anastesi atau pembedahan baik yang elektif maupun darurat hendaknya dipersiapkan dengan baik, karena keberhasilan dari tindakan anastesi dan pembedahan sangat dipengaruhi oleh preoperasi yang setidaknya dilaksanakan 1-2 hari sebelum operasi pada pembedahan elektif, sedangkan pada pembedahan darurat maka tindakan ini memiliki waktu yang singkat, yang tujuannya adalah: Mempersiapakan mental dan fisik pasien secara optimal dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan lain. Pemilihan teknik tindakan dan obat anastesi yang sesuai dengan keadaan fisik dan kehendak pasien. Untuk meminimalkan komplikasi Menentukan klasifikasi pasien menurut ASA sesuai hasil pemeriksaan fisik untuk mendapatkan gambaran prognosis pasien secara umum.
Tindakan pre operasi ini meliputi: Anamnesis, untuk mengetahui segala riwayat pasien, riwayat penyakit terdahulu, riwayat alergi, riwayat pembedahan sebelumnya. Pemeriksaan fisik; pemeriksaan fisik disini disesuaikan dengan pemeriksaan sistem secara legeartis. Teliti semua hasil laboratorium, dan mungkin perlu pemeriksaan laboratorium tambahan. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta laboratorium maka dapat ditentukan status fisik pasien dan penilaian terhadap risiko pasien terhadap anastesia.
I. PERSIAPAN MENTAL DAN FISIK PASIEN Anamnesis Seperti biasanya anamnesis diawali dengan menanyakan nama, umur, alamat, pekerjan (Identitas Pasien) Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma) Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi. Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum operasi) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan) Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
Berpatokan pada B6: 1. Breath Pada pemeriksaan fisik yang perlu kita evaluasi mengenai "breath" adalah: Airway; patensi jalan nafas; caranya dengan mengajak pasien bicara, jika pasien dapat menjawab berarti tidak ada masalah pada airway. Tapi jika tidak maka evaluasi dari mana sumbatannya, bisa terjadi karena sumbatan pada pangkal lidah, karena benda asing padat misalnya makanan, muntahan, atau cair berupa cairan lambung atau darah, edema jalan nafas, atau radang. Pada pasien yang stabil maka perhatikan keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas? Ventilasi, * Tentukan frekuensi nafas, apakah ada hipoventilasi atau takipnea. * Tentukan pula tipe napas apakah ada pernapasan cuping hidung (flaring) bila ada hal ini merupakan tanda terjadinya hipoksia jaringan dan membutuhkan terapi oksigen, tipe nafas abdominal atau torakal, * Pergerakan apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta), see saw dimana terjadi keterbalikan pergerakan antara torakal dan abdominal yang merupakan tanda terjadinya obstruksi total. * Nilai pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2. Blood Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan, Hb. Lakukan pemeriksaan jantung (ECG) tentukan adanya aritmia yang berbahaya dimana segera memerlukan tindakan.
5. Bowel Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa abdominal?
6. Bone kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time, clothing time atau APTT & PPT) Pemeriksaan kadar gula darah puasa Liver function test Renal function test Pemeriksaan foto toraks Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial, pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.
Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular Resiko serius; Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca operasi. Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap kerja katekolamin yang dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran hemodinamik dan dapat terjadi aritmia, takikardi ventricular sampai fibrilasi ventricular. Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ menjadi buruk. Ambilan gas dan uap ihalasi terhalangi. Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus diteruskan sepanjang operasi. Bahaya hipertensi balik dengan resiko gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh lebih berat diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi. Penyakit Pernafasan Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi oksigenasi, eliminasi karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan meningkatkan insidens infeksi pascaoperasi. Bronkospasme berat yang mengancam jiwa kadang-kadang timbul pada pasien asma atau pecandu nikotin. Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati. Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang berakumulasi pada tubulus renalis
Persiapan Sebelum Pembedahan Secara umum, persiapan pembedahan antara lain : 1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa, memasang NGT. Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8 jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung. 2. Pengosongan kandung kemih. 3. Informed consent (Surat izin operasi dan anestesi). 4. Pemeriksaan fisik ulang 5. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa kontak dan asesori lainnya. 6. Premedikasi secara intramuskular - 1 jam menjelang operasi atau secara intravena jika diberikan beberapa menit sebelum operasi. II. PERENCANAAN ANASTESI Setelah kita melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kta dapat mempunyai gambaran tentang keadaan fisik dan mentala pasien sehingga dapat merencanakan teknik dan obat-obatan yang sesuai dengan keadaan pasien. Misalkan pasien dengan diabetes melitus tidak boleh menggunakan ktamin, karena dapat menyebabkan hiperglikemia, Tirotoksikosis tidak memakai atropin.
III. MENENTUKAN PROGNOSIS Pasien yang akan mengalami anastesi dan pembedahan dapat dikategorikan dalam beberapa kelas status fisik, yang semual diusulkan dan digunakan oleh America Society of Anesthesiologist (ASA). Status fisik ini diklasifikasikan menjadi 5 kelas, yaitu ASA 1- ASA 5 dengan uraian sebagai berikut: Kelas 1 Pasien tanpa gangguan organik, fisiologik, biokemik maupun psikiatrik. Proses patologik yang akan dilakukan operasi terbatas pada lokalisasisnya dan tidak menyebabkan gangguan sistemik. Contoh: Seorang dewasa muda sehat akan menjalani operas hernia inguinalis, atau mioma uteri yang akan dilakukan miomektomi. Kelas 2 Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai sedang, yang disebabkan baik karena keadaan yang haris diobati dengan jalan pembedahan maupun olehh proses patofisiologi Contoh: - pasien dengan penyakit jantung organik tanpa pembatasan aktivitas atau dengan pembatasan aktivitas ringan direncanakan untuk operasi hernia - pasien dengan DM ringan direncanakan untuk operasi apendektomi - pasien dengan anmia atau dengan hipertensi esensial Kelas 3 pasien dengan gangguan sistemik berat, apapun penyebabnya contoh: pasien dengan DM berat dengan komplikasi vaskuler yang memerlukan tindakan pembedahan Kelas 4 Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, yang tidak selalu dapat dikoreksi dengan tindakan pembedahan contoh: - pasien dengan dekompensasi jantung, angina pectoris yang terus menerus, insufisiensi berat dari faal paru, hepar, ginjal, atau endokrin. Kelas 5 Moribound: Pasien yang hanya mempunyai kemungkinan kecil untuk hidup Contoh: pasien shock karena perdarahan, trauma kepala berat dengan tekanan intrakranial yang meningkat. Pada umunya pasien-pasien ini mmerlukan operasi untuk rsusitasi dan umumnya hanya perlu sedikit atau bahkan tanpa obat anastesi.
OPERASI DARURAT Setiap pasien dari masing-masing kelas diatas yang mengalami pembedahan secara darurat diperimbangkan dalam kondisi fisik yang lebh jelek. Dibelakan angka yang menunjukkan kelasnya , ditulis huruf D yang berarti darurat (dalam buku berbahasa inggris ditulis "E" = Emergeny).
Peralatan Anastesia Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien) Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3 untuk pasien dewasa dengan ukuran sedang. bila lebih besar pakai ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk mengecek lampunya apakah nyalanya cukup terang) Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7) Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus sebagai berikut: (umur +2)/2. Misal hasilnya adalah 5 maka siapkan ukuran 4.5, 5, dan 5.5. Siapkan satu nomor diatas dan dibawahnya. Atau bisa juga menggunakan patokan besar jari kelingking tangan pasien. Jangan lupa mengecek ET dengan memompanya Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir) Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah) Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di wajah) Stilet (kawat guide saluran nafas) Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien anak-anak) Jelly Precordial Kapas alcohol Plester Xilocain pump Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada keadaan tertentu)
Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan: Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29) Spray alcohol Betadin Kassa steril Bantal Spuit 5 cc
Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah) 1. Sulfas Atropin 2. Pethidin 3. Propofol/ Recofol 4. Succinil Cholin 5. Tramus 7. Efedrin
Obat untuk Anestesi Spinal: 1. Buvanest atau Bunascan 2. Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest)
Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency: 1. Atropin 2. Efedrin 3. Ranitidin 4. Ketorolac 5. Metoklorpamid 6. Aminofilin 7. Asam Traneksamat 8. Adrenalin 9. Kalmethason 10. furosemid (harus ada untuk pasien urologi) 11. lidocain 12. gentamicyn salep mata 13. Oxitocyn (untuk pasien obsgyn) 14. Methergin (untuk pasien obsgyn) 15. Adrenalin
Administrasi 1. Laporan Anestesi 2. BAKHP
Kelengkapan Kamar Operasi yang jadi tanggung jawab kita A. Mesin Anestesi cek apakah halotan/isofluran dalam keadaan terisi penuh; bila tidak, lakukan pengisian pasang kabel mesin dan nyalakan pasang pipa oksigen dan N2O cek pompa oksigen, apakah dapat terpompa cek apakah pipa pembuangan gas sudah terpasang dan terbuang di tempat yang tepat
hal-hal yang penting diketahui: aliran oksigen ada dua jalur, jangan sampai salah memilih jalurnya. Ada jalur untuk masker dan ada jalur untuk nasal pembuangan udara akan melalui sodalime (batu-batu) yang berfungsi mengikat CO2. laporkan bila sodalime sudah berubah warna sangat tua) monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta ajarkan penata bagaimana membacanya. Alat pengatur respirasi dari spontan ke control
B. Monitor Anestesi Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi C. Suction Cek apakah suction bekerja dengan baik D. Tangan Meja E. Bantal
Tanda-Tanda Anastesi Trias anastesia, terdiri dari analhesik, hipnotis, dan arefleksia/ relaksasi. Akan tetapi setiap tindakan anastesi tidak selalu mencakup 3 hal tersebut, tergantung jenis pembedahan yang akan dilakukan. Untuk itu perlu dikenal satdium-stadium anastsi dan mengenal tanda dan gejala masing-masing stadium.
Stadium 1; Stadium analgesia atau disorientasi - Induksi; kesadaran hilang - Nyeri (+) o.k bedah kecil - Berakhir : refleks bulu mata hilang
Stadium 2; stadium hipersekresi atau eksitasi atau delirium - Kesadaran (-)/ refleks bulu mata (-) ----- ventilasi teratur - Terjadi depresi pada ganglia basalis; rx berlebihan bila ada rangasang (hidung, cahaya, nyeri, rasa, raba)
Stadium 3 : Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana : Plana 1:- Ventilasi teratur : torako-abdominal - Pupil terfiksasi, miosis - Refleks cahaya (+) - Lakrimasi - Refleks faring dan muntah (-) - Tonus otot mulai
Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal - Lakrimasi (-) - Pupil melebar dan sentral - Refleks laring dan peritoneum (-) - Tonus otot
Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma lumpuh tonus otot tidak sesuai volume tidal)( - Tonus otot - Pupil midriasis - Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
Stadium 4: Stadium paralisis - Disebut juga stadium kelebihan obat. - Terjadi henti nafas sampai henti jantung
Ventilasi normal : - Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma) - Pria dewasa : dominan torakal
Pupil Pada pupil yang diperhatikan : - gerak - fixasi posisi pupil Stadium I : tidak melebar karena psikosensorik dan pengaruh emosi Stadium II : pupil midriasis karena rangsang simpatik pada otot dilatator Stadium III : pupil mulai midriasis lagi karena pelepasan adrenalin pada anestesi dengan eter atau siklopropan tapi tidak terjadi pada halotan dan IV
Stadium pembedahan : pupil terfiksasi ditengah dan ventilasi teratur Anestesi dalam (kelebihan dosis) : - Pupil dilatasi maksimal ok paralisis N.kranialis III - Ventilasi perut dan dangkal Sebab lain pupil midriasis : 1. Saat induksi : o.k sudah setengah sadar (sub concious fear) 2. Premedikasi atropin tanda opiat 3. Hipoksia 4. Syok dan perdarahan
Refleks bulu mata N : sentuhan membuat mata berkedip (kontraksi) (-) : akhir stadium I, awal stadium II
Refleks kelopak mata N : tarik kelopak mata, maka ada tarikan (kontraksi) (-) : awal stadium III
Refleks cahaya : N : Pupil miosis (-) : Stadium 3 plana 3
Monitoring Selama Anastesia 1. Kedalaman anestesi 2. Kardiovaskuler : - Tekanan darah (invasif atau non invasif) - EKG - CVP 3. Ventilasi respirasi : - Stetoskop saturasi- Pulse oksimetri - Capnometer - Analisa gas darah 4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris - Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat - Axilla, rectal, osefagus, nasofaring 5. Produksi urin : - 1 cc/kg BB/j 6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; > 20% perdarahan diberi transfusi whole blood. 7. Sirkuit anestesi
Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah O2----mesin anestesi; corugated-corugated; masker/ ET; Pasien
Pre Medikasi Tindakan selanjutnya adalah pemberian pre medikasi yang dapat dilakukan 1-2 jam sebelum pasien dioperasi, yang tujuanya adalah: - Menghilangkan kecemasan - Mendapatkan sedasi - Mendapatkan analgesia - Mendapatkan amnesia - Mendapatkan efek antisialogoque - Menaikkan pH cairan lambung - Mengurangi volume cairan lambung - Mencegah terjadinya reaksi allergi. Hasil akhir : sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari pernafasan dan sirkulasi.
Ada 2 macam pendekatan: 1. Farmakologi 2. Non Farmakologi Pemilihan obat premedikasi didasarkan oleh: - Umur - Berat badan - Status fisik - Derajad kecemasan - Riwayat hospitalisasi sebelumnya - Riwayat reaksi terhadap obat premedikasi sebelumnya - Riwayat penggunaan obat-obat tertentu (misalnya MAO inhibitor, kortikosteroid, antibiotik tertentu) - Perkiraan lamanya operasi - Macam operasi - Rencana obat anestesia yang akan digunakan
Obat-obat yang digunakan dalam premedikasi anastesi: 1. Golongan sedatif: - Benzodiazepin: * Diazepam * Midazolam - Fenotiazine: * Prometazine
2. Golongan Narkotik Analgetik : - Opium alkaloid * Morfin - Sintetik * Meperidin (Pethidin) Fentanil 3. Golongan neuroleptik: - Droperidol (DEHYDROBENZPERIDOL) 4. Golongan antikolinergik: - Atropin sulfat
Beberapa obat yang sering digunakan: Diazepam: = sedatif, amnesia, anti convulsant, relaksasi otot = mengurangi kegelisahan & kecemasan = potensiasi dengan obat pelumpuh otot non- depolarisasi,tetapi antagonis dengan obat pelumpuh otot depolarisasi = dosis utk premed. 0,1 mgr /kg bb dan utk sedatif 0,2 0,6 mgr /kg bb
Midazolam = sama dengan diazepam = mengurangi kegelisahan = sedatif, anti convulsant , relaksasi otot, amnesia = efek sedatif nya lebih jelas, lebih cepat dan lebih kuat dibandingkan dgn diazepam = dosis utk premed. 0,1-0,15 mgr/kg bb dan utk induksi 0,2 - 0,3 mgr/kg bb
Meperidine hcl (pethidin hcl) : = analgesia, sedatif, euphoria, amnesia, dan efek addiksi =efek analgesia terutama utk spasme otot , kecuali utk biliar kolik efek spasme sphincter oddi =depresi pusat respirasi, nausea, vomitus, hipotensi, histamine release = pemberiani.v kemerahan sepanjang vena (jarang bila diberi dgn konsentrasi sama atau kurang dari 1%) =dgn obat mao-inhibitor metabolisme dihambat = dosis premed. 0,5 -1 mgr / kg bb
Fentanyl citrat = sama dengan pethidin = analgetik, sedatif, euphoria, amnesia, addiksi = efek analgesia sangat kuat, diikuti morphin, kemudian pethidin = efek depresi pusat respirasi yang sangat kuat morphin, diikuti oleh fentanyl , kemudian pethidin = dosis premed. 0,05 mgr s/d 0,1mgr
Dehydrobenzperidol (droperidol) : = neuroleptik apatis, hipnotik, dan kataleptik = anti emetik , dan hipotensi (vasodilatasi pembuluh darah) = efek ekstra piramidal diskinesia parkinson tidak disukai = dosis premed. 0,1 mgr/kgbb
Atropin sulfat =efek parasimpatolitik /antikolinergik =stimulasi pst respirasi =efek antihistamin ngantuk =denyut jantung meningkat =mengurangi sekresi kelenjar traktus respi-ratorius bagian atas dan kelenjar keringat =dosis premed. 0.01mgr / kg bb Anastesi Umum LANGKAH-LANGKAH ANASTESI UMUM 1. Setelah pasien dibaringkan di atas meja operasi. Pasang tensi, saturasi, precordial. Nyalakan monitor. Nyalakan mesin anestesi. Atur kecepatan infuse. 2. Tunggu instruksi. Setelah lapor ke konsulen, dan operator sudah siap. Berarti anestesi sudah boleh dilakukan. 3. Minta pasien untuk berdoa 4. Suntikkan pre medikasi: SA 0,25 mg dan Pethidin 30-50 mg 5. Suntikkan Recofol 100 mg. 6. Tunggu sampai refleks bulu mata hilang. 7. Bila refleks bulu mata telah hilang pasang masker dengan posisi benar. (Jaw thrust, chin lift, tekan masker dengan ibu jari dan telunjuk) 8. Naikkan oksigen sampai 6-10 l 9. kurangi oksigen sampai 3 L. naikkan N2O menjadi 3L. buka isofluran/halotan 10. Tetap berada dalam posisi seperti itu. Sambil kadang-kadang lakukan pemompaan bila diperlukan. Perhatikan infus, nadi, tensi, saturasi, pompa atau monitor mesin. Sesekali raba nadi pasien. 11. Bila diperlukan pasien rileks maka berikan Succinil cholin atau tramus tergantung dosis yang diperlukan. 12. Selanjutnya tinggal seni anestesinya. Kalau tensi naik dan turun, kalau nadi naik atau turun, kalau nafas kurang spontan, lambat atau cepat. Yang kita lakukan bisa perdalam atau kurangi obat anestesi, tambah obat tertentu, atur cairan, atur posisi pasien dan lain-lain. 13. Bila operasi sudah hampir selesai kurangi dosis perlahan sampai kemudian tinggal oksigen saja. 14. Operasi selesai bawa pasien ke RR. Dan tunggu sampai pasien bangun.
A. Obat Induksi intravena 1. Ketamin/ketalar Dosis Induksi: 1-2 mg/Kg BB - Efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral - Efek hipnotik kurang - Efek relaksasi tidak ada - Onset cepat - Refleks pharynx & larynx masih ckp baik; batuk saat anestesi; refleks vagal - Disosiasi; mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi - Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya) - TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin. - Dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk penderita- penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan. - Dosis berlebihan scr iv : depresi napas - Pada anak dapat timbulkan kejang, nistagmus - Meningkatkan kadar glukosa darah + 15% - Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit - Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui urin - Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd pusat retikular otak Indikasi: - Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar. - Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf). - Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy) - Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat dipakai untuk induksi pada pasien syok. - Untuk tindakan operasi kecil. - Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada. - Pasien asma Kontra Indikasi - Hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg - Riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD) - Dekompensasi kordis Harus hati-hati pada : - Riwayat kelainan jiwa - Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik 2. Propofol (diprifan, rekofol) - Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak kedelai & postasida telur yg dimurnikan. -Kdg terasa nyeri pd penyuntikan, maka dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc propolol; jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian - Analgetik tidak kuat - Dapat dipakai sbg obat induksi & obat maintenance - Depresi pernapasan, apneu, broko dan laringospasme. - Kardiovaskuler: hipotensi, aritmia, taki/bradikardi - Obat setelah diberikan; didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh. - Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal. - Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea sejenak Efek Samping - Bradikardi. - Nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar. - Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan - Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan - Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik. Dosis Induksi: 1-2 mg/kgBB 3. Thiopental - Ultra short acting barbiturat - Dipakai sejak lama (1934) - Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm air
4. Pentotal - Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades - Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8 - Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek menurun) - Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah efek sedasi- Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ) &hipnosis cepat tjd, tp sifat analgesik sangat kurang - TIK - Mendepresi pusat pernapasan - Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan hipotensi. Dpt menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal- depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah - tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta - Dpt melewati ASI - menyebabkan relaksasi otot ringan - reaksi. anafilaktik syok - gula darah sedikit meningkat. - Metabolisme di hepar - cepat tidur, waktu tidur relatif pendek - Dosis iv: 3-5 mg/kgBB Kontraindikasi - syok berat - Anemia berat - Asma bronkiale, menyebabkan konstriksi bronkus - Obstruksi sal napas atas - Penyakit jantung & liver - kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
B. Obat Anestetik inhalasi 1. Halothan/fluothan - Tidak berwarna, mudah menguap - Tidak mudah terbakar/meledak - Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya Efek: - Tidak merangsang traktus respiratorius - Depresi nafas stadium analgetik - Menghambat salivasi - Nadi cepat, ekskresi airmata - Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup - Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus - Depresi otot jantung aritmia (sensitisasi terhadap epinefrin) - Depresi otot polos pembuluh darah vasodilatasi hipotensi - Vasodilatasi pembuluh darah otak - Sensitisasi jantung terhadap katekolamin vagal refleks- Meningkatkan aktivitas vagal kerusakan hepar (immune-mediated hepatitis)- Pemberian berulang (1-3 bulan) - Menghambat kontraksi otot rahim - Absorbsi & ekskresi obat oleh paru, sebagian kecil dimetabolisme tubuh - Dapat digunakan sebagai obat induksi dan obat maintenance Keuntungan - cepat tidur - Tidak merangsang saluran napas - Salivasi tidak banyak obat pilihan untuk asma bronkhiale- Bronkhodilator - Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi) - Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi yang enak Kerugian - overdosis - Perlu obat tambahan selama anestesi - Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi - aritmia jantung - Sifat analgetik ringan - Cukup mahal - Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
2. Nitrogen Oksida (N2O) - gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah terbakar dan relatif tidak larut dalam darah. Efek: - Analgesik sangat kuat setara morfin - Hipnotik sangat lemah - Tidak ada sifa relaksasi sama sekali Bila- Pemberian anestesia dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%. murni N2O = depresi dan dilatasi jantung serta merusak SSP - jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik lain seperti halotan dan sebagainya.
3. Eter - tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang - iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus - margin safety sangat luas - murah - analgesi sangat kuat - sedatif dan relaksasi baik - memenuhi trias anestesi - teknik sederhana
4. Enfluran - isomer isofluran - tidak mudah terbakar, namun berbau. - Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang (pada EEG). - Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran - cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar - menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari. - Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran - tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa. - tidak pernah dilaporkan kejadian immune- mediated hepatitis
C. Obat Muscle Relaxant Bekerja pd otot lurik; terjadi kelumpuhan otot napas dan otot-otot mandibula, otot intercostalis, otot- otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas. - Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata; ekstremitas; mandibula; intercostalis; abdominal; diafragma. - Pada pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan. - Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk keluar dan terjadi relaksasi - Terbagi dua: Non depolarisasi dan depolarisasi - Durasi * Ultrashort (5-10 menit): suksinilkolin * Short (10-15 menit) : mivakurium * Medium (15-30 menit) : atrakurium, vecuronium * Long (30-120 menit) : tubokurarin, metokurin , pankuronium, pipekuronium, doksakurium, galamin - Efek terhadap kardiovaskuler * Tubokurarin , metokurin , mivakurium dan atrakurium : Hipotensi pelepasan histamin dan (penghambatan ganglion) * pankuronium : menaikkan tekanan darah * suksinilkolin : aritmia jantung
MAC (Minimal Alveolar Concentration) Merupakan konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak memberikan respon rangsang sakit Halotan : 0,87% Eter : 1,92% Enfluran : 1,68% Isofluran : 1,15% Sevofluran : 1,8% Anestesi Lokal/ Regional Definisi: penggunaan obat analgetik lokal untuk blokade reversibel konduksi saraf sensorik, sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh diblokir untuk sementara (reversible). Fungsi motorik dapat terpengaruh sebagian atau seluruhnya. Penderita tetap sadar. Mencegah DEPOLARISASI dengan blokade ion Na+ ke channel Na (blokade konduksi); mencegah permeabilitas membran saraf terhadap ion Na+.
Indikasi anestesi lokal: 1. Operasi emergensi 2. Alergi GA 3. Pasien dengan PPOK 4. Tindakan dimana dengan anestesi lokal akan lebih aman
Indikasi relatif 1. Pasien tak kooperatif 2. Penyakit neurologi akut 3. Laminectomi luas 4. Scoliosis 5. IHD
Komplikasi: a. Lokal 1. Abses 2. Hematom 3. Nekrosis b. Sistemik 1. Intravasasi 2. Hipersensitif 3. Hiperabsorbsi 4. Over dosis
Manifestasi Klinik Komplikasi Sistemik a. Urtikaria - anafilaktik syok b. Menggigil c. Mual muntah d. Disartri e. Hipotensi & bradikardi
Pada SSP a. Stimuli Cortex : kejang, gelisah Medula : hipertensi, takikardi, hiperventilasi b. Depresi Cortex : lemah, kesadaran turun Medula : hipotensi, bradikardi, hipoventilasi
Pencegahan: 1. Dosis minimum 2. Hindari daerah hiperemis 3. Infiltrasi 4. Tes sensitivitas Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml)
Obat-obat Anastesi Regional
ANESTESI SPINAL Yaitu memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid yang menyebabkan paralisis temporer syaraf Lokasi : L2 S1 Keuntungan teknik anestesi spinal : Biaya relative murah Perdarahan lebih berkurang Mengurangi respon terhadap stress Kontrol nyeri yang lebih sempurna Menurunkan mortalitas pasca operasi
Indikasi a. Bedah abdomen bagian bawah, misal: op hernia, apendiksitis b. Bedah urologi c. Bedah anggota gerak bagian bawah d. Bedah obstetri ginekologi e. Bedah anorectal & perianal, misal: op hemoroid
Kontra indikasi Absolut 1. kelainan pembekuan darah (koagulopati) 2. infeksi daerah insersi 3. hipovolemia berat 4. penyakit neurologis aktif 5. pasien menolak
relative 2. R. pembedahan utama tulang belakang 3. nyeri punggung 4. aspirin sebelum operasi 5. Heparin preoperasi 6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil
Komplikasi
Akut 1. hipotensi; dikarenakan dilatasi PD max 2. bradikardi; dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA 3. Hipoventilasi; berikan O2 4. Mual muntah; dikarenakan hipotensi terlalu tajam, berikan epedril 5. total spinal; obat anestesi naik ke atas, berikan GA
Pasca tindakan 1. nyeri tempat suntikan 2. nyeri punggung 3. nyeri kepala 4. retensi urin; dikarenakan sakral terblok, so pasang kateter Prosedur a. Persiapan 1. sama dengan persiapan general anestesi 2. Persiapan pasien - Informed consent - Pasang monitor; ukur tanda vital - Pre load RL/NS 15 ml/kgBB 3. Alat dan obat - Spinal nedle G 25-29 - Spuit 3 cc/5cc/10cc - Lidokain 5% hiperbarik , Markain heavy - Efedrin, SA - Petidin, katapres, adrenalin - Obat emergency b. Posisi pasien Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi & disanggah oleh seorang pembantu, kedua tangan menyilang dada merangkul bantal. Kepala menunduk, dagu menempel dada shg scapula bergeser ke lateral Pasien yang telah tersedasi Punggung pd tepi meja, fleksi paha & leher, dagu mendekati leher - Posisi duduk Keuntungan : lebih nyata, processus spinosum lebih mudah diraba, garis tengah lebih teridentifikasi (gemuk) & posisi yang nyaman pada pasien PPOK c. Identifikasi tempat penyuntikan Lumbal : garis Krista iliaka kanan & kiri (Tuffersline) L4 / interspinosus L4-5 d. Insersi jarum spinal 1. Pendekatan Midline 2. Pendekatan paramedian