You are on page 1of 27

7

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Tinjauan Pustaka
II.1.1. Pembuahan dan Implantasi
Saat ovulasi ovum dilepaskan ke dalam rongga abdomen yang kemudian
ditangkap oleh fimbrie. Pertemuan antara sperma dan ovum terjadi di ampula atau
sepertiga atas tuba falopii. Ekor sperma digunakan untuk bermanuver untuk
penetrasi akhir ke ovum. Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-
mula harus melewati korona radiata dan zona pelusida yang mengelilingi ovum
tersebut. Enzim-enzim akrosom yang dihasilkan menyebabkan rusaknya membran
sawar saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma
membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma hanya
mampu menembus zona pelusida setelah berikatan dengan reseptor spesifik di
permukaan lapisan ini. Sperma pertama yang mencapai ovum akan berfusi dengan
membran plasma ovum yang akan memicu suatu perubahan kimiawi di membran
yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini tidak lagi dapat ditembus oleh
sperma lain.
Kepala sperma yang berfusi secara bertahap tertarik ke dalam sitoplasma
ovum dan dalam proses ini ekor sperma sering lenyap, tetapi kepala sperma yang
membawa informasi genetik yang krusial masuk. Penetrasi sperma ke dalam
sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir, menjadi oosit sekunder. Dalam
satu jam, nukleus sperma dan ovum menyatu. Selain menyumbang separuh dari
kromosom ke ovum yang dibuahi, yang sekarang disebut zigot, sperma ini juga
mengaktifkan enzim-enzim ovum yang esensial untuk program pengembangan
embrionik dini.

7
8


Gambar 1. Proses Pembuahan
(Sumber: http://www.ldysinger.com/ThM_599d_Beg/02_Biology/03_fertilization.htm)

Selama tiga sampai empat hari setelah pembuahan, zigot tetap berada di
ampula, karena kontraksi antara ampula dan sisa kanalis oviduktus sisanya
mencegah pergerakan lebih lanjut zigot ke arah uterus. Zigot mengalami
pembelahan mitosis dengan cepat sehingga membentuk morula. Kadar
progesteron yang meningkat dari korpus luteum yang baru terbentuk merangsang
pengeluaran glikogen dari endometrium ke dalam lumen saluran reproduksi untuk
dipakai sebagai sumber energi oleh mudigah dini. Setelah tuba falopii melemas
karena progesteron, morula kemudian turun ke dalam rongga uterus. Saat
endometrium siap diimplantasikan, morula yang telah turun ke rongga uterus
berploriferasi dan berdiferensiasi menjadi blastokista yang mampu melakukan
implantasi.
Blastokista merupakan satu lapisan sel-sel berbentuk bola yang
mengelilingi rongga berisi cairan dengan massa padat sel-sel berkelompok satu
sisi. Massa padat pada blastokista, yang disebut massa sel dalam akan membentuk
janin. Bagian blastokista lainnya akan berfungsi sebagai penunjang selama
kehidupan intrauterus. Lapisan tipis paling luar, yaitu trofoblas akan
9

menyelesaikan implantasi dan berkembang menjadi plasenta. Blastokel akan
menjadi kantong amnion.
Implantasi dimulai ketika sel trofoblastik mengeluarkan enzim-enzim
proteolitik saat berkontak dengan endometrium. Enzim-enzim ini mencerna
endometrium, sehingga sel-sel trofoblas dapat menembus ke dalam endometrium.
Dengan cara ini trofoblas melakukan fungsi ganda yaitu menyelesaikan implantasi
dan menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mudigah berkembang yang
berasal dari jaringan endometrium.
Dirangsang oleh invasi trofoblas, jaringan endometrium mengalami
perubahan untuk meningkatkan kemampuannya menunjang mudigah. Sebagai
respon terhadap zat perantara kimiawi yang dikeluarkan oleh blastokista, sel-sel
endometrium mengeluarkan prostaglandin untuk meningkatkan vaskularisasi,
menyebabkan edema dan penimbunan zat gizi. Jaringan endometrium yang
mengalami perubahan ini disebut desidua yang mengandung banyak glikogen.
Lapisan trofoblas akan terus mencerna desidua di sekitarnya dan menyediakan
energi bagi mudigah sampai plasenta terbentuk (Sherwood, 2002).

Gambar 2. Proses implantasi
(Sumber: http://missheni.blogspot.com/2011/03/proses-kehamilan.html)


10

Blastokista yang mengandung massa sel dalam menjadi mudah masuk ke
dalam lapisan desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan
menutup lagi. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus,
dekat dengan fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya
kehamilan. Simpanan glikogen di endometrium hanya cukup untuk memberi
makan mudigah selama minggu-minggu pertama. Untuk mempertahankan
mudigah/janin yang sedang tumbuh selama hidup di uterus, terbentuk plasenta
yang merupakan suatu organ khusus untuk pertukaran darah ibu dan janin.
Plasenta berasal dari jaringan trofoblastik dan desidua.
Dalam tingkat nidasi, trofoblas menghasilkan hormon human chorionic
gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang
lebih hari ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya
ialah mempengaruhi korpus luteum untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus
progesteron, sampai plasenta dapat membuat cukup progesteron sendiri. hCG
merupakan sebuah glikoprotein dengan kandungan karbohidrat tinggi yang
tersusun atas subunit yang terdiri dari 92 asam amino dan subunit yang terdiri
dari 145 asam amino (Cunningham FG, Gant FG, Leveno KJ, et al, 2006).
Hormon inilah yang khas menentukan ada tidaknya kehamilan karena dapat
ditemukan di dalam urin wanita yang menjadi hamil (Winkjosastro, 2005).

II.1.2. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah kondisi maternal dari suatu perkembangan fetus di
dalam tubuh ibu (DeCherney AH dan Nathan L, 2003).
Kehamilan adalah masa dimulai dari ovulasi sampai partus, kira-kira 280
hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu) (Wiknjosastro, 2005).

2. Usia Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2005), kehamilan dibagi dalam 3 triwulan :
a) Triwulan I (0 sampai 12 minggu).
b) Triwulan II (12 minggu sampai 28 minggu).
c) Triwulan III (28 minggu sampai 40 minggu).
11

3. Perubahan Fisiologi Kehamilan
Menurut Mochtar (1998), ibu hamil mengalami beberapa perubahan selama
kehamilan yaitu:
Perubahan pada sistem reproduksi:
a) Uterus
- Ukuran: rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasi otot polos rahim.
Ukuran pada kehamilan cukup bulan: 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas
lebih dari 4000 cc.
- Berat: naik dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
- Serviks uteri: serviks bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak (soft)
disebut tanda Goodell. Kelenjar endoservikal membesar dan
mengeluarkan banyak cairan mukus.

Gambar 3. Perkembangan Uterus Selama Kehamilan
(Sumber: http://www.i-am-pregnant.com/Pregnancy/calendar/week/34)

b) Vagina dan Vulva
Akibat terdapatnya hormon estrogen menyebabkan vagina dan vulva
mengalami perubahan. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vulva tampak lebih merah, agak kebiruan (livide) yang disebut dengan tanda
Chadwick.
c) Ovarium
Ovulasi terhenti. Masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai
terbentuknya uri yang mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron.
12

d) Dinding Perut (Abdominal Wall)
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya
serabut elastik di bawah kulit, sehingga timbul striae gravidarum.

Perubahan Pada Organ dan Sistem Lainnya
a) Sistem Sirkulasi Darah
- Volume darah: volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25%,
dengan puncaknya pada kehamilan 32 sampai dengan 34 minggu, diikuti
curah jantung (cardiac output) yang meningkat sebanyak + 30%.
- Hitung jenis dan hemoglobin: hematokrit cenderung menurun karena
kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung
meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport O
2
yang sangat
diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun
sebenarnya lebih besar dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil.
Anemia fisiologis ini disebabkan oleh volume plasma yang meningkat.
Dalam kehamilan, leukosit meningkat sampai 10.000/cc, begitu pula
dengan produksi trombosit.
- Nadi dan tekanan darah: tekanan darah arteri cenderung menurun terutama
selama trimester kedua, dan kemudian akan naik lagi seperti pada pra-
hamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas dan
bawah, cenderung naik setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya
naik, nilai rata-ratanya 84 x/menit.
- Jantung: pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3
bulan dan menurun lagi pada minggu-minggu akhir kehamilan.
b) Sistem Pernapasan
Kadang mengeluh sesak disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah
diafragma akibat pembesaran rahim. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang
meningkat kira-kira 20%, seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam.
c) Saluran Pencernaan
Salivasi meningkat dan sering mengeluh mual dan muntah. Peningkatan
kadar progesteron menurunkan motilitas saluran cerna karena motilitas serta tonus
otot polos berkurang. Waktu pengosongan lambung dan transit makanan
13

memanjang sehingga lebih banyak air yang diserap. Hal ini yang mengakibatkan
sembelit atau konstipasi.
d) Sistem urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan terjadi karena kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya
keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul.
Pada akhir triwulan gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke ruang panggul
dan menekan kembali kandung kencing.
e) Tulang dan Gigi
Persendian panggul akan terasa lebih longgar, karena ligament-ligament
melunak (softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Bila
pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium, kalsium maternal
pada tulang-tulang panjang akan berkurang untuk memenuhi kebutuhan.
Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang biasanya disebabkan karena hygiene
yang buruk di sekitar mulut.
f) Kulit
Pada beberapa kulit terjadi hiperpigmentasi karena keluarnya melanocyte
stimulating hormone (MSH) dari lobus hipofisis anterior:
- Muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravida).
- Payudara: puting susu dan areola payudara.
- Perut: linea nigra striae
- Vulva

4. Tanda dan gejala kehamilan
a) Amenorea
Gejala pertama kehamilan ialah haid tidak datang pada tanggal yang
diharapkan. Bila seorang wanita memiliki siklus haid teratur dan mendadak
berhenti, ada kemungkinan hamil. Tetapi meskipun demikian sebaiknya ditunggu
selama 10 hari sebelum memeriksakan diri ke dokter. Karena sebelum masa itu
sulit untuk memastikan adanya kehamilan. Haid yang terlambat pada wanita
berusia 16 40 tahun, pada umumnya memang akibat adanya kehamilan. Tetapi
kehamilan bukanlah satu-satunya penyebab keterlambatan haid. Haid dapat
14

tertunda oleh tekanan emosi, beberapa penyakit tertentu, dan juga akibat makan
obat-obat tertentu. Selain kehamilan, penurunan berat badan dan tekanan emosi
juga sering menjadi penyebab keterlambatan haid pada wanita yang semula
mempunyai siklus normal.
Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HT) supaya
dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP), yang
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele: TTP = (hari pertama HT + 7),
(bulan H 3) dan (tahun H + 1).
b) Mual dan muntah (nausea and vomiting)
Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Karena sering terjadi pada pagi hari, disebut morning sickness.
Bila mual dan muntah terlalu sering disebut hiperemesis (Mochtar, 1998).
c) Mengidam (ingin makanan atau minuman tertentu)
Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu terutama pada
bulan-bulan triwulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya
kehamilan (Wiknjosastro, 2005).
d) Pingsan
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Biasanya hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Perubahan pada payudara
Payudara menjadi tegang dan membesar, yang disebabkan oleh pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktuli dan alveoli di mamma.
Glandula Montgomery tampak makin lebih jelas. Payudara mengalami
pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat
laktasi.
f) Anoreksia
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan
timbul lagi.
g) Epulis
Hipertrofi dari papil gusi.


15

h) Tanda Hegar
Perubahan ismus uteri menjadi lunak sehingga ujung jari seakan dapat
bertemu pada pemeriksaan bimanual.
i) Tanda Piscaseck
Uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan
pembesaran tersebut.
j) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi, tapi biasanya tanpa nyeri,
tidak teratur dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg. Tanda ini dimulai dari
masa kehamilan dini.

5. Tanda pasti kehamilan
a) Gerakan janin
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan pada kehamilan 18
minggu, sedangkan pada multigravida pada 16 minggu dapat diraba dan dikenal
bagian-bagian janin.
b) Denyut jantung janin
Mendengar atau mengamati denyut jantung janin dapat memastikan
diagnosis kehamilan. Kontraksi jantung janin dapat diidentifikasi dengan
auskultasi menggunakan stetoskop dengan prinsip Doppler. Pada usia kehamilan
19 minggu, denyut jantung janin dapat dideteksi pada hampir semua wanita hamil.
c) Ultrasonografi (scanning)
Pemakaian ultrasonografi dapat diketahui ukuran kantong janin, panjang
janin dan diameter biparietalis hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan
(Cunningham FG, Gant FG, Leveno KJ, et al, 2006).

II.1.3. Emesis Gravidarum
1. Pengertian
Muntah-muntah pada kehamilan, keadaan ini biasanya didahului rasa mual
(Dorland, 2002).


16

2. Etiologi
Penyebab terjadinya emesis gravidarum sampai saat ini tidak dapat
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa perasaan mual disebabkan
oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan hCG (human chorionic
gonadotrophin) dalam serum. Selama awal trimester, kadar serum hCG dapat
mencapai 100.000 mIU/mL (DeCherney dan A.H, Nathan, L. 2003).
Dalam kehamilan terjadi kekenduran relatif jaringan otot dalam sistem
pencernaan sehingga pencernaan menjadi kurang efisien, dan kelebihan asam
dalam lambung. Tetapi pencetus fisik ini belum dapat menjelaskan secara pasti
penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan, karena sebagian besar hal
ini terjadi pada semua kehamilan, namun tidak semua ibu hamil mengalaminya.
Pola makan calon ibu sebelum maupun pada minggu-minggu awal
kehamilan, serta gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya emesis
gravidarum. Keparahan mual pun berkaitan dengan gaya hidup calon ibu. Kurang
makan, kurang tidur atau istirahat dan stress dapat memperburuk rasa mual
(Soekardjo, 1999).

3. Gejala
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar
dan sering kedapatan pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi
pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala
ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Gejala emesis gravidarum berupa :
a) Rasa mual, bahkan dapat sampai muntah
Mual dan muntah ini terjadi 1-2 kali sehari, biasanya terjadi di pagi hari
tetapi dapat pula terjadi setiap saat.
b) Nafsu makan berkurang
c) Mudah lelah
d) Emosi yang cenderung tidak stabil.
Biasanya semakin tua kehamilan akan semakin berkurang kejadiannya
(Manuaba, 2007).
17

4. Penatalaksanaan
a) Mengatur Pola Makan (Jumlah, Jenis dan Frekuensi)
- Makan sesering mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan
porsi besar, malam hari cukup porsi kecil.
- Makan camilan sebelum tidur, karena akan mengurangi rasa mual esok
paginya.
- Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat
membantu menahan rasa ingin muntah.
b) Makanan pereda mual
- Usahakan makan makanan yang seimbang, dan konsumsi lebih banyak
karbohidrat sederhana, seperti roti, sereal, kentang dan buah-buahan segar.
- Kurangi makanan yang banyak mengandung lemak, seperti goreng-
gorengan, makanan berlemak dan daging berlemak.
- Jagalah asupan makan dengan baik-baik dan hindari makanan pedas.
c) Cukup bergerak
- Udara segar dan senam ringan umumnya sangat membantu, meskipun
hanya berupa jalan-jalan pada saat makan siang atau menemani anak jalan-
jalan di taman.
d) Cukup istirahat
- Kurangi sebagian pekerjaan dan coba bersantai dengan posisi kaki
terangkat.
- Biasakan tidur sekitar pukul 7 atau 8 malam.
- Hibur diri bahwa mual biasanya hanya akan berlangsung tiga atau empat
bulan.
- Bila mual menghebat, segera tanyakan dokter (Soekardjo, 1999).







18

II.1.4. Hiperemesis Gravidarum
1. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi
buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan yang menyebabkan
penderita muntah-muntah yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau
setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan penderita (Saifuddin, 2006).

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Beberapa
faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan adalah:
a) Faktor adaptasi dan hormonal.
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita
hamil dengan anemia, primigravida, overdistensi rahim pada hamil ganda dan
hamil mola hidatidosa.
Sebagian kecil primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon
estrogen dan korionik gonadotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola
hidatidosa, jumlah hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan
terjadinya hiperemesis gravidarum.
b) Faktor psikologis.
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami, diduga dapat menjadi
faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
c) Faktor alergi.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, maka faktor alergi
dianggap dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.





19

3. Patologi
Terdapat kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam tubuh sebagai berikut:
a) Hati.
Pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan
degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilobuler yang dianggap
sebagai akibat muntah yang terus-menerus. Biasanya didapatkan peningkatan
kadar enzim transaminase (Reece, 1995).
b) Jantung.
Jantung menjadi lebih kecil daripada biasanya; ini sejalan dengan lamanya
penyakit.
c) Otak.
Terkadang terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak.
d) Ginjal.
Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli
kontorti.

4. Patofisiologi
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan
dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya kadar hCG, khususnya karena periode mual dan muntah gestasional
yang paling umum adalah pada 12 16 minggu pertama, pada saat itu hCG
mencapai kadar tertingginya. hCG disekresikan oleh sel-sel trofoblas blastosit.
hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan menyebabkan korpus luteum terus
memproduksi estrogen dan progesteron, suatu fungsi yang nantinya diambil alih
oleh lapisan korionik plasenta. hCG dapat dideteksi dalam darah wanita dari
sekitar tiga minggu gestasi, suatu fakta yang menjadi dasar bagi sebagian besar uji
kehamilan (Tiran, 2009).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh
karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon
estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat
berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
20

wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan (Philip, 2003).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa
gejala-gejela ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka
makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Selain
merupakan refleksi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual-muntah dapat
disebabkan oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah
(chemoreceptor trigger zone) (Sastrawinata dkk., 2005) .
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam
hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan
kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan
ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian
pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik
yang toksik. Kekurangan kalium akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi
lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat
merusak hati. Di samping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit,
dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma
Mallory-Weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya
robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai
diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro, 2005).




21

5. Gejala
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi ke
dalam 3 tingkatan:
a) Tingkat I (Ringan)
Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu
merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 x/menit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b) Tingkat II (Sedang)
Penderita tampak lebih lemah, apatis. Gejala dehidrasi makin tampak mata
cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor. Tekanan darah turun,
nadi meningkat. Suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan
makin menurun. Gejala hemokonsentrasi yaitu, oligouria dan badan aseton dalam
urin meningkat. Aseton juga dapat tercium dalam hawa pernapasan. Terjadinya
konstipasi.
c) Tingkat III (Berat)
Keadaan umum lebih parah: kesadaran menurun dari somnolen sampai
koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Muntah
berkurang. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus (perubahan arah bola mata),
diplopia (gambar tampak ganda) dan perubahan mental. Keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks (Wiknjosastro,
2005).
Pada bentuk yang lebih berat, mual dan muntah berlangsung sepanjang
hari, tapi hilang dengan tiba-tiba dalam 1 3 minggu. Akan tetapi beberapa di
antara pasien ini terus muntah sampai 4 8 minggu, hingga kehilangan berat 5
10 kg, kulitnya menjadi kering dan kadang timbul ikterus dan bisa jatuh dalam
keadaan koma (Padjajaran, 1984).

22

6. Diagnosis
a) Riwayat: Biasanya terjadi pada trimester pertama, dapat berlanjut selama
kehamilan (Morgan, 2009).
b) Tanda dan gejala (Saifuddin, 2002):
- Muntah-muntah yang sering sekali
- Mual
- Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus
- Kulit dapat menjadi kering (tanda dehidrasi)
- Berat badan turun dengan cepat
- Disgeusia (pengecapan buruk dalam mulut)
- Hipersalivasi (saliva berlebihan)
c) Uji laboratorium:
- Ketonuria
- Hiponatremia, hipokalemia, hipokloremia
- Abnormalitas ringan sampai sedang pada hati dan ginjal

7. Pengaruh Hipermesis Gravidarum Pada Ibu dan Janin
Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek
negatif terhadap kehamilan dan janin, asalkan sebelum mengandung kondisi ibu
sehat dan cukup gizi. Hanya saja apabila emesis gravidarum ini berkelanjutan dan
berubah menjadi hipermesis gravidarum yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya gangguan pada kehamilan.
Wanita hamil dengan gejala hiperemesis gravidarum berpotensi besar
mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam tubuh,
dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung atau
sindroma Mallory-Weiss akibat perdarahan gastrointestinal. Komplikasi fatal
akibat penyakit ini dapat terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
ensefalopati Wernicke, dengan gejala nistagmus (perubahan arah bola mata),
diplopia (gambar tampak ganda) dan perubahan mental. (Wiknjosastro, 2005).
Menurut Mesics (2008), dalam beberapa penelitian menyebutkan bahwa
kondisi ibu dengan muntah dan mual yang hebat dalam kehamilan berhubungan
dengan pembatasan pertumbuhan janin di dalam uterus atau dikenal dengan
23

intrauterine growth restriction (IUGR). Dan ditemukan pula dalam beberapa
kasus pada ibu hamil penderita hiperemesis gravidarum bayi yang dilahirkan
mengalami berat badan lahir rendah (BBLR) dibandingkan dengan wanita mual
dan muntah ringan atau tidak ada mual dalam kehamilan. Biasanya kasus ini
banyak ditemukan pada ibu dengan penurunan berat badan lebih besar dari 5%.

8. Penatalaksanaan
a) Diet makanan
Diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti
persedian glikogen serta secara berangsur memberikan makanan yang cukup
kalori dan zat gizi. Syarat diet hiperemesis gravidarum adalah tinggi karbohidrat,
rendah lemak dan cukup cairan. Makanan mudah dicerna, tidak merangsang dan
diberikan dalam porsi yang kecil tapi sering (MacGibbon, 2010). Keadaan ibu
hamil secara berangsur diberikan makanan yang memenuhi gizi, sebagai berikut:
- Diet hiperemesis tingkat III (berat), dirawat di rumah sakit dan diberi
cairan parenteral yang mengandung glukosa, cairan dan elektrolit
(Arisman, 2007).
- Diet hiperemesis tingkat II (sedang), jika mual dan muntah berkurang.
Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi
tinggi, mulai diberikan makan secara per oral dan makanan parenteral
dikurangi. Minuman sebaiknya tidak diberikan bersama makanan
(Rohana, 2008).
- Diet hiperemesis tingkat I (ringan). Penderita diberikan makanan lunak
atau padat yang bisa ditolerir secara per oral. Makanan yang diberikan
berupa roti kering dan buah-buahan. Pemberian minuman dapat diberikan
bersama makanan. Diet ini cukup dalam semua zat gizi (Rohana, 2008).
b) Pemberian cairan pengganti
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2 3 liter sehari,
dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan berfungsi sebagai
sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan protein
menuju ke arah pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C
24

dan B kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme
(Winkjosastro, 2005).
Selama pemberian cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan
cairan yang masuk dan keluar melalui kateter. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4
jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Lancarnya pengeluaran urin memberikan
petunjuk bahwa keadaan wanita hamil berangsur-angsur membaik.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan darah, urin dan bila mungkin fungsi
hati dan ginjal. Bila keadaan muntah berkurang, kesadaran membaik, wanita
hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi (Manuaba, 2009).
Terapi di rumah sakit ditujukan untuk:
- Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infus.
- Mengatasi kelaparan dengan pemberian glukosa dengan infus, atau
makanan dengan nilai kalori tinggi.
- Mengobati masalah psikologi dengan psikoterapi sedatif dan isolasi.
c) Obat-obatan
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan.
Sedatif yang sering diberikan adalah phenobarbital. Dapat pula diberikan luminal
atau stesolid (Mochtar, 1998). Antihistamin seperti dramamin, avomin dianjurkan.
Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 (piridoksin).
Dapat pula diberikan obat-obatan anti-muntah, seperti prometazin,
proklorperazin, klorpromazin, emetrole, simetil atau avopreg, infus droperidol-
difenhidramin, dan pada keadaan yang lebih berat dapat diberikan
metoklorpramid intavena. Obat-obatan tersebut diharapkan dapat merangsang
motilitas lambung tanpa merangsang pengeluaran asam lambung, tetapi bekerja
sentral sebagai antagonis terhadap reseptor dopamin (Sastrawinata dkk., 2005).
d) Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah hal yang wajar, normal dan
fisiologis, jadi tidak perlu takut dan khawatir. Cari dan coba hilangkan factor
psikologis seperti keadaan sosio-ekonomi dan pekerjaan serta lingkungan
(Mochtar, 1998).
25

Memberikan informasi dan edukasi bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan (Wiknjosastro, 2005).
e) Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat memperbaiki
keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan seuatu abortus buatan (Mochtar,
1998). Keadaan yang memerlukan pertimbangan abortus buatan diantaranya
(Manuaba, 1998):
- Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi
gangguan jiwa ensefalopati Wernicke.
- Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran penglihatan.
- Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah terjadi peningkatan nadi dan penurunan
tekanan darah. Suhu meningkat di atas 38
0
C.


















26

































Pemeriksaan psikiatrik
Pemeriksaan laboratorium
Cairan, glukosa, elektrolit
dan vitamin intravena
Mual dan muntah yang tidak menyembuh
Faktor risiko:
Faktor adaptasi
Faktor hormonal
Faktor psikologis

Hitung darah lengkap,
hitung diferensial
Kadar elektrolit
Urinalisis
Ultrasonografi
Tentukan usia kehamilan
Singkirkan kehamilan ganda dan mola hidatiformis
Singkirkan:
Penyakit lain yang
berhubungan dengan mual
dan muntah


Keadaan
membaik
Penatalaksanaan rawat jalan
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Riwayat diet dan konsultasi
Tentukan dukungan emosional
Tentukan latar belakang soisal

Pemeriksaan laboratorium
Hidrasi intravena jika diindikasikan
Pertimbangkan pemberian antiemetik
Hipnosis, teknik relaksasi
Gejala dan tanda klinis
yang ringan sampai sedang
Manifestasi berat
Tentukan adanya ketonuria, dehidrasi
A
B
C
Dehidrasi
Ketoasidosis
Muntah yang berlanjut
Keadaan tidak
membaik
Keadaan membaik
Pertimbangkan
terminasi kehamilan
Keadaan memburuk
Penurunan berat badan
Rawat di rumah sakit
Singkirkan penyakit
organik
Perawatan dan dukungan
prenatal yang kuat
H
G
F
E
D
Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
27

9. Prognosis
Menurut Manuaba (2007), kriteria keberhasilan pengobatan dapat
ditentukan sebagai berikut:
a) Rehidrasi berhasil dan turgor kulit pulih kembali.
b) Diuresis bertambah banyak sehingga benda keton semakin berkurang.
c) Kesadaran penderita semakin baik yang ditandai dengan kontak bertambah
meyakinkan.
d) Keadaan ikterus semakin berkurang.
e) Hasil pemeriksaan laboratorium membaik, artinya benda keton semakin
berkurang.
Pengobatan penderita hiperemesis gravidarum yang dirawat di rumah sakit
hampir seluruhnya dapat dipulangkan dengan memuaskan, sehingga
kehamilannya dapat diteruskan.

II.1.5. Karakteristik Ibu Hamil
1. Umur Ibu
Umur adalah rentang waktu yang telah dijalani sejak dari lahir hingga
ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam tahun, secara teoritis semakin
bertambah umur seseorang, maka secara psikologis dan sosial akan bertambah
semakin dewasa (Chaniago, 2002).
Masa reproduksi sehat yaitu pada umur 20 35 tahun (Depkes, 2003).
Kehamilan dikatakan beresiko tinggi adalah kurang dari 20 tahun dan di atas 35
tahun. Usia di bawah 20 tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-
organ reproduksi belum siap untuk menerima kehamilan dan melahirkan. Wanita
muda terhitung masih dalam proses pertumbuhan. Sedangkan kehamilan di atas
usia 35 tahun, organ reproduksinya mulai mengalami kemunduran sehingga
sangat berpengaruh pada penerimaan kehamilan dan proses melahirkan. Pada usia
ini mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan antara lain perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus
lama (Manuaba, 1998).
Kehamilan di umur kurang dari 20 tahun dapat menyebabkan hiperemesis
karena umur pada kehamilan tersebut secara psikologis belum optimal emosinya,
28

cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan
kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya yang dapat mengakibatkan iritasi
lambung sehingga menimbulkan reaksi pada impuls motorik untuk memberi
rangsangan pada pusat muntah. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun terkait
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit
yang sering menimpa di umur ini. Dan pada umur ini juga tidak lepas dari faktor
psikologis yang disebabkan karena ibu tidak siap untuk hamil lagi sehingga akan
menimbulkan stres pada ibu yang dapat mempengaruhi hipotalamus dan memberi
rangsangan pada pusat muntah di otak (Ridwan dan Wahidudin, 2007).

2. Gravida
Gravida berkaitan dengan kehamilan atau wanita hamil, yaitu jumlah
kehamilan (lengkap atau tidak lengkap) yang dialami oleh seorang perempuan,
gravida diikuti oleh angka romawi atau diawali dengan bahasa latin (primi, multi)
yang menunjukkan jumlah kehamilan. Primigravida adalah seorang wanita yang
baru pertama kali hamil, sedangkan multigravida adalah seorang wanita yang
telah beberapa kali hamil (Ramali, 2003).
Kehamilan pertama merupakan pengalaman baru yang dapat menjadi
faktor yang menimbulkan stres bagi pasangan suami istri. Beberapa stressor ada
yang dapat diduga dan ada yang tidak dapat diduga atau tidak terantisipasi
misalnya komplikasi selama kehamilan dan persalinan (Endjun, 2002).
Faktor predisposisi yang sering ditemukan sebagai penyebab hiperemesis
gravidarum adalah primigravida, angka kejadian mencapai 60 80% primigravida
karena belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik
gonadotropin yang diduga menjadi penyebab hiperemesis gravidarum
(Winkjosastro, 2005).
Sedangkan angka kejadian pada multigravida sebesar dan 40 60%. Pada
golongan multigravida ibu sudah mampu beradaptasi terhadap perubahan hormon
tersebut karena sudah pernah mengalami perubahan hormon pada kehamilan
sebelumnya.

29

3. Umur kehamilan
Umur kehamilan adalah masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin, lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Ditinjau dari tuanya kehamilan dibagi dalam 3
trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 12 minggu,
trimester kedua dari minggu ke-13 sampai minggu ke-28 dan trimester ketiga dari
minggu ke-29 sampai minggu ke-40 (Winkjosastro, 2005).
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen, oleh
karena keluhan ini terjadi pada trimester pertama (Winkjosastro, 2005). Biasanya
mual dan muntah mempunyai batas waktu tertentu yaitu sekitar 6 12 minggu,
semakin tua umur kehamilan semakin berkurang kejadian mual dan muntahnya,
dan akhirnya menghilang dengan sendirinya (Manuaba, 2007). Mual dan muntah
yang berhubungan dengan kehamilan biasanya dimulai pada 9 sampai 10 minggu
kehamilan, puncaknya pada minggu ke 11 13 dan selesai dalam 12 sampai 14
minggu. Dalam 1 10% dari kehamilan, gejala dapat berlanjut setelah 20 sampai
22 minggu (Morgan, 2009).
Sedangkan setelah umur kehamilan mencapai trimester kedua dan ketiga,
peningkatan hormon sudah stabil sehingga ibu mampu beradaptasi terhadap
perubahan hormon tersebut. Mual dan muntah yang dialami ibu juga berkurang
(Widnyana, 2005).

4. Kadar Hb
Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel
darah merah, tersusun atas besi yang mengandung pigmen heme dan protein
globin. Fungsi hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam
peredaran darah untuk dibawa ke jaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen
disebut oksihemoglobin (HbO
2
). Sintesis hemoglobin terjadi selama proses
eritropoeisis, pematangan sel darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin
(Tarwoto dan Wasnidar, 2007).
Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel
darah merah (eritrosit) meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan eritrosit
30

sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi.
Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang biasa disebut hidremia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan
dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah yang dianggap
sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan.
Pengenceran dapat meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih
berat dalam masa hamil sebagai akibat hidremia, cardiac output meningkat. Kerja
jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang
pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Dan pada perdarahan waktu persalinan,
banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila
darah itu tetap kental (Winkjosastro, 2005).
Anemia adalah kondisi saat berkurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi
fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Selama kehamilan,
indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai
dengan 11,0 gr/dl (Tarwoto dan Wasnidar, 2007).
Menurut Winkjosastro (2005) pembagian anemia dalam kehamilan adalah
sebagai berikut:
a) Anemia defisiensi besi
Anemia yang paling banyak ditemukan dalam kehamilan disebabkan
karena kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang
masuknya unsur besi dalam makanan, karena gangguan resopsi, gangguan
penggunaan atau karena banyaknya besi yang keluar dari badan seperti pada
perdarahan.
b) Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena
kekurangan B12.
c) Anemia hipoplastik
Anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru.


31

d) Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan karena penghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.

Kadar hemoglobin normal dan anemia pada ibu hamil dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Kadar Hemoglobin pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil
(Tarwoto dan Wasnidar, 2007)
Status
Kehamilan
Hb Normal
(gr/dl)
Hb Anemia
(gr/dl)
Tidak hamil 12,0 15,0 <12,0 (Ht <36%)
Hamil:
Trimester I
Trimester II
Trimester III

11,0 14,0
10,5 14,0
11,0 14,0

<11,0 (Ht <33%)
<10,5 (Ht <31%)
<11,0 (Ht <33%)

Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan berberapa akibat seperti
menjadi mudah terjadi penyakit selama kehamilan, penyulit persalinan, lahir
prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, kelainan bawaan dan lain-lain.
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum karena kekurangan gizi. Pada anemia didapatkan keluhan cepat lelah,
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual-muntah lebih hebat pada hamil
muda. Faktor gizi atau anemia selama kehamilan meningkatkan terjadinya
hiperemesis gravidarum (Manuaba, 1998).







32

II.2. Kerangka Teori

























Keterangan:
------------: yang diteliti




Kehamilan
Amenorea

Mengidam
Pingsan
Perubahan pada payudara
Anoreksia
Epulis
Tanda Hegar
Tanda Piscaseck
Hiperpigmentasi kulit


Tanda pasti kehamilan Tanda kemungkinan
kehamilan
Emesis gravidarum
Faktor
adaptasi dan
hormonal
Faktor
psikologis
Faktor
alergi
Hamil
ganda/Gemelli
Mola hidatidosa
Anemia
Primigravida
Hiperemesis
gravidarum
Mual dan muntah
Faktor
lain
Menolak
hamil
Takut
kehilangan
pekerjaan
Keretakan
hubungan
dengan
suami
Masuknya
villi
korialis ke
dalam
kondisi
maternal
ibu
Pengetahuan
ibu
Pendidikan ibu
Pekerjaan
ibu/suami
Sosial-ekonomi
keluarga
Umur ibu
Umur
kehamilan
33

II.3. Kerangka Konsep










II.4. Hipotesis Penelitian
H1: Terdapat hubungan antara umur ibu dengan tingkatan hiperemesis
gravidarum di RSU Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 Desember
2011.
H2: Terdapat hubungan antara gravida ibu dengan tingkatan hiperemesis
gravidarum di RSU Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 Desember
2011.
H3: Terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan tingkatan hiperemesis
gravidarum di RSU Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 Desember
2011.
H4: Terdapat hubungan antara kadar Hb dengan tingkatan hiperemesis
gravidarum di RSU Bhakti Yudha Depok Periode Januari 2007 Desember
2011.







Umur ibu
Gravida
Kadar Hb
Hiperemesis gravidarum
Umur
kehamilan

You might also like