You are on page 1of 22

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A blok 20 sebagai tugas kompetensi
kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar
Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang. Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT.
2. Kedua orang tua yang memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. Dr. Azhari selaku tutor.
4. Teman-teman sejawat dan seperjuangan.
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat tidak hanya untuk penulis tetapi juga untuk orang lain dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang.


Palembang, September 2013


Penulis







2

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ............................................................................................ 1
Daftar Isi ..................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................

3
3
BAB II Pembahasan
2.1 Data Praktikum ........................................................................
2.2 Skenario ...................................................................................
2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah ...............................................................
II. Identifikasi Masalah ..........................................................
III. Analisis Masalah ...............................................................
IV. Kerangka Konsep
V. Hipotesis ............................................................................
VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan ...............

4
4

5
6
6
11
12
12

BAB III Sintesis
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................
3.2 Desain Penelitian.....................................................................
3.3 Tehnik Sampling.....................................................................


13
15
18
Daftar Pustaka.............................................................................................. 22










3

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Blok Ilmu Kesehatan Masyarakat adalah blok 20 pada semester 7 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai Dokter Gafur yang ingin melakukan
penelitian setelah mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak
usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih
sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.















4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data Praktikum
Tutorial A Blok XX
Tutor : dr. Azhari
Moderator : Anugrah Manggala Yudha
Notulis : Rizka Apresia
Sekretaris : Rizka Apresia
Waktu : Senin, 2 September 2013
Jumat, 6 September 2013
Peraturan tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.
2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat
dengan cara mengacungkan tangan terlebih dahulu dan
apabila telah dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan meninggalkan ruangan selama proses
tutorial berlangsung.
4. Tidak diperbolehkan makan dan minum.

2.2 Skenario A Blok 20
Dokter Gafur yang bertugas di Puskesmas A mengamati bahwa anak bayi yang
mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA
dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non
ASI.
Dr. Gafur berasumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan
tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas. Dr. Gafur tertarik
membuat penelitian untuk membuktikan asumsinya tersebut.
Dr. Gafur mulai mengambil sampel anak balita mulai dari usia 2 tahun yang
datang ke Puskesmas, untuk mendapatkan anak yang masuk kriteria sering menderita
ISPA, kemudian didata mengenai riwayat ASI. Kemudian dipilih lagi anak dengan
kriteria usia yang sama yang jarang menderita ISPA, dan didata juga mengenai
5

riwayat ASInya. Subyek yang masuk kriteria dipadankan dengan subyek yang sudah
ditetapkan sebagai kasus.
Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak
yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong
kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.

Pertanyaan:
1. Apakah jenis rancangan penelitian yang cocok?
2. Hitunglah berapa besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih
dibawah usia 1 tahun?
3. Buatlah uji hipotesis statistiknya untuk melihat apakah hasilnya bermakna?

2.3 Paparan
I. Klarifikasi Istilah
1. Puskesmas : UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan program kesehatan di suatu daerah kerja.(?
berdasarkan UU)
2. ISPA : Penyakit infeksi akut di organ saluran pernafasan mulai dari sinus, laring hingga
alveoli.
3. ASI : Susu yang diproduksi Ibu untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama
bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.
4. Disapih : Proses berhentinya masa menyusui secara berangsur-angsur atau sekaligus.
5. Penelitian : Cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
6. Sampel : Bagian populasi penelitian yang dipilih sebagai wakil representative dari
keseluruhan untuk diteliti.
7. Kontrol : Kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan
diteliti tetapi memiliki peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan
dengan faktor risiko.
8. Subyek : Individu yang dijadikan sumber informasi dalam pengumpulan data penelitian.
9. Kasus : Kelompom individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam
penelitian sebagai subjek studi.
6

II. Identifikasi Masalah
1. Dr. Gafur yang bertugas di Puskesmas A mengamati bahwa anak yang mendapat ASI
sampai usia 2 tahun jarang menderita ISPA dibandingkan anak yang disapih sebelum
berusia 1 tahun atau non ASI.
2. Hipotesis : ASI sangat baik untuk daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah berusia
2 tahun ke atas.
3. Sampel penelitian Dr. Gafur adalah anak balita mulai dari usia 2 tahun yang datang ke
Puskesmas, masuk kriteria sering menderita ISPA dan jarang menderita ISPA, kemudan
didata tentang riwayat ASI.
4. Kasus : Dari 100 anak terdapat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun
Kontrol : Dari 100 subyek terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2
tahun.

III. Analisis Masalah
1. Bagaimana batasan (kriteria) yang dimaksud dengan jarang dan sering menderita ISPA?
Batasan atau definisi operasional untuk jarang menderita ISPA ialah setiap balita yang
menderita ISPA 1 kali, sementara sering menderita ISPA ialah setiap balita yang
menderita ISPA 2-4 kali.
2. Apa masalah (latar belakang) yang membuat Dr Gafur tertarik untuk melakukan
penelitian ini?
Latar belakang yang membuat Dr Gafur tertarik untuk melakukan penelitian ini adalah
adanya kesenjangan yang diamati Dr. Gafur saat ia bertugas di Puskesmas bahwa anak
bayi yang mendapat ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang menderita ISPA
dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau tidak
mendapat ASI sehingga Dr. Gafur berasumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan
daya tahan tubuh anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas.
3. Bagaimana rumusan masalah dalam penelitian Dr. Gafur ini?
Bagaimana hubungan riwayat pemberian ASI dengan kejadian ISPA setelah anak
berusia 2 tahun ke atas?
4. Apa hipotesis penelitian Dr. Gafur?
H
0
: Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2
tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.
7

H
a
: Terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun
dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.
5. Apa tujuan penelitian Dr.Gafur?
Mengetahui karakteristik penderita ISPA pada anak yang diberi ASI sampai usia 2
tahun.
Mengetahui karakteristik penderita ISPA pada anak yang disapih sebelum berusia 1
tahun atau non ASI.
Mengetahui insidensi ISPA pada anak usia 2 tahun ke atas.
Mengetahui hubungan riwayat pemberian ASI dengan kejadian ISPA.
6. Apa manfaat penelitian Dr. Gafur?
Sebagai acuan tindakan preventif dan promotif kepada Ibu mengenai manfaat
pemberian ASI pada anak sampai usia 2 tahun.
Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
7. Apa jenis dan desain penelitian yang cocok digunakan pada penelitian Dr. Gafur?
Jenis penelitian : Analitik observasional
Desain penelitian : Case-control
8. Apa populasi pada penelitian Dr. Gafur?
Semua anak balita usia 2 tahun ke atas yang menderita ISPA yang berobat ke
Puskesmas A pada periode Januari 2012 Desember 2012.
9. Bagaimana cara pengambilan sampel penelitian ini? (jumlah sampel minimal)
Menentukan jumlah sampel minimal dapat menggunakan rumus :

[


]


Pada skenario, didapatkan hasil sebesar 200 sampel. Terpilih sebanyak 100 anak yang
tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2
tahun. Pada 100 subyek yang tergolong kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat
ASI sampai usia 2 tahun.
10. Bagaimana tehnik pengambilan sampel?
Pengambilan sampel menggunakan tehnik random sampling. Data rekam medik diambil
kemudian disortir menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang akan dijadikan
sampel penelitian diambil secara acak dan selanjutnya dianalisis.


8

11. Bagaimana cara pengambilan data pada penelitian ini?
Data yang digunakan pada penelitian ini ialah data sekunder periode Januari 2012
Desember 2012 yang didapat dari rekam medik Puskesmas A.
12. Apa saja kriteria inklusi dan ekslusi?
Kriteria Inklusi :
Balita berusia 2 tahun ke atas.
Diketahui data riwayat ASI.
Menderita ISPA dan berobat ke puskesmas A pada periode Januari 2012-Desember
2012.
Kriteria Ekslusi :
Balita berusia 2 tahun ke atas yang memiliki data rekam medik mengenai riwayat
pemberian ASI yang tidak lengkap.
13. Apa saja variabel (bebas dan terikat) pada penelitian ini?
Variabel bebas : riwayat pemberian ASI.
Variabel terikat : kejadian ISPA.
14. Berdasarkan hasil penelitian yang dicantumkan pada identifikasi masalah no 4, berapa
besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih dibawah usia 1 tahun?
Menentukan besar risiko untuk kejadian ISPA akibat ASI yang disapih di bawah usia 1
tahun :
Perhitungan Odd Ratio (OR)
Kasus Kontrol Total
Paparan (+) a b a+b
Paparan (-) c d c+d
Total a+c b+d a+b+c+d (n)

ISPA Tidak ISPA Total
Non- ASI 80 30 110
ASI 20 70 90
Total 100 100 200

OR =

=


= 9,3
9

Bila OR = 1, artinya: tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan penyakit
Bila OR < 1, artinya:faktor risiko dapat menurunkan risiko terkena penyakit (efek
protektif)
Bila OR > 1, artinya faktor risiko dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
Pada kasus ini, OR >1 yang artinya anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun
atau yang non ASI dapat meningkatkan risiko terkena ISPA.
15. Bagaimana hasil uji hipotesis statistik pada penelitian ini?
Pada penelitian ini, uji hipotesis statistik yang digunakan adalah statistik nonparametris
berupa uji Chi Kuadrat (X
2
). Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif
dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar.
Dengan memperhatikan koreksi Yates, rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis
adalah sebagai berikut :


(| |

( )( )( )( )


(| |


Hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut :
H
0
: Tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2
tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.
H
a
: Terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun
dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.
Ketentuan pengujian adalah sebagai berikut : tolak H
0
bila harga Chi Kuadrat hitung
lebih besar atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel, dengan dk = 1 dan taraf
kesalahan tertentu.
Pada penelitian ini, diambil taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X
2
tabel =
3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X
2
hitung lebih besar dari harga X
2
tabel
baik untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H
0
ditolak dan Ha
10

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI
sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.































11

IV. Kerangka Konsep






















Dr. Gafur mengamati bahwa anak bayi yang mendapatkan ASI sampai menginjak usia 2 tahun jarang
menderita ISPA dibandingkan dengan anak yang sudah disapih sebelum berusia 1 tahun atau yang non ASI.

Menentukan sampel penelitian
Dr. Gafur tertarik melakukan penelitian
Asumsi bahwa ASI sangat baik untuk memberikan daya tahan tubuh
anak terhadap ISPA setelah mereka berusia 2 tahun ke atas.
Menentukan bahwa jenis penelitian yang tepat adalah penelitian
analitik dengan desain penelitian case control
Menganalisis data dan melakukan uji hipotesis dengan
menghitung OR, OR didapatkan 9,3. OR>1 = faktor resiko
Dilakukan uji hipotesis dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X
2
tabel =
3,841 dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X
2
hitung lebih besar dari harga X
2
tabel baik
untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H
0
ditolak dan Ha diterima.
Terpilih sebanyak 100 anak yang tergolong kasus, dimana tercatat 20 anak yang
memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun. Pada 100 subyek yang tergolong
kontrol terdapat 70 anak yang memiliki riwayat ASI sampai usia 2 tahun.
Dilakukan pengumpulan data
Kesimpulan penelitian Dr. Gafur : terdapat hubungan antara
pemberian ASI sampai anak menginjak usia 2 tahun dengan
kejadian ISPA di Puskesmas A.
12

V. Hipotesis
Dr. Gafur melakukan penelitian analitik dengan desain case control untuk melihat bahwa
ASI sampai usia 2 tahun meningkatkan daya tahan tubuh balita terhadap ISPA.

VI. Learning Issues dan Keterbatasan Pengetahuan
Pokok
bahasan
What I
know
What I dont know What I have to prove
How
will I
learn
Jenis dan
desain
penelitian
macam-
macam
perbedaan antara
tiap-tiap jenis dan
desain penelitian
menentukan jenis
dan desain
penelitian yang tepat
digunakan
Jurnal
dan
internet
Tehnik
sampling
macam-
macam
perbedaan antara
tiap-tiap tehnik
sampling
menentukan tehnik
sampling yang tepat
untuk penelitian
case control
Jurnal
dan
internet
Uji hipotesis macam-
macam
interpretasi menentukan uji
hipotesis yang tepat
digunakan pada
penelitian case
control
Memahami
interpretasi hasil uji
hipotesis
Jurnal
dan
internet







13

BAB III
SINTESIS

JENIS PENELITIAN
Berdasarkan prosesnya jenis penelitian kedokteran dibagi menjadi :
1. Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek
dari manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlah variabel subyek penelitian.
Manipulasi yang dimaksud ialah setiap tindakan terhadap subyek penelitian yang
dengan tindakan tersebut menimbulkan efek dan efek inilah yang kemudian dipelajari.
2. Penelitian Non Eksperimental
Penelitian non eksperimental ialah penelitian yang observasinya dilakukan terhadap
sejumlah variabel subyek menurut keadaan apa adanya (in nature), tanpa ada
manipulasi atau intervensi peneliti.

Dalam bidang kedokteran terdapat beberapa mecam penelitian yang terpilah secara tumpang
tindih yaitu penelitian epidemiologik, penelitian evaluatif, penelitian laboratorium, penelitian
klinik dan sebagainya.

1. Penelitian Epidemiologik
Jenis penelitian kedokteran yang mengkaji problema kesehatan dengan menggunakan
pendekatan komunitas yang menjadi ciri utama penelitian epidemiologik. Dengan
penelitian epidemiologik dapat diungkapkan (a) kejadian, distribusi, dan determinan
suatu penyakit atau status kesehatan tertentu dalam masyarakat dan (b) faktor-faktor
risiko yang berperan pada suatu status kesehatan atau penyakit tertentu.
Penelitian epidemiologik memiliki 3 kegunaan:
Untuk kepentingan diagnosis, yaitu untuk menyusun diagnosis komunitas atau
diagnosis kelompok.
Untuk kepentingan aspek patogenesis penyakit.
Untuk kepentingan evaluasi program.


14

Pembagian penelitian epidemiologik:

Penelitian Epidemiologik

Penelitian Epidemiologik Intervensi Survei Epidemiologik

Survei Deskriptif Survei Analitik

Cross Sectional Case Control Cohort

Penelitian epidemiologik intervensi ialah penelitian dimana peneliti
memberikan perlakuan atau manipulasi pada masyarakat, kemudian efek
perlakuan tersebut diobservasi, baik secara individual maupun kelompok.
Penelitian intervensi mempunyai potensi mengungkap mekanisme sebab-
akibat antara faktor risiko penyebab penyakit dengan efek.
Survei epidemiologik ialah penelitian observasi yang dilakukan pada fenomena
kesehatan (faktor risiko dan efek) tanpa manipulasi.
Survei deskritif ialah suatu penelitian yang tujuan utamanya melakukan
eksplorasi deskriptif terhadap fenomena kesehatan masyarakat tanpa
menganalisis bagaimana dan mengapa fenomena tersebut terjadi.
Survei analitik ialah suatu penelitian yang menggali bagaimana dan mengapa
fenomena kesehatan masyarakat terjadi.

2. Penelitian Evaluatif
Reviu program : menilai kelengkapan sarana atau upaya peningkatan kesehatan
dalam masyarakat.
Trial : suatu penelitian eksperimental yang bertujuan untuk menilai derajat
keamanan dan kemanjuran suatu obat.

3. Penelitian Laboratorium
Penelitian yang dilakukan di laboratorium, dapat berupa eksperimen, survei atau trial
asal observasi utamanya dilakukan dengan menggunakan peralatan dan metode dalam
laboratorium.
15

DESAIN PENELITIAN
1. Cross-Sectional
Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian cross
sectional ini sering disebut juga penelitian transversal, dan sering digunakan dalam
penelitian-penelitian epidemiologi.
Kelebihan
Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.
Mudah dilaksanakan karena pengukuran variabel-variabel hanya dilakukan
satu kali, pada satu saat (tidak ada follow-up).
Menghasilkan hipotesis spesifik untuk penelitian analitis.
Dapat digunakan untuk mengetahui prevalensi penyakit dan masalah kesehatan
lainnya pada masyarakat.
Kelemahan
Subyek penelitian besar bila variabelnya banyak.
Kesimpulan korelasi faktor risiko dengan efek lemah.
Hubungan waktu tidak bisa ditentukan sehingga peran logika dan teori penting.
Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat.
Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan (nilai prognostiknya
lemah).
Tidak tepat untuk meneliti penyakit yang durasinya pendek

2. Case Control
Rancangan epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan
penelitian) dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status paparannya. Mempelajari seberapa jauh faktor risiko
mempengaruhi terjadinya efek. Faktor risiko dipelajari melalui pendekatan retrospektif
efek diidentifikasi saat ini, faktor risiko diidentifikasi masa lalu.

Langkah-langkah Case Control :
Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai.
Menetapkan variabel penelitian.
16

Menetapkan subjek penelitian.
Melakukan pengukuran variabel.
Analisis hasil.

Ciri-ciri Penelitian Case Control :
Pemilihan subyek berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan
apakah subyek mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis
menderita penyakit disebut Kasus, berupa insidensi yang muncul dan populasi,
sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. Jenis penelitian ini dapat saja
berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan
data yang berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data
berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya
penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah
adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan
kelangsungan hidup.

Karakteristik Penelitian Case Control:
Merupakan penelitian observasional yang bersifat retrospektif.
Penelitian diawali dengan kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Kelompok kontrol digunakan untuk memperkuat ada tidaknya hubungan
sebab-akibat.
Terdapat hipotesis spesifik yang akan diuji secara statistik

Kelebihan :
Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan.
Hasil cepat, ekonomis.
Subyek penelitian bisa lebih sedikit.
Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan
dengan penyakit.
Kesimpulan korelasi lebih baik, karena ada pembatasan dan pengendalian
faktor risiko.
Tidak mengalami kendala etik.

17

Kelemahan :
Bias.
Tidak diketahui pengaruh variabel luar yang tak terkendali dengan teknik
matching.
Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di
matchingkan banyak.
Kelompok kasus dan kontrol tidak random.

3. Cohort
Penelitian kohort sering disebut penelitian prospektif adalah suatu penelitian survei
(non eksperimen) yang paling baik dalam mengkaji hubungan antara faktor risiko
dengan efek (penyakit). Artinya, faktor risiko yang akan dipelajari diidentifikasi
dahulu, kemudian diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu penyakit
atau salah satu indikator status kesehatan.

Kelebihan :
Studi kohort merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insidens dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko dan
penyakit.
Dapat memberi keterangan yang lebih lengkap mengenai faktor risiko yang
dialami oleh indvidu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.
Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah recall atau
memori.
Masalah etika lebih sedikit dibandingkan dengan study eksperimental.
Dapat dipakai langsung untuk menghitung insidens rate dari penyakit dan
risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti.
Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli
epidemiologi.
Karena pengamatan dilakukan secara kontinu dan longitudinal, maka studi
kohort memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah
kesehatan yang semakin meningkat.

18

Kelemahan :
Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit yang
sedikit dijumpai di masyarakat. Hendaklah dihindari dengan memilih kasus
yang sering terjadi, atau penyakit yang tidak kompleks.
Memerlukan waktu follow up yang cukup lama. Untuk itu perlu dipilih
penyakit- penyakit yang mempunyai masa inkubasi yang singkat.
Biaya yang diperlukan selama studi cukup besar dan mahal.
Follow up kadang-kadang sulit dilaksanakan dan loss follow up dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Studi kohort seringkali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi yang
stabil, dan tidak berpindah-pindah tempat.
Kurang efisien segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang jarang
terjadi.
Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan
atau faktor risiko akan dapat mengganggu analisis.
Dapat menimbulkan masalah etika oleh karena peneliti membiarkan subyek
terkena paparan yang dicurigai atau dianggap dapat merugikan subyek.
Hendaknya memilih faktor risiko atau exposure yang tidak berbahaya.

TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL
1. Teknik RandomSampling.
Teknik Random sampling ialah teknik pengambilan sampel dimana semua
individu dalam populasi, baik secara individual atau berkelompok diberi kesempatan
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Random sampling yang juga diberi istilah pengambilan sampel secara rambang
atau acak yaitu pengambilan sampel yang tanpa pilih-pilih dan didasarkan atas prinsip-
prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek. Sebab dipandang sebagai teknik
sampling paling baik dalam sebuah penelitian. Sampel yang diperoleh secara rambang
lebih mantap bila dibandingkan dengan incidental sampel yang diperoleh secara
insidental. Sebab cara ini kurang menggunakan prinsip ilmiah yang baik.
Dalam praktek produser Random sampling meliputi :
a. Cara undian.
19

b. Cara ordinal : Cara ini dilakukan dengan memilih nomor-nomor genap, gasal,
atau kelipatan tertentu.
c. Cara randomisasi dari tabel bilangan Random.

2. Teknik Non Random Sampling.
Teknik Non Random sampling ialah cara pengambilan sampel yang tidak
semua anggota populasi diberi kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Semua
teknik sampling yang tidak tergolong dalam random sampling adalah tergolong dalam
jenis teknik sampling non random. Macam-macam sampling dalam non random
sampling ialah :
a. Teknik proporsional sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi
dengan memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut. Cara ini dapat
memberi landasan generalisasi yang lebih dapat dipertanggung jawabkan dari
pada apabila tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dan setiap
sub populasi.
b. Teknik Stratifiet Sampling.
Teknik ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari susunan kelompok
yang bertingkat-tingkat.
c. Teknik purposive sampling.
Teknik ini berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang diperkirakan
mempunyai sangkut paut era dengan ciri-ciri atau sifat yang terdapat pada
populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Jadi ciri-ciri atau sifat yang
spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk
pengambilan sampel.
d. Teknik Quota Sampling.
Teknik ini menghendaki pengambilan sampel berdasarkan pada Quotum (di
Indonesia = kotum). Peneliti harus terlebih dahulu menetapkan jumlah subyek
yang akan diselidiki. Subyek populasi harus ditetapkan kriterianya untuk
menetapkan kriteria sampel. Ciri pokok dalam quota sampling ialah jumlah
subyek yang telah ditetapkan akan terpenuhi. Kelemahan utama teknik ini ialah
para petugas pengambil sampel kurang terawasi apakah kriteria-kriteria dalam
populasi sudah tercermin dalam sampel sehingga teknik ini kurang disukai.

20

e. Teknik double sampling
Teknik doubel sampling ialah pengambilan sampel yang mengusahakan
adanya sampel kembar, yaitu sampel yang diperoleh secara angket (terutama
angket yang diperoleh melalui pos). Dari cara itulah terdapat angket yang
kembali dan tidak kembali. Masing-masing kelompok dicatat, kemudian bagi
angket yang tidak kembali dipertegas dengan interviu. Jadi sampling kedua ini
berfungsi menceksampling pertama (yang angketnya kembali).
f. Teknik area probability sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel yang mendasarkan pada
pembagian area (daerah-daerah) yang ada pada populasi. Yaitu daerah yang
ada pada populasi di bagi-bagi menjadi beberapa daerah yang lebih kecil.
g. Teknik cluster sampling.
Teknik ini menghendaki adanya kelompok dalam pengambilan sampel
berdasarkan atas kelompok yang ada pada populasi. Jadi populasi sengaja
dipandang berkelompok, kemudian dicerminkan dalam sampel. Perlu digaris
bawahi bahwa dalam suatu penelitian seseorang boleh menggunakan teknik
area probability sampling sedang dalam menentukan obyeknya digunakan
teknik random. Maka teknik samplingnya ialah area probability random
sampling.










21

Kesimpulan:
Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian dr. Gafur adalah
penelitian analitik dengan desain case-control.
Odds ratio pada kasus ini diperlukan untuk menentukan besar risiko untuk kejadian
ISPA akibat ASI yang disapih di bawah usia 1 tahun. OR didapatkan 9,3. OR>1
merupakan faktor risiko yang artinya anak yang sudah disapih sebelum berusia 1
tahun atau yang non ASI dapat meningkatkan risiko terkena ISPA.
Uji hipotesis yang tepat untuk kasus ini adalah uji hipotesis statistik nonparametris
berupa uji Chi Kuadrat (X
2
). Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. Pada
penelitian ini, diambil taraf kesalahan 5%, dan dk = 1, maka harga X
2
tabel = 3,841
dan untuk 1% = 6,635. Ternyata harga X
2
hitung lebih besar dari harga X
2
tabel baik
untuk taraf kesalahan 5% maupun 1%. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.
Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI sampai anak
menginjak usia 2 tahun dengan kejadian ISPA di Puskesmas A.












22

DAFTAR PUSTAKA

Kamus saku kedokteran Dorland. 1998. Alih bahasa, Poppy Kumala; copy editor edisi
bahasa Indonesia, Dyah Nuswantari. Ed.25 Jakarta: EGC.
Pratiknya, Ahmad Watik. 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Ed.1 Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dahlan, Sopiyudin. 2012. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang
Kedokteran dan Kesehatan. Ed. 2 Jakarta: Agung Seto.

You might also like