Menentukan Perhitungan Stastik yang Harus Digunakan penggunaan uji regresi
ANDRES PPDGS ORTODONTIK 137160002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI MEDAN 2013
KATA PENGANTAR Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Tujuan penelitian ini adalah untuk adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent. Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent adalah analisis deskriptif dan metode regresi linier berganda. Populasi pada penelitianini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU program S-1 angkatan 2009-2011 yang berjumlah 447 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 82 orang. Ukuran sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin. Penulis menggunakan metode sampel random sampling, dengan ketentuan sampel adalah mahasiswa yang menggunakan Pepsodent minimal 3 bulan. Hasil penelitian dari Uji Signifikan Simultan (Uji F) menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen terhadap penerapan program Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian dari Uji Parsial (Uji-t) variabel sikap yang terdiri dari komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Variabel sikap komponen konatif berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan komponen kognitif, komponen afektif .
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Globalisasi ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat dan informasi menjadi semakin mudah diakses, dunia ekonomi semakin transparan. Era keterbukaan ini menempatkan perusahaan semakin di bawah pengawasaan lensa mikroskop yang dapat dilihat siapa saja, kapan saja, artinya siapapun dapat mengetahui tentang apapun aktifitas tanggung jawab sosial perusahaan dengan cepat (Susanto, 2007:23). Perusahaan baik yang skala besar ataupun kecil merupakan bagian dari lingkungan bisnis global. Setiap perusahaan memiliki hubungan yang kompleks dengan masyarakat, kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi tertentu. Secara langsung ataupun tidak, perusahaan terpengaruh dengan isu-isu, kejadian-kejadian sosial maupun tekanan dari seluruh dunia. Memasuki tahun 1990-an, telah banyak perusahaan yang menyadari arti penting dari pertanggung jawaban sosial dan memasukan tanggung jawab sosial dalam isu strategis bisnis mereka, bahkan tidak jarang perusahaan yang memasukkan isu tanggung jawab sosial kedalam visi dan misi perusahaan. Bisnis dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan salah satu nilai yang membawa perubahan mendasar yaitu konsep Corporate social responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial. Tanggung jawab tersebut adalah perusahaan meluaskan perannya lebih dari sekedar menggunakan sumber-sumber dayanya dan terlibat dalam aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keuntungan sesuai dengan peraturan yang ada. Ketatnya persaingan sering menjadi penyebab bagi perusahaan untuk menghalalkan segala cara untuk menekan biaya serendah-rendahnya dan mendapatkan keuntungan yang tinggi. Perusahaan sering melupakan masalah sosial seperti kesejahteraan karyawan serta keamanan lingkungan karena alasan untuk mendapatkan seuntungan yang tinggi tersebut. (Swa, Desember 2005). Pemerintah menyadari perlunya tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya, untuk itu, pemerintah menetapkan dalam Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74, bahwa Perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas dan beroperasi dalam bidang atau berkaitan dengan sumberdaya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Survei yang dilakukan oleh Business in the Community tahun 2001, terdapat sejumlah bukti bahwa saat ini semakin banyak perusahaan yang menempatkan masalah-masalah sosial sebagai inti dari strategi pemasarannya. Survei yang meliputi 400 pemimpin bisnis dunia memperlihatkan bahwa 70% dari CEO menempatkan tanggung jawab sosial sebagai isu yang pokok di bisnisnya. Para pemasar pun menunjukkan yang sama 89%, dan sebanyak 96% para pemimpin bisnis mengakui bahwa kegiatan-kegiatan sosial ternyata memberikan manfaat timbal balik. Dengan persentasi 69%, sejumlah kalangan elit bisnis bahkan sangat mempercayai dan memperkirakan bahwa praktek-praktek seperti ini terus tumbuh dalam tahun-tahun mendatang.(www.wikipedia.com, diakses 27 Maret 2012). Hasil riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide dalam Susanto (2007:5), melalui program pengembangan responden memberi nilai 75% kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas. Responden juga menunjukkan sekitar 66% bahwa mereka siap berganti merek kepada merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif yang didapatkan melalui CSR. Unilever merupakan perusahaan besar yang telah menerapkan Corporate Social Responsibility selama bertahun-tahun. Unilever telah membuat program CSR dengan baik dan sistematis. Bahkan telah memasukkan unsur-unsur tanggung jawab sosial dalam visi dan misi perusahaan. Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Unilever memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan. Pasta gigi pepsodent adalah salah satu merek andalan Unilever yang sudah lebih dari 30 tahun memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Berikut adalah penghargaan yang pernah diraih oleh pepsodent. Tabel 1.1 Penghargaan yang diraih Pepsodent Tahun Jenis Penghargaan 2006 I ndonesian Customer Loyalty I ndex (I CLI ) 2007 I ndonesian Customer Satisfaction Award (I CSA) 2009 I ndonesian Best Brand Award (I BBA)
pada kategori pasta gigi yang menjadi pilihan utama konsumen yang merupakan penghargaan yang diberikan setiap tahun oleh majalah SWA bekerjasama dengan lembaga konsultan Mars (www.Unilever.com, September 2008).
Tabel 1.2 Kinerja Produk Personal 2008 Pasta Gigi Pepsodent Ciptadent Close Up Formula Sensodyne Harga 7 varian Rp. 2.435/ 75 gr 2 varian Rp. 1.995/ 80 gr 4 varian Rp. 2.860/ 65 gr 4 varian Rp. 3.855/ 120 gr 3 varian Rp. 10.500/ 65 gr Top of Mind Brand (%) 79,2 10,0 5,2 2,7 0,6 Brand Share (%) 80,1 9,9 5,3 2,6 0,5 Brand Value (%) 79,3 9,5 6,3 2,7 0,9
Keterangan Tabel 1.2 : 1. Top of Mind Brand adalah merek yang paling diingat. 2. Brand Share adalah merek yang sering digunakan. 3. Brand Value adalah merek yang paling disukai.
Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah SWA tersebut, untuk kategori produk toiletris, pasta gigi Pepsodent merupakan produk dengan Top of Mind Brand (99,2%), Brand Share (80,1%), dan Brand Value (79,3%) tertinggi dan sangat jauh diatas produk pasta gigi terkenal lainnya. Dari sekian banyak merek pasta gigi yang tersedia di pasar, Pepsodent terbukti mendapatkan tempat khusus di hati masyarakat Indonesia dan menjadi pilihan sebagian besar masyarakat. Pepsodent sangat besar di pangsa pasar selama bertahun-tahun sehingga konsumen jatuh hati pada pepsodent dan setia menggunakan produk ini. Meningkatkan kesehatan mulut adalah komitmen Pepsodent untuk masyarakat. Oleh karena itu, sejak bertahun-tahun tang lalu. Pepsodent telah membuat program-program pertanggung jawaban sosial untuk memberikan pengertian dan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting meningkatkan kesehatan mulut. Program-program yang telah dilakukan oleh Pepsodent antara lain program sekolah Pepsodent dan pemeriksaan gigi gratis, kampanye Pepsodent untuk menyikat gigi dimalam hari. Sejak tahun 1990an Pepsodent telah melakukan program sekolah Pepsodent dengan terjun langsung ke sekolah-sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program sekolah Pepsodent pada intinya merupakan sebuah kegiatan edukatif bagi siswa sekolah dasar di Indonesia, mengenai kesehatan organ gigi dan mulut. Program ini dimulai pada tahun 2001, dilakukan di kota Malang, Semarang, Bandung, dan Surabaya. Kota Surabaya sendiri dilakukan pada tahun 2002 hingga tahun 2005 ini. Dikota Surabaya ini dilakukan untuk pertama kalinya di Kecamatan Gubeng dan secara khusus wilayah Puskesmas Pucang. Hal ini dilakukan oleh pihak penyelenggara atas dasar pertimbangan keberadaan sekolah dasar favorit di wilayah tersebut. Awalnya kegiatan pemeriksaan gigi gratis yang dilakukan pepsodent diadakan di Jakarta. Kegiatan pemeriksaan gigi gratis ini dilakukan di bulan Agustus hingga bulan Desember 2008, dengan target jumlah orang yang ingin dicapai kurang lebih 10.000 orang. Setelah Jakarta, pemeriksaan gigi dan perawatan gigi gratis juga akan dilakukan di delapan kota di Jawa Timur, yaitu Probolinggo, Pasuruan, Jember, Situbondo, Malang, Mojokerto, Jombang, Kediri, dan empat kota di Sumatera, yaitu Medan, Palembang, Lampung, Pekan Baru. Dengan edukasi mengenai kesehataan gigi dan mulut serta pemeriksaan gigi gratis meningkatkan kualitas kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia agar dapat menikmati hidup lebih baik. Survei tentang kebiasaan dan sikap menunjukkan hanya sekitar 34% dari rakyat Indonesia yang menyikat gigi mereka sebelum tidur. Oleh karena itu, mengapa Pepsodent merasa perlu menggunakan tema menyikat gigi pada malam hari sehingga kampanye kesehatannya untuk membuat orang Indonesia menyikat gigi mereka sebelum tidur pada malam hari sebagai bagian dari kebiasaan mencegah gigi berlubang. Pepsodent memimpin pasar di kategori pasta gigi dengan pangsa pasar lebih dari 70%. Hal ini dapat dilihat dari omset penjualan pasta gigi Pepsodent yang terus meningkat. Berikut ini adalah data omset penjualan Pepsodent :
Tabel 1.3 Jumlah Omset Penjualan Pasta Gigi Pepsodent Tahun Omset Penjualan (dalam miliar) 2005 1,44 2006 1,72 2007 1,96 2008 2,40
Peningkatan omset yang terjadi pada pasta gigi Pepsodent terjadi karena program Corporate Social Responsibility yang telah di umumkan melalui media cetak dan elektronik, sehingga mempermudah konsumen mengetahui informasi seputar program kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh Pepsodent. Pepsodent juga melakukan inonasi-inovasi seperti membuat segmentasi pasar terbagi dua yakni dewasa dan anak- anak dan inovasi kemasan, rasa, bentuk dan ukuran serta telah memenuhi standar kesehatan karena terdapat label halal pada kemasannya., kampanye website tanya Pepsodent yang mempermudah konsumen dalam berkonsultasi langsung dengan dokter. Program Corporate Social Responsibility jika dikembangkan dengan baik akan menciptakan kesan yang positif terhadap produk. Hal tersebut akan menimbulkan suatu ikatan emosional antara masyarakat dengan perusahaan akan membuat sebuah merek menjadi lebih dikenal, diingat, yang sering juga disebut sebagai loyalitas konsumen. Loyalitas konsumen terbentuk karena adanya keterikatan antara konsumen dengan suatu produk, dimana konsumen merasa produk tersebut memberikan dampak yang positif dari penggunaannya, sehingga sering tanpa disadari konsumen tersebut mengajak rekan- rekannya untuk menggunakan produk tersebut. Loyalitas konsumen dapat dilihat juga dari penggunaan maupun pembelian yang dilakukan secara berulang-ulang. Loyalitas konsumen dapat memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan perusahaan. Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana sikap konsumen tentang penerapan Corporate Social Responsibility terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent. Survei penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian Pengaruh Sikap Konsumen Program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Loyalitas Konsumen Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility ini terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent.
1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan bagi perusahaan tentang penerapan program Corporate Social Responsibility. 2. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan suatu kempatan bagi peneliti untuk menerapkan materi-materi perkuliahan yang peneliti dapatkan selama perkuliahan. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan referensi dan informasi yang nantinya dapatmemberikan perbandingan dalam mengadakan penelitian pada bidang yang sama dimasa yang akan datang khususnya penelitian yang berkaitan dengan penerapan program Corporate Social Responsibility.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory survey, yaitu penyelidikan kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya, melalui data tertentu. (Ginting, 2008:56).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No. 21 .Penelitian ini di mulai dari bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Juni 2012.
3.3 Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :
3.3.1 Variabel Independent (X) adalah sikap konsumen terdiri dari komponen kognitif (X1) yaitu kepercayaan, komponen afektif (X2) yaitu perasaan, komponen konatif (X3) yaitu keinginan untuk melakukan tindakan tertentu.
3.3.2 Variabel Dependent (Y) adalah loyalitas konsumen pasta gigi Pepsodent.
3.4 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan mengenai pengertian teoritis dan pengukuran variabel sehingga dapat diamati dan diukur. Untuk menjelaskan variabel yang sudah didefinisikan, maka perlu definisi operasional masing-masing variabel sebagaimana upaya dalam penelitian, antara lain: 3.4.1 Variabel Bebas (I ndependet variable) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap penerapan Corporate Social Responsibility. Sikap konsumen (X) menjelaskan kepercayaan, perasaan dan juga tindakan konsumen terhadap penerapan program Corporate Social Responsibility yang dilakukan oleh Pepsodent, yang terdiri dari: 4) Komponen Kognitif (X1), yaitu merupakan kepercayaan konsumen terhadap motivasi dan kesesuaian program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi Pepsodent. 5) Komponen Afektif (X2), yaitu gambaran perasaan dan emosi (baik atau buruk, disukai atau tidak disukai) konsumen terhadap penerapan pada program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi Pepsodent. 6) Komponen Konatif (X3), yaitu menggambarkan kecendrungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan penerapan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh pasta gigi Pepsodent.
3.4.2 Variabel Terikat (Dependent variable) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006:33). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah loyalitas konsumen terhadap pasta gigi Pepsodent, setelah perusahaan merupakan kegiatan Corporate Social Responsibility. Variabel loyalitas konsumen (Y) merupakan perilaku konsumen sebagai yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Loyalitas konsumen (Y) yaitu tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses dalam pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan tindakan tersebut.
gambar 3.1 Operasionalisasi Variabel
3.5 Skala Pengukuran Variabel Pada proses pengolahan data, untuk menghitung masing-masing variabel digunakan Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi yang dijabarkan menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun beberapa instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan yang diajukan. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap jawaban akan diberi skor yang dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini : Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert Keterangan Skor Sangat Setuju (SS) 5 Setuju (S) 4 Kurang Setuju (KS) 3 Tidak Setuju (TS) 2 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi
Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006:72). Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU program S-1 angkatan 2009-2011 yang berjumlah 447 orang.
Tabel 3.3 Jumlah Mahasiswa FKM USU Program S-1 Angkatan 2009 - 2011 Angkatan Jumlah Mahasiswa Tahun 2009 150 orang Tahun 2010 163 orang Tahun 2011 134 orang Jumlah 447 orang
3.6.2 Sampel Sampel adalah suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008:116). Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan metode sampel random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah mahasiswa yang dijadikan sampel penelitian adalah mahasiswa yang menggunakan Pepsodent minimal tiga (3) bulan. Menentukan ukuran sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus Slovin (Ginting, 2008:132) yaitu:
3.7 Jenis Data Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :
1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap sumber yang diteliti.
2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui dokumentasi, literatur buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal ilmiah, dan internet yang berkaitan dan mendukung penelitian ini. 3.8 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Angket (Kuisioner) Metode yang digunakan angket atau kuisioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas nama daftar pertanyaan tersebut.
2. Wawancara Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan responden secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian.
3. Dokumentasi Dokumentasi yaitu mengadakan pencatatan langsung terhadap dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji apakah suatu kuesioner layak dijadikan sebagai instrument penelitian. Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan ketepatan alat ukur melakukan tugasnya untuk mencapai sasarannya. Adapun tempat untuk menguji validitas dan reliabilitas tersebut adalah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan responden sebanyak 30 orang mahasiswa diluar sampel penelitian, untuk uji validitas dan reliabilitas menggunakan alat bantu SPSS.
3.9.1 Uji Validitas Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang diukur (Ginting, 2007:172). Pengujian validitas dilakukan kepada 30 responden diluar sampel, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan dinyatakan valid. 2. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reabilitas diberikan kepada 30 responden diluar dari responden penelitian. Nilai r tabel dengan ketentuan df = N-4, dalam hal ini N adalah jumlah responden = 30 dan tingkat signifikasi sebesar 5 % maka nilai r tabel yang diperoleh = 0,37, tetapi menurut Situmorang,dkk, (2008:36) bila harga korelasi positif dan r > = 0.3 maka butir instrument tersebut dinyatakan valid atau memiliki validitas konstruk yang baik. Tabel 3.4
Hasil pengolahan data pada Tabel 3.4 dapat dilihat VAR0001 sampai dengan VAR00017 merupakan pernyataan yang berkaitan dengan variabel penelitian yaitu pernyataan 1 sampai dengan pernyataan 17. Pada VAR0006 dan VAR0007 tidak valid karena corrected item total correlation lebih kecil dari nilai rtabel untuk 30 sampel yaitu 0,3, maka VAR0006 dan VAR0007 harus dieliminasi, lalu dilakukan pengujian kembali, dapat dilihat pada Tabel 3.4 Tabel 3.5
Setelah dilakukan pengujian validitas kembali telihat pada Tabel 3.5, seluruh pernyataan telah valid yaitu nilai corrected item total correlation seluruhnya telah bernilai lebih besar atau sama dengan 0,3.
3.9.2 Uji Reliabilitas
Menurut Trihendradi (2011:211), pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS, butiran pertanyaan valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut: pertanyaan dinyatakan reliable jika memberikan nilai Cronbanch Alpha > 0,6 Tabel 3.6
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items Cronbach's Alpha N of Items .890 15
Pada 15 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa Cronbach Alpha adalah sebesar 0, 890. Ini berarti 0, 890 > 0,6 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah realibel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrument penelitian ini.
3.10 Teknik Analisis 3.10.1 Metode Analisis Deskriptif Metode ini merupakan suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, diklasifikasikan dan dianalisis sehingga akan memberikan gambaran yang jelas mengenai perusahaan dan masalah yang sedang diteliti. 3.10.2 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik terdiri dari atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas: 1. Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk loncenga dan distribusi data tersebut tidak melenceng ke kiri ke kanan. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp Sig (2- tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal (Situmorang, 2008:55) 2. Uji Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika variabel independent signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependent, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya diatas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas. 3. Uji Multikolinieritas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat kolerasi antara variabel bebas maka dapat dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas. Uji multikolinieritas menggunakan kriteria Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan: 1) Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinieritas yang serius.
2) Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas yang serius.
3.10.3 Metode Analisis Statistik 3.10.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda Metode Analisis Linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh/hubungan variabel bebas dengan variabel terikat, formulasi yang digunakan adalah Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+e Keterangan: Y = Loyalitas konsumen terhadap pasta gigi Pepsodent a = Konstanta b1,b3 = Koefisien regresi X1 = Komponen kognitif 1) X2 = Komponen afektif X3 = Kompnen konatif e = Standar error Alasan digunakan metode analisis regresi linier berganda adalah teknik analisis ini dapat memberikan informasi mengenai besarnya pengaruh variabel bebas (loyalitas konsumen) terhadap variabel terikat (komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif).
3.10.3.2 Pengujian Hipotesis Adapun pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Uji secara serempak/Simultan (Uji - F) Uji F dilakukan untuk melihat secara bersam-sama apakah ada pengaruh signifikan dari variabel bebas (X1, X2, X3) terdapat variabel terikat (Y). Model hipotesis yang digunakan dalam uji F statistik ini adalah: H0 : bi = 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terdapat variabel bebas. Ha : bi 0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat kesalahan () = 5%. Kriteria uji digunakan: H0 diterima bila Fhitung < Ftabel dan nilai signifikannya Fhitung > tingkat kesalahan (). Ha diterima bila Fhitung > Ftabel dan nilai signifikannya Fhitung < tingkat kesalahan (). 2. Uji Signifikan Parsial (Uji-t)
Uji t dimaksudkan untuk melihat secara parsial apakah ada pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Bentuk pengujiannya yaitu: Ho : b1, b2, b3 = 0 (variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat). Ha : b1, b2, b3 0 (variabel bebas secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel terikat). Pada penelitian ini nilai Thitung akan dibandingkan dengan nilai Ttabel pada tingkat signifikan () = 5% Kriteria pengambilan keputusan, yaitu: Ho diterima bila Thitung < Ttabel dan nilai signifikan Thitung > tingkat kesalahan (). Ha diterima bila Thitung > Ttabel dan nilai signifikan Thitung < tingkat kesalahan (). 3. Pengujian Koefisien Determinan (R2) Determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien determinan (R2) berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu), (0 R2 1). Hal ini berarti bila R2 = 0, menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dan bila R2 mendekati 1, menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu