Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
DAN ASUHAN KEPERAWATAN
FIMOSIS
Dosen Pengampu: Wahyudi, Skep, Ns
DISUSUN OLEH:
FERI YUDISTIRA
P10220206057
IIB
POLITEKNIK KESEHATAN
DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG
A. Pengertian
1. Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit.
( Ramali, Ahmad; 2003 )
2. Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis.
( Mott, Sandra; 1990 )
3. Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. ( Ngastiyah; 2005 )
4. Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat di retraksi ( ditarik ke
proksimal sampai ke korona glanis ). ( Purnomo, Basuki; 2000 )
5. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu
yang secara normal dapat diretraksi. ( Behram, Richard E;2000)
6. Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke
atas glans penis. ( Catzel, Pincus; 1990 )
7. Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis.
http://www.kompas.com/read/xml/penis.kok,sembunyi )
B. Etiologi
Fimosis penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya fimosis diantaranya:
1. Kongenital
2. Inflamasi/peradangan
3. Oedema
C. Patofisiologi
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi
alamiah antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh
dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium ( smegma )
mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari
glans penis. Pemisahan secara kehamilan 7 minggu. Selama proses pemisahan,
prepusium harus diretraksi agar menjaga hygiene sehari-hari.smegma dihasilkan dari
personal hygiene yang buruk yang dapat memberikan perkembangan inflamasi dan
infeksi serta telah mengimplikasikan penyebab kanker penis.
D. Pathway
Kongenital, peradangan,oedema
Pre operasi
Post operasi
perdarahan
luka
Nyeri akut
Kurang pengetahuan
Gangguan aliran urine
E. Manifestasi klinis
1. Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit BAK, pancaran urin
mengcil dan deras menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi
dan pada akhirnya dapat menimbulkan retensi uruin.
2. Hygiene local yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada
prepusium ( postitis ), infeksi pada galns penis ( balanitis ) atau infeksi pada
glans penis dan prepusium penis.
3. Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma
timbunan smegma di dalam saku prepusium penis ).
F. Komplikasi
1. Retensi urin
2. Karsinoma penis
3. Perdarahan
4. Stenosis ineatus
5. Fimosis persisten
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep
dexamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6
minggu pemberian prepusium dapat diretraksi spontan.
b. Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan
miksi pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan
sendirinya.
2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan
a. Perawatan rutin pra bedah.
1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman
atau bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.
2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan
sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta
menerpkan prinsip protektif.
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengkajian
1. Tanyakan biodata klien.
2. Kaji keadaan umum klien.
3. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan.
4. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya:
a) Kaji pola eliminasi
BAK:
1) Frekuensi
2) Jumlah
: Menurun.
3) Intensitas
c) Adanya inflamasi.
6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga
7. Kaji pasien saat pra dan post operasi
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
C. Intervensi Keperawatan
Pre Operasi
1. Diagnosa 1
Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
eliminasi urine lancar.
a) NOC
Kriteria Hasil
: Pengawasan urine
:
2. Diagnosa II
Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kecemasan pasien berkurang.
a) NOC
Kriteria Hasil
: Kontrol cemas
:
4) Tidur adekuat.
Keterangan skala:
1: tidak pernah menunjukkan
2: jarang menunjukkan
3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan
5: selalu menunjukkan
b) NIC
Intervensi
: Pengurangan Cemas
:
3. Diagnosa III
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
keluarga dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.
a) NOC
Kriteria hasil
Post operasi
1. Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang.
a) NOC
: kontrol nyeri
Kriteria hasil
: pain management
:
2. Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
: infection kontrol
:
3. Diagnosa III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
cairan terpenuhi.
a) NOC
Kriteria hasil
: fluid balance
:
: fluid management
:
D. Evaluasi
Pre Operasi
1. Diagnosa 1
Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan
SKALA
2. Diagnosa II
Cemas berhubungan dengan krisis situasional.
a) Tingkat kecemasan dalam batas normal.
d) Tidur adekuat.
3. Diagnosa III
Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.
a) Familiar dengan penyakit.
d) Mendeskripsikan komplikasi.
Post Operasi
1) Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.
a) Mengenali faktor penyebab.
2) Diagnosa II
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
3) Diagnosa III
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif
a) Mempertahankan urine output sesuai dengan