You are on page 1of 29

Transformasi Struktural:

Lanjutan (Bagian II)


Maddaremmeng A. Panennungi

Outline Presentasi
Transformasi berikut ini memfokuskan pada
beberapa pilihan:
Transformasi (Alokasi) Industri Manufaktur
Transformasi (Distribusi) Pendapatan
Tambahan
Transformasi Industri Manufaktur
Sebagaimana diketahui bahwa kontribusi industri
manufaktur meningkat seiring mengingkatnya
pendapatan perkapita sebuah negara
Lebih lanjut, di dalam industri manufaktur sendiri,
terjadi transformasi jika diperhatikan secara
detail

Kontribusi Industri Manufaktur dalam PDB

2004 2005 2006 2007* 2008**
Kontribusi Industri Pengolahan 0.281 0.274 0.275 0.271 0.279
0.264
0.266
0.268
0.270
0.272
0.274
0.276
0.278
0.280
0.282
Transformasi Industri Manufaktur
UNIDO membagi industri manufaktur ke dalam 2 kelompok
utama: industri berat dan industri ringan
Industri ringan: ISIC 31 (makanan, minuman, tembakau), 32
(tekstil,kulit,dll), 33 (industri kayu, mebel, dll), 342
(percetakan dan penerbitan), 355 (barang dari karet), 356
(barang dari plastik), 39 (tidak dikelompokkan di mana-mana)
Industri berat: ISIC 341 (kertas dan barang dari kertas), 351
(industri kimia), 352 (industri kimia dasar), 353&354
(pengilangan mnyak bumi dan batu bara), 36 (keramik,kaca,
serta bukan dari logam dan migas), 37 (logam dasar besi baja
dan bukan besi), 38 (mesin, alat pengangkutan, optik,dll)

Transformasi Industri Manufaktur
Perubahan struktur di dalam industri
manufaktur dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.Faktor universal, berupa faktor permintaan,
proses akumulasi, dan pergeseran kegiatan
2. Kebijakan pemerintah

Transformasi Industri Manufaktur
Faktor pemintaan:
a.Secara umum, kenaikan pendapatan akan
meningkatkan permintaan barang manufaktur secara
keseluruhan (income elastic)
b. Elastisitas permintaan terhadap kelompok industri
manufaktur berbeda-beda
c. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan berubah
menurut tingkat pendapatan perkapita
Transformasi Industri Manufaktur
Berdasarkan elastisitas permintaan terhadap
pendapatan, industri manufaktur dapat
dibagai ke dalam 3 kelompok yaitu: industri
yang berkembang pada tahap awal (early
industry), industri yang berkembang pada
tahap menengah (middle industry), dan
industri yang berkembang pada tahap akhir
(late industry).

Transformasi Industri Manufaktur
Early industry: income elastic pada pedapatan rendah:
ISIC 31 (makanan, minuman, tembakau), 321 (tekstil),
324 (alas kaki)
Middle industry: income elastic pada pendapatan
menegah: ISIC 33 (industri kayu,mebel, dll), dan 335
(barang dari karet)
Late industry: income elastic pada pendapatan tinggi:
ISIC 322 (pakaian jadi kecuali alas kaki), 323 (kulit), 342
(penerbitan dan percetakan), dan 356 (barang dari
plastik)
Transformasi Industri Manufaktur
Berdasarkan penggunaan akhir, industri dapat dibagai ke dalam:
industri manufaktur penghasil barang konsumsi, bahan baku,
dan barang modal
Industri Barang konsumsi: Semua industri ringan kecuali ISIC 323,
331, 355, dan 356
Industri Bahan baku: ISIC 323 (kulit), 331 , 355 (barang dari karet),
dan 356 (barang dari plastik) ditambah ISIC 341 (kertas dan
bukan kertas), 351 (industri kimia), 352 (industri kimia dasar),
353 (pengilangan minyak), 354 (batu bara), dan 36
(keramik,kaca,dll minus 361)
Industri Barang Modal: ISIC 37 (logam dasar besi baja dan bukan
besi), 38 (mesin, alat pengangkutan, optik,dll)


Transformasi Industri Manufaktur
Faktor Akumulasi: Dari sisi akumulasi, meningkatnya akumulasi modal
yang berarti modal per pekerja naik yang disertai dengan kenaikan
kemampuan pekerja yang semakin terampil (berkat ilmu
pengetahuan dan teknologi dari pendidikan formal dan pelatihan)
maka selanjutnya akan menyebabkan [kemampuan ini akan
merespon permintaan]:
Pertama, secara umum kemampuan berproduksi bergeser dari
sektor primer ke sektor industri
Kedua, secara khusus akan terjadi transformasi di dalam kelompok
industri itu sendiri karena intensitas penggunaan faktor produksi,
skala ekonomis, serta perubahan teknologi
Seiring meningkatnya pendapatan perkapita, akan terjadi perubahan
kemampuan berproduksi dari industri ringan ke industri berat
sebagai konsekwensi dari faktor akumulasi

Transformasi Industri Manufaktur
Pergeseran kegiatan: selain faktor universal dari sisi permintaan
dan penawaran (akumulasi) di atas, juga terjadi pergeseran
kegiatan dari yang tadinya masuk domain pertanian dan
rumah tangga kemudian masuk ke dalam industri dan jasa.
Dari pertanian ke industri: dari padi ditumbuk menjadi padi
digiling menjadi beras; ikan diawetkan menjadi ikan beku dan
kaleng
Dari kegiatan rumah tangga dan tidak dihitung dalam PDB ke
industri dan jasa: ketika ibu rumah tangga bikin makanan dan
dijual (dan beberapa contoh industri kecil rumah tanga
lainnya)
Transformasi Industri Manufaktur
Kebijakan pemerintah juga mempengaruhi lewat berbagai
cara seperti pembangunan infrastruktur, kesehatan,
pendidikan. Namun yang relatif cukup signifikan adalah
kebijakan industrialisasi yang dibarengi upaya proteksi dari
persaingan dengan barang sejenis dari luar negeri. Di
Indonesia, di sekitar tahun 70an, kebijakan industrialisasi
yang diiringi proteksi yang cukup tinggi dikenal dengan
naman import substitution industrialization. Namun sejak
pertengahan 1980an berubah menjadi export promotion
yang diikuti dengan liberalisasi, deregulasi, dan
debirokratisasi
Transformasi Industri Manufaktur
Kontribusi industri
berat thd industri
manufaktur:
56.3% (1985)
47% (1990)
41.8% (1993)

Industri Ringan Vs Berat
2001 2002 2003 2004 2005
Industri ringan 0.55 0.56 0.56 0.57 0.54
Industri berat 0.45 0.44 0.44 0.43 0.46
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
Transformasi Distribusi Pendapatan
Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita
seseorang, ia cenderung mengkonsumsi
sebagian besar pendapatannya untuk non
makanan demikian juga sebaliknya
Berikut ini akan disampaikan konsumsi
makanan dan non makanan: (1) Perkotaan vs
Perdesaan tahun 2008; (2) 2007 vs 2008 (3)
Beberapa provinsi terpilih
Pengeluaran Per Kapita Per Bulan 2008
Pengeluaran Perkotaan Perdesaan Rata-Rata Total
Makanan (Rp) 222.980 (44,96%) 166.583 (58,67%) 193.828 (50,17%)
Non Makanan (Rp) 273.020 (55,04%) 117.329 (41,33%) 192.542 (49,83%)
Total 496.000 (100%) 283.912 (100%) 386.370 (100%)
Pengeluaran Perkapita 2007 dan 2008
Pengeluaran 2007 2008 perubahan
Makanan 174.028 (49,24%) 193.828 (50,17%) 11,38%
Non Makanan 179.393 (50,76%) 192.542 (49,83%) 7,33%
Total 353.421 (100%) 386.370 (100%) 9,32%
Transformasi Distribusi Pendapatan
Ada 7 provinsi yang konsumsi untuk makanannya
di bawah 50%: DKI Jakarta, DI Yogyakarta,
Kalimantan Timur, Bali, Banten, Kepulauan Riau,
dan Jawa Timur
Persentase pengeluaran makanan terendah
(pengeluaran non makanan tertinggi) adalah DKI
Jakarta sebesar 36,34
Persentase pengeluaran makanan tertinggi
(pengeluaran non makanan terendah) adalah
NAD sebesar 60,24%
Transformasi Distribusi Pendapatan
Kemiskinan absolut di atas merupakan
kemiskinan yang membandingkan antara
pendapatan/konsumsi seseorang dengan garis
absolut yang dinilai dengan uang, sementara
jika membandingkan pendapatan/konsumsi
sesorang dengan pendapatan/konsumsi orang
lainnya maka disebut kemiskinan relatif atau
distribusi pendapatan atau ketidakmerataan
pendapatan
Transformasi Distribusi Pendapatan
Kemiskinan relatif biasanya diukur dari
Size distributions (quintiles, deciles)
Lorenz curves/Gini coefficients
Functional distributions
Kemiskinan absolut dan relatif bersifat
multidimensi:
Ekonomi: insufficient of income, nutrition, home, and
cloth
Sosial: lack of social relation, insecurity
Politik: powerlessness
Budaya: low self esteem, low literacy/education

Transformasi Distribusi Pendapatan
Indikator kesejahteraan:
Indikator moneter: pendapatan/konsumsi
Indikator non moneter: mortality, mean years of
schooling, malnutririon,dsb
Indikator komposit: Human Development Index
(Pendapatan, Kesehatan, Pendidikan)
Transformasi Distribusi Pendapatan

Tahun

Jumlah Populasi di Bawah Garis
Kemiskinan (Juta)

Persentasi Populasi di bawah garis
kemiskinan (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa
1996 9.42 24.59 34.01 13.39 19.78 17.47
1998 17.60 31.90 49.50 21.92 25.72 24.23
1999 15.64 32.33 47.97 19.41 26.03 23.43
2000 12.30 26.40 38.70 14.60 22.38 19.14
2001 8.60 29.30 37.90 9.76 24.84 18.41
2002 13.30 25.10 38.40 14.46 21.10 18.20
2003 12.20 25.10 37.30 13.57 20.23 17.42
2004 11.40 24.80 36.10 12.13 20.11 16.66
2005 12.40 22.70 35.10 11.68 19.98 15.97
2006 14.49 24.81 39.30 13.47 21.81 17.75
2007 13.56 23.61 37.17 12.52 20.37 16.58

Transformasi Distribusi Pendapatan
1999 2002 2003 2004 2005 2006
40% populasi dengan pendapatan terendah 21,6 20,9 20,5 20,8 18,8 19,7
40% populasi dengan pendapatan moderat 37,7 36,8 37,1 37,1 36,4 38,1
20% populasi dengan pendapatan tertinggi 40,5 42,1 42,3 42,0 44,7 42,1
Indeks Gini 0,31 0,33 0,32 0,32 0,36 0,33
Tambahan
Kenaikan rasio penerimaan pemerintah/PDB

Pajak Langsung. Pajak langsung, memiliki ciri-ciri, yaitu:
Hanya dikenakan terhadap seseorang yang tingkat
pendapatannya melampaui jumlah minimum bebas pajak.
Umumnya bersifat progresif. Artinya, tarif pajak akan
meningkat seiring dengan adanya peningkatan pendapatan.
Dari kedua ciri tersebut, jika income per capita meningkat maka
persentase penduduk yang membayar pajak meningkat dan
persentase penduduk yang membayar pajak lebih tinggi
juga meningkat. Karena kedua ciri inilah maka pajak
langsung bersifat income elastic. Akibatnya adalah bahwa
peningkatan penerimaan pajak lebih cepat dari peningkatan
PDB.
Pajak Tidak Langsung memiliki ciri-ciri:
Hanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang
diperdagangkan
Biasanya dikenakan terhadap barang dan jasa yang
diperdagangkan dan barang dan jasa tersebut dianggap bukan
kebutuhan pokok
Biasanya mudah dikenakan terhadap:
Barang dan jasa yang diperdagangkan untuk satuan
ekonomi yang relatif besar.
Barang dan jasa yang diperdagangkan melalui batas
nasional
Barang dan jasa yang diperdagangkan melalui batas antar
daerah satu dengan daerah lain.
Seiring kenaikan income per capita,
menyebabkan barang diproduksi bukan hanya untuk
keperluan sendiri, melainkan untuk kepentingan pasar,
kebutuhan akan barang yang bukan merupakan
kebutuhan pokok akan meningkat, sehingga pajak yang
diterima dari barang yang bukan kebutuhan pokok akan
meningkat.
membaiknya sarana dan prasarana perhubungan yang
berimplikasi pada biaya distribusi dan pemasaran yang
cenderung menurun dan unit usaha akan makin mampu
menjangkau daerah distribusi yang makin luas.
Dari ketiga ciri-ciri tersebut, diketahui bahwa pajak tidak
langsung juga bersifat income elastic.


Transformasi Struktural di Indonesia, 1960 - 1990
Indikator Pertengahan 1960-
an
Awal 1990-an
Laju Pertumbuhan PDB Rata-rata per Than
(%)
(1975-1983)
7.92
(1983-1993)
6.79
PDB Riil per Kapita
- pertumbuhan (%)
- $ 1991

+ 0
190 (1965)

+ 5
610 (1991)
Proses Akumulasi
Investasi (% dari PDB):
- Tabungan Nasional Bruto
- Investasi Domestik Bruto

7.9
8.0

26.3
24.6
Pendidikan: % populasi dengan:
- Tidak bersekolah
- Tidak tamat pendidikan dasar
- Pendidikan dasar
- Pendidikan menengah
- Pendidikan tinggi
(1961)
68.1
16.7
11.8
3.3
0.1
(1990)
18.9
24.6
30.1
24.8
1.6
Penerimaan Pemerintah
- Penerimaan Pajak/PDB
(1974/1975)
5.8
(1990/1991)
9.7
Proses Alokasi
Kontribusi PDB (%)
- pertanian
- industri
- manufaktur

53
11
8

19
40
21
Perdagangan Luar Negeri (% dari PDB)
- Total Perdagangan
- Ekspor Non-Migas
- Impor

14.0
4.0
7.5

54.7
15.7
26.3
Proses Demografi
Tenaga Kerja (%)
- di sektor pertanian
- di sektor industri
- di sektor jasa
(1961)
73.0
8.1
18.9
(1990)
50.1
17.0
32.9
Laju Pertumbuhan Penduduk (1971-1980)
2.32
(1980-1990)
1.98
Tingkat Kematian Bayi 132 (SP 1971) 69 (SP 1990)
Proses Distribusi
Rasio Gini (1984)
0.33
(1990)
0.32
Jumlah Penduduk Miskin
- Jumlah Absolut (juta jiwa)
- Proporsi (%)
(1970)
70.00
60.0
(1990)
27.13
15.1
Sumber: Bhattacharya and Pangestu (1993) dan Hill (2000).
Tugas
1.Buatlah indikator-indikator tersebut untuk data Indonesia
terakhir dan bandingkan dengan periode yang ada tersebut
(1983-2008).
2. Buktikan bahwa pajak langsung itu income elastic

You might also like