You are on page 1of 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah maupun dalam
bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan, karena itu makanan
merupakan satu-satunya sumber energi bagi manusia 1. Sebaliknya makanan juga dapat
menjadi media penyebaran penyakit. Dengan demikian penanganan makanan harus mendapat
perhatian yang cukup. Untuk itu, produksi dan peredaran makanan di Indonesia telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 329/MenKes/XII/1976 2. Bab II Pasal 2 peraturan
ini menyebutkan bahwa makanan yang diproduksi dan diedarkan di wilayah Indonesia harus
memenuhi syarat-syarat keselamatan, kesehatan, standar mutu, atau persyaratan yang
ditetapkan oleh Menteri untuk tiap jenis makanan.

Susu sari kedelai
Komposisi susu sari kedelai hampir sama dengan susu sapi. Karena itu susu kedelai dapat
digunakan sebagai pengganti susu sapi. Susu ini baik dikonsumsi oleh mereka yang alergi
susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak punya atau kurang enzim laktase dalam saluran
pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi. Laktosa susu sapi
yang lolos ke usus besar akan dicerna oleh jasad renik yang ada di sana. Akibatnya, orang
yang tidak toleran terhadap laktosa akan menderita diare tiap kali minum susu sapi.
Umumnya, mereka orang dewasa yang tidak minum susu pada waktu masih kecil.
Karenanya, penderita kebanyakan berasal dari kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan
negara-negara berkembang (Koswara 2006).
Menurut Dwidjoseputra (1990) susu kedelai merupakan bahan makanan sempurna yang
di dalamnya mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga baik untuk dikonsumsi manusia.
Tetapi dengan nilai gizi yang tinggi tersebut susu kedelai merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan berbagai macam mikroorganisme, baik mikroorganisme yang menguntungkan
maupun mikroorganisme yang dapat membahayakan manusia.
Macam dan jumlah bakteri akan berbeda dari kelompok susu yang berbeda. Menurut SNI
01-3830-1995, jumlah cemaran bakteri total sekitar 1 X 106 CFU/ml. Di samping bakterinya
yang rendah, air susu harus bebas dari berbagai kotoran, mempunyai bau yang normal, serta
bebas dari spora serta mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit (Hadiwiyoto,
1994).
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa tidak ada air susu kedelai yang benar-
benar bersih dari kontaminasi mikroorganisme setelah proses pembuatannya, tetapi air susu
kedelai yang terdapat di dalam kemasan yang hiegenis dan dikemas secara vacum masih
dapat dikatakan steril atau bebas bakteri. Kontaminasi mikroorganisme di dalam air susu
kedelai dapat diperoleh dari penggunaan alat-alat pemprosesan yang kotor, kotoran di sekitar
wadah pengolahan dan dapat juga berasal dari bahan baku yang tidak hiegenes serta debu
atau faktor lain yang menyebabkan terjadinya kontaminasi terhadap air susu kedelai tersebut.
Berbagai mikrobia tumbuh dan berkembang dengan baik pada susu kedelai. Dua
kelompok utama mikrobia tersebut adalah bakteri dan fungi. Bakteri merupakan mikrobia
bersel satu dengan ukuran 0,4-1,5 m dan mempunyai berbagai macam bentuk mulai
berbentuk bulat, panjang dan spiral (Widodo, 2003). Bakteri tersebar luas di lingkungan baik
di udara, air dan tanah, dalam usus binatang, dalam lapisan yang lembab pada mulut, hidung
atau tenggorokan, pada permukaan tubuh atau tumbuhan (Gaman dan Sherrington,1994).
Kelompok bakteri yang sering mengkontaminasi pangan termasuk susu kedelai adalah
Pseudomonodaceae, Bacillaceae, Enterobacteriaceae, Lactobacillaceae dan Sreptococcaceae,
serta Micrococcaceae.
1.Enterobacteraceae
Golongan bakteri Enterobacteraceae merupakan sekelompok besar dari bakteri Gram
negatif, tidak berspora, berbentuk batang kecil. Beberapa genus Enterobacteriaceae penting
bagi kesehatan masyarakat karena menimbulkan wabah keracunan pangan dan penyakit
infeksi yang ditularkan melalui makanan yang cukup serius.
2. Pseudomonas
Pseudomonas adalah bakteri aerob tetapi dapat mempergunakan nitrat dan arginin
sebagai elektron dan tumbuh sebagai anaerob yang berbentuk batang, Gram negatif, bergerak
dengan flagel polar, satu atau lebih, ukuran 0,8-1,2m. Beberapa galur memproduksi pigmen
larut air, tumbuh baik pada 37C-42C ( Jawetz dkk., 2001 ). Bakteri Pseudomonas biasanya
terdapat dalam air susu mentah yang belum dipasteurisasi (Volk dan Wheeler, 1993). Selain
itu juga sebagai sumber kontaminasi pada proses pembuatan susu kedelai secara langsung
oleh manusia (Supardi dan Sukamto, 1999).
Pseudomonas terdapat dalam flora usus normal dan kulit manusia dalam jumlah kecil.
Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada orang yang mempunyai ketahanan tubuh yang
menurun, yaitu penderita luka bakar, orang yang sakit berat atau dengan penyakit metabolik
atau orang yang sebelumnya memakai alat-alat bantu kedokteran seperti kateter ( pada
penderita infeksi saluran kemih ) dan respirator ( pada pendrita pneumonia ) (Anonim,1994).
3. Micrococcaceae
Spesies dari famili ini adalah Gram positif, tidak berspora, bersifat katalase positif yang
dapat tersusun secara tunggal, berpasangan, atau kelompok kecil. Dua genus yang penting
dalam bahan pangan adalah Micrococcus dan Staphylococccus. Kelompok Staphylococci
yang terpenting organisme ini mampu memproduksi suatu enterotoksin yang cukup
berbahaya yang menyebabkan terjadinya peristiwa keracunan makanan (Buckle dkk., 1987).
Staphylococcus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat biasanya tersusun dalam
bentuk kluster (menggerombol) yang tidak teratur seperti anggur. Staphylococcus bertambah
dengan cepat pada beberapa tipe media dengan aktif melakukan metabolisme, melakukan
fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari warna putih hingga
kuning gelap. Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap beberapa antimikroba ( Jawetz
dkk., 2001 ).
Staphylococcus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi di bawah suasana
aerobik atau mikroaerofilik. Tumbuh dengan cepat pada temperatur 20C-35C. Koloni pada
media padat berbentuk bulat, lambat dan mengkilat ( Jawetz dkk., 2001). Staphylococcus
aureus sering ditemukan sebagai kuman flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia.
Dapat menjadi penyebab infeksi baik pada manusia maupun hewan. Beberapa jenis bakteri
ini dapat membuat enterotoksin yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Bakteri
Staphylococcus aureus juga merupakan salah satu penyebab penyakit Mastitis.

2. Metode MPN
Perhitungan jumlah mikroba dapat dilakukan dengan perhitungan langsung maupun tidak
langsung. Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan pada suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih dahulu,
sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara tidak langsung terlebih dahulu harus
memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan perhitungan. Perhitungan secara langsung,
dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu
bahan (preparat sederhana diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung
(counting chamber ). Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viabel count). Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate
count /TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat
(MPN methode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri) (Dwidjoseputro, 1994).
Metode perhitungan MPN memiliki prinsip kerja dengan menggunakan larutan sebagai
media pertumbuhan atau disebut sebagai media cair (broth) yang ditempatkan dalam tabung
reaksi. Hasil perhitungannya dilakukan dengan melihat jumlah tabung yang positif gas.
Umumnya setiap pengenceran digunakan 3-5 buah tabung. Lebih banyak tabung yang
digunakan menunjukan ketelitian yang lebih tinggi.
Standar analisa air untuk mengetahui adanya bakteri coliform ada 3 melalui tahapan uji
yaitu:
1. Uji duga (Presumtive Test)
Bertujuan untuk menduga adanya bakteri coli yang mempunyai sifat mampu
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan gas. Bakteri coli yang diduga meliputi
semua bakteri gram negatif tdak membentuk spora, selnya membentuk sel pendek,
bersifat fakultatif anaerob, membentuk gas dalam waktu 24 jam dari laktosa pada
temperatur 37 derajat Celsius. Apabila terbentuk gas dalam waktu 24 jam kedua (48 jam)
uji dinyatakan meragukan. Sedangkan apabila gas tidak terbentuk dalam waktu 48 jam uji
dinyatakan negatif. Apabila hasil uji duga negatif, maka uji-uji berikutnya tidak perlu
dilakukan karena dalam hal ini berarti pula tidak ada bakteri coli dalam contoh.
Untuk analisis air, dalam uji penduga di gunakan lactose broth, sedangkan untuk
contoh lainya yang banyak mengandung bakteri asam laktat, misalnya susu, di gunakan
brilliant green lactose bile broth (BGLBB). Bakteri asam laktat dapat memfermentasi
laktosa dan membentuk gas, hingga dapat mengakibatkan pembacaan uji positif yang
salah. BGLBB merupakan medium selektif yang mengandung asam bile sehingga dapat
menghambat bakteri gram positif termasuk Coliform. Inkubasi di lakukan pada suhu
35
o
C selama 24-48 jam dan tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 %
atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.tabuung yang tidak menunjukan
terbentuknya gas di perpanjang lagi inkubasinya hingga 48 jam. Jika tetap tidak terbentuk
gas, di hitung sebagai tabuung negatif. Jumlah tabuung yang positif di hitung pad
masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 7 tabung.
2. Uji Penetapan (Comfirmed Test)
Bertujuan untuk menegaskan hasil positif dari test perkiraan media yang secara
umum digunakan adalah Brilliant Green Laktosa Bile Bronth (BGLBB 2%) atau bisa
juga menggunakan media selektif dan diferensial untuk bakteri coli sperti misal Endo
Agar (EA). Pembacaan dilakukan dengan melihat 24-48 jam dengan melihat tabung-
tabung yang positif. Test ini merupakan test yang minimal harus dikerjakan untuk
pemeriksaan bakteriologis air. Terbentuknya gas dalam lactose broth atau dalam BGLBB
tidak selalu menunjukan bakteri coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat
memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas, misalnya bakteri asam laktat dan
beberapa kahmir tertentu. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada agar
EMB.Dengan Menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji
penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada agar cawan EMB
dengan cara goresan kuadran. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 35oC selam 24
jam. Jumlah cawan EMB pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya
pertumbhan Coliform, baik fekal maupun non fekal, dihitung, dan MPN penguat dapat di
hitung dari table MPN 7.
3. Uji Lengkap ( Completed Test)
Dari pertumbuhan koloni pada agar cawan EMB, di pilih masing-masing satu koloni
yang mewakili Coliform fekal dan satu koloni yang mewakili Coliform non fekal. Uji
lengkap di lakukan untuk melihat apakah isolat yang di ambil benar merupakan bakteri
Coliform. Dari masing-masing koloni tersebut di buat perwarnaan gram, dan sisanya
masing-masing di larutkan ke dalam 3 ml larutan pngencer steril. Dari suspensi bakteri
tersebut masing di inokulasikan menggunakan jarum ose ke dalam tabung berisi lakose
broth dan tabung Durham, dan di goreskan pada agar miring nutrien agar. Tabung di
inkubasikan pada suhu 35
o
C selam 24 jam, dan di amati pertumbuhan dan pembentukan
gas di dalam lactose broth. Koloni yang menunjukan reaksi pewarnaan gram negatif
berbentuk batang, dan membentuk gas di dalam lactose broth mereupakan uji lengkap
adanya koloni Coliform
Bertujuan untuk mendapatkan hasil yang betul-betul lengkap dan memperkuat hasil uji
sebelumnya. Biasanya dengan membuat isolasi/ piaraan murni dengan coloni yang tumbuh
pada test penetapan. Uji ulang juga dimaksudkan untuk uji ulang apakah jasad renik yang
diduga Coliform pada uji duga memang benar. Dalam uji lengkap dapat diamati morfologi
dan fisiologi dari bakteri yang diduga coiform. Apabila semua kriteria dipenuhi dapat ditarik
kesimpulan bahwa contoh air mengandung bakteri coliform.
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh
(growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun, pada
umumnya nilai MPN juda diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang
digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan
95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai
MPN tertinggi (Lim, 1998).
Menurut Plummer (1987), ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung
atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan, yang dapat dibedakan
atas beberapa kelompok yaitu:
a. Perhitungan jumlah sel
1. Hitungan mikroskopik
2. Hitungan cawan
3. MPN (Most Probable Number)
b. Perhitungan massa sel secara langsung
1. Volumetrik
2. Gravimetrik
3. Kekeruhan (turbidimetri)
c. Perhitungan massa sel secara tidak langsung
1. Analisis komponen sel
2. Analisis produk katabolisme
3. Analisis konsumsi nutrient
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh
yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan
terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN digunakan
medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah
tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung Durham) yang diletakkan
pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas (Fardiaz, 1993).
Ada 3 ragam yang biasanya dipakai pada pemeriksaan MPN yaitu :
1. Ragam 511
- 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 1 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 1 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
2. Ragam 555
- 5 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 5 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 5 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
3. Ragam 333
- 3 tabung yang berisi LB double x 10 ml
- 3 tabung yang berisi LB single x 1 ml
- 3 tabung yang berisi LB single x 0,1 ml
3. Ragam 333

3. Coliform dan Colitinja
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri Coliform ini
menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini
juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan
penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh (Pracoyo, 2006).
Beberapa patogen yang telah dikenal sejak beberapa dekade lalu adalah giardia lamblia
(giardiasis), cryptosporidium (cryptosporidiosis), hepatitis A (penyakit terkait hati), dan
helminthes (cacing parasit). Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena
densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi
patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya
tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan
(Doyle, 2006).
Ciri-ciri bakteri coliform antara lain bersifat aerob atau anaerob fakultatif, termasuk ke
dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk
menghasilkan asam dan gas pada suhu 35C-37C. Contoh bakteri coliform antara lain
Escherichia coli, Salmonella spp., Citrobacter, Enterobacter, Klebsiella, dan lain-lain
(Hajna, 1943).
Adanya bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukan kemungkinan
adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya
bagi kesehatan. Bakteri coliform dapat di bedakan menjadi dua golongan yaitu ;
1. Bakteri coliform golongan fekal misalnya Escherichia coli
2. Bakteri coliform golongan non fekal.misalnya Enterobakter aerogenes
E. coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan maupun manusia sedangkan
E.aerogenes Biasanya di temukan pada hewan atau tanaman-tanaman yang telah mati
(Nengsih, 2010). Coliform fekal (kadang-kadang coliform feses atau fecl coliform) adalah,
bakteri fakultatif-anaerob berbentuk batang, gram negatif, dan non-sporulasi. Coliform fekal
mampu tumbuh dan menghasilkan asam dan gas dari laktosa dalam waktu 48 jam di 44 0,5
C. Fekal Coliform, seperti bakteri lainnya, biasanya dapat dihambat pertumbuhannya
dengan air mendidih atau dengan memperlakukan dengan klorin. Mencuci bersih dengan
sabun setelah kontak dengan air yang tercemar juga dapat membantu mencegah infeksi.
Sarung tangan harus selalu dipakai ketika melakukan tes coliform fecal. Rekomendasi EPA
dan untuk suplai air rumah tangga, untuk pengobatan, jumlah Coliform fekal kurang dari
2000 colonies/100 mL, dan untuk Standar air minum kurang dari 1 koloni / 100 ml
(Anonim1, 2010).
Bakteri coliform dalam air minum dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu coliform
total, fecal coliform, dan E. coli. Masing-masing memiliki tingkat risiko yang berbeda.
Coliform total kemungkinan bersumber dari lingkungan dan tidak mungkin berasal dari
pencemaran tinja. Sementara itu, fecal coliform dan E. coli terindikasi kuat diakibatkan oleh
pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen di dalam air.
Bakteri fecal coliform atau E. coli yang mencemari air memiliki risiko yang langsung dapat
dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya. Kondisi seperti ini mengharuskan
pemerintah bertindak melalui penyuluhan kesehatan, investigasi, dan memberikan solusi
untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air (Anonim2, 2010).
Bakteri Colitinja merupakan air yang mengandung colitinja berarti air tersebut tercemar
tinja. Tinja dari penderita sangat potensial menularkan penyakit yang berhubungan dengan
air.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2010.Bakteri Koliform Fekal(Fecal Coliform).
http://www.bangkoyoy.com/2010/10/bakteri-koliform-fekal-fecal-coliform.html.
Diakses pada 23 September 2013.

Anonim2. 2010. Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob.
http://1sthumanwinner.wordpress.com/2010/12/16/bakteri-koliform-yang-bersifat-
anaerob/. Diakses pada 23 September 2013.


Buckle,K .A., R.A Edwards,G.H. Fleet,dan M.Woottoon, 1985, Ilmu Pangan, UI-Press,
Jakarta.

Dwidjoseputro, D.1994, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.


Doyle, M.P., Erickson, M.C. 2006. Closing The Door On The Fecal Coliform Assay.
Microbe 1, hal. 162-163.

Hajna, A.A., Perry, C.A. 1943. Comparative Study Of Presumptive And Confirmative Media
For Bacteria Of The Coliform Group And For Fecal Streptococci. Am J Publ Hlth 33,
hal. 550-556.

Lim, D, 1998, Microbiology 2
nd
edition, United States of America, McGraw Hill.
Pakadang, S., 2010., Buku Penuntun Praktikum Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi
Politeknik Kesehatan Depkes Makassar, Makassar.

Plummer, D. T., 1987, An Introduction to Practical Biochemistry, Tata Mc-Graw Hill
Publishing Company LTD, Bombay- New Delhi.

Pracoyo, N.E. 2006. Penelitian Bakteriologik Air Minum Isi Ulang di Daerah Jabotabek.
Cermin Dunia Kedokteran 152, hal. 37-40.
























BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Hari, Tanggal : Kamis, 17 September 2013
Pukul : 11.30 14.50
Tempat : Laboratorium Bakteriologi Analis Kesehatan
Poltekkes Denpasar
Alat :
1. Tabung reaksi dan rak tabung
2. Inkubator
3. Ose
4. Lampu spiritus
5. Pipet ukur 1 mL dan 10 mL
6. Gelas beaker
7. Botol Semprot
8. Ball pipet


Bahan :
1. Sampel susu kedelai
2. Sampel kue dadar
3. Kapas berlemak
4. Benang pulung
5. Aluminium foil

Media / Reagensia
1. Media Lactose Broth Single Strength (LBSS)
2. Media Lactose Broth Double Strength (LBDS)
3. Brilliant Green Lactose Bile Broth
4. Aquades steril

Cara Kerja :
A. Uji Penduga (Presumtive Test) Sampel cair
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diaseptiskan tangan , alat, dan tempat kerja.
3. Sampel susu kedelai dipipet sebanyak 10 mL , dilarutkan dengan aquades steril
sebanyak 90 mL
4. Disiapkan lima buah tabung yang masing-masing berisi media LBDS sebanyak 10 ml
(tabung 1a sampai 5a) . Juga disiapkan 2 tabung yang berisi 10 ml media LBSS
(tabung 1b dan 2b)
5. Dengan pipet steril di inokulasikan masing-masing:
- 10 ml sampel ke dalam tabung 1a sampai 5a
- 1 ml sampel ke dalam tabung 1b
- 0,1 ml sampel ke dalam tabung 2b
6. Tabung-tabung digoyangkan perlahan agar sampel air menyebar ke seluruh bagian
media kemudian di inkubasikan pada suhu 35-37
o
C selama 24-48 jam.
7. Setelah diinkubasi amati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas
dalam tabung durham. Adanya gas dalam tabung menunjukkan presumtif positif.

B. Uji penduga (Presumtive test) sampe padat.
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Diaseptiskan tangan , alat, dan tempat kerja.
3. Sampel kue dadar ditimbang sebanyak 10 g , digerus dan kemudian dilarutkan dengan
aquades steril sebanyak 90 mL.
4. Disiapkan lima buah tabung yang masing-masing berisi media LBDS sebanyak 10 ml
(tabung 1a sampai 5a) . Juga disiapkan 2 tabung yang berisi 10 ml media LBSS
(tabung 1b dan 2b)
8. Dengan pipet steril di inokulasikan masing-masing:
- 10 ml sampel ke dalam tabung 1a sampai 5a
- 1 ml sampel ke dalam tabung 1b
- 0,1 ml sampel ke dalam tabung 2b
9. Tabung-tabung digoyangkan perlahan agar sampel air menyebar ke seluruh bagian
media kemudian di inkubasikan pada suhu 35-37
o
C selama 24-48 jam.
10. Setelah diinkubasi amati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas
dalam tabung durham. Adanya gas dalam tabung menunjukkan presumtif positif.

C. Uji penegasan (Confirmative test) sampel padat dan cair
1. Uji penegasan adalah uji lanjutan terhadap tabung-tabung positif yang diduga
mengandung bakteri coliform.
2. Dari tiap-tiap tabung yang presumtive dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung
confirmative yang berisi 10 ml BGLB dalam 2 seri.
3. Satu seri tabung BGLB di inkubasi pada suhu 37
o
C untuk memastikan coliform.
4. Satu seri tabung lain di inkibasikan pada suhu 44
o
C untuk memastikan adanya
colitinja
5. Pembacaan (dicocokan dengan tabel MPN 511) dilakukan setelah 24-48 jam dengan
melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas.

You might also like