You are on page 1of 20

Diagnosis Sosial, Epidemiologi, dan Perilaku di Kelurahan Bandarharjo,

Semarang Utara

Kelompok 1 Kelas C 2012
Dhiny Sartika Larasandi 25010112130141
Natasya Dwi Febriani 25010112140142
Sarah Khalda Azzara 25010112130143
Rogo Sukmo 25010112130144
Mutia Rizqa Firdiah 25010112140145
Dewi Mustikawati 25010112130146
Putri Budiastuti 25010112130147
Amalia Safira Koeputri 25010112110148
Nirmala Herlani 25010112130149
Rahmadayanti 25010112140150
Dayu Febriantika 25010112140151
Shalihat Afifah Daningtyas 25010112140152
Edlin Shufi Adam 25010112130153
Dian Nur Afriliani 25010112130154
Prisma Armaya 25010112130155
Edwina Leonita P 25010112140156
M. Imam Maarif 25010112140157
Mega Ayu R 25010112140158
Dinar Andaru M 25010112130159
Arina Noor Eka 25010112130161
Dimas Triyadi 25010112140162
Atikah 25010112130163
Linda Ismawati 25010112140164


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Semarang
2014
A. Kualitas hidup




Quality of
Life
- Pendidikan
rendah
- Kesejahtera
an
- penganggur
Reinforcing
- Kurangnya
penyuluhan
- pengaruh
orang -
orang
sekitar
Enabling
- MCK buruk
dan
jumlahnya
kurang
memadai
-
keterjangkaua
n
Predisposing
- Kurang
pengetahua
n
- Sikap
- Persepsi
- Nilai
Perilaku
- Tidak
PHBS
Non Perilaku
- Banjir rob
Kesehatan
- Diare (IR
27 per 1000
penduduk
tahun 2011,
ranking 6
teratas di
Kota
Semarang)
Non
kesehatan
- Angka
putus
sekolah
tinggi
(18%
- pendapata
n rendah
Program:
- PHBS
goes to
Bandarhar
jo
Diagnosis
Sosial
Diagnosis
Administratif
Diagnosis
Pendidikan
Diagnosis
Perilaku
Diagnosis
Epidemiologi
B. Diagnosis Sosial
Diagnosis sosial merupakan analisis masalah-masalah yang dirasakan oleh
masyarakat. Hasil dari brain storming kelompok kami, diperoleh daftar masalah sosial
yang ada di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara, yaitu antara lain:
1. Kependidikan
Kependidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah di tempuh.
Kependidikan dapat dilihat dari angka putus sekolah yang ada di Kelurahan
Bandarharjo. Masalah kependidikan ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
masyarakat Bandarharjo. Semakin rendah tingkat pendapatan berdasarkan UMR
(Upah Minimum Regional) Kota Semarang, maka semakin tinggi kemungkinan
terjadi masalah kependidikan.
2. Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah terpenuhinya kebutuhan sehari-hari masyarakat baik
jasmani maupun rohani. Kesejahteraan dipengaruhi oleh masalah kesehatan yang
ada. Dengan banyaknya masalah kesehatan yang ada, masyarakat semakin susah
untuk memenuhi kebutuhan jasmani maupun rohani mereka. Kesejahteraan dapat
dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat yaitu sesuai dengan UMR (Upah
Minimum Regional) di Kota Semarang. Jika penghasilan masyarakat di Bandarharjo
kurang dari UMR Kota Semarang, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat rendah. Begitu juga sebaliknya.
3. Pengangguran
Pengangguran adalah jumlah tenaga kerja pada usia produktif yang belum
memeroleh pekerjaan. Tingginya angka putus sekolah pada masyarakat Bandarharjo
dapat meningkatkan angka pengangguran. Rendahnya tingkat pendidikan
menyebabkan mereka tidak dapat bekerja karena banyak kemampuan yang belum
mereka miliki. Walaupun mendapatkan pekerjaan, mereka hanya dapat bekerja
dengan tenaga yang mereka miliki, bukan menggunakan pengetahuan yang mereka
miliki. Rata-rata dari mereka hanya bekerja sebagai buruh.
Dari tiga masalah sosial di atas, akan dipilih satu prioritas masalah. Kriteria yang
digunakan dalam memilih prioritas masalah kesehatan yang ada meliputi:
1. Besarnya Masalah (Magnitude of the problem)
Besarnya masalah (Magnitude of the problem) yaitu besarnya masalah yang
dapat dilihat dari persentase atau jumlah/kelompok yang terkena masalah,
keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi terkait.
2. Kegawatan/pentingnya Masalah (Importancy)
Kegawatan/pentingnya masalah (Importancy) yaitu kecenderungan masalah
dari waktu ke waktu.
3. Kemudahan (Accessibility)
Kemudahan (Accessibility),masalahmudahdiatasiatau tidak.Kemudahaan dapat
didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
4. Ketersediaan Sumber Daya (Capability)
Ketersediaan sumber daya berupa dana, sarana dan peralatan yang dibutuhkan.
Semakin besar biaya semakin besar skornya.
Semakin besar nilai maka menunjukkan besar masalah tersebut,
kegawatan/pentingnya masalah, kemudahan, dan ketersediaan sumber daya yang
semakin besar.Jika semakin kecil skor, maka sebaliknya. Kami menggunakan range nilai
skor berkisar antara 1-10.
No
Daftar
Masalah
Besar
masalah
Kegawatan/
pentingnya
masalah
Kemudahan
Sumber
daya
Tota
l
Urutan
1 Kependidikan 6 4 5 7 22 II
2 Kesejahteraan 7 8 7 7 29 I
3 Pengangguran 5 6 5 5 21 III

C. Diagnosis Epidemiologi
Diagnosis epidemiologi adalah penelusuran masalah-masalah kesehatan yang
dapat menjadi penyebab dari diagnosis sosial yang telah diprioritaskan. Pada diagnosis
epidemiologi, kami menemukan masalah kesehatan yang terjadi di Kelurahan
Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara yaitu diare. Diagnosis epidemiologi yang
berhubungan dengan masalah sosial yaitu diare menyebabkan masalah kesejahteraan.
Pada diagnosis epidemiologi, dipisahkan antara faktor kesehatan dan faktor
nonkesehatan yang memengaruhi terjadinya masalah, berdasarkan data dan informasi
yang didapatkan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.
Berdasarkan data primer dan analisis yang kami lakukan, terdapat beberapa
masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara,
antara lain:
1. Diare
Diare adalah pengeluaran feses atau buang air besar yang tidak normal dan
berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi. Survei morbiditas yang
dilakukan oleh Depkes RI 2009 dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan
insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk dan tahun
2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Semua kelompok usia dapat diserang oleh diare, tetapi biasanya diare dialami
oleh kelompok usia balita. Jika tidak diatasi lebih lanjut, akan menyebabkan
dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Menurut data dari Departemen Kesehatan,
diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak dibawah lima tahun (balita) di
Indonesia setelah radang paru atau pneumonia.
Berdasarkan data primer, kelurahan Bandarharjo memiliki kasus diare terbesar
yaitu sebanyak 1.034 kasus yang terdiri atas 650 kasus pada balita dan 384 kasus
pada usia di atas lima tahun pada tahun 2011. Insidens Rate (IR) penyakit diare di
Kelurahan Bandarharjo adalah 27/1000 penduduk pada tahun 2011, yaitu merupakan
peringkat enam teratas di Semarang. IR penyakit diare di Kelurahan Bandarharjo ini
menunjukkan bahwa kasus penyakit diare menjadi prioritas masalah yang harus
segera ditangani.
2. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri leptospira sp. yang dapat
ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Infeksi dalam bentuk subakut
tidak begitu memperlihatkan gejala fisik, sedangkan pada infeksi akut ditandai
dengan gejala sepsis, radang ginjal, interstisial, anemia hemolitik, radang hati, dan
keguguran. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis menyakit.
Leptospira sp. bertahan dalam waktu yang lama dalam ginjal hewan sehingga
bakteri akan banyak keluar lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan dapat
terjadi berbulan-bulan, sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari.
Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia jarang
terjadi.
Berdasarkan data yang dilaporkan pada Dinas Kesehatan, terdapat dua
penderita leptospirosis di Kelurahan Bandarharjo pada tahun 2012 sehingga penyakit
leptospirosis bukan menjadi prioritas utama masalah kesehatan di daerah tersebut.
3. Skabies
Skabies adalah penyakit kulit menular yang berhubungan dengan sanitasi dan
higiene yang buruk, kondisi pada saat kekurangan air atau tidak adanya sarana
pembersih tubuh, kurang gizi, dan hidup berdesak-desakan. Penyakit ini banyak
dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat dialami oleh semua
kelompok usia. Insidens penyakit ini sama pada pria dan wanita. Penyakit skabies
erat hubungannya dengan higiene perorangan yang buruk karena tungau penyebab
skabies akan lebih mudah menginvesitasi individu dengan higiene perorangan yang
buruk dan lebih sukar menginvestasi individu dengan higiene perorangan yang baik
karena tungau dapat dihilangkan dengan menjaga kebersihan badan, misalnya mandi
secara teratur dan menjaga kebersihan alas tidur.
Berdasarkan penelitian yang ada, terdapat 15,3% yang menderita penyakit
skabies pada kelompok usia sekolah di Kelurahan Bandarharjo pada tahun 2005
sehingga penyakit skabies bukan menjadi prioritas utama kesehatan di daerah
tersebut.
Faktor-faktor nonkesehatan yang menyebabkan masalah kesejahteraan di
Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara antara lain:
1. Angka Putus Sekolah
Angka putus sekolah adalah perbandingan antara jumlah anak yang berhenti
sekolah pada saat tahun ajaran masih berlangsung, termasuk mereka yang sudah
lulus tetapi tidak meneruskan ke jenjang berikutnya, dari jumlah seluruh anak yang
terdaftar di sekolah pada tahun ajaran tersebut. Angka putus sekolah di Kelurahan
Bandarharjo yaitu sebesar 18%. Dari indikator wajib belajar 9 tahun, angka tersebut
termasuk dalam kategori tinggi karena seharusnya angka putus sekolah adalah 0%.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh pekerja dari aktivitasnya.
Kebanyakan dari penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan. Tingkat
pendapatan dapat diukur dengan indikator UMR (Upah Minimum Regional). UMR
Kota Semarang pada tahun 2014 yaitu Rp1.423.500 per bulan. Jumlah pendapatan
per kapita dari sektor jasa untuk setiap rumah tangga sebesar Rp300.000 per bulan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan di Kelurahan Bandarharjo masih
tergolong rendah karena jauh di bawah UMR Kota Semarang.
Dari semua faktor yang ada di atas, maka dilakukan Multiple Criteria Utility
Assesment (MCUA) dengan kriteria tertentu. Kriteria dalam hal ini, berguna untuk
penilaian masalah-masalah yang nantinya dapat ditemukan nilai tertinggi atau prioritas
masalah kriteria yang digunakan dalam matriks MCUA ini sebagai berikut:
1. Besar Masalah
Kriteria ini mengandung maksud tinggi rendahnya frekuensi atau jumlah kasus
kejadian.
2. Kegawatan
Kegawatan ini mencakup derajat keparahan dari masing-masing masalah
untuk menuju kondisi yang memburuk atau ke arah kematian.
3. Analisis Trend
Kriteria ini mencakup kualitas atau keakuratan dari informasi atau data-data
yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan.
Sehingga dengan analisis trend ini dapat diketahui bahwa kasus tersebut ditemukan
dalam setiap tahunnya.
Bobot yang diberikan pada setiap kriteria untuk masalah yang ada di
Kelurahan Bandarharjo merupakan hasil kesepakatan anggota kelompok. Semakin
kriteria dianggap penting, maka bobotnya semakin besar. Adapun bobot yang telah
diberikan pada tiap kriteria berdasarkan kesepakatan kelompok sebagai berikut:
Besar/frekuensi masalah 40%
Kegawatan 40%
Trend 20%
Semakin besar nilai maka menunjukkan semakin besar masalah tersebut
memiliki besar masalah, kegawatan/pentingnya masalah, sensitif atau tidaknya
pemecahan masalah.Jika semakin kecil skor, maka sebaliknya. Kami menggunakan
range nilai skor berkisar antara 1-5.

Diare
Bobot x Skor
Leptospirosis
Bobot x Skor
Skabies
Bobot x Skor
Kegawatan (40%) 4 x 40%=1,60 5 x 40%= 2,00 1 x 40%=0,40
Frekuensi (40%) 5 x 40%=2,00 1 x 40%=0,40 4 x 40%=1,60
Trend (20%) 4 x 20%=0,80 2 x 20%=0,40 2 x 20%=0,40
Jumlah 4,40 2,80
2,40
Tabel MCUA Tahapan Diagnosa Epidemiologi
Berdasarkan hasil scoring di atas, didapatkan bahwa diare merupakan prioritas
utama masalah kesehatan di Kelurahan Bandarharjo, Kecamatan Semarang Utara.
D. Diagnosisi perilaku
Diagnosis perilaku adalah langkah untuk mengidentifikasi perilaku dan gaya
hidup dan atau faktor lingkungan yang harus diubah untuk mempengaruhi kesehatan atau
masalah lain yang diidentifikasikan dalam tahap 2(diagnosis epidemiologi) serta tahap 1
(diagnosis sosial) dan menentukan faktor yang mungkin berubah.
Masalah perilaku adalah tindakan yang diyakini menyebabkan masalah kesehatan
pada orang yang akan dijadikan sasaran intervensi pendidikan. Sedangkan penyebab
non-perilaku adalah berbagai faktor perorangan dan lingkungan yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan tapi tidak dikendalikan oleh perilaku populasi sasaran.
Perilaku dapat mempengaruhikesehatan melalui dua cara, secara langsung dan tidak
langsung. Berikut adalah tahapan dalam menganalisis perilaku:

1. Analisis Masalah dari Faktor-Faktor yang Berkaitan
Masalah perilaku yang biasanya timbul di Kelurahan Bandarharjo antara lain:
a. Perilaku masyarakat yang cenderung acuh terhadap kesehatan
b. Belum memprioritaskan kesehatan dan pencegahan penyakit sebagai
bagian penting dalam kehidupan
c. Pendidikan rendah mempengaruhi pola PHBS yang ternyata masih minim
juga
d. Tidak menerapkan PHBS menyebabkan kejadian diare di Kelurahan
Bandarharjo tergolong tinggi
2. Memisahkan penyebab perilaku dan non-perilaku dari masalah kesehatan
a) Perilaku
Perilaku masyarakat Kelurahan Bandarharjo yang mengabaikan kesehatan
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan yang
tergolong cukup rendah di Kecamatan Bandarharjo, dimana terdapat 22% anak
usia 7-15 tahun atau sebanyak 116 anak mengalami putus sekolah dari sekitar
537 anak anak usia wajib belajar, sedangkan pada usia dewasa mayoritas
pendidikan hanya sampai pada tingkat sekolah menengah atas. Masalah perilaku
tersebut dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan di Kelurahan
Bandarharjo tapi tidak semuanya dikendalikan secara langsung oleh perilaku.
Faktor lain yang turut berperan dalam mempengaruhi perilaku masyarakat
setempat adalah kebudayaan dan pengaruh orang-orang sekitar. Masih
ditemukannya rumah yang tidak memiliki jamban serta terdapat 56 jamban tidak
sehat yang dibangun warga di dalam rumah dari sekitar 500 kepala keluarga.
Warga yang tidak memiliki jamban pribadi biasanya memanfaatkan sungai-
sungai kecil di sekitar kediaman mereka untuk buang air besar, mengikuti
kebudayaan mereka dan warga sekitar terdahulu sebelum mengenal jamban
untuk buang air besar secara layak, dalam hal ini dapat diketahui bahwa Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kelurahan Bandarharjo masih minim.
b) Non-Perilaku
Letak Kelurahan Bandarharjo yang berada di sekitar pesisir pantai memiliki
resiko yang tinggi terjadi rob saat air laut sedang pasang. Ketika terjadi rob
biasanya air akan masuk ke dalam pemukiman warga dengan air yang
bercampur dengan lumpur dan bau. Frekuensi dan intensitas rob di daerah
tersebut juga tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi lebih dari dua kali dalam
satu tahu. Dengan adanya rob yang melanda Kelurahan Bandarharjo akan
membuat lingkungan sekitar Kelurahan Bandarharjo menjadi kumuh karena
genangan air yang mengandung lumpur dan kotoran. Kondisi lingkungan sekitar
Bandarharjo yang seperti itu akan meningkatkan resiko kejadian diare di
Kelurahan Bandarharjo, karena kurangnya sumber air besih yang ada untuk
kegiatan MCK dan memasak.
Dengan kondisi lingkungan Kelurahan Bandarharjo seperti di atas ditambah
perilaku masyarakat yang tidak menerapkan PHBS menyebabkan meningkatnya
risiko kejadian diare di wilayah setempat yang mengindikasikan rendahnya
kesejahteraan masyarakat Kelurahan Bandarharjo, hal-hal yang mungkin dapat
dilakukan untuk mengurangi dampak tersebut dengan memberikan penyuluhan
tentang PHBS dan meningkatkan taraf pendidikan agar masyarakat dapat
mengaplikasikan PHBS dalam kehidupan sehari-hari, sehingga meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat Kelurahan Bandarharjo.
3. Mengembangkan Penyebab Perilaku
a) Preventive behaviours (primary, secondary, tertiary)
b) Treatment behaviours
4. Melihat importance (penting tidaknya) Perilaku
a) Frekuensi terjadinya perilaku
b) Terlihat hubungan yang nyata dengan masalah kesehatan
5. Melihat changeability (mudah tidaknya berubah) Perilaku
a) Masih di dalam tahap perkembangan atau baru saja mulai tumbuh
b) Hanya terikat secara dangkal terhadap pola budaya atau cara hidup yang mantap
c) Berhasil diubah di dalam program lain
Kuadran Diagnosa Perilaku
Importance
+ -

+
Changeability
_
PHBS goes to
Bandarharjo
Jamban sehat tiap
rumah
Tokoh agama, tokoh
masyarakat,
pemerintah
Kegiatan
tambahanseperti
hiburan dan
panggung
6. Memilih Target Perilaku
Perlu diperhatikan dalam membuat tujuan perilaku (Objective Goal) bahwa
masalah yang penting tetapi sulit untuk diubah perlu untuk mendapatkan perhatian
karena seringkali dari segi importance perilaku tersebut jauh lebih penting
daripada perilaku yang mudah untuk diubah.Dalam menentukan objective goal
selalu harus memenuhi syarat :
Who : Masyarakat Kelurahan Bandarharjo tepatnya di RW 1
What : Setiap rumah memiliki jamban sehat dan air bersih yang cukup,
perubahan perilaku dalam menerapkan PHBS
When : 8 bulan setelah penyuluhan (Bulan Januari-September 2015)
Where : Balai Kelurahan Bandarharjo Semarang Utara
How much : 80% masyarakat Kelurahan Bandarharjo menerapkan PHBS
Objective goal:Sebanyak 80% masyarakat Kelurahan Bandarharjo diharapkan
mampu menerapkan PHBS secara kontinyu, dalam jangka waktu 8 bulan setelah
penyuluhan yaitu pada Bulan Januari hingga September 2014 dan seterusnya,
sehingga meningkatkan derajat kesehatan di Kelurahan Bandarharjo.

E. Diagnosa Pendidikan
Diagnosa (analisa) pendidikan adalah penelusuran masalah-masalah yang berpengaruh/
menjadi penyebab terjadinya masalah perilaku yang telah dipriorotaskan
Kegiatan pada tahapan ini adalah :
Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan
status kesehatan/ kualitas hidup dengan memperhatikan faktor- faktor penyebabnya
Mengidentifikasi faktor- faktor yang harus dirubah untuk kelangsungan perubahan
perilaku dan lingkungan
Merupakan target antara atau tujuan dari program.
Ada 3 kelompok masalah yang dapat berpengaruh, yaitu :
1. Kelompok faktor predisposisi (predisposing) adalah faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok faktor
predisposisi ini ialah :
Pengetahuan
Sikap
Nilai-nilai dan budaya
Kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku tertentu tersebut
Beberapa karakteristik individu missal ; umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan.
Pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu aktivitas kesehatan
terjadi, tetapi aktivitas kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terajadi kecuali apabila
seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar
pengetahuan yang dimilikinya.
Keyakinan adalah pendirian bahwa suatu fenomena tau obyek benar.Kepercayaan kebenaran
adalah kata-kata yang sering digunakan untuk mengungkapkan atau menyiratkan
keyakinan.Konflik dalam hal nilai yang menyangkut masalah kesehatan merupakan salah
satutantangan penting bagi para pendidik kesehatan.Membantu orang memilih melaui konflik
nilai yang berhubungan dengan kesehatan mereka merupakan teknik pendidikan kesehatan
yang penting.
2. Kelompok faktor pemungkin (Enabling) adalah faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk dalam kelompok faktor pemungkin adalah
Ketersediaan pelayanan kesehatan
Ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan social
Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku
tertentu tersebut
3. Kelompok faktor penguat ( Reinforcing) adalah faktor yang memperkuat (atau kadang-
kadang justru memeprlunak) untuk terjadinya perilaku tertentu tersebut. Sumber penguat
tentu saja bergantung pada tujuan dan jenis program. Apakah penguat itu positif atau
negative bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan dan yang sebagian
diantaranya lebih kuat daripada yang lain dalam mempengaruhi perilaku. Perencana
program harus menilai faktor penguat dengan hati-hati guna menjamin bahwa peserta
program mempunyai kesempatan yang maksimum untuk mendapat umpan balik yang
akan mendukung selama berlangsungnya proses perubahan perilaku.
Penetapan dan Metode Strategi Pendidikan
Perubahan perilaku sebagai tujuan dari pada pendidikan kesehatan dapat di capai dengan
berbagai jalan. Salah satunya adalah mellui proses belajar mengajar. Dalam proses belajar
mengajar/proses penyampaian materi pendidikan kepada sasaran pendidikan, disamping
pendidik, maka alat dan metode pendidikan turut memegang peranan penting. Sebab
bagaimanapun pandainya seorang pendidik dalam usaha merubah tingkah laku, tidak terlepas
dari metode dan alat bantu pendidikan yang digunakan. Pertimbangan pemilihan strategi atau
metode pendidikan:
1. Sesuaikan tujuan pendidikan
2. Sesuaikan dengan kemampuan pengajar dan pihak yang belajar
3. Tergantung besarnya kelompok sasaran
4. Sesuaikan waktu dan fasilitas yang ada
Pemilhan metode ini sangatlah tergantung pada objective goal yang telah dibuat pada
tahap 4 terutama dalam hal:
Siapa (WHO) dan
Perilaku apa yang akan di capai (WHAT)
Disamping itu perlu dipertimbangkan:
Masing-masing keunggulan dan kelemahan dari tiap-tiap metode
Hendaknya kita memilih minimum tiga metode yang sesuai dan dintaranya perlu
adanya penggunaan media audiovisual
Hendaknya dimulai dengan menggunakan metode yang sederhana dan murah seperti
ceramah dan tanya jawab
Makin lama waktu dan jumlah sesion yang diperlukan dan kompleks penyebab
perilaku makin banyak variasi metode yang digunakan
Hendaknya metode juga memperhatikan pengaruhnya pada faktor predisposising,
enabling, dan reinforcing.
Selanjutnya di bawah ini akan ditampilkan berbagai macam metode pendidikan yang
dapat digunakan dalam proses perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan masyarakat.
TIGA KATEGORI STRATEGI PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Metode komunikasi
a. Kuliah-diskusi (ceramah-tanya jawab)
b. Pembelajaran atau konseling perseorangan
c. 4 teknik media:
1) Media massa (pameran)
2) Alat bantu audio-visual (pemutaran film/siaran terprogram)
3) Televisi pendidikan (pemutaran film)
4) Belajar terprogram (siaran terprogram)
2. Metode pelatihan
a. Pengembangan keterampilan
b. Simulasi dan permainan
c. Inguiry learning
d. Diskusi kelompok kecil
e. Peneladanan (modelling)
f. Modifikasi perilaku
g. Lokakarya
h. Sosio darma
i. Demonstrasi
j. Studi kasus
3. Metode organisasi yang mencakup:
a. Pengembangan masyarakat
b. Aksi sosial
c. Perencanaan sosial
d. Pengembangan organisasi
4. Objective Goal
a. Kesadaran dalam menggunakan MCK artinya dalam hal ini masyarakat
Bandarharjo diharapkan terbiasa menggunakan MCK yang tersedia.
Diharapkan 80% masyarakat Kelurahan Bandarharjo dapat menerapkan hal
ini.
b. Masyarakat juga diharapkan dapat menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).
Menurut Kepmenkes RI Nomor 1529/Menkes/SK/X/2010:12 diharapkan
masyarakat Kelurahan Bandarharjo mencapai indikator PHBS sebesar 80 %
sesuai dengan target nasional untuk cakupan Standar Pelayanan Minimal
Promosi Kesehatan dan PHBS yang merupakan acuan Kabupaten/Kota dalam
rumah tangga. Adapun indikator yang ingin dicapai dalam hal ini, diantaranya
menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk.



F. Diagnosis administrasi
Diagnosa administratif adalah melakukan analisa kebijakan, sumber daya, dan
kejadian-kejadian dalam organisasi yang mendukung atau menghambat promosi
kesehatan.Tujuan akhirnya adalah mengurangi seminimum mungkin faktor yang mungkin
menghambat program yang sangat tertata untuk menghasilkan dampak penuh dan positif.
Diagnosa administratif disajikan hampir pada akhir tahap perencanaan. Pertimbangan
administratif mencakup pembiayaan dan analisis faktor-faktor yang akan menentukan
kemudahan memadukan program ke dalam suatu sistem. Salah satu faktor penting dalam
diagnosa administratif adalah alokasi sumber daya.
Tahapan dalam diagnose administrative ada 3 yaitu :
1. Analisa dalam program
Merupakan analisa untuk menetapkan dalam program mana kegiatan ini
dilakukan. Dalam analisa ini mempertimbangkan jumlah dan kemampuan SDM
program tersebut serta dana yang ada. Pada tingkat awal ini, faktor yang
dipertimbangkan adalah :

Tingkat kerumitan
Penyuluhan tentang PHBSyang terdiri dari jalan sehat bersama, bazaar hiburan
yang berkaitan dengan program PHBS, dan ceramah mengenai mengenai
gejala, cara penularan, dan penanggulangan diare. Kegiatan ini mungkin
adalah sesuatu yang baru di Kelurahan Bandarharjo. Akan tetapi dalam hal ini
penyuluhan ini dapat diterima dengan baik dan antusias.
Tempatnya
Dilakukan di balai pertemuan Kelurahan Bandarharjo. Karena tempat ini
dirasa cukup untuk menampung jmlah warga yang ada, jarak serta letaknya
juga strategis sehingga memudahkan warga dalam menjangkau tempat
penyuluhan. Balai ini juga berdekatan dengan kantor Kelurahan sehingga
memudahkan kita dalam meminta bantuan dengan pihak Kelurahan.
Susunan pegawaian
Intervensi Penyuluhan ini adalah kepengurusan bersama dari kelompok belajar
mata kuliah yang dibagi lagi menjadi :
Koordinator tim : Ketua yang mengetuai dan member komando
keseluruhan acara
Tim penyuluh : melakukan penyuluhan
Sekben : Sekertaris dan bendahara yang mengurusi masalah surat
menyurat dan keuangan
Tim advokasi : tim yang bertugas melakukan advokasi atau lobbying
kepada ketua RT, stakeholder,tokoh masyarakat dan agama, dll
Tim promosi : tim yang bertugas melakukan promosi mengenai acara
penyuluhan ini kepada warga sekitar. Tim ini juga bertugas
mengakrabkan dan mendekatkan diri pada warga sekitar.
Tim logistic : tim yang mengurusi segala keperluan acara ini.
Tim pemantau dan evaluasi : tim yang bertugas memantau
keberlanjutan program ini dengan cara mengecek secara rutin 1
minggu sekali dalam kurun waktu 8 bulan ( Januari - September 2015)
pada tiap warga untuk mengetahui apakah mereka melakukan PHBS
(bersalin dengan nakes, ASI ekslusif, menimbang balita tiap bulan,
mempunyai air bersih yang memadai, mencuci tangan memakai sabun,
tidak merokok, rajin berolah raga, memakan buah dan sayur, memiliki
dan atau menggunakan jamban yang sehat, dan melakukan pengecekan
jentik tiap minggu) atau tidak. Program ini dikatakan berhasil jika
lebih dari 100 % masyarakat Bandarharjo selama 8 bulan setelah
penyuluhan (Januari - September 2015) melakukan PHBS secara
konsisten.
Ruang, pendanaan, system pendukung
SDM berkualitas karena penyuluh dan tim merupakan SKM yang
mempunyai dasar ilmu kesehatan masyarakat yang memadai.
SDM cukup memadai karena berjumlah 23 orang
Pendukung umum yang dipertimbangkan adalah pegawai kelurahan
dan kesehatan setempat.
Dana untuk penyuluhan didapatkan dari kas organisasi dan sumbangan
donatur
Waktu pelaksanaan kegiatan : 1 hari untuk penyuluhan (Januari
minggu ke 4 2015) namun pemantauan dilakukan selama 8 bulan
setelah penyuluhan (Januari - September 2015).
2. Analisa dalam organisasi
Merupakan analisa untuk melihat perlunya kerjasama dengan program-program
yang ada dalam organisasi tersebut (kerjasama lintas program). Pada tahap ini, faktor
yang dipertimbangkan adalah :
Pendidikan kesehatan di dalam organisasi
Pendidikan kesehatan di kelurahan Bandarharjo relative baru. Hal ini dapat
dilihat dari kumuhnya lingkungan tempat tinggal, masih terjadi KLB Diare,
perilaku masyarakat menganai kesehatan masih kurang, dan sarana air bersih
kurang memadai
Tingkat penerimaan dalam organisasi
Tingkat penerimaan penyuluhan sebagai bentuk intervensi yang diakui dan
bernilai.Dengan perijinan dari fakultas, penyuluhan ini memperoleh ijin untuk
dapat dilaksanakan dan diakui.
Status organisasi
Kelurahan Bandarharjo masuk dalam kategori daerah kumuh di Semarang
karena tempatnya yang rendah sehingga sering terkena rob. Disana juga
masih terjadi beberapa KLB seperti diare, leptospirosis, dll. Namun kelurahan
ini sudah pernah mendapat sentuhan dari beberapa organisasi/komunitas yang
ingin membantu mereka seperti dinkes.
Pengaruh program
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Peningkatan kualitas lingkungan
Peningkatan kualitas hidup
Peningkatan pengetahuan masyarakat
Penurunan angka diare sehingga tidak terjadi KLB
Kesiapsiagaan organisasi
Menengah. Karena antara kelemahan dan kekuatan seimbang.
Kelemahan :
Dana kurang
Kualitas lingkungan buruk (rob, daerah dataran rendah, jenis tanah
buruk, dan kualitas air tanah buruk)
Kurang jumlah SDM berkualitas (guru, dokter, nakes)
Banyak pengangguran
Kekuatan :
Pendidikan cukup
Masyarakat punya banyak waktu senggang yang dapat di manfaatkan
Adanya kader dan pelayanan kesehatan
Adanya dukungan dari pemerintah
3. Analisa antar organisasi
Merupakan analisa untuk melihat perlu tidaknya sektor-sektor lain dan sektor
mana yang akan diajak kerjasama (kerjasama lintas sektor).

Peraturan pemerintah
Adanya Peraturan Presiden no 7 tahun 2005 mengenai RPJPM 2004-
2009 yang salah satu isinya mengenai PHBS.
Dilakukannya penyuluhan mengenai penyakit leptosiprosis di
Semarang Utara oleh Dinas Kesehatan.

Kerjasama lintas sector
Pada tahap ini, intervensi penyuluhan bekerjasama antara:
Kerjasama pada sektor pendidikan yaitu dengan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Kerjasama pada sector kesehatan dengan Dinas Kesehatan Kota
Semarang dan puskesmas dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat kelurahan Bandarharjo.
Kerjasama pada sektor pemerintahan yaitu dengan ketua RT dan RW
lokasi sasaran
Kerjasama pada sektor social yaitu dengan Karang Taruna di
kelurahan Bandarharjo dan masyarakat di lokasi sasaran.
Kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum dalam rangka memperbaiki
infrastruktur kelurahan tersebut. Hal ini dapat meningkatkan kualitas
lingkungan yang ada.
Kerajasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Semarang
dalam rangka melaksanakan supervisi, monitoring, identifikasi dan
pencegahan hama penyakit ikan yang tersebar diseluruh wilayah
Semarang. Hal ini dilakukan karena kelurahan Bandar harjo
merupakan daerah tambak yang merupakan penghasil ikan.
Kerjasama dengan pihak swasta (lembaga keuangan, yayasan, dll)
dalam rangka untuk mendapatkan bantuan berupa fisik maupun materi
untuk pelaksanaan program
Setelah dilakukan analisis dalam tiga tahap diatas barulah dapat dibuat sebuah
jadwal kegiatan yang memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Jenis kegiatan : PHBS goes to Bandarharjo
2. Urutan waktu pelaksanaan :
No Urutan
Pelaksanaan
November
2014

Desember
2014
Januari
2015
Februari
Agustus
2015
September
2015
1. Survei Lapangan
2. Pendekatan ke
tokoh masyarakat

3. Sosialisasi tentang
PHBS

4. Pembetukan
struktur pelaksana
kegiatan

5. Implementasi
Kegiatan

6. Launching
Penyuluhan PHBS
goes to
Bandarharjo

7. Monitoring
kegiatan

8. Evaluasi kegiatan

3. Motode
Kegiatan ini menggunakan metode Ceramah yang dikombinasikan dengan
demonstrasi dan tanya jawab.

4. Penaggung jawab kegiatan
a. Pemerintah setempat (Ketua RT, RW, petugas kelurahan)
b. Tokoh masyarakat
c. Fasilitator (Pelatih)
d. Masyarakat

5. Tempat kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara. Daerah
ini dipilih karena memiliki jumlah KLB Diare yang tinggi.

6. Sarana, prasarana dan sumber dana
a. Sarana : Balai kelurahan
b. Prasarana : mic, kursi, meja, alat peraga, panggung hiburan, tenda.
c. Sumber dana : Sumber pembiayaaan program kegiatan ini berasal dari kas
kelompok serta sumbangan dari donatur.

7. Indikator keberhasilan
Tercapainya Objective Goal pada bulan September 2015 sebesar lebih
dari 100 % masyarakat Bandarharjo melakukan PHBS secara
konsisten. Program tersebut dilaksanakan sejak bulan Januari 2015.

G. Monev
Evaluasi dapat diartikan untuk membandingkan antara hasil yang dicapai dengan
hasil yang diharapkan (yang direncanakan). Evaluasi mempunyai bermacam-macam
manfaat yaitu :
1. Memberi masukan kepada para perencana dalam membuat re-planning.
2. Memperbaiki metode monitoring.
3. share of experience kepada para pengelola program serupa lainnya.
Ada 3 tingkat evaluasi yaitu :
1. Evaluasi proses yaitu evaluasi kegiatan inervensi PKM yang dilakukan.
2. Evaluasi impak yaitu evaluasi untuk tercapainya objective goal yang telah dibuat
baik pada phase pendidikan maupun phase perilaku.
3. Evaluasi outcome yaitu evaluasi terhadap masalah pokok yang pada awal
perencanaan yang dipebaiki dan dirasakan baik oleh masyarakat maupun petugas
kesehatan
Evaluasi dapat dirancang untuk menilai proses, dampak dan hasil. Ketika evaluasi
diarahkan ke proses, asumsinya adalah bahwa jika proses dirancang, selanjutnya dapat
diprediksi akankah memberikan efek pada individu. Hal ini dijadikan alasan, sebagai
tambahan fakta bahwa lebih mudah untuk mengevaluasi proses dibanding dampak atau
hasil. Banyak administrator yang sedang mengevaluasi program menginginkan evaluasi
proses.
Evaluasi dampah adalah jenis evaluasi yang paling utama dalam pengembangkan
pendidikan dan promosi kesehatan, dan selalu menjadi focus utama dalam evaluasi
program.Evaluasi hasil adalah evaluasi yang paling sukar diantara ketiga evaluasi
tersebut.Konsekuensi evaluasi program pendidikan kesehatan adalah melibatkan
konsultasi berkelanjutan antara individu dengan penilaian tentang permintaan mereka
terhadap isi program.
1. Evaluasi program
Program intervensi yang telah dilakukan di kecamatan bandarharjo adalah
penyuluhan PHBS dengan tema PHBS goes to Bandarharjo Program yang
dipusatkan pada masyarakat yang tinggal di Kelurahan Bandarharjo ini sudah
dilakukan sesuai jadwal yang telah direncanakan.
Biaya yang digunakan dalam melakukan intervensi sudah cukup efisien, tidak
melebihi biaya yang sudah dianggarkan.
No. Pelaksanaan Kegiatan Indikator
1. Jumlah sasaran yang datang Lebih dari 50% dari jumlah
KK yang ada di Bandarharjo
2. Ketepatan rencana waktu dengan realisasi
kegiatan
Target program tercapai pada
bulan September 2015
3. Ketersediaan sarana, prasarana dan sumber
dana
80% sarana, prasarana, dan
sumber dana mendukung
terlaksananya program
PHBS goes to Bandarharjo
4. Katersediaan sumber daya manusia (trainer) 100% mahasiswa FKM
Undip angkatan 2012,
bersedia membantu
melaksanakan program
tersebut.
5. Keefisienan metode 85% dari jumlah KK yang
hadir memahami informasi
yang disampaikan.

2. Evaluasi impak
Dalam kegiatan intervensi kepada masyarakat di kecamatan Bandarharjo
terdapat beberapa impak yang perlu dilakukan evaluasi, agar apabila dilakukan
intervensi ulang dapat menghindari beberapa kejadian yang mengganggu.






3. Evaluasi Outcome
Intervensi yang di berikan kepada masyarakat adalah tentang PHBS.
Memberikan pengertian kepada masyarakat untuk tidak melakukan MCK di sungai
dan menggunakan MCK yang sudah dibangun, karena ketika mereka melakukan
MCK di sungai ataupun ditempat yang kotor dapat mempermudah bakteri E. Coli
menyerang dan mengakibatkan diare. Selain itu juga memberitahu gejala, cara
penularan dan penanggulangan diare. Dari kegiatan yang dilakukan diketahui bahwa
masih banyak masyarakat yang melakukan MCK di sungai. Untuk mengevaluasi hal
No. Objective Goal Indikator
1 Diagnosa
Perilaku
100% masyarakat Bandarharjo tidak melakukan
MCK di sungai.
2 Diagnosa
Pendidikan
80% masyarakat bandarharjo menerapkan PHBS.
ini diperlukan adanya peraturan dari pihak kelurahan untuk melarang kegiatan MCK
di sungai. Dengan adanya peraturan tersebut dapat meningkatkan kesadaran dan
perilaku masyarakat untuk hidup sehat dengan menerapkan PHBS. Selain dukungan
dari pemerintah sekitar di perlukan juga peran pelayan kesehatan untuk mendeteksi
kejadian diare yang ada di Kecamatan Bandarharjo, sehingga apabila dapat terukur
dan terdeteksi dapat dilakukan tindakan intervensi atau program yang di perlukan.


No Diagnosa Epidemiologi
dan Sosial
Indikator Waktu Evaluasi
1 Kasus Diare Penurunan
IR diare
September
2015
Dari data Puskesmas
dan RS
2 Kesejahteraan Meningkat September
2015
Dari pendapatan
setiap orang yang
diatas UMR

You might also like