 memperlihatkan
bahwa titik-titik menyebar secara acak dan tidak berpola yang jelas, serta
tersebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, dapat disimpulkan
73

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak digunakan.
Hasil uji dapat dilihat dibawah ini:
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas

i

h
e
t
e
r
o
s
k
e
d
a
s

Sumber: Data primer yang diolah


c. Hasil Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan normal probability
plot. Asumsi ini mengatakan bahwa apabila data menyebar di sekitar
garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka model regresi
memiliki asumsi normalitas. Sedangkan apabila data menyebar dari
garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model
regresi tidak memiliki asumsi normalitas. Pada penelitian ini dapat
dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini:
Regression Studentized Residual
2 0 -2 -4
R
e
g
r
e
s
s
i
o
n

S
t
a
n
d
a
r
d
i
z
e
d

P
r
e
d
i
c
t
e
d

V
a
l
u
e
3
2
1
0
-1
-2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: disclosure
74




Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Normal Probability Plot
Observed Cum Prob
1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
E
x
p
e
c
t
e
d

C
u
m

P
r
o
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: disclosure



Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dapat
dikatakan mengalami penyebaran data terdistribusi normal karena
datanya berada sepanjang garis diagonal yang merupakan syarat
normalitas.
4. Hasil Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model analisis
regresi berganda (multiple regression analysis), Hasil uji hipotesis terdiri dari:
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi
75

Pada tabel 4.8 menunjukkan angka adjusted R
2
adalah 0.162 hal ini
berarti 16.2% variasi pengungkapan laporan keuangan dapat dijelaskan
oleh variabel lain, yaitu tanggung jawab komite audit, fungsi komite audit,
peranan komisaris independen, peranan dewan komisaris, dan peranan
dewan direksi. Sedangkan sisanya sebesar 83.8% disebebkan oleh sebab
lain diluar model. Angka koefisien korelasi (R
2
) menunjukkan angka di
bawah 0.5 berarti korelasi antar variabel independen dengan variabel
dependen lainnya lemah atau terbatas.
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Model Summary(b)

Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1
.467(a) .218 .162 2.299 2.005
a Predictors: (Constant), Dewan Direksi, Fungsi, Kom Independen, Tanggung Jawab,
Dewan Komisaris
b Dependent Variable: Disclosure


b. Hasil Uji t
Uji t bertujuan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Jika nilai probabilitas kurang
dari 0.05 maka Ha diterima, dan berarti menyatakan bahwa variabel
independen atau bebas mempunyai pengaruh secara individual terhadap
variabel dependen atau terikat. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 di
bawah ini:
76



Tabel 4.9
Hasil Uji t

Coefficients(a)


Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
14.544 4.312 3.373 .001
Tanggung Jawab
-.021 .059 -.040 -.346 .730
Fungsi
.243 .106 .293 2.297 .025
Kom Independen
-.031 .106 -.037 -.293 .771
Dewan Komisaris
.333 .169 .288 1.973 .052
Dewan Direksi
-.002 .153 -.002 -.015 .988
a Dependent Variable: Disclosure
Sumber: data primer yang diolah
a. Hasil Uji Hipotesis 1:
Tanggung jawab komite audit terhadap pengungkapan laporan
keuangan

Tanggung jawab komite audit menunujukkan tidak adanya pengaruh
yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan
tingkat signifikan sebesar 0.73 yang berada di atas 0.05 dan nilai t kurang
dari 2 yaitu 0.346 dan berarti Ha
1
ditolak.
b. Hasil Uji Hipotesis 2:
Fungsi komite audit terhadap pengungkapan laporan keuangan

Fungsi komite audit menunjukkan adanya pengaruh signifikan
terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat signifikan
0.025 yang berada di bawah 0.05 dan nilai t lebih dari 2 yaitu sebesar
2.297 dan berarti Ha
2
diterima.
77



c. Hasil Uji Hipotesis 3:
Peranan komisaris independen terhadap pengungkapan laporan
keuangan
Peranan komisaris independen menunjukkan tidak adanya pengaruh
yang signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan
tingkat signifikan 0.771 yang berada diatas 0.05 dan nilai t kurang dari 2
yaitu sebesar -0.293 dan berarti Ha
3
ditolak.
d. Hasil Uji Hipotesis 4:
Peranan dewan komisaris terhadap pengungkapan laporan
keuangan
Peranan dewan komisaris menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat
signifikan 0.052 yang berada diatas 0.05 dan nilai t kurang dari 2 yaitu
1.973 dan berarti Ha
4
ditolak.
e. Hasil Uji Hipotesis 5: peranan dewan direksi terhadap pengungkapan
laporan keuangan
Peranan dewan direksi menunjukan tidak adanya pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan dengan tingkat
signifikan 0.988 berada di atas 0.05, dengan nilai t kurang dari 2 yaitu -
0.150 dan berarti Ha
5
ditolak.



78

C. Pembahasan
Tanggung jawab komite audit menunjukkan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini tidak konsisten
dengan penelitian terdahulu yaitu oleh Mira Khumairah (2007) dan oleh
penelitian yang dilakukan oleh Agung Suryamana (2005) yang menyatakan
bahwa adanya hubungan signifikan antara tanggung jawab terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Tetapi hasil ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Aditya (2005) yang menyatakan bahwa
tanggung jawab komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini berarti tanggung jawab komite audit
dalam perusahaan tidak mempengaruhi dalam pengungkapan laporan
keuangan.
Fungsi komite audit menunjukkan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani Nurkholis (2003). Hal ini
menyatakan bahwa apabila komite audit dapat menjalankan fungsinya dengan
baik maka pengungkapan atas laporan keuangan dapat berjalan baik juga. Dan
fungsi komite audit mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan.
Peranan komisaris independen menunjukan tidak adanya pengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini kosisten
dengan penelitian yang dilakukan oleh Muh Arif Ujiyantho. Hal ini
79

menyatakan bahwa peranan dari komisaris independen tidak mempunyai
pengaruh atas pengungkapan laporan keuangan.
Peranan dewan komisaris menunjukkan tidak adanya pengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini kosisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muh Arif Ujiyantho (2007). Hal ini
menyatakan bahwa peranan dewan komisaris tidak mempunyai pengaruh atas
pengungkapan laporan keuangan, karena semakin banyak dewan komisaris
berada dalam suatu perusahaan maka peranannya akan semakin menurun.
Peranan dewan direksi menunjukkan tidak adanya pengaruh yang
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini kosisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muh. Arif Ujiyantho (2007) dan penelitian
yang dilakukan oleh Susuiana Arleen Heawati (2007). Berarti hal ini
menunjukkan bahwa peranan dewan direksi tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan laporan keuangan.








80


BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis pengaruh mekanisme
corporate governance dalam hal ini tanggung jawab komite audit, fungsi
komite audit, peranan komisaris independen, dewan komisaris, dewan
direksi terhadap pengungkapan laporan keuangan, maka dapat disimpulkan:
1. Tanggung jawab komite audit tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini tidak konsisten
dengan penelitian oleh Mira Khumairah (2007), tetapi konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Aditya (2005).
2. Fungsi komite audit berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Indriani Nurkholis (2003).
3. Peranan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sandi Sulistiyadi (2008).
4. Peranan dewan komisaris tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sandi Sulistiyadi (2008).
81

5. Peranan dewan direksi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan laporan keuangan. Hal ini konsisten dengan penelitian
Sandi Sulistiyadi (2008), dan Susiana Arleen Herawati (2007).

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, implikasi dari penelitian ini di tujukkan
kepada:
1. Bagi para komite audit seharusnya dalam perusahaan harus
menjalankan peranannya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
aturan yang berlaku, sehingga proses pengungkapan laporan keuangan
dapat berjalan secara jujur dan lancar
2. Bagi Perusahaan, karena perusahaan harus memonitoring dan
mengawasi kinerja dari komite audit, komisaris independen, dewan
direksi dan dewan komisaris agar mereka dapat menjalankan tugas nya
dengan baik dan membantu perusahaan dalam mewujudkan
pengungkapan laporan yang baik.
3. Bagi pihak umum, agar masyarakat jadi lebih mengetahui pentingnya
mekanisme coporate governance dalam perusahaan agar perusahaan
dapat berjalan dengan baik dan efektif.
4. Bagi akademik, dikarenakan masih banyak kesalahan dalam penelitian
ini, oleh karena itu diharapkan bagi penelitian selanjutnya dapat
82

memperluas objek dan responden penelitian tidak hanya di DKI Jakarta
saja.
5. Bagi Investor, agar lebih bisa memilih dalam berinvestasi, dan harus
juga tau kinerja dari orang-orang yang bekerja dalam perusahaan
tersebut apakah mereka telah menjalankan tugasnya dengan baik atau
belum, sehingga perusahaan dapat berjalan dan beroperasi dengan baik.
C. Keterbatasan
1. Waktu penelitian ini bertepatan dengan proses audit perusahaan yaitu
pada bulan februari, jadi sangat sulit untuk menyebarkan kuesioner.
2. Responden dalam penelitian ini hanya mencangkup perusahaan yang
berada di dareah DKI Jakarta yang datanya mudah diperoleh peneliti,
sehingga kemampuan generalisasi tidak terlalu besar.
3. Pengungkapan laporan keuangan secara menyeluruh tidak hanya
dipengaruhi oleh variabel yang digunakan dalam penelitian ini, namun
masih banyak terdapat faktor-faktor lainnya.
D. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya penelitian dilakukan pada waktu
yang tepat, disaat responden sedang memiliki waktu luang yang
banyak, yang tidak bertepatan dengan waktu proses audit, agar jumlah
respondennya jauh lebih banyak.
83

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya ruang lingkup penelitian diperluas
jangan hanya di wilayah DKI Jakarta saja. Sehingga generalisasinya
jauh lebih besar.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambah variabel lain yang
kemungkinan bisa mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan,
seperti kinerja manajemen, kinerja auditor internal, dan lain sebagainya.












84

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Henri, Komite Audit Koperasi di Indonesia, http://www.ppi-india.org,
2005.
Alijoyo, F. Agustinus, Keberadaan dan Peran Komite Audit Dalam Rangka
Implementasi Good Corporate Governance, http://www.fcgi.or.id, 2008.
BAPEPAM, Peraturan Mengeanai Pembentukan Dan Pedoman Pelaksanaan
Kerja Komite Audit, 2004.
BAPEPAM, Peraturan Mengenai Pengungkapan Laporan Keuangan Surat
Edaran BAPEPAM No. SE.02/PM/2002, 2002.
Boynton, Johnson, kell,Modern Auditing, Erlangga, Jakarta, 2004
Darsono, Drs, Akuntansi Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,
Jakarta, 2008.
Directors, Board, Audit Committee Charter ,Journal Of Committee Audit,
2007.
Effendi, Muhammad arief, Peranan Komite Audit Dalam Meningkatkan Kinerja
Perusahaan, Jurnal Akuntansi Pemerintahan, Vol. 1 no.1 Hlm 52-57, 2005.
Effendi, Arief, The Power of Good Corporate Governance, Salemba empat,
Jakarta, 2008.
FCGI, Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam pelaksanaan
Corporate Governance The Role of The Board of Commissioners and
audit Committee in Corporate Governance, 2007.
Hamid, Abdul, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta, 2008
Herawati, Susiana Arleen, Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan
Keuangan , SNA X Makasar, 2005.
Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,
2007.
Indriantoro, Nur, Metodologi Penelitian Bisnis, BPFE Yogyakarta, 2002.
85

Kusmir, SE, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, 2008.
Khumaira, Mira, Tanggung Jawab Komiet Audit, Audit Internal dan prinsip
Good Corporate Governance, 2008.
Kieso, E, Donald, Akuntansi Intermediate, Salemba Empat, 2005.
KNKG, Pedoman Umum Good Corporate Indonesia, KNKG, 2006.
KPK, Pernyataan Penerapan Pedoman Good Corporate Governance,
http://www.kpk.go.id , 2008.
Nurkholis, Indriani, Manfaat dan Fungsi Komite Audit Dalam Mewujudkan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance), Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia vol 3, 2002.
Prasentiyantoko, Ahmad,Dr, Good Corporate Governance pendekatan
institutional, Gramedia, 2008.
Purwanto, Marini, Tinjauan Sejarah, Kerangka Toeritis, Kondisi Praktek di
Indonesia, Temuan Empiris, Jurnal Widya Manajemen Dan Akuntansi,
Vol. 1 No. 3, 2001.
Santoso, singgih, Buku Pelatihan SPSS Gramedia, Jakarta, 2007
Sawyer, B Lawrence, Sawyers Internal Auidting, Salemba Empat . Edisi ke
lima, 2003.
Sugiono, Arif, Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan, Grasindo
2008.
Sulistiyadi, Sandi, Pengaruh, Kinerja Keuangan dan Mekanisme Corporate
Governance terhadap Pengungkapan Laporan Keungan, 2008.
Tunggal, Wijaya,Amien, Tata Kelola Perusahaan, Harvarindo, 2008.
Ujiyantho, A, Muh, Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan
Kinerja Keuangan, SNA X Makasar, 2007.
Utama, Maria, Komite, audit, Good Corporate Governance dan pengungkapan
Informasi Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 1, 2004.
86

Warren, Revees, Fees, Pengantar akuntansi, Salemba empat, Jakrta, 2005
Wild, J, John, Financial Statement Analysis, Salemba Empat, Edisi Delapan,
2004.
Wikipedia, Definisi dan Tanggung Jawab Komite Audit, 2008.

You might also like