You are on page 1of 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena
masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah. Menurut
WHO (1948) kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan
sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Dalam UU No. 23
Tahun 1992 disebutkan bahwa kesehatan sekolah diselenggarakan untuk
meningkatkan pemahaman, kemampuan, peserta didik akan arti hidup sehat.
Apabila lingkungan hidup anak sehat dan kondusif, maka anak dapat belajar
dengan baik, serta tumbuh dan berkembang secara harmonis. Kondisi seperti ini
diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia terutama di bidang kesehatan
yang lebih berkualitas (WHO, 1948).
Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga
kesehatannya, sehingga anak sekolah berpotensi sebagai agen perubahan untuk
mempromosikan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), baik di lingkungan
sekolah, keluarga, maupun di masyarakat. Sekolah juga diharapkan dapat berperan
aktif dalam upaya memberdayakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).
Lingkungan sekolah yang sehat akan meningkatkan kualitas siswa-siswi yang akan
menjadi contoh dan panutan belajar hidup sehat bagi masyarakat di sekitarnya.
Institusi pendidikan dianggap sebagai tempat yang strategis sebagai tempat untuk
mempromosikan kesehatan sekolah karena munculnya berbagai penyakit yang
menyerang anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan rendahnya PHBS yang
dapat menyebabkan angka kejadian penyakit semakin meningkat dari tahun ke
tahun sehingga menjadi kejadian luar biasa (KLB) (Judarwanto, 2008).
Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia Sekolah Dasar biasanya
berkaitan dengan kebersihan perorangan, lingkungan dan munculnya berbagai
penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata umumnya berkaitan
dengan PHBS. Masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah semakin
memperjelas bahwa nilai-nilai PHBS di sekolah masih minimal dan belum
mencapai tingkat yang diharapkan. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian
tentang PHBS pada anak sekolah (Judarwanto, 2008).
2

Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) adalah upaya
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi, dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan,
sikap serta perilaku hidup bersih sehat, melalui pendekatan pimpinan (advokasi),
bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
(Depkes RI, 2008).
Data
Menurut L.Green yang mempengaruhi PHBS di sekolah adalah
pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
hasil penelitian sebelumnya dr jurnal(tentang hasil) Berkaitan dengan hal tersebut
di atas maka peneliti berkeinginan meneliti tentang PHBS (Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat) pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Sumampir.

B. Rumusan Masalah
Anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa dan merupakan
masa keemasaan untuk menanamkan perilaku hidup bersih sehat, sehingga dalam
hal ini sekolah sebagai tempat belajar mengajar juga merupakan ancaman
penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Selain tidak terjadwalnya
materi PHBS, peran sekolah dalam pengembangan kesehatan sekolah juga belum
optimal. Tidak tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitas untuk mendukung
keberhasilan PHBS. Hal inilah yang menyebabkan tingginya angka penyakit pada
anak sekolah terkait dengan rendahnya PHBS.
Berdasarkan permasalahn tersebut maka, rumusan masalah praktikum ini
adalah Bagaimanakah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa siswi SD
Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas?.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada siswa-siswi
SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin,
kelas.
3

b. Mendeskripsikan pengetahuan siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir
Kecamatan Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas mengenai Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah.
c. Mendeskripsikan sikap siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan
Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas mengenai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
d. Mendeskripsikan sarana prasarana pendukung Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat pada siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan Purwokerto
Utara Kabupaten Banyumas.
e. Mendeskripsikan peran Guru SD di Desa Sumampir Kecamatan
Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas mengenai PHBS.
f. Mendeskripsikan perilaku siswa-siswi SD Negeri 2 Sumampir Kecamatan
Purwokerto Utara Kabupaten Banyumas mengenai Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) di sekolah.
D. Manfaat
1. Bagi siswa-siswi SDN 2 Sumampir
Meningkatkan pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah.
2. Bagi SDN 2 Sumampir
Meningkatkan sarana prasarana yang dapat mendukung Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di Sekolah.
3. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
Memberikan gambaran kondisi instansi pendidikan terkait pengetahuan PHBS
pada tatanan sekolah.
4. Bagi peneliti
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah di
bidang kesehatan masyarakat dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai PHBS
tatanan sekolah.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PHBS Tatanan Sekolah
1. Pengertian PHBS
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan
kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2006).
PHBS adalah wujud pemberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan
mampu mempraktekkan PHBS. Program PHBS adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Masyarakat diharapkan dapat mengenali dan
mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam tatanan masing-masing dan
masyarakat agar dapat menerapkan cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI, 2006).
2. Indikator PHBS Tatanan Sekolah
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang
dijalankan telah sesuai dengan rencana dan menghasilkan dampak yang
diharapkan. Dengan demikian indikator merupakan suatu alat ukur untuk
menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang
menjadi pokok perhatian (Depkes RI, 2006).
a. Mencuci Tangan Dengan Air Mengalir dan Sabun
Mencuci tangan merupakan langkah yang cukup penting untuk
mencegah penyebaran penyakit. Tangan merupakan salah satu jalur penularan
berbagai penyakit menular seperti penyakit gangguan usus dan pencernaan
(diare, muntah) dan berbagai penyakit lainnya yang dapat berpotensi membawa
kepada arah kematian. Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan,
namun hal ini terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan
dengan mencuci tangan dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci
tangan sebenarnya menyebabkan seseorang harus mengalokasikan waktunya
lebih banyak saat mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif
karena lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok
dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak dan kotoran yang
menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah tangan menjadi
5

harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam beberapa kasus,
tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan dengan sabun
menjadi menarik untuk dilakukan (Depkes RI, 2006).
Pengertian akan pentingnya kebiasaan mencuci tangan oleh siapapun
menjadi hal dasar yang dibutuhkan untuk mengatasi kuman. Bukan hanya
sekedar mencuci tangan saja melainkan juga menggunakan sabun dan
dilakukan di bawah air yang mengalir karena sabun bisa mengurangi atau
melemahkan kuman yang ada di tangan. Mencuci tangan dengan air mengalir
dan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih
dan memutuskan mata rantai kuman. PBB telah mencanangkan tanggal 15
Oktober sebagai Hari Mencuci Tangan dengan Sabun Sedunia. Ada 20 negara
di dunia yang akan berpartisipasi aktif dalam hal ini, salah satu diantaranya
adalah Indonesia. Cuci tangan pakai sabun penting dilakukan, khususnya:
1. Sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan
2. Sebelum menyuapi anak
3. Sesudah buang air besar dan kecil
4. Setelah menceboki bayi
5. Setelah bersin, batuk, membuang ingus, setelah pulang dari bepergian
6. Sehabis bermain/memberi makan/memegang hewan peliharaan.
(Depkes RI, 2006).
b. Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan dan hal ini
dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dianita (2011) di Depok
dimana telah ditemukan Salmonella paratyphi A di 25% - 50% sampel
minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu
yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran
kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah
penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengempal
yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan
untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil) dan methanol yellow
(pewarna kuning pada tekstil) (Judarwanto, 2008).
6

Makanan jajanan dapat menyumbang asupan energi bagi anak sekolah
sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Oleh karena itu, makanan
jajanan memiliki peranan penting pada pertumbuhan dan prestasi belajar anak
sekolah. Jadi, untuk mengurangi paparan anak sekolah terhadap makanan
jajanan yang tidak sehat dan tidak aman, perlu dilakukan usaha promosi
keamanan pangan baik kepada pihak sekolah, guru, orang tua, murid, serta
pedagang (Judarwanto, 2008).
Anak-anak sekolah umumnya setiap hari menghabiskan waktunya di
sekolah, demikian halnya berpengaruh pada pola makan anak. Sebagai orang
tua mungkin perlu kita sadari bahwa makanan dari luar rumah (di sekolah)
memberikan konstribusi terhadap pemenuhan kebutuhan energi sebesar 3l,l%
dan protein sebesar 27,4%. Hasil survei juga menunjukkan bahwa sejumlah
78% anak sekolah jajan di lingkungan sekolah, baik di kantin maupun dari
penjaja sekitar sekolah (Badan POM, 2008).
Karena itu dapat difahami peran penting makanan jajanan pada
pertumbuhan dan prestasi belajar anak sekolah. Makanan jajanan yang tidak
sehat dan tidak bermutu mengakibatkan timbulnya risiko bagi kesehatan dan
memiliki dampak negatif jangka panjang terhadap pembentukan generasi
bangsa. Sungguh ironis, jika kita menganggap makanan jajanan anak sekolah
hanya sebagai masalah kecil karena dampaknya yang begitu besar terhadap
kelangsungan bangsa di masa depan. Peningkatan perhatian kesehatan anak
usia sekolah melalui makanan jajanan yang sehat ini diharapkan dapat
menciptakan peserta didik yang sehat, cerdas dan berprestasi yang merupakan
aset bangsa di masa mendatang.
3. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Tindakan yang paling penting dan dapat dilakukan oleh sekolah untuk
mencegah penyebarluasan penyakit menular seperti diare adalah membuang
kotoran manusia secara aman yaitu dengan menggunakan jamban. Letak
jamban sebaiknya tidak terlalu dekat dengan ruangan kelas. Jamban antara
siswa laki-laki dan siswa perempuan harus dipisahkan agar kebersihan jamban
dapat terjaga dan jamban dilakukan pemeriksaan kebersihan setiap hari.
Jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap
masayarakat. Pentingnya buang air kecil dan besar di jamban yang bersih
7

adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena
sanitasi yang buruk (Depkes RI, 2010).
Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban
yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan
mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan
sekitar. Syarat jamban sehat meliputi :
a. Tidak mencemari sumber air bersih, untuk ini letak lubang penampungan
kotoran paling sedikit berjarak 10 m dari sumber air minum. Tetapi jika
keadaan tanahnya berkapur atau tanah liat yang retak-retak pada musim
kemarau, demikian juga bila letak jamban di sebelah atas dari sumber air
minum pada tanah yang miring, maka jarak tersebut hendaknya lebih dari
15 m.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus, untuk
ini tinja harus tertutup rapat, misalnya dengan menggunakan leher
angsa/penutup yang rapat.
c. Mudah dibersihkan, aman digunakan, untuk ini maka harus dibuat dari
bahan-bahan yang kuat dan tahan lama dan agar lebih irit hendaknya dibuat
dari bahan-bahan yang ada di daerah setempat.
d. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
terang.
e. Cukup penerangan.
f. Lantai kedap air.
g. Luas ruangan cukup, atap tidak terlalu rendah.
h. Ventilasi cukup baik.
i. Tersedia air dan alat pembersih.
(Depkes RI, 2010).
4. Olahraga Yang Teratur dan Terukur
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana
untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan
kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu
bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur yang melibatkan gerakan
tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
(Depkes RI, 2002).
8

Kebugaran jasmani sangat penting dalam menunjang aktivitas
kehidupan sehari-hari, akan tetapi nilai kebugaran jasmani setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan tugas dan profesi masing-masing. Kebugaran
jasmani terdiri dari komponen - komponen yang dikelompokkan menjadi
kelompok yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Physical
Fitness) dan kelompok yang berhubungan dengan keterampilan (Skill Related
Physical Fitness) (Depkes RI, 2002). Manfaat olahraga :
1. Meningkatkan kerja dan fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang
ditandai dengan :
a. Denyut nadi istirahat menurun.
b. Isi sekuncup bertambah.
c. Kapasitas bertambah.
d. Penumpukan asam laktat berkurang.
e. Meningkatkan pembuluh darah kolateral.
f. Meningkatkan HDL Kolesterol.
g. Mengurangi aterosklerosis.
2. Meningkatkan kekuatan otot dan kepadatan tulang yang ditandai pada:
a. Pada anak : mengoptimalkan pertumbuhan.
b. Pada orang dewasa : memperkuat masa tulang, menurunkan nyeri sendi
kronis pada pinggang, punggung dan lutut.
3. Meningkatkan kelenturan (fleksibilitas) pada tubuh sehingga dapat
mengurangi cedera.
4. Meningkatkan metabolisme tubuh untuk mencegah kegemukan dan
mempertahankan berat badan ideal.
5. Mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit seperti :
a. Tekanan darah tinggi : mengurangi tekanan sistolik dan diastolik.
b. Penyakit jantung koroner : menambah HDL-kolesterol dan mengurangi
lemak tubuh.
c. Kencing manis : menambah sensitifitas insulin.
d. Infeksi : meningkatkan sistem imunitas.
6. Meningkatkan sistem hormonal melalui peningkatan sensitivitas hormon
terhadap jaringan tubuh.
7. Meningkatkan aktivitas sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit melalui
peningkatan pengaturan kekebalan tubuh.
9

(Depkes RI, 2002).
5. Tidak Merokok
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada
rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida. Menurut data Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas), bahwa pada tahun 2004 sekitar 3% anak-anak
mulai merokok sejak kurang dari usia 10 tahun. Presentase merokok tertinggi
sebesar 64% berada pada kelompok usia remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti
bahaya rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak - anak dan akan
berdampak pada masa remaja. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus
dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar (Depkes RI, 2010).
6. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan
Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya
tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memberikan masukan
untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak.
Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak
bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang
bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak
memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada
umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila
ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan
normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain
seusiannya (Depkes RI, 2010).
Pencatatan hasil penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan siswa di Kartu Menuju Sehat Anak Sekolah (KMS-AS) secara teratur
setiap 6 bulan yang akan memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan
siswa (kekurangan gizi, kegemukan atau gizi baik) dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan siswa. Anak dengan status gizi
baik akan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai usia. Tanda-tanda
siswa dengan gizi kurang :
1. Siswa tampak kurus.
2. Tidak segar, tidak ceria.
3. Tidak bergairah/ malas melakukan aktivitas
10

4. Cenderung sering sakit.
Tanda-tanda siswa dengan gizi lebih :
1. Siswa tampak gemuk.
2. Bentuk tubuh terlihat tidak seimbang.
3. Tidak dapat bergerak bebas.
4. Nafas mudah tersengal-sengal jika melakukan kegiatan.
5. Mudah lelah.
6. Malas melakukan kegiatan.
Tanda-tanda siswa dengan gizi baik :
1. Tumbuh normal.
2. Segar, kuat, giat dan ceria.
3. Mata bersih dan bersinar.
4. Nafsu makan baik.
(Asim, 1992).
7. Membuang Sampah pada Tempatnya
Sampah adalah termasuk yang mempengaruhi kelestarian lingkungan
hidup, karena sampah mempengaruhi lingkungan alam dan lingkungan sosial,
apabila ada kesalahan dalam pembuangan sampah maka akan berakibat fatal
bagi lingkungan hidup di masa sekarang dan di masa yang akan datang. Seperti
membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yang tanpa ada
pengolahan lebih lanjut, yang pada akhirnya mengakibatkan penumpukan.
Ketika sampah menumpuk akan mengakibatkan bencana yang membuat
kerusakan lingkungan, contohnya seperti mengakibatkan banjir, longsor dan
bencana lainnya. Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana
yang sangat besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan namun
sangat susah untuk diterapkan. Hasil peneltian ini sesuai dengan pernyataan oleh
Andang Binawan yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah
sembarangan dilakukan hamper di semua kalangan masyarakat, tidak hanya
warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya
(Kartiadi, 2009).

8. Memberantas Jentik Nyamuk
1. Alasan Memberantas Jentik Nyamuk di Sekolah
11

Agar sekolah bebas jentik nyamuk , peserta didik dan masyarakat lingkungan
sekolah terhindar dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.
2. Pengertian Memberantas Jentik Nyamuk
Memberantas jentik nyamuk di sekolah adalah kegiatan memeriksa tempat -
tempat penampungan air bersih yang ada di sekolah (bak mandi, kolam, dll),
apakah bebas dari jentik nyamuk atau tidak.
3. Kegiatan memberantas jentik nyamuk
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk). PSN merupakan
kegiatan memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk menular sebagai
penyakit seperti Demam Berdarah, Demam Dengue, Chikungunya, Malaria,
Filariasis (Kaki Gajah) di tempat-tempat perkembangbiakannya.
3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN seperti :
a. Menguras dan menyikat tempat-tempat penempungan air seperti bak
mandi, kolam, tatakan pot kembang, dll.
b. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang bak kontrol,
lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat menampuang air hujan.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas, plastik-plastik yang
dibuang sembarangan ( bekas botol/gelas air mineral,plastik , dll ).
d. Plus Menghindari gigitan nyamuk seperti :
1) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya
memakai obat nyamuk oles / diusap ke kulit, dll.
2) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
3) Memperbaiki saluran dan talang air yang rusak.
4) Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat - tempat
yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit air.
5) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air,
misalnya ikan cupang, ikan nila, dll.
6) Menanam tumbuhan pengusir nyamuk misalnya, zodia, lavender,
rosemary, dll.
(Depkes RI, 2010).
3. Tujuan dan Manfaat PHBS di Sekolah
12

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.
Manfaat PHBS di Sekolah :
1. Terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan
ancaman penyakit.
2. Meningkatnya semangat proses belajar-mengajar yang berdampak pada
prestasi belajar peserta didik.
3. Citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua (masyarakat).
4. Meningkatnya citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
5. Menjadi percontohan sekolah sehat bagi sekolah atau daerah lain.
(Depkes RI, 2010).
B. Perilaku Kesehatan
1. Definisi
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).
2. Jenis Perilaku Kesehatan
Jenis perilaku dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka
perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain (Notoatmodjo, 2003).
3. Domain Perilaku
13

Perilaku terbagi menjadi beberapa domain, pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Sedangkan sikap adalah reaksi
atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuain reaksi terhadapi
stimulus tertentu yang sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus social. Dan sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(Notoatmodjo, 2010).

C. Faktor Factor yang Mempengaruhi PHBS di Sekolah
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007) perilaku tentang kesehatan di
tentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dari orang tersebut.
Disamping itu, ketersediaan fasilitas atau sarana PHBS seperti ketersediaan air bersih
dan tempat sampah juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Hitchock, Schubert dan Thomas (1999) dalam Notoatmodjo (2010)
mengungkapkan bahwa perilaku sehat merupakan rangkaian aktivitas yang
dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan
kebutuhan fisik dan mental seperti; makan makanan bergizi, olahraga secara teratur,
istirahat, manajemen stress, dan aktivitas ibadah. Notoatmodjo (2010) menyatakan
bahwa perilaku kesehatan adalah semua aktivitas yang dilakukan oleh seseorang,
baik yang dapat diamati maupun tidak dapat diamati, yang berhubungan dengan
upaya pemeliharaan termasuk pencegahan, perlindungan diri dari penyakit/masalah
kesehatan dan mencari penyembuhan, serta peningkatan kesehatan
Dr jurnal










14

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas


Variabel Terikat















Gambar 3.1. Kerangka Konsep.





B. Definisi Oprasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No

Variabel
Definisi
Operasional
Parameter Kategori Skala
1 Pengetah Proses tahu atau Diukur 1. Baik ( Ordinal
1. Predisposisi
a. Karakteristik reponden
1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Tingkatan Kelas
b. Penegtahuan
c. Sikap
2. Pendukung
a. Sarana Prasarana di
sekolah
3. Penguat
a. Persepsi peran guru di
sekolah
Perilaku hidup bersih
dan sehat di sekolah
pada siswa-siswi SD
Negeri 2 Sumampir
Kecamatan Purwokerto
Utara Kabupaten
Banyumas.


15

uan pemahaman
siwa-siswi SD
Negeri 2
Sumampir
tentang perilaku
hidup bersih dan
sehat di sekolah
yang meliputi:
mencuci tangan
yang baik
jajanan sehat
jamban bersih
olahraga teratur
bahaya merokok
pengukuran berat
badan dan tinggi
badan
membuang
sampah yang
baik
pemberantasan
jentik nymauk.
dengan
kuesioner
yang terdiri
dari
pertanyaan.
Untuk
pertanyaaan
positif
jawaban iya
skor 1
jawaban tidak
skor 0. Untuk
pertanyaan
negative
jawaban iya
skor 0 dan
jawaban tidak
skor 1.
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau
median
jika dta
tidak
berdistribu
si normal).
2. Kurang
baik ( <
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau <
median
jika data
tidak
berdistribu
si normal).
2 Perilaku Tindakan siswa-
siswi SD N 2
Sumampir
tentang PHBS di
sekolah yang
meliputi :
mencuci tangan
yang baik
konsumsi jajanan
sehat
penggunaan
Kuisioner ,
yang terdiri
dari
pertanyaan.
Untuk
pertanyaaan
positif
jawaban iya
skor 1
jawaban tidak
skor 0. Untuk
1. Baik (
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau
median
jika dta
tidak
berdistribu
si normal).

16

jamban yang
bersih dan sehat
olahraga yang
teratur
perilaku tidak
merokok
pengukuran berat
badan dan tinggi
badan oleh dokter
kecil secara
teratur
membuang
sampah yang baik
pemberantasan
jentik nyamuk.
pertanyaan
negative
jawaban iya
skor 0 dan
jawaban tidak
skor 1.
2. Kurang
baik ( <
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau <
median
jika data
tidak
berdistribu
si normal).
3 Sikap Persepsi siswa-
siswa SD N 2
Sumampir
mengenai PHBS
meliputi:
mencuci tangan
yang baik
konsumsi jajanan
sehat
penggunaan
jamban yang
bersih dan sehat
olahraga yang
teratur
perilaku tidak
merokok
pengukuran berat
badan dan tinggi
Kuisioner ,
yang terdiri
dari
pertanyaan.
Untuk
pertanyaaan
positif
jawaban iya
skor 1
jawaban tidak
skor 0. Untuk
pertanyaan
negative
jawaban iya
skor 0 dan
jawaban tidak
skor 1.
1. Baik (
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau
median
jika dta
tidak
berdistribu
si normal).
2. Kurang
baik ( <
mean jika
data
berdistribu
si normal
atau <
Ordinal.
17

badan oleh dokter
kecil secara
teratur
membuang
sampah yang baik
pemberantasan
jentik nyamuk.
median
jika data
tidak
berdistribu
si normal).
4 Sarana
Prasarana
Ketersediaannya
sarana prasarana
yang mendukung
PHBS di sekolah
meliputi:
sabun dan tempat
mencuci tangan
kantin yang sehat
WC dengan
jamban sehat,
lahan, peralatan
dan jadwal
olahraga
himbauan tidak
merokok melalui
poster
UKS
tempat sampah
alat kebersihan
kamar mandi.
Lembar
observasi

C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam praktikum ini adalah deskriptif.
Penelitian deskriptif (descriptive research) dimaksudkan untuk mendeskripsikan
secara sistematis dan akurat suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat
factual. Penelitian deskriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang
dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu
18

yang terjadi baru-baru ini. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang
dimaksudkan untk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau
kelompok tertentu secara akurat (Danim, 2003). Penelitian deskriptif bertujuan
untuk mencari feomena yag terdapat di suatu daerah atau institusi dan mendeskripsi
subjek studi berdasarkan variable orang, tempat, dan waktu atau menemukan
kemungkinan adanya hubungan antara dua variable yang dapat digunakan sebagao
landasan untuk penelitian lebih lanjut (Budiarto, 2004). Penelitian ini menggunakan
pendekatan cros-sectional karena pengukuran variabel bebas dan variabel terikat
dilakukan sekali dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang
diteliti. Populasi dalam praktikum ini adalah siswa-siswi kelas 4 dan 5 SD N 2
Sumampir sebanyak minimal sampel, yaitu 30 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD N 2 Sumampir kelas 4
dan 5 yang berjumlah minimal sampel, yaitu 30 siswa. Alasan pemilihan sampel
kelas 4 dan 5 adalah karena siswa kelas 4 dan 5 dianggap memiliki karakteristik
yang sama yaitu tingkat pengetahuan yang sederajat. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan
sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel
tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya
(Nursalam, 2003). Karakteristik yang dikehendaki peneliti adalah tingkat
pengetahuan yang sederajat di lingkungan sekolah yang sama sehingga ada
kemungkinan kesamaan sikap dan perilaku berkaitan dengan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat di tatanan sekolah, sehingga peneliti memilih siswa siswi SD
N 2 Sumampir sebagai sampel praktikum ini.

E. Lokasi penelitian
19

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana
penelitian tersebut akan dilakukan (Mulyana, 2004). Adapun praktikum ini
dilakukan di SD N 2 Sumampir, Purwokerto Utara.
F. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam praktikum ini adalah data kuantitatif.
kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka tentang PHBS di wilayah
Sekolah Dasar.
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer
Menurut Umar (2003), data primer merupakan data yang diperoleh langsung di
lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan. Dalam praktikum ini data
primer diperoleh dari siswa-siswi SD N 2 Sumampir, Purwokerto Utara sebagai
responden. Data primer diperoleh dengan cara mendatangi dan wawancara
responden secara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
yang telah disiapkan sebelumnya, serta dengan menggunakan lembar observasi
dalam perolehan data secara observasi. Data primer yang akan diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner adalah data atau informasi
mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa siswi SD N 2 Sumampir
tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah, serta persepsi siswa siswi
SD N 2 Sumampir mengenai peran guru berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Data primer yang akan diperoleh melalui observasi dengan
menggunakan lembar observasi adalah data atau informasi mengenai sarana pra
sarana penunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD N 2 Sumampir.
2. Data sekunder
Menurut Sugiyono (2005), data sekunder adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain
atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi
literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan
catatan catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti
mempergunakan data yang diperoleh dari internet. Data sekunder dalam
praktikum ini diperoleh dari SD N 2 Sumampir mengenai profil sekolah.
G. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam praktikum ini dilakukan dengan melakukan
wawancara langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner.
20

wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang melibatkan seseorang yang
lain, memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2004).
Jenis wawancara terstruktur Wawancara memiliki tujuh jenis, yaitu sebagai
berikut :
1) Wawancara bebas, yaitu wawancara yang susunan pertannyaannya tidak
ditentukan lebih dahulu dan pembicaraanya bergantung kepada suasana
wawancara.
2) Wawancara terpimpin, yaitu wawamcara dengan memakai pertannyan yang
sudah disiapkan sebelumnya.
3) Wawancara individual, yaitu wawancara yang di;lakukan seorang
(pewawancara) dengan responden tunggal atau wawancara secara
perseorangan.
4) Wawancara kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan terhap sekelompok
orang dalam waktu bersamaan.
5) Wawancara konferensi, yaitu wawancara antara seorang pewawancara antara
seorang pewawancara denagn sejumlah responden atau wawancara antara
sejumlah pewawancara dengan seorang responden.
6) Wawancara terbuka, yaitu wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak
terbatas (tidak terlihat) jawabannya.
7) Wawancara tertutup, yaitu wawancara berdasarkan pertanyaan yanf terbatas
(Creswell, 2010).
Observasi

H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2005). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kuesioner
Kuisioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisi sendiri oleh responden atu
diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan dan kemudian mencatat
jawaban yang diberikan (Basuki, 2006). Kuisioner berisi pertanyaan mengenai
karakteristik responden, pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai PHBS di
sekolah.
2. Lembar observasi
21

3. Alat perekam gambar
Dokumentasi dilakukan dengan alat perekam gambar ketika melakukan
wawancara dengan bantuan kuisioner.


I. PENYAJIAN DATA
Data yang telah didapatkan kemudian diolah dengan menggunakan program
SPSS 16, lalu disajikan. Data disajikan dengan menggunakan tabel dan tulisan agar
mudah untuk menarik kesimpulan. Penyajian data dilakukan dengan analisis
univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan dengan cara
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005). Analisa
univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian
rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
dilakukan masingmasing variabel yang diteliti (Subana dkk, 2000).
Dlm prak


















22











DAFTAR PUSTAKA
Achmad Basuki. 2004. Modeling dan Simulasi. IPTAQ Mulia Media. Surabaya.
Ahmadi, A. dan Uhbiyati, N. 2003. Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta Aksara. Jakarta.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka. Jakarta.
Badan POM RI. 2008. Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Serta Upaya
Penaggulangannya. INFOPOM . Indonesia.
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Creswell, John W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Penerjemah: Achmad Fawaid. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan : Sejarah dan Metodologi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Depkes RI. 2002. Profil Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelatihan Pembinaan PHBS di Sekolah. Pusat Promosi
Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.
Depkes RI. 2010. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah. Kementerian Republik
Indonesia. Jakarta.
Dianita. 2011. Pengaruh Edukasi Sebaya Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
pada Agregat Anak Usia Sekolah yang Beresiko Kecacingan. FIK UI. Depok.
Dinkes Jawa Tengah. 2009. Profil Dinas Kesehatan 2009. Dinkes Jawa Tengah. Jawa
Tengah.
23

Hidayat, A. Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data.
Salemba Medika. Jakarta.
Judarwanto, Widodo. 2008. Enterobacter sakazakii, Bakteri Pencemar Susu. RS Bunda
Jakarta & Picky Eaters Clinic. Dari: http://medicastore.com. Diakses tanggal 27
Mei 2014.
Kartiadi. 2009. Giatkan Buang Sampah pada Tempatnya.
http://bandarsampah.blogdetik.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014
Purwokerto.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. PT Remaja Rosidakarya. Bandung.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
http://www.promkes.depkes.go.id/bahan/PHBS%20di%20Sekolah.pdf. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2014.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta dalam
http://mediakesehatanmasyarakat.files.wordpress.com/2012/06/artikel-keempat-
seni.pdf . Diakses pada tanggal 27 Mei 2014.
Notoatmodjo, Soekijo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan. Salemba
Medika. Jakarta.
Subana dkk. 2000. Statistik Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Umar, Husein. 2003. Metode Riset Komunikasi Oraganisasi. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Undang-undang No. 23. 1992 Tentang Kesehatan.
WHO. 1948. Definition of Health. World Health Organitazion Constitution. Genewa.

You might also like