You are on page 1of 14

HEMATOLOGI I

Oleh :
Nama : Arni Khurnia Suci
NIM : B0A013041
Rombongan : II
Kelompok : 2






LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II





KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan jaringan ikat yang mempunyai dua komponen, yaitu komponen
cair yang disebut plasma darah dan komponen sel-sel darah atau korpuskula
darah.Korpuskula darah terdiri dari 3 macam yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.
Eritrosit mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk mengedarkan oksigen dan
karbondioksida, serta berperan juga dalam menentukan golongan darah, leukosit
yang berfungsi sebagai ketahanan tubuh dan trombosit untuk homeostasis. Darah dianggap
sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi. Aliran darah dalam seluruh tubuh
menjamin lingkungan yang tetap, supaya semua sel serta jaringan mampu melaksanakan
fungsinya (Frandson, 1992).
Beragam hewan vertebrata, baik yang hidup di perairan seperti ikan maupun yang
hidup di daratan seperti unggas, reptilia dan mamalia dapat dikatakan memiliki komposisi
darah yang yang hampir sama. Darah hewan tersebut terdiri atas cairan plasma kurang
lebih 55%, komponen primer cairan tersebut adalah air dan benda korpuskula yang berada
dalam plasma kurang lebih 45%.
Menurut Soetrisno (1987), korpuskula darah terdiri dari eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Korpuskula kecil yang memberi warna merah pada darah disebut eritrosit atau
sel darah merah, biasanya semua sel darah adalah sel darah merah, dan fungsi utamanya
adalah untuk mentransport oksigen dari paru-paru ke jaringan. Sel darah merah pada
mamalia tidak berinti dan tidak memiliki organel. Berbeda dengan sel darah putih memiliki
inti dan tidak mengandung hemoglobin. Sel darah putih berperan dalam menjaga tubuh
dari serangan organisme penyebab penyakit.
Eritrosit merupakan sel yang terdapat dalam darah dengan bentuk bikonkaf yang
berwarna merah kekuningan serta bersifat elastis dan lunak. Eritrosit yang terdapat dalam
pembuluh darah tidak memiliki inti sel. Salah satu kandungan eritrosit yang sangat penting
adalah hemoglobin, hemoglobin inilah yang menyebabkan darah berwarna merah. Eritrosit
yang banyak mengikat oksigen akam berwarna merah terang, jika sedikit maka akan
berwarna merah pucat. Sel eritrosit rata-rata berumur 120 hari, dimana sel eritrosit yang
sudah tua akan dirombak akan menjadi bilirubin, yaitu pigmen warna empedu yang
berfungsi dalam proses pencernaan. Hemoglobin merupakan metaloprotein yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel darah merah mamalia dan
hewan lainnya (Kimball, 1988).
Hemoglobin adalah senyawa organik yang kompleks yang terdiri dari empat pigmen
porfirin merah, masing-masing mengandung atom Fe ditambah globulin yang merupakan
protein globuler yang terdiri atas empat asam amino. Kadar hemoglobin dan kadar glukosa
setiap species berbeda-beda, hal ini tergantung pada kebutuhan metabolisme species itu
sendiri. Hemoglobin bergabung dengan oksigen paru-paru disebut oksihemoglobin
(Hoffbrand dan pettit, 1987).
Eritrosit dan leukosit memiliki beberapa perbedaan antara lain eritrosit dihasilkan
oleh kapiler endothelium di dalam sumsum tulang, berfungsi utuk transport oksigen,
berbentuk lonjong, mempunyai inti kecuali pada mamalia dewasa dan jumlahnya paling
banyak dibandingkan dengan sel-sel darah lainnya. Leukosit dihasilkan dari sel retikulo
endotelium di luar sel-sel kapiler, berfungsi untuk ketahanan tubuh, memiliki bentuk khas,
nukleus, sitoplasma, organela dan semuanya bersifat mampu bergerak dalam keadaan
tertentu dari pembuluh darah menuju jaringan. Jumlah seluruh leukosit jauh dibawah
jumlah eritrosit dan bervariasi tergantung dari jenis hewannya, umur, kondisi lingkungan
dan musim. Ikan yang aktif eritrositnya lebih kecil dari ikan yang tidak aktif, ukuran yang
kecil memungkinkan jumlah eritrosit lebih banyak. Fluktuasi dalam jumlah leukosit pada
tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi,
umur, dan lain-lain (Hadikastowo, 1982).
Darah mempunyai beberapa fungsi yang sangat vital bagi tubuh, fungsi
terpenting darah yaitu mengangkut oksigen dan karbondioksida dari atau ke seluruh tubuh.
Secara umum darah berfungsi mengangkut bahan-bahan yang dibutuhkan ke seluruh tubuh
dan yang tidak dibutuhkan ke alat ekskresi, menjaga keseimbangan lingkungan dalam
tubuh, mengatur suhu, pertahanan tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke tubuh,
dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk memberikan keterampilan pada
mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui perbedaan bentuk sel
darah pada berbagai hewan, serta cara melakukan perhitungan sel darah merah dan putih
serta hemoglobin darah hewan.



II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah darah Manusia, Katak
(Fejervarya Cancrivora), larutan Turk, larutan Hayem, larutan 0.1 N HCl.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah haemositometer,
haemometer, tabung sahli, pipet kapiler, mikroskop, objek gelas dan kaca penutup, spuit
dan hand counter.

2.2 Metode
2.2.1 Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 20 kali):
1. Ujung jari telunjuk dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian ujung jari
ditusuk menggunakan lancet steril dengan kedalaman yang cukup hingga darah
keluar secara perlahan.
2. Darah diteteskan ke gelas objek dengan dipijit ke arah ujung jari.
3. Sediaan darah manusia di dapatkan dengan menusuk jari menggunakan lancet
steril lalu ditampung
4. Sediaan darah dihisap dengan menggunakan mikropipet hingga menunjukan
angka 1, kemudian ujungnya dibersihkan menggunakan kertas isap.
5. Larutan turk yang telah dituang terlebih dahulu ke dalam tabung reaksi sampai
angka 11.
6. Pipa karet diambil dari pipet, kemudian pipet dipegang pada kedua ujungnya
dan dikocok selama 2 menit.
7. Dibuang 1-2 tetes, kemudian tetes berikutnya dipakai untuk perhitungan.
8. Bilik hitung disiapkan. Cairan dalam pipet diteteskan sehingga dapat masuk
kedalam bilik hitung dengan sendirinya.
9. Diamati dibawah mikroskop dari perbesaran terkecil sampai yang besar.
10. Semua leukosit yang terdapat pada bujur sangkar pojok dihitung. Jadi jumlah
yang dihitung menjadi 4 x 16 = 64 bujur sangkar dengan sisi masing-masing =
mm.
11. Dengan menggunakan rumus:




2.2.2 Menghitung jumlah eritrosit (pengenceran 100 kali)
Menghitung eritrosit, cara kerjanya sama dengan cara kerja menghitung
leukosit bedanya hanya :
1. Pengenceran 200 kali.
2. Cairan pengencernya yaitu larutan Hayem.
3. Semua eritrosit yang dihitung terdapat di dalam bujur sangkar kecil dengan sisi
1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000 mm
3
.
4. Rumus perhitungannya adalah :



2.2.3 Pengukuran kadar Hb dengan metode Sahli
1. Ke dalam tabung sahli diteteskan 0,1 larutan HCl hingga batas 10.
2. Jari yang telah dibersihkan dan kering,ditusuk dengan lancet.
3. Darah yang keluar dihisap dengan menggunakan pipet hingga skala 20 m.
Darah yang tersisa diujung pipet dibersihkan dengan kapas.
4. Darah diteteskan ke tabung sahli yang berisi HCl. Kemudian tabung diletakkan
pada komparator.
5. Darah diaduk dengan menggunakan batang pengaduk. Setelah sekitar satu
menit diteteskan akuades.
6. Penambahan akuades dilakukan tetes demi tetes sampai warna darah sama
dengan warna pembanding pada komparator.
7. Dicatat hasilnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel Kadar hemoglobin, Jumlah Eritrosit dan Leukosit pada Hewan Uji dan Manusia.
Sampel Darah Kelompok
Kadar
Hemoglobin
(gr/dl)
Eritrosit
(sel/mm
3
)
Leukosit
(sel/mm
3
)
Katak
1 2 2.875.000 48.600
3
Manusia
2 4 1.110.00 15.675
4

Perhitungan :
Leukosit =

x 160 x 10 = 25 L
1. Leukosit
Dik : L1 : 158
L2 : 149
L3 : 140
L4 : 180
Dit : Jumlah Leukosit?
Jwb : =25 (L1+L2+L3+L4)
=25 (158+149+140+180)
=15675 sel/mm
3


Eritrosit =

x 4000 x 100 = 5000 E


2. Eritrosit
Dik : E1 : 37
E2 : 45
E3 : 55
E4 : 47
E5 : 38
Dit : Jumlah Eritrosit
Jwb : =5000(E1+E2+E3+E4+E5)
=5000(37+45+55+47+38)
=1.110.000sel/mm
3



3.2 Pembahasan
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah yang berarti
darah dan ology yang berarti belajar atau mempelajari. Hematology adalah ilmu yang
mempelajari aspek anatomi , fisiologi dan patologi darah. Komponen darah terdiri plasma
dan unsur-unsur pembentuk darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit (Nurcholis et al.,
2013). Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi antara lain membawa zat
makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa produk akhir metabolisme
dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan yang
mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan
tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan mikro organisme yang masuk ke
dalam tubuh (Handayani et al , 2013). Darah merupakan sistem transpor yang berfungsi
antara lain membawa zat makanan dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa
produk akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi, serta membawa oksigen dari paru-
paru ke jaringan yang mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan
mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit, sebagai alat pertahanan mikro organisme
yang masuk ke dalam tubuh (Handayani et al , 2013).
Darah merupakan jaringan pengikat yang umumnya mempunyai komposisi plasma
darah dan sel-sel darah. Plasma terdiri dari 0,10% gas, 90% air; 7-8% protein, 1% elektrolit
dan sisanya (1-2%) adalah zat lain. Sel-sel darah berbeda-beda, korpuler berkembang dalam
jaringan retikuler organ-organ pembentukan darah dan masuk ke dalam aliran darah
sebagai sel-sel matang. Sel-sel darah dapat dibedakan menjadi eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih) dan trombosit (keping darah).Eritrosit merupakan tipe sel darah
yang jumlahnya paling banyak, berbentuk lonjong dan berinti kecuali pada mammalia.
Ukuran eritrosit berbeda pada setiap spesies. Eritrosit berbentuk oval dengan diameter 7-
20 m (Lagler et al., 1977).
Plasma darah adalah cairan kompleks yang mengandung ion-ion dan molekul
organk seta berada dalam keadaan keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain.
Plasma mengandung 90% air, 7-8% protein, 1% elektrolit dan 1-2% zat-zat terlarut lainnya.
Eritrosit merupakan tipe sel darah yang berjumlah paling banyak dalam darah. Darah
vertebrata memiliki inti yang bentuknya secara umum oval, kecuali pada mamalia, dalam
perkembangannya eritrosit akan berbentuk cawan bikonkaf, yang dapat mempercepat
pertukaran gas antar sel-sel dan plasma darah (Ville et al.,1988).
Eritrosit merupakan sel darah yang berfungsi untuk mengangkut oksigen,
karbondioksida, dan sari-sari makanan (nutrien), berdiameter rata-rata 7,5 mikron,
berbentuk cakram yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler ketebalan 1,5 mikron dan pusat
yang sangat tipis dan permukaan cakram yang bikonkaf ini relatife lebar untuk jalannya
pertukaran O
2
melalui membran (Sutrisno, 1999). Eritrosit memiliki bentuk seperti cakram
kecil bikonkaf, cekung pada kedua isinya sehingga apabila dilihat dari samping akan tampak
seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Struktur eritrosit terdiri dari
pembungkus luar atau shoma dan masa hemoglobin. Fungsi utama eritrosit adalah untuk
membawa gas CO
2
dan O
2
dan secara garis besar rasio luas permukaannya bergantung pada
faktor pertukaran oksigen dan karbondioksida (Pearce,1989). Eritrosit mempunyai fungsi
sebagai penyuplai oksigen dalam darah dan dalam darah terkandung hemoglobin.
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein yang mengandung pigmen porpirofin merah
(heme) yang masing-masing mengandung atom Fe ditambah dengan globin yang
merupakan protein globular yang terdiri atas rantai asam amino. Hemoglobin sendiri
berfungsi untuk mengatur oksigen pada mamalia dan vertebrata (Kimball, 1991). Kimball, J.
W. 1991. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Leukosit jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih dan mempunyai
kemampuan gerak yang independent. Sel ini berperan dalam proses kekebalan tubuh.
Bentuk leukosit ini sangat bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-masing (Sutrisno,
1999). Leukosit pada hewan vertebrata memiliki beberapa tipe yang semuanya berasal dari
sel precursor yang sama. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang memiliki
sitoplasma granular (granulosit) dan yang memiliki sitoplasma non granuler (agranulosit).
Granulosit terdiri dari monosit dan limposit. Leukosit ini berperan dalam pertahanan seluler
dan hormonal organisme serta melindungi tubuh dengan menimbulkan peradangan di
tempat-tempat yang terkena infeksi, memfagositasi mikroba, merusak toksin dan merusak
antibody (Ville at al., 1988).
Menurut Soetrisno (1981), darah memiliki bermacam-macam fungsi antara lain
sebagai berikut,
1. Mengangkut zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke dalam jaringan,
2. Mengangkut oksigen (O
2
) dari paru-paru ke jaringan dan mengangkut karbon
dioksida (CO
2
) dari jaringan ke paru-paru
3. Mengangkut metabolis dari jaringan ke alat sekresi
4. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ target
5. Memelihara keseimbangan air dalam tubuh
6. Mempertahankan suhu tubuh karena panas jenisnya yang tinggi
7. Memelihara pH jaringan dan cairan tubuh
8. Membantu pertahanan tubuh terhadap bermacam-macam penyakit.
Praktikum kali ini banyak menggunakan alat-alat yang memang khusus digunakan
untuk perlakuan terhadap darah. Haemositometer fungsinya untuk menghitung sel darah,
baik sel darah putih maupun sel darah merah, cover glass digunakan untuk menutup
haemositometer saat melakukan pengamatan di bawah mikroskop, mikroskop digunakan
untuk mengamati jumlah eritrosit dan leukosit, pipet thoma sebagai pasangannya berfungsi
untuk pengambilan darah. Ada dua jenis pipet thoma, yaitu pipet thoma eritrosit dan pipet
thoma leukosit. Haemometer berfungsi untuk menghitung kadar haemoglobin dalam
darah. Pipet digunakan untuk mengambil eritrosit dan larutan HCl dan tabung sahli
merupakan pasangan atau alat pelengkap dari haemometer yang digunakan untuk
menampung larutan darah saat akan di ukur kadar haemoglobinnya, hand counter untuk
menghitung jumlah eritrosit dan leukosit, spuit digunakan untuk mengambil darah dari
hewan uji. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah dari hewan uji (katak, ikan dan
manusia), larutan turk digunakan untuk mengencerkan leukosit, larutan hayem digunkan
untuk mengencerkan eritrosit, larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan
warna senyawa hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin, akuades
digunakan sebagai pengencer dan larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah
yang menggumpal. Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa penggunaan konsentrasi
garam EDTA yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan kuantitas maupun kualitas hasil
pemeriksaan. Lamanya penundaan pemeriksaan juga dapat memberikan hasil yang
berbeda untuk parameter tertentu (Aulia, 1988).
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit adalah tergantung
pada spesies, kondisi pakan, kandungan bahan organic seperti glukosa, lemak, urea dan
asam urat, kondisi lingkungan, musim serta umur hewan (Oktavia, 2011). Menurut
Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh :
1. Jenis kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada betina;
2. Umur, semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit;
3. Kondisi badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak;
4. Aktivitas harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif;
5. Stress, jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.

Pada praktikum kali ini terdiri dari tiga kegiatan, yang pertama adalah menghitung
jumlah eritrosit manusia dan yang kedua adalah menghitung jumlah leukosit manusia dan
yang ketiga adalah mengukur kadar Hb.
Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah eritrosit dari sampel darah manusia adalah
1.110.000 sel/mm
3
(kelompok kami) dan.......... Hasil pengamatan yang diperoleh untuk
jumlah eritrosit manusia tidak sesuai dengan pustaka, karena kadar eritrosit normal pada
laki-laki berkisar 4.200.00-5.400.000 sel/mm
3
, sedangkan pada perempuan berkisar
3.600.000-5.000.000 sel/mm
3
(Kimball, 1996) sedangkan jumlah eritrosit yang diperoleh
1.110.000 sel/mm
3
. Pada katak jumlah eritrositnya adalah 2.875.00 sel/mm
3
dan .....
Jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies adalah berbeda satu sama lain (Legler, 1997).
Gambaran darah pada hewan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis
kelamin, bangsa, penyakit, temperatur lingkungan, keadaan geografis, kebuntingan dan
kegiatan fisik (Apsari dan Arta, 2010).
Eritrosit berbentuk lempeng bikonkaf, yang merupakan sel gepeng berbentuk
piringan yang dibagian tengah dikedua sisinya mencekung, seperti sebuah donat dengan
bagian tengah mengepeng bukan berlubang. Dengan diameter 8 m, tepi luar tebalnya 2
m dan bagian tengah 1 m. Jumlah eritrosit pada manusia sangat bervariasi antara
individu yang satu dengan yang lainnya. Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh jenis kelamin,
umur, kondisi tubuh, variasi harian, dan keadaan stress. Banyaknya jumlah eritrosit juga
disebabkan oleh ukuran sel darah itu sendiri (Schmidt dan Nelson, 1990). Dallman dan
Brown (1987) menyatakan bahwa, hewan yang memiliki sel darah kecil, jumlahnya banyak.
Sebaliknya yang ukurannya lebih besar akan mempunyai jumlah yang lebih sedikit. Jumlah
sel darah merah yang banyak, juga menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan
yang aktif bergerak/beraktivitas akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula,
karena hewan yang aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri
mempunyai fungsi sebagai transport oksigen dalam darah.
Leuksit mengandung inti, dan darah manusia normal terdapat jumlah leukosit rata-
rata 5.000-10.000 sel/mm
3
(Kimball, 1996). Hasil pengamatan yang diperoleh 15.975
sel/mm
3
dan ..... Hasil pengamatan kelompok kami tidak sesuai dengan pustaka, hasil yang
didapat melebihi kadar manusia normal yaitu 15.975 sel/mm
3
. Besarnya jumlah leukosit
selalu dipengaruhi oleh jumlah eritrosit, dimana jumlah leukosit selalu lebih rendah
daripada jumlah eritrosit (Bevelandr dan Judith, 1979). Sedangkan pada katak didapatkan
hasil yaitu, 48.600 sel/mm
3
dan...... Penurunan kadar leukosit menyebabkan hewan menjadi
stress (Ramesh et all., 2008)
Ketidaksesuaian tersebut disebabkan fluktuasi dalam jumlah leukosit pada tiap
individu cukup besar pada kondisi tertentu, misalnya stress, aktifitas fisiologis, gizi, umur,
bahan organik yang terkandung seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kondisi lingkungan
dan musim juga sangat mempengaruhi jumlah eritrosit dan leukosit dan lain-lain (Coke et
al, 2004).
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700
(Frandson, 1992). Jumlah leukosit tergantung jenis hewannya. Jumlah leukosit lebih
banyak diproduksi jika kondisi tubuh sedang sakit apabila dalam sirkulasi darah jumlah
leukositnya lebih sedikit dibanding dengan eritrositnya (Pearce, 1989). Kimball (1988)
menyatakan bahwa, sel darah putih berperan dalam melawan infeksi.
Leukosit merupakan salah satu pertahanan tubuh yang utama terhadap infeksi.
Leukosit atau sel-sel darah putih bukan merupakan komponen yang tetap dalam darah dan
sel-sel darah putih bermigrasi ke jaringan dimana sel-sel darah putih dapat melakukan
berbagai fungsi. Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah
putih digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu granulosit dan agranulosit. Leukosit granulosit
memiliki 2 jenis granula,yaitu granula spesifik dan granula azurofilik. Golongkan granulosit
ialah neutrofil, eosinofil dan basofil. Agranulosit tidak memiliki memiliki granula spesifik.
Limfosit dan monosit termasuk dalam kelompok agranulosit. Leukosit terlibat dalam
pertahanan selular dan humoral dari organisme terhadap materi asing (Junqueira et al.,
1997).
Trombosit berasal dari megakaryosit yaitu sel-sel yang terdapat di dalam sumsum
tulang belakang. Trombosit berbentuk oval dengan diameter 2-4 m. Trombosit memegang
peranan penting pada proses koagulasi darah, sehingga mencegah kehilangan darah bila
ada pembuluh darah yang rusak (Soetrisno, 1981).
Pada pengukuran kadar Hb dilakukan dengan cara pengambilan darah beberapa ml
dengan mengguanakan pipet ke dalam tabung Sahli, kemudian diberi HCL 0,1 ml sebagai
indikator penetral hemoglobin dankemudian diaduk menggunakan dengan batang
pengaduk, lalu diberi aquadest beberapa tetes untuk menetralkan cairan. Hingga cairan
tersebut berwarna menyerupai cairan standar yang ada pada komparator yaitu orange atau
cokelat muda, kemudian jika warna sudah sama penetesan aquadest dihentikan, kemudian
diukur Hb nya. Didapatkan hasil pada darah manusia yaitu 4g/dl dan...., sedangkan pada
darah katak kadar Hb nya 2g/dl dan.... Pada manusia dalam keadaan normal kadar Hb
sekitar 12-18 g/dl (Kimball, 1996). Hasil pengamatan kelompok kami tidak sesuai dengan
pustaka, hasil yang didapat kurang dari kadar manusia normal yaitu 4g/dl.
Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak
dapat distandarisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti
sulfhemoglobin, methemoglobin, dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain
(oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik.
Namun dari dau metode tersebut metode sianmethemoglobin adalah metode yang
dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab
selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin
dapat terukur, kecuali sulfhemoglobin. Metode Sahli memiliki kesalahan sebesar 10-15%,
sehingga tudak dapat untuk menghitung indeks eritrosit.
Hemoglobin berada di eritrosit. Organisme yang berada di darat memiliki kadar Hb
yang tinggi dibanding dengan hewan akuatik karena di darat organisme mendapat suplai
oksigen yang lebih dibanding dengan di laut, semakin dalam laut maka suplai oksigennya
pun berkurang, hal tersebut dikarenakan intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam
perairan lebih sedikit sehingga tumbuhan laut tidak dapat melakukan fotosintesis yang
berakibat rendahnya suplai oksigen. Semakin banyak oksigen maka semakin banyak pula
kadar hemoglobin di dalamnya (Sutrisno, 1987)
Hemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4 pigmen
porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang merupakan protein globuler
(terdiri atas 4 asam amino). Haemoglobin yang mengikatoksigen disebut oksihaemoglobin.
Haemoglobin bertanggung jawab terhadap transport oksigen dan karbon dioksida dalam
darah. Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit
(Maheswaran et al, 2008).
Pada ikan yang terserang penyakit terjadi perubahan pada nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih. Pemeriksaan darah
(hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit.
Pemeriksaan parameter hematologis meliputi pemeriksaan nilai hematokrit, kadar
hemoglobin, jumlah sel darah merah, jumlah sel darah putih dan pengamatan parasit yang
terdapat dalam darah (Estetika Alamanda, 2006).

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Darah merupakan matriks cair berupa jaringan pengikat yang terdiri atas korpuskula
darah dan plasma darah.
2. Eritrosit mempunyai fungsi sebagai media transport yaitu, transport zat-zat terlarut,
transport gas, transport panas, transport energi sedangkan leukosit berfungsi sebagai
alat pertahanan tubuh (sistem imun).
3. Leukosit dipengaruhi adanya nukleus yang memiliki kemampuan gerak yang
independen.
4. Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit antara lain umur, jenis kelamin, kondisi
limgkungan, emosi dan musim. Faktor yamg mempengaruhi jumlah leukosit antara lain
stress, aktivitas fisiologis, gizi dan umur ikan.
5. Jumlah eritrosit mencit sebesar 2.285.000 sel/mm
3
, sedangkan jumlah leukosit mencit
sebesar 6.125 sel/mm
3
.
Cara pengambilan darah hewan seperti katak yaitu dengan cara diisap dengan
syringe/spuit di tusuk ke bagian ventrikel jantung katak. Pada ikan yaitu pada
sirip belakang??
Perbedaan bentuk sel darah merah pada hewan yaitu, pada katak berbentuk
lonjong, sedangkan pada ikan berbentuk bulat dan keduanya berinti
Hasil perhitungan pada darah manusia yaitu, sel darah merah 1.110.000sel/mm
2

; sel darah putih 15.675 sel/mm
2
; dan kadar hemoglobin 4g/dl. Sedangkan pada
darah katak yaitu, sel darah merah 2.875.000 sel/mm
2
; sel darah putih 48.600
sel/mm
2
; dan kadar hemoglobin 24g/dl .
DAFTAR REFERENSI
Delman, H. D dan M. B. Ester. 1992. Buku Teks Histologi Veterinner I. UI Press,Jakarta.
Junqueira, D. C. 1997. Histologi Dasar. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta.
Kaneko, H., Sugahara, Y. 2012. Tumor lysis syndrome presenting in a patient with multiple
myeloma treated with vincristine, adriamycin, and dexamethasone: a case report.
Open Journal of Hematology, 2012, 3-3.
Moyle, P. B. and J. J. Cech. 2001. Fisher and Introduction to Ichtyology 4 th. Prentice, Inc.
London.Paulsen, D. F. 2000. Histology and Cell Biology 4 th Edition. Mc Graw Hill,
NewYork.
Maheswaran.R, Devapaul, A, Mularidharan. S, Velmurugan. B, Ignacinuthu. S.2008.
Hematological Studies of fresh water fish, Chlarias batrachus (L.) exposed to mercuric
chloride. Inational Journal of Integrative Biology janan disingkat tambah volume
nomor berapa n nomor halaman contoh2(1): 49-54.
Soetrisno, P. E. 1981. Diktat Fisiologi Ternak. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Tripathi, A. K., Kumar, A., dan Ramaswamy, A. 2011. Total Leukocyte Counts and the
Requirement of Dose Reduction due to Cytopenias as Prognostic Indicators Affecting
Response to Imatinib in Chronic Myeloid Leukemia. Indian J Hematol Blood Transfus
(Jan-Mar 2011) 27(1):713.
Ville, C. A, W. F. J. Walker and R. D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.
Hoffbrand, A. V dan J. E. Pettit. 1987. Haematologi. Penerbit EGC. Jakarta.
Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. UGM Press, Yogyakarta.
Kimball, J.W. 1988. Biologi. Erlangga. Jakarta.

You might also like