You are on page 1of 33

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO D BLOK 21



Kelompok 3
Tutor : dr. Anita Masidin, SpKO

Agus Salim 04101401015
Tri Hasnita 04101401019
Fitri Zelia Lizanty 04101401039
Arief Aqshal Hadi 04101401044
Siti Nabila Maharani 04101401087
Flavia Angelina Satopoh 04101401088
Yola Febriyanti 04101401092
Rizka Aprillia Syahputri 04101401105
Vina Novin Phenomie 04101401111
Herdinta Yudaristy 04101401115
Ayu Agustriani 04101401118
Ista Fatimah K.R. 04101401024

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2013

1

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esta atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan Tutorial
Skenario D Blok 21 sebagai tugas kompetensi kelompok.
Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 21 yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan materi dan
perbaikan di masa yang akan datang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas
segala amal yang diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan
semoga bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan.


Palembang, 14 November 2013



Penulis












2

DAFTAR ISI


Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab II Pembahasan
2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Paparan
I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
IV. Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
VII. Keterbatasan Ilmu dan Learning Issues . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab III Sintesis
3.1 Dokter Layanan Primer ............................................................................
3.2 UKDI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ......
3.3 Internship ..................................................................................................
3.4 Sistem Rujukan ..........................................................................................
3.5 Rumah Sakit Tipe C....................................................................................

3
3

4

5
7
8
8
17
18
19

19
24
25
26
30


Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32






3


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Blok Kedokteran Keluarga adalah Blok 21 pada Semester 7 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai Dudi yang telah lulus UKDI dan sedang
mengikuti Internship di Rumah Sakit Tipe C Kabupaten Baubau, Indonesia wilayah
Timur. Dudi panik karena pada malam hari mendapat kasus ibu hamil dengan
perdarahan pervaginam dan janin tunggal mati letak lintang, lalu merujuk ke Rumah
Sakit Tipe B. Dudi berpikir seharusnya kejadian ini tidak terjadi apabila seorang
dokter umum menguasai kompetensi Dokter Layanan Primer pada SKDI dan UU
no.20 tahun 2013.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.




4

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 Skenario Kasus

Dokter Layanan Primer

Setelah dinyatakan lulus UKDI, Dudi mengikuti Internship di Indonesia wilayah
Timur, di Kabupaten Baubau. Dudi tinggal di samping Rumah Sakit Tipe C dimana dia
ditugaskan. Walaupun sarana yang dimiliki Rumah Sakit ini lengkap namun Rumah Sakit ini
hanya terdapat 3 orang dokter umum, 1 spesialis penyakit dalam dan 1 spesialis bedah.
Kabupaten Baubau memiliki 4 Puskesmas, 3 klinik mandiri Dokter Keluarga dan Posyandu di
setiap kecamatan.
Minggu lalu Dudi sangat panik karena malam hari tiba-tiba dibangunkan oleh perawat
jaga karena seorang ibu muda dengan keluhan perdarahan pervaginam sudah menunggu di
UGD Rumah Sakit. Setelah diperiksa ternyata Ibu Rahmi hamil pertama, 42 minggu dengan
perdarahan pervaginam. Pada pemeriksaan ibu lemah, TD 80/40 dengan nadi 120x kecil.
Pemeriksaan obstetri janin tunggal mati letak lintang. Hasil alloanamnesis Ibu Rahmi 9 jam
yang lalu telah ditolong dukun.
Dudi berinisiatif ingin merujuk Ibu Rahmi ke Rumah Sakit Tipe B yang berjarak
sekitar 12 jam dari Kabupaten Baubau.
Setelah merujuk Ibu Rahmi, Dudi berpikir kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila
ibu-ibu hamil di kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan
teratur dan benar. Kecuali itu Dudi juga berpikir seharusnya dokter umum yang bekerja di
Fasilitas Layanan Primer menguasai kompetensi Dokter Layanan Primer seperti yang
tercantum dalam SKDI dan UU no. 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang
merupakan Dokter Masa Depan-5 star doctor di Kabupaten Baubau ini.






5

2.2 Paparan

I. Klarifikasi Istilah
1. UKDI Uji kompetensi yang harus ditempuh oleh dokter yang
baru lulus FK atau program studi pendidikan dokter
atau masa berlaku registrasinya sebagai salah satu syarat
untuk mengurus registrasi di Konsil Kedokteran
Indonesia (KKI).
2. Internship Suatu program magang bagi dokter yang baru
menyelesaikan masa pendidikan profesi, dengan tujuan
untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama
pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri,
serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga
dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil
pendidikan dengan praktik di lapangan.
3. Rumah Sakit Tipe C Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran subspesialisterbatas.Terdapat empat macam
pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan
penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan
anak, serta pelayanankebidanan dan kandungan.
4. Puskesmas Suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyenggarakan pelayanan dasar di wilayah
administratifnya.
5. Posyandu salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk,
dan bersama masyarakat, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar.
6. Klinik Mandiri
DOGA
Suatu klinik yang didirikan secara khusus sebagai
sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga.
7. Rumah Sakit Tipe B Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
6

kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis
terbatas. Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di
setiap ibukota propinsi (provincial hospital) yang
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit
kabupaten. Rumah sakit pendidikan yang tidak
termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah
sakit tipe B.
8. Fasilitas Layanan
Primer
Fasilitas yang terdapat di layanan primer, baik itu yang
berupa sarana dan prasarana maupun dalam bentuk
pelayanan dan jasa..
9. Dokter Layanan
Primer
Dokter berpraktik umum yang merupakan garda
pelayanan terdepan dalam menghadapi masyarakat yang
sedang mengalami masalah kesehatan, diselenggarakan
secara komprehensif, menyeluruh, berkelanjutan, dan
koordinatif dengan spesialis.
10. SKDI Standar minimal yang harus dimiliki pada saat
menyelesaikan pendidikan kedokteran.
11. 5-star doctor Profil ideal yang memiliki kemampuan untuk
melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk
memenuhi kualitas,kebutuhan,efektifitas biaya,dan
persamaan dalam dunia kesehatan.WHO menerapkan
batasan bahwa dokter masa depan wajib memenuhi lima
kualitas seorang dokter yakni care provider,decision
maker,communicator ,community leader,manager
12. Kompetensi dokter
layanan primer
Kompetensi adalah pemilikan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan atau profesi tertentu, dan yang di maksud disini
adalah kompetensi yang terkandung di dokumen Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) tahun 2006 tentang dokter
layanan primer.
13. Pemeriksaan
kehamilan
Suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas
terhadap ibu hamil beserta janinnya secara berkala
untuk mengawasi kondisi kesehatan ibu serta
pertumbuhan dan perkembangan janin guna persiapan
7






















II. Identifikasi Masalah
1. Dudi sangat panik karena mendapat kasus ibu hamil dengan perdarahan pervaginam
dan janin tunggal mati letak lintang.
2. Dudi berpikir bahwa kejadian ini seharusnya tidak terjadi bila ibu-ibu hamil di
kabupaten tersebut melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal dengan teratur
dan benar.
3. Sebagai dokter baru lulus, bertugas sebagai dokter internship di Rumah Sakit Tipe
C di Kabupaten Baubau, Dudi belum memahami fungsi dan perannya.
4. Dudi belum memahami konsep tugas dokter layanan primer, dokter umum, dan
dokter internship.
5. Dudi belum memahami kompetensi dokter layanan primer sesuai dengan SKDI dan
UU no 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran.



persalinannya, masa nifas, pemberian Air Susu Ibu
(ASI), dan kembalinya kesehatan reproduksi secara
wajar yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan.
14. UGD Salah satu bagian di rumah sakit yang menyediakan
penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cedera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya.
15. Dokter umum Tenaga medis yang diperkenankan untuk melakukan
praktik medis tanpa harus spesifik memiliki spesialisasi
tertentu, hal ini memungkinkannya untuk memeriksa
masalah-masalah kesehatan pasien secara umum untuk
segala usia.
16. Dokter spesialis Dokter yang mengkhususkan diri dalam suatu bidang
ilmu kedokteran tertentu.
17. Merujuk Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kasus suatu
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter
kepada dokter lain yang memiliki kompetensi untuk
menangani penyakit.
8

III. Analisis Masalah
1. Mengapa dokter Dudi panik dalam menghadapi kasus ibu Rahmi?
2. Bagaimana tindakan awal yang seharusnya dilakukan dokter Dudi sesuai dengan
kompetensinya?
3. Apa yang dimaksud dengan fasilitas layanan primer?
4. Apa yang dimaksud dengan peran dan fungsi dokter layanan primer?
5. Apa kompetensi dokter layanan primer?
6. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter umum?
7. Bagaimana peran dokter umum di fasilitas layanan primer dengan faktor perilaku
dan faktor diluar perilaku terhadap kasus ini?
8. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter keluarga?
9. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter spesialis?
10. Apa tujuan dan mafaat UKDI?
11. Apa tujuan dan manfaat intership?
12. Bagaimana pendidikan kedokteran yang berkenaan dengan Dokter Layanan
Primer berdasarkan UU no 20 tahun 2013?
13. Bagaimana sistem rujukan pada kasus ini?
14. Bagaimana solusi yang tepat terhadap kasus ini?
15. Bagaimana konsep 5-stars doctor?
16. Apa yang dimaksud dengan dokter pelayanan kesehatan dan dokter masa depan?

IV. Jawaban Analisis

1. Mengapa dokter Dudi panik dalam menghadapi kasus ibu Rahmi?
Karena Dudi belum memahami fungsi dan perannya sebagai dokter internship.
Seorang dokter tidak boleh terlihat panik di depan pasien karena hal itu dapat
membuat pasien cenderung merasa panik juga akan kondisinya. Dudi juga merasa
panik karena di Rumah Sakit Tipe C tempat ia bekerja tidak ada dokter spesialis
kandungan yang bisa ia rujuk dengan segera. Padahal, Rumah Sakit Tipe C
seharusnya memiliki dokter spesialis kandungan.
2. Bagaimana tindakan awal yang seharusnya dilakukan dokter Dudi sesuai dengan
kompetensinya?
Pada SKDI 2012, kompetensi seorang dokter umum pada keadaan perdarahan
antepartum maupun janin letak lintang adalah kompetensi 2, yaitu mampu
membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-
9

pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya
ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
Pada kasus ini Ibu Rahmi mengalami perdarahan pervaginam dengan kondisi
janin mati letak lintang ini berarti Ibu Rahmi mengalami perdarahan antepartum
yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Tindakan awal yang dapat
dilakukan dr.Dudi adalah memberikan resusitasi cairan, dapat berupa cairan
kristaloid 2-3 L selama 20-30 menit dan segera merujuk ke RS tipe B atau RS
yang ada dokter spesialis obgyn untuk penanganan lebih lanjut.
3. Apa yang dimaksud dengan fasilitas layanan primer?
Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau
promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi
sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini
bersifat pelayanan kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga
merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care).
Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, klinik dokter keluarga dan balkesmas.
Fasilitas layanan primer yang di maksud disini adalah fasilitas layanan primer
pada rumah sakit tipe C. Untuk fasilitas layanan primer pada rumah sakit, di
bentuk suatu unit khusus yang dikenal dengan nama bagian dokter keluarga
(department of family medicine). Semua pasien baru yang berkunjung ke
rumah sakit, di wajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut
ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis baru kemudian dirujuk ke bagian
lain yang ada di rumah sakit.
4. Apa yang dimaksud dengan peran dan fungsi dokter layanan primer?
Peran dan Fungsi Dokter Layanan Primer
Menyelenggarakan pelayanan strata pertama
Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang
akan menangani 80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus
aan diserahan ke pelayanan kesehatan jenjang berikutnya.
Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan
holistik, bukan hanya dokter yang berorientasi curative, namun juga
10

berorientasi pada kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, kedokteran
komunitas, kemampuan manajerial, kepemimpinan.
Selain itu, Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi ahli dalam
prediktor based on research time, epidemiologi, memiliki keahlian khusus
sesuai dengan penyakit yang mewabah/dominan di daerah kerjanya.
5. Apa kompetensi dokter layanan primer?




















6. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter umum?
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang
luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran,
keterampilan klinis,
dan pengelolaan masalah kesehatan. Oleh karena itu area kompetensi disusun dengan
urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur
11

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan












Sumber: SKDI 2012
7. Bagaimana peran dokter umum di fasilitas layanan primer dengan faktor perilaku dan
faktor diluar perilaku terhadap kasus ini?
Peran dokter umum
Peran dokter umum di fasilitas layanan primer adalah melakukan pemeriksaan
awal. Sesuai dengan kompetensinya, dokter umum akan memutuskan apakah
pasien diobati di layanan primer ataukah dirujuk. Serta aktif dalam memberikan
pelayanan kesehatan promotif maupun preventif agar terciptanya masyarakat yang
sehat dan mandiri.
Peran dokter umum pada kasus ini:
- Mengedukasi ibu agar melakukan pemeriksaan kehamilan sejak awal secara
teratur dan tepat. Beri pengertian apa saja keuntungan bila melakukan
pemeriksaan kehamilan sejak awal dan keburukan apabila tidak dilakukan.
- Mengedukasi bila pergi ke dukun adalah tindakan yang salah.
- Lengkapi sarana prasarana
- Edukasi keluarga juga agar ibu melakukan pemeriksaan rutin
12

Faktor Perilaku dan Non-Perilaku
Perilaku menurut teori dari Lawrence Green (1980) yang membedakan masalah
kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non perilaku. Untuk faktor
perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada setiap
individu. Green membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor
predisposisi, pemungkin dan penguat.
Faktor predisposisi yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap,
keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.
Faktor pemungkin merupakan yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor
pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku
kesehatan.
Faktor penguat yaitu adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat
terjadinya perilaku. faktor yang diperoleh dari orang terdekat dan adanya
dukungan sosial yang diberikan ke individu tersebut seperti keluarga, teman,
guru maupun petugas kesehatan yang dapat memperkuat perilaku. Dengan
adanya dukungan yang diberikan dari orang-orang terdekat diharapkan dapat
mendorong terjadinya perubahan perilaku.
8. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter keluarga?
Fungsi DOGA
a. Dokter kontak pertama
b. Mesinergikan layanan kesehatan masyarakat dengan layanan kesehatan strata 1
c. Memperikan pelayanan personal yang berbasis keluarga dan berorientasi
masyarakat.
Kompetensi DOGA
1. Kompetensi Dasar
a. Keterampilan Komunikasi Efektif
b. Keterampilan Klinis Dasar
c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu
perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga
d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun
masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan,
terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer
13

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi
f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat
g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik
2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama
a. Bedah
b. Penyakit dalam
c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan
d. Kesehatan Anak
e. THT
f. Mata
g. Kulit dan Kelamin
h. Psikiatri
i. Saraf
j. Kedokteran Komunitas
3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut
a. Keterampilan melakukan health screening
b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut
c. Membaca hasil EKG
d. Membaca hasil USG
e. BTLS, BCLS, dan BPLS
4. Keterampilan Pendukung
a. Riset
b. Mengajar kedokteran keluarga
5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap
a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya
b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif
6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis
a. Manajemen klinik dokter keluarga
9. Bagaimana kompetensi dan fungsi dokter spesialis?
Dalam sistem kesehatan nasional, dokter spesialis menempati ranah pelayanan
sekunder, dimana menerima rujukan kasus-kasus yangt tidak dapat ditangani oleh
layanan primer.
10. Apa tujuan dan mafaat UKDI?
Tujuan UKDI : Mengukur ketercapaian kompetensi standar profesi dokter yang
akan berpraktik dokter umum di Indonesia.
14

Manfaat UKDI :
(1) Melindungi masyarakat dari praktik dokter yang tidak kompeten
(2) Melindungi dokter dari tuntutan hukum
(3) Pengakuan kompetensi dokter oleh negara lain
UKDI merupakan suatu syarat untuk mendapatkan:
(1) Sertifikasi Kompetensi Dokter Indonesia (KDI)
(2) Surat Tanda Registrasi (STR)
(3) Surrat Ijin Praktek Dokter Umum
(4) Syarat tanda registrasi untuk Internship
11. Apa tujuan dan manfaat intership?
Internsip adalah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan
primer guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, dan menerapkan
standar profesi pada pratik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji
kompetensi. Tujuan internsip meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
(1) Tujuan umum internsip adalah memberikan kesempatan kepada dokter yang
baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang
diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan
kedokteran keluarga.
(2) Tujuan khusus internship:
a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh
selama pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer;
b. Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang
menjadi dasar praktik kedokteran;
c. Memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang
diberikan;
d. Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional medis
dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan
konsultasi;
e. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika;
f. Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin;
g. Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; dan
h. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi
tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis.
Sumber: Peraturan KKI No.1/2010 Pasal 3
15

12. Bagaimana pendidikan kedokteran yang berkenaan dengan Dokter Layanan Primer
berdasarkan UU no 20 tahun 2013?
Pendidikan kedokteran terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan
profesi (pasa 7 ayat 2). Program dokter layanan primer termasuk dalam pendidikan
profesi (7 ayat 5). Program Dokter Layanan Primer (DLP) merupakan kelanjutan dari
program profesi dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter
spesialis. Program dokter layanan primer hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas
Kedokteran (FK) yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi
kedokteran. FK ini juga dapat bekerja sama dengan FK yang akreditasinya setingkat
lebih rendah dalam menjalankan program dokter layanan primer (8 ayat 1,2,3).
Penyelenggaraan program DLP dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan
dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran. Mahasiswa program ini, dalam tahap
mandiri pendidikan juga dapat ditempatkan di rumah sakit selain Rumah Sakit
Pendidikan setelah dilakukan visitasi, dimana FK bertanggung jawab melakukan
supervisi dan pembinaan bagi mereka (19 ayat 1,2,3). Program DLP termasuk dalam
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran dalam hal pendidikan profesi. Di dalam
standar ini dikatakan, program DLP harus terus dinilai dan ditingkatkan secara
berencana dan berkala dan dibahas pula mengenai pola pemberian insentif untuk
mahasiswa program DLP atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan (24
ayat 7, poin a dan f).
Terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang dokter yang ingin
mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program DLP, yaitu harus memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR) dan mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan
kesehatan terutama di daerah terpencil, terdepan/terluar, tertinggal, perbatasan, atau
kepualauan (28 ayat 1,2).
Sumber: UU No.20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran
13. Bagaimana sistem rujukan pada kasus ini?
Rumah Sakit Tipe C termasuk dalam pelayanan kesehatan tingkat kedua yang
dapat merujuk ke Rumah Sakit Tipe B atau A yang merupakan pelayanan kesehatan
tingkat ketiga. Pada kasus ini, dokter Dudi harus merujuk ibu Rahmi ke dokter
spesialis kandungan, karena di rumah sakit ini tidak ada dokter spesialis kandungan
maka dokter Dudi harus merujuk ibu Rahmi ke rumah sakit yang memiliki dokter
kandungan dan ruang operasi terdekat.
14. Bagaimana solusi yang tepat terhadap kasus ini?
Dalam hal penaganan ibu Rahmi:
16

Dokter layanan primer diharapkan meningkatkan kinerjanya sebagai dokter yang
tidak hanya bergerak dalam hal kuratif tetapi juga preventif dan promotif seperti
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan ibu-ibu hamil akan pentingnya ANC,
sehingga kasus yang seperti dihadapi ibu Rahmi dapat terdeteksi dari awal.
Pihak Rumah sakit tipe C di tempat dokter Dudi bekerja harus mempekerjakan
minimal seorang dokter kandungan sehingga apabila terjadi hal yang serupa dapat
segera ditindaklanjuti lebih lanjut.
Setiap dokter umum yang bertugas di fasilitas layanan primer wajib meningkatkan
kemampuan,peran,dan fungsi dokter umum yang menguasai kompetensi dokter
layanan primer yang bekerja di fasilitas layanan primer guna meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat dapat ditempuh misalnya dengan cara mengikuti
pelatihan,aktif memberikan penyuluhan (promotif dan preventif) terhadap
berbagai macam penyakit,serta melakukan pemeriksaan awal dengan cepat dan
tepat dan Sesuai dengan kompetensinya, dokter umum akan memutuskan apakah
pasien diobati di layanan primer ataukah dirujuk serta Rumah sakit harus
menyesuaikan pelayanan dan sarana prasarana dengan aturan yang sudah di
tetapkan oleh pemerintah yakni PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT.
15. Bagaimana konsep 5-stars doctor? Fitri
a. Care Provider, dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:
Memperlakukan pasien secara holistik
Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan komunitas.
Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan
manusiawi.
Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.
b. Decision Maker, seorang dokter diharapkan memiliki:
Kemampuan memilih teknologi
Penerapan teknologi penunjang secara etik.
Cost Effectiveness
c. Communicator, seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:
Mampu mempromosikan gaya hidup sehat.
Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.
Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap sehat.
17

d. Community Leader, dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang
dokter hendaknya:
Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan
masyarakat.
Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta
masyarakat.
Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
e. Manager, dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya:
Mampu bekerja sama secara harmonis dengan individu dan organisasi di
luar dan di dalam lingkup pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan pasien dan komunitas.
Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat.
16. Apa yang dimaksud dengan dokter masa depan?
Dokter masa depan adalah dokter yang menjalankan praktek dengan menerapkan
konsep five-stars doctor. Jadi dokter tidak hanya bertugas untuk mengobati pasien,
tapi juga berperan sebagai upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

V. Hipotesis
Derajat kesehatan ibu hamil di sebuah kabupaten sangat dipengaruhi oleh
kemampuan, peran, dan fungsi dokter umum yang menguasai kompetensi dokter
layanan primer yang bekerja di fasilitas layanan primer.













18





































19

VI. Learning Issues
A. Dokter Layanan Primer
B. UKDI
C. Internship
D. Sistem Rujukan
E. Rumah Sakit Tipe C


BAB III
SINTESIS

3.1 Dokter Layanan Primer
Penjelasan mengenai dokter layanan primer tercantum dalam Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI) 2012 dalam hal kompetensi seorang dokter dan UU no.20
tahun 2013 dalam hal pendidikan kedokteran.

SKDI
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) merupakan standar minimal kompetensi
lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter layanan primer. SKDI pertama
kali disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun 2006 dan telah
digunakan sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
SKDI juga menjadi acuan dalam pengembangan uji kompetensi dokter yang bersifat
nasional.
Kompetensi dokter berdasarkan SKDI
Kompetensi dibangun dengan pondasi
yang terdiri atas profesionalitas yang
luhur, mawas diri dan pengembangan
diri, serta komunikasi efektif, dan
ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan
informasi, landasan ilmiah ilmu
kedokteran, keterampilan klinis, dan
pengelolaan masalah kesehatan.
Komponen Kompetensi
20









Penjelasan UU no.20 Tahun 2013 terkait Dokter Layanan Primer
UU No 20 tahun 2013 memperkenalkan istilah Dokter Layanan Primer sebagai
strata baru pendidikan kedokteran di Indonesia. Sebagai tambahan, hanya dokter layanan
primer, dokter spesialis, dan dokter subspesialis yang bisa masuk dan berada di dalam
sistem Jaminan Kesehatan Nasional. Kelak, hanya dokter layanan primer dan dokter
praktik umum yang telah mengikuti program yang dapat menjadi dokter-dokter penyedia
pelayanan kesehatan primer. Semua dokter-dokter fresh graduated harus mengikuti
pendidikan dokter layanan primer bila ingin menjadi bagian dari sistem sebagai penyedia
pelayanan kesehatan primer. Bila tidak, seorang dokter praktik umum tanpa kompetensi
dokter layanan primer hanya bisa berpraktik swasta di tengah-tengah sistem JKN yang
membuat masyarakat tak perlu membayar tiap kali berobat. Dokter Praktik Umum dan
Dokter Layanan Primer. Selama ini, kita acapkali dibingungkan dengan dua istilah
21

berikut, dokter umum dan dokter layanan primer. Penggunaan istilah-istilah tersebut
sering tumpah tindih dan overlapping. Pada UU No 20 Tahun 2013, istilah Dokter
Layanan Primer tak dideskripsikan secara rinci dan hanya disebutkan untuk diatur
kembali melalui peraturan pemerintah. Penggunaan istilah ini penting, mengingat selama
ini istilah dokter layanan primer seringkali diidentifikasi sebagai dokter-dokter lulusan
fakultas kedokteran/program studi pendidikan dokter. Sementara di pasal 8 ayat 3 UU No
20 tahun 2013, dokter layanan primer adalah jenjang baru pendidikan yang dilaksanakan
setelah program profesi dokter dan program internship, serta setara dengan jenjang
pendidikan profesi spesialis. Menurut dr. Sugito Wonodirekso, M.S., DPU, PKK, Ketua
Umum Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), perbedaan dua istilah
sebenarnya dapat dilakukan melalui identifikasi terhadap tingkat pendidikan masing
masing.
Lulusan fakultas kedokteran/program studi pendidikan dokter dapat dianggap
sebagai dokter layanan primer dasar (basic primary care doctor) karena kewenangannya
hanya sebatas pelayanan primer. Mereka sebenarnya dapat juga dianggap sebagai dokter
praktik umum atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai General Practitioner. Istilah ini
digunakan karena cakupan batasan pelayanan yang diberikan tidak dibatasi oleh usia,
jenis kelamin, sistem organ, dan jenis penyakit pasien. Istilah dokter praktik umum, dan
bukan dokter umum, disepakati untuk digunakan sebagai terjemahan dari istilah
General Practitioner. Terkait UU No 20 tahun 2013, perlu ditekankan bahwa sebenarnya
dokter-dokter fresh graduated adalah dokter layanan primer dasar (basic primary care
doctor), yang memerlukan suatu proses pendidikan lanjutan untuk menjadi dokter layanan
primer paripurna (advanced primary care doctor).
Di berbagai kesempatan yang dihadirkan, pengurus besar PDKI menyampaikan
suatu gambaran proses pendidikan dokter layanan primer paripurna yang berlangsung
selama 2 tahun dan 1 tahun masa internship. Gambaran yang disampaikan PDKI
bersesuaian dengan pasal 8 ayat 3 UU No 20 Tahun 2013 bahwa program dokter layanan
primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kelanjutan dari program profesi
Dokter dan program internsip yang setara dengan program dokter spesialis.. Gambaran
yang disampaikan PDKI ini disebut sebagai pendidikan generalis, bukan-namun-setara
spesialis, bagi dokter-dokter yang berminat untuk melanjukan studi di pendidikan dokter
layanan primer. Gelar yang rencananya akan diberikan bagi dokter yang telah lulus
program pendidikan dokter layanan primer adalah SpFM (Spesialis Famili Medisin). dr.
Sugito menjelaskan, dalam suatu bahan kuliah, kompetensi yang membedakan dokter
22

praktik umum, dokter keluarga dan dokter layanan primer (Spesialis Famili Medisin)
digambarkan melalu tabel sebagai berikut.




















Telah dijelaskan bahwa Dokter Layanan Primer merupakan layanan tingkat primer
pada pelayanan di era SKN yang dimulai 1 Januari 2014, yang disetarakan dengan dokter
spesialis dan sub-spesialis. Berikut poin-poin pentingnya yang dapat tercatat.
1. Dokter Layanan Primer diharapkan dapat menjadi dokter yang berperan holistik,
bukan hanya dokter yang berorientasi curative, namun juga berorientasi pada
kedokteran keluarga, kedokteran okupasi, kedokteran komunitas, kemampuan
manajerial, kepemimpinan. Selain itu, Dokter Layanan Primer diharapkan dapat
menjadi ahli dalam prediktor based on research time, epidemiologi, memiliki
keahlian khusus sesuai dengan penyakit yang mewabah/dominan di daerah
kerjanya.
2. Dokter umum yang telah lulus ujian kompetensi (sejak Agustus 2013 disebut exit
exam), bahkan yang telah mengikuti Interenship dianggap belum memenuhi
kompetensi yang diharapkan pada sistem Jaminan Kesehatan Nasional.
23

3. Dokter Layanan Primer diharapkan bisa berperan sebagai gate keeper yang akan
menangani 80% kasusnya sendiri hingga tuntas, sedangkan 20% kasus akan
diserahkan ke pelayanan kesehatan jenjang berikutnya. Hal ini harus dilakukan
mengingat akan terjadi pemborosan biaya apabila setiap kasus yang ditangani harus
dirujuk.
4. Dokter Praktek Umum, fresh graduated Fakultas Kedokteran, dianggap sebagai
stem cell yang bisa menjadi apa saja, Peneliti, Klinisi, Dokter Layanan Primer
bahkan berkarir di bidang politik.
5. Dalam Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Kedokteran, Dokter
Layanan Primer dimasukan dalam tingkat 8 dimana tingkat 9 merupakan standar
tertinggi. Kualifikasi Sumber Daya Tingkat 8 yang dimaksud mendeskripsikan
bahwa Dokter Layanan Primer dihasilkan melalui Program Pendidikan Dokter
Spesialis. Pada Diskusi Publik UU No 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran di FKUI, Program Pendidikan Dokter Layanan Primer disebut sebagai
Generalis, bukan spesialis. Pendidikan Generalis, setara dengan pendidikan
spesialis. Penyebutan generalis karena ranah kompetensi Dokter Layanan Primer
tidak tercakup pada sistem organ atau keahlian tertentu saja.
6. Saat bekerja, dibutuhkan pengetahuan bahwa DLP bekerja dalam sistem yang
memiliki clinical pathway. Strata pendidikan baru, salah satunya, diperlukan untuk
mendidik dokter layanan primer yang mengetahui cara kerja sistem Jaminan
Kesehatan Nasional. Proses pendidikan Generalis, Dokter Layanan Primer, akan
dibiayai oleh negara. Selain itu, berdasar pasal 31 Ayat 1 Huruf B UU No 20 Tahun
2013 bahwa setiap mahasiswa program pendidikan dokter layanan primer, spesialis,
dan subspesialis berhak menerima insentif di Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana
Pendidikan. 7. Penyelenggaraan Pendidikan Dokter Layanan Primer hanya dapat
dilakukan di fakultas kedokteran yang berakreditasi A yang bisa
menyelenggarakan. Hal ini sesuai dengan pasal 8 ayat 1 UU No 20 tahun 2013
bahwa Program dokter layanan primer, dokter spesialis-subspesialis,dan dokter gigi
spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) huruf b hanya
dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi kedokteran dan
program studi kedokteran gigi.
Sesuai dengan pasal 8 ayat 3 UU No 20 tahun 2013, dijelaskan bahwa pendidikan
dokter layanan primer merupakan jenjang pendidikan lanjutan setara spesialis yang dapat
diikuti oleh dokter lulusan program studi pendidikan dokter. Program pendidikan dokter
24

layanan primer tidak diwajibkan, namun diharuskan untuk dokter-dokter baru lulusan
program studi pendidikan dokter yang menginginkan untuk dibiayai sistem sebagai dokter
layanan primer pada Jaminan Kesehatan Nasional. Diisukan bahwa seluruh biaya pendidikan
dokter layanan primer akan dibiayai oleh negara. Sesuai dengan pasal 31 ayat 1 poin b bahwa
peserta program pendidikan dokter layanan primer, dokter spesialis, dan dokter subspesialis
akan mendapatkan insentif dari rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan.
. Dirut PT. Askes, dr. Fahmi Idris menyatakan bahwa besarnya biaya kapitasi yang
dibayarkan kepada dokter layanan primer jika nanti JKN sudah berjalan adalah sebesar 30%
dari jumlah iuran yang akan dibayar oleh peserta. Dalam hal ini, besarnya iuran yang akan
dibayarkan oleh peserta masih harus diperjuangkan karena secara langsung akan
mempengaruhi besarnya kapitasi per kepala. Untuk kepesertaan diisukan bahwa 1 dokter
layanan primer akan melayani kurang lebih 2500 orang, maksimal 3000 orang.
Sumber: ISMKI

3.2 UKDI
Sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran,
setiap dokter harus melampirkan sertifikat kompetensi sebagai salah satu syarat untuk
mengurus registrasi di Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Kewajiban itu juga harus
dipenuhi oleh dokter yang baru lulus dari FK/ PSPD. Sertifikat kompetensi dokter umum
diperoleh melalui uji kompetensi yang diatur oleh Kolegium Dokter Indonesia (KDI).
Uji kompetensi dapat dilakukan melalui berbagai cara diantaranya ujian tulis, portofolio,
OSCE. Untuk sertifikasi dokter lulusan baru FK/ PSPD maka Komite Bersama
menyepakati bentuk uji kompetensi melalui ujian tulis.
TUJUAN
Tujuan UKDI adalah untuk memberikan informasi berkenaan kompetensi pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap dari para lulusan dokter umum secara komprehensif kepada
pemegang kewenangan dalam pemberian sertifikat kompetensi sebagai bagian dari
persyaratan registrasi, untuk kemudian seorang dokter dapat mengurus pengajuan surai
ijin praktik (SIP).
STANDAR KELULUSAN
Mengingat uji kompetensi ini sangat menentukan karier seorang dokter dan akan
dijadikan acuan kompetensi secara nasional, maka proses penentuan standar kelulusan
harus dilakukan dengan melibatkan komponen yang mewakili pemegang kebijakan
seperti pendidik dari fakultas kedokteran, dokter yang melakukan praktik, organisasi
25

profesi, depkes atau unsur pemerintah dan masyarakat. Metode yang dipakai adalah PAP
atau criterion reference dengan menggunakan panel expert judge. Sseorang dapat
mendaftarkan dirinya untuk menjadi panel expert judge, namun kemudian dipilih oleh
badan pelaksana dengan criteria merupakan ahli di bidang kedokteran dan menguasai
teknik standard setting dengan memperhatikan keterwakilan stakeholder. Untuk
memberikan keseimbangan antara standar kompetensi yang bersifat mutlak dan
pertimbangan proporsi kelulusan uji kompetensi maka metode yang akan digunakan
adalah Hofstee Method.
MATERI UJIAN
Sesuai dengan tujuan dari uji kompetensi, maka materi yang diujikan sebagaimana
tertuang dalam KIPDI 3 dengan tetap memperhatikan aspek-aspek lain sehingga dapat
menjamin sifat komprehensifnya. Ujian akan menitikberatkan pada prinsip-prinsip ilmu
kedokteran dasar dan klinik yang sangat penting di dalam praktik klinik di masyarakat
maupun di dalam pendidikan kedokteran tahap pascasarjana, dengan mengutamakan
penguasaan prinsip-prinsip dasar mekanisme timbulnya penyakit, clinical reasoning, serta
critical thinking dalam kerangka pemecahan masalah / problem solving. Keseluruhan soal
yang dikembangkan harus bersifat terintegrasi dan menguji secara utuh kompetensi yang
dibutuhkan seorang dokter.
TIPE SOAL UJIAN
Jenis atau tipe soal ujian adalah berupa soal pilihan berganda dengan lima pilihan
jawaban soal. Soal terdiri dari stem soal yang berbentuk scenario (vignette), pertanyaan,
dan lima pilihan jawaban dengan satu jawaban benar. Jumlah soal-soal seluruhnya adalah
200 soal.

3.3 Internship
Internship adalah pelatihan keprofesian berbasis kemandirian pada pelayanan
primer guna memahirkan kompetensi, meningkatkan kinerja, dan menerapkan standar
profesi pada pratik kedokteran setelah selesai pendidikan dokter dan uji kompetensi.
Tujuan internsip meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
(1) Tujuan umum internship adalah memberikan kesempatan kepada dokter yang
baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang diperoleh
selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran
keluarga.

26

(2) Tujuan khusus internship:
a. Mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama
pendidikan dan menerapkan dalam pelayanan primer;
b. Mengembangkan keterampilan teknis, klinis, pribadi dan profesi yang menjadi
dasar praktik kedokteran;
c. Memikul tanggung jawab pelayanan pasien sesuai kewenangan yang
diberikan;
d. Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan keputusan profesional medis
dalam pelayanan pasien dengan memanfaatkan layanan diagnostik dan
konsultasi;
e. Bekerja dalam batas kewenangan hukum dan etika;
f. Berperan aktif dalam tim pelayanan kesehatan multi disiplin;
g. Menggali harapan dan jenjang karir lanjutan; dan
h. Memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi
tuntutan profesi terkait dengan fungsinya sebagai praktisi medis.
Sumber: Peraturan KKI No.1/2010 Pasal 3

3.4 Sistem Rujukan
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat wal afiat
sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentangan tersebut.
Demikian pula sakit ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi. Secara umum
dapat dibagi dalam 3 tingkat, yakni sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit
parah (severe).
Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang
berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun
sebaliknya untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana melainkan memerlukan pelayanan yang sangat spesifik.Oleh sebab itu, perlu
dibedakan adanya 3 bentuk pelayanan, yakni :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi
kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar
(lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan
kesehatan dasar (Basic Health Services) atau juga merupakan pelayanan kesehatan
27

primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan balkesmas.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (Secondary Health Services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya rumah sakit tipe C dan D, dan
memerlukan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Health Services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
kompleks dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia : rumah
sakit tipe A dan B.
Dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut
tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada didalam suatu sistem dan saling berhubungan.
Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis tingkat
primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan diatasnya,
demikian seterusnya. Penyerahan tanggung jawab dari satu pelayanan kesehatan ke
pelayanan kesehatan yang lain ini disebut rujukan.
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik
atas masalah yang timbul, baik secara vertikal maupun horizontal ke fasilitas pelayanan
yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
Tujuan sistem rujukan adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan
kesehatan secara terpadu.
1. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya
kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.
Jenis-jenis rujukan medis :
Rujukan Pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang
kurang mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan
tindak lanjut.
28

Rujukan Ilmu Pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan
kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya
untuk tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan
Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan
masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun
mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
Rujukan pada pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik
khusus. Karakteristik yang dimaksud adalah:
a. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan pelayanan
dokter keluarga tidak bersifat total, tetapi hanya untuk masalah penyakit
yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan masalah penyakit lainnya
atau kesehatan pasien secara keseluruhan, tetap berada di tangan dokter
keluarga.
b. Dalam melakukan rujukan pasien dalam pelayanan dokter keluarga,
pertimbangan tidak hanya atas dasar keadaan penyakit pasien saja, tetapi
keadaan sosial ekonomi keluarga secara keseluruhan.
c. Tujuan rujukan pada pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada
penyembuhan penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja,
tetapi juga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan
penyakit.
Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :
Rujukan Tenaga
Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat
atau sebaliknya, untuk pendidikan dan latihan.
Rujukan Sarana
29

Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan
kesehatan yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.
Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu
ke strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk
pelayanan tindak lanjut.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas
rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik
dan rujukan Kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien
puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus)
ke rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan
upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok
gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi
puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Tata cara rujukan
Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
30

memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.
Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih sesuai.
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan

3.5 Rumah Sakit Tipe C

Pasal 14
(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4
(empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat
Darurat, Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan,
Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik
Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24
(dua puluh) jam dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai denganstandar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam,
KesehatanAnak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi,
Radiologi,Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
31

(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/Linen, Jasa
Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang,
Ambulance,Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.

Pasal 15
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum
dan 2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(4) Pada setiap Pelayanan Spesialis Penunjang Medik masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis
sebagai tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
(6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Sumber: PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
340/MENKES/PER/III/2010 TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT










32

DAFTAR PUSTAKA


Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
(http://www.pkfi.net/file/download/2.%20SKDI%20%20%20Perkonsil.pdf, Diakses
11 November 2013).
Presiden Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2013 Tentang Pendidikan Kedokteran.
(http://www.kemendagri.go.id/media/documents/2013/09/20/u/u/uu_no.20-2013.pdf,
Diakses 11 November 2013).
Vicha, A., Sriwulan R.P., dan Eddy Y. 2013. Program Pendidikan Dokter Layanan Primer dan
Implikasinya pada Dinamika Pendidikan Kedokteran di Indonesia.
(http://www.slideshare.net/vichakoo/kajian-dokter-layanan-primer-oleh-ismki, Diakses
12 November 2013).

You might also like