You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
Ketuban pecah prematur adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah prematur aterm adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan, pada atau setelah umur kehamilan 37 minggu. Pasien
dengan ketuban pecah prematur terdapat cairan yang merembes, vaginal
discharge, perdarahan pervaginam tetapi tidak ada kontraksi.
1
Pada kehamilan aterm sel mulai mati atau tidak beregenerasi lagi dan
enzim katabolik di aktifkan, misalnya kolagenase dan kekuatan mekanik
menyebabkan ketuban pecah. Pada ketuban pecah prematur preterm mungkin
teradi mekanisme yang sama dan aktifasi yang lebih awal dari alur ini.
!agaimanapun uga, timbulnya ketuban pecah prematur uga berhubungan
dengan proses patologis yang menyertai, yang paling sering adalah proses
inflamasi dan atau infeksi dari selaput ketuban. "aktor klinis yang berhubungan
dengan ketuban pecah premature preterm termasuk status sosial ekonomi, bodi
mass inde# yang rendah, merokok, riwayat persalinan prematur, infeksi saluran
kencing, cerclage, dan amniocentesis.
$

%elaput ketuban yang pecah di pastikan dengan memakai spekulum vagina
untuk memeriksa servik dan vagina. Keluarnya cairan dari dalam vagina atau
mengalirnya cairan dari servik, fernik yang berasal dari cairan ketuban di
periksa melalui mikroskop, dan alkali cairan ditentukan dengan kertas nitrazin
untuk memastikan diagnosa.
$
kontaminasi darah dari produksi lendir servik bisa membuat hasil dari
kertas nitrasin fals positiv. &ika sebagian besaar cairan telah dikeluarkan, pada
pemeriksaan '%( menunukkan kurangnya atau sangat sedikit cairan ketuban
pada uterus.
$
Pemeriksaan '%( untuk melihat amniotic fluid inde# ) *"+ , dan
pertumbuhan anin, yang digunakan untuk melanutkan penanganan ekspektant.
%aat oligohidramnion artinya *"+ kurang dari $ cm, dan ini di hubungkan
dengan korioamnionitis. Perhitungan sel darah putih tidak bisa memperkirakan
1
dan memantau.
$

Kebanyakan -. / pada kasus ketuban pecah prematur aterm dalam waktu
$0 am melahirkan spontan. Pertanyaan yang sering timbul apakah
persalinannya akan mengikuti persalinan spontan atau induksi persalinan.
!agaimanapun uga, resiko yang terbesar pada kehamilannya adalah infeksi
intrauterin. Keadian ini mendukung untuk dilakukan induksi persalinan, 1idak
dilakukannya penanganan ekpektant, yang menurunkan resiko korioamnioniti
tanpa peningkatan dilakukan persalinan saesar.
$
Penanganan konservatif beresiko infeksi pada ibu dan anin, dimana
meningkatkan angka saesar. oksitosin dan prostaglandin keduanya efektif
digunakan pada persalinan wanita dengan ketuban pecah premature )KKP,
aterm. waktu yang tepat untuk melakukan induksi masih kontroversial.
3
ika induksi dengan drip oksitosin +.2 pada wanita dengan servik yang
belum matang kemungkinan tidak bisa di induksi dan konsekuensinya kira 3
kira 3.40. / di operasi saesar dan tindakan ini memperlambat persalinan yang
meningkatkan resiko infeksi dari ibu dan aninnya.
3

5annah dan teman4$ melakukan studi pada 6.01 wanita dengan ketuban
pecah premature secara random yang diberi perlakuan induksi persalinan
dengan oksitosin +.2 atau prostaglandin 7$ gel vagina dibandingkan dengan
penanganan ekspektatif untuk dilihat 0 hari. !agaimanapun uga, induksi
dengan oksitosin memberikan hasil resiko lebih rendah, teradinya infeksi pada
ibu ketika dibandingkan dengan penanganan ekspektatif. 1ambahannya, wanita
dalam studi ini yang memakai induksi persalinan lebih menguntungkan dari
pada penanganan ekspektatif.
$
Pada kehamilan aterm, infeksi sering memberikan komplikasi yang serius
pada ibu dan aninnya yang disebabkan oleh ketuban pecah premature. 5al
yang terpenting penanganan yang tepat untuk ketuban pecah premature dengan
kehamilan aterm.
$
8esiko infeksi lebih kecil ika ketuban pecah prematur masih dalam waktu
$0 am pertama. Penanganan ekspektatif dan menunggu persalinan spontan bisa
di buat pertimbangan pada 1$4$0 am pertama ika memang menginginkan
$
penanganan ekspektatif.
$
Pemeriksaan dalam seharusnya di minimalkan sampai dimulainya
persalinan. !agaimanapun uga, letak anin harus di evaluasi untuk
menghindari terdapatnya malpresentasi anin. semua pasien dengan ketuban
pecah premature harus ke rumah sakit untuk menilai anin dalam keadaan baik.
$
8esiko pada anin dari penanganan ekspektatif ketuban pecah premature
diantaranya infeksi, %ulosio palasenta, fetal distres, dan kematian anin.
Kematian anin teradi kira4kira 1 / dari pasien dengan KPP yang mana
ditangani dengan cara ekspektatif.
$

BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Ketuban pecah premature pada kehamilan aterm adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum waktunya persalinan dan pada atau melebihi
kehamilan 37 minggu.
1
B. EPIDEMIOLOGI
Ketuban pecah premature teradi 941- / dalam kehamilan aterm.
Ketuban pecah premature teradi $ / didalam kehamilan premature.
1
C. ETIOLOGI
"aktor4faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban :
+nfeksi pada ibu hamil, baik sistemik ataupun lokal
(angguan gizi )defisiensi nutrisi berat ,
Kelainan anatomi ) contohnya inkompeten serviks ,
Kelainan letak
1rauma
*danya penyulit dalam kehamilan )5idramnion, hipertensi, ;<, hamil kembar,
perdarahan ante partum, dan sebagainya,
1indakan pembedahan pada servik sebelumnya, seperti biopsi cone
) conisasi , atau penahitan cerclage.
0
D. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSA
;ari anamnesis, geala yang dikeluhkan adalah keluarnya cairan dari
kemaluan. 1api bisa uga disebabkan hipersekresi dari liang senggama baik oleh
karena infeksi atau dilatasi dini dari serviks pada kasus inkompetensi serviks ataupun
discharge dari kandung kemih. Perlu uga ditanyakan
mengenai warna dan konsistensi dari cairan yang keluar, adanya lanugo dan verniks
kaseosa, berkurangnya ukuran uterus hamil dan makin mudahnya meraba tubuh anin
dalam kandungan pada pemeriksaan luar.
6
%elain itu, untuk menyingkirkan apakah telah teradi korioamnionitis
0
atau belum, maka dilakukan evaluasi apakah ditemui klinis adanya
lekositosis, demam )= 1..,0>" atau 3?@A,, takikardia baik pada ibu maupun
pada anin, rahim yang mengalami perubahan konsistensi menadi lebih lunak
dan didapatkan sekret yang keluar berbau. !ila didapatkan tanda4tanda
demikian maka cairan ketuban dilakukan pengecatan gram untuk mendeteksi
kumannya. 6
Pemeriksaan dengan Spekulum yang steril. <erupakan pemeriksaan akurat
dalam menegakkan diagnosa dan pemeriksaan ini dilakukan setelah selesai
pemeriksaan luar yang seksama. Pada pemeriksaan ini, cairan yang keluar dilakukan
tes dengan Nitrazine paper. 'ntuk membedakan apakah cairan tersebut merupakan
cairan ketuban atau merupakan sekresi vagina dengan melihat p5 melalui Nitrazine
test, dimana cairan ketuban bersifat alkalis )p5 737,6, sedangkan sekresi vagina
bersifat asam )p5 0,636,6,. 6
Periksa Dalam %ebaiknya dilakukan seminimal mungkin mengingat
resiko yang akan timbul bila terlalu sering dilakukan pemeriksaan. "rekwensi
pemeriksaan minimal tetapi efektif dan efesien. Bang didapatkan apakah ada
cairan dalam vagina atau apakah selaput ketuban masih ada atau sudah robek.
6
E. KOMPLIKASI
+nfeksi +ntra uterin
1ali pusat menumbung.
$
F. TERAPI
1anda4tanda vital ibu harus di pantau dengan baik dan dilanutkan dengan
monitoring awal anin untuk memastikan kondisi anin. 'ltrasonograpi untuk
mencatat umur kehamilan, berat anin, letak anin, dan amniotic fluid indek.
Pemeriksaan dalam harus dihindari, tetapi secara penglihatan inspeksi servik
dapat dengan akurat dilatasi servik.
$
1indakan awal adalah melakukan pengamatan denyut antung anin dan
kontraksi uterus ) $040? am ,, ini menentukan apakah pasien ini di terapi
dengan ekpektant. %elama penanganan ekpektatif pasien harus berada ditempat
6
tidur untuk istirahat. Karena istirahat ditempat tidur pada kehamilan
dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan teradinya trombosis vena.
<onitoring anin harus dilakukan sedikitnya satu kali sehari. 1anda4tanda vital
ibu tidak banyak dibutuhkan. 1akikardi dan demam adalah kedua tanda yang
mendukung dari korioamnionitis dan evaluasi secara seksama teradinya
infeksi di dalam cairan ketuban, yang mana dalam keadaan ini membutuhkan
antibiotik yang spectrum luas.
$
Cksitosin dan prostaglandin 7
$
keduanya efektif untuk induksi persalinan
pada kehamilan aterm. Pencatatan dan dosis oksitosin harus dipastikan dengan
baik. Cbat ini tidak mahal, dan diberikan pada pasien yang serviknya sudah
matang. Prostaglandin obat yang mungkin lebih baik pada wanita yang
serviknya belum matang. &ika pemeriksaan dalam di minimalkan dan
persalinan dipersiapkan dengan baik, maka angka infeksi ibu, anin dan
persalinan saesar bisa diminimalkan. studi oleh 5annah dan teman4teman
penanganan ekpektantif, untuk menunda induksi persalinan sampai dengan $0
am atau lebih setelah pecahnya ketuban. 1api kenyataannya menunda induksi
persalinan harus di tinggalkan karena berhubungan dengan peningkatan
frekuensi infeksi ibu dan anin.
9
;ilema yang ada adalah bagaimana penanganan terbaik pada pasien
dengan ketuban pecah premature dan servik matang siap untuk di induksi
persalinan. &ika induksi gagal dan kemungkinan disaesar yaitu 3.40. /, dan
lamanya kelahiran meningkatkan resiko infeksi pada ibu dan anak. %ebaliknya,
ika wanita diobservasi ekpektant menunggu servik matang dan persalinan
dimulai secara spontan, infeksi atau prolaps tali pusat bisa teradi. &ika Kondisi
ini teradi bisa meningkatkan persalinan saesar.
9

Kappy dan coworkers melaporkan banyak wanita dengan persalinan saesar
umlahnya berkurang ketika mereka memasuki persalinan spontan dari pada
menalani induksi persalinan segera. seawat saya dan saya memperlihatkan
penanganan ekpektant yang menghasilkan rendahnya frekuensi teradinya
saesar dan infeksi dalam kandungan dari pada dilakukan segera induksi
persalinan.
9
9
Danita yang masuk pada persalinan spontan diobservasi, baik pada ibu
dan aninnya. Danita tersebut di observasi pada $0 am pertama dan kemudian
dilakukan induksi persalinan bila servik sudah matang. Kemudian, Shalev dan
teman-teman melaporkan menunda persalinan spontan sampai dengan 7$ am
dan hasilnya tidak ada manfaat pada ibu atau anin dan tambah memperlama
waktu dan resiko infeksi tambah besar.
9
!eberapa penelitian melaporkan prostaglandin pervaginam dan endoservik
digunakan pada wanita KPP aterm dan servik yang belum matang.
Prostaglandin lebih bagus dari pada oksitosin karena dapat mematangkan
servik dan menginduksi persalinan.
9
5annah and coworkers melaporkan secara acak, prospective clinical
investigation adalah penelitian tentang ketuban pecah premature pada wanita
aterm. Eebih dari 6... wanita diambil secara acak pada 0 kelompok
penanganan yang berbeda : yang pertama diinduksi segera dengan oksitosin
atau prostaglandin 7
$
gel vagina, atau penanganan ekpektant diikuti dengan
induksi oksitosin atau prostaglandin gel ika persalinan tidak teradi pada 0 hari.
Danita dengan penanganan ekpektanti ) oksitosin , kelompok ini mendapat
tingginya frekuensi dari infeksi dari pada wanita dengan induksi dengan
oksitosin kelompok ini lebih sedikit untuk mendapatkan antibiotic untuk curiga
sepsis dari pada keduanya yaitu penanganan ekspektant atau induksi dengan
prostaglandin.
9
terapi medikamet!"a
Ati#i!tik
;i kebanyakan studi, penggunaan dari antibiotik mempunyai hubungan
dengan memperpanang kehamilan dan menurunkan kematian ibu dan anin.
$
Pada dua studi yang besar memperlihatkan keuntungan
penggunaan antibiotik pada KPP di 1he National Institute of Child Health and
Human Development - Maternal etal Medi!ine "nits #NICHD-MM"$. Pada
studi F+A5;, antiboiotik +.2 digunakan untuk 0? am ) yang digunakan
ampicilin $ g tiap 9 am dan eritromicin $6. mg tiap 9 am ,. Pasien dirumah
7
diberi terapi oral amoksilin $6. mg tiap ? am, erytromicin 3.. mg tiap ? am
sampai lengkap 7 hari pemberian antibiotic. hasilnya pada pemberian antibiotic
mengurangi angka kematian anin. Keadian korioamnionitis dan sepsis pada
anin, termasuk sepsis karena streptokokus group ! uga menurun.
$

Pada percobaan C8*AE7 digunakan eritromisin tunggal, amoksilin
clavanik asid tunggal, atau amoksilin clavunic acid didalam kombinasi dengan
erytromicin. 5asilnya menunukkan perbedaan yang tidak berarti yang
menunda persalinan dan kematian anin tidak menurun yang berarti. Penurunan
kebutuhan pemasukan oksigen dan hasil kultur darah bisa dibuktikan. Ketika
amoksilin cluvanik acid digunakan tunggal atau kombinasi dengan erytromicin
bisa meningkatkan resiko dari necrotik enterokolitis ) 1,- / vs ..6 / , pG....1
, telah ada.
$

Pada dasarnya pemakaian antibotik selama 7 hari, ini diusulkan oleh
NICHD-MM" study dari %PP, seharusnya regimen antibiotik digunakan pada
pasien dengan KPP dengan perawatan ekspektantif. Ketika antibiotik lain
digunakan sesuai indikasi, seperti infeksi saluran kencing, maka hindari
pemakaian dua antibiotik. Aontohnya, pasien yang sedang mendapat
pengobatan dengan sephalosporin untuk infeksi saluran kencing tidak perlu lagi
terapi penicillin. Pengobatan lebih dari 7 hari harus di hindari, itu tidak
membuat efektif dan bisa menadi resisten terhadap kuman tersebut.
$

K!rtik!"ter!id
Kortikosteroid dapat menurunkan resiko teradinya respiratory
distress syndrome, intraventricular hemorrhage dan necrotizing enterocolitis.
tanpa pningkatan resiko infeksi pada ibu dan anin. Karena kortiko steroid
efektif untuk menurunkan angka kecacatan dan kematian anin.
9
G. PROGNOSA
%ecara umum, prognosis baik setelah kehamilan 3$ minggu
sepanang tidak ada faktor komplikasi, kelainan kongenital atau penyakit paru
hipoplasia.
$
?
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
-
Fama : Fy. %etyo lusiandari
'mur : 36 tahun
*gama : islam
*lamat : Perum <akarya !inangun
Pendidikan : %E1*
Pekeraan : ibu 8umah 1angga
Fama %uami : 5ary %.
<asuk K ! : .?4.?4$..?
&am : 1?.0. D+!
II. STATUS PASIEN
a. Dikirim !$e% Da Ateata$ Care
dikirim oleh : pasien datang sendiri ke 2.K bersalin
antenatal care : 6 kali dipoli 8%'; sidoaro ) tidak ada penyulit
kehamilan ,
#. Stat&" Um&m
1ensi : 1$.H?. mm5g Fadi : ?. #Hmenit
88 : $1 #Hmenit %uhu 8ectal : 37
o
A
Aor : %1 %$ tunggal teratur Pulmo : 8honci 4 , Dheezing 3
7dema : ekstrimitas superior dan inferior 4
'. Stat&" O#"tetri

Eeopold 1 : 1"' 36 cm
Eeopold $ : Puka
Eeopold 3 : Kepala !elum <asuk P*P
;etak &antung &anin : positif ) 1$41$41$ ,
d. Ri(a)at Per"a$ia *a+ La$&
+. - bulan H %pt ! H 36.. gr H 8%'; H laki H 10 tahun
++. - bulan H %pt ! H 37.. gr H 8%'; H perempuan H 1. tahun
+++.5amil ini.
1.
<enikah 16 tahun
e. Lai,Lai
5P51 : $ 3 11 3 $..7
5PE : - 3 ? 3 $..?
%ekarang : 3-40. minggu
-. Ri(a)at Per"a$ia
Kala + : 1gl .74.?4$..? am .-.3. sudah ada his
1gl .?4.?4$..? am 16.3. ketuban pecah
1gl .?4.?4$..? am 16.3. keluar lendir
+. Pemerik"aa Da$am
Pembukaan : 1 ari sempit
7ff : 4
Presentasi : Kepala
;enominator : !agian terendah <asih tinggi
Panggul : 'P; normal
Ketuban : negatif
P% : kurang dari 6
%. Ke"imp&$a
;iagnosa Kehamilan : ( +++ P
$4$
3-H0. minggu 1H5, intrauteri, tak
inpartu, letak kepala, 1!& 39.. g.
Penyulit ibu : 4 Cbstetri 4444 KPP
4 non obstetri 4444 umur I 36 thn

.. Lem#ar O#"er/a"i
T+$ 0 Jam Pem#eria Caira ata& O#at Ketera+a
1"&%&2adi2te"i2D..3
11
?H?H.?J1?.3.
$....
-H-H.?444 .3.3.
.7.3.
11.3.
+n. *mo#an 1g +2
+n. *mo#an 1g +2
Kalmetason $ amp.
+n. *mo#an 1 g +2
; G 1$41$41$, %G39,7
1 G 11.H?. mmhg
;G1$41141$, %G39,9
;an seterusnya ; bagus
dan suhu uga baik
;, suhu dan tensi dbn.
;, suhu dan tensi dbn.
1G 1$.H7., %G37,9
k. Ha"i$ La#!rat!ri&m 1 Ta++a$ 45,45,6445 3
D!A ?,3 KHuE
5(! 1.,$ gHdE
PE1 139 KHuE
BAB I7
PERMASALAHAN
1$
;iagnosa Kehamilan : ( +++ P
$4$
3-H0. minggu 1H5, intrauteri,
tak inpartu, letak kepala, 1!& 39.. g.
Penyulit ibu : 4 Cbstetri 4444 KPP
4 non obstetri 4444 umur I 36 thn
Re'aa pera(ata pada "aat it& 8
F%1
+n. *mo#an 3 # 1 g ) +.2 ,
!ila 18 lebih dari 37,6 atau 1 # $0 am tak inpartu pro terminasi K ps
'sul A1A $ # 6. mg H 9 am sHd pslebih dari 6, bila ps lebih dari 6
pro C; 1$ am setelah A1A.
BAB 7
PEMBAHASAN
13
1indakan awal adalah melakukan pengamatan denyut antung anin dan
kontraksi uterus ) $040? am ,, ini menentukan apakah pasien ini di terapi
dengan ekpektant. selama penanganan ekpektatif pasien harus berada ditempat
tidur untuk istirahat. Karena istirahat ditempat tidur pada kehamilan
dihubungkan dengan peningkatan kemungkinan teradinya trombosis vena.
<onitoring anin harus dilakukan sedikitnya satu kali sehari. 1anda4tanda vital
ibu tidak banyak dibutuhkan. 1akikardi dan demam adalah kedua tanda yang
mendukung dari korioamnionitis dan evaluasi secara seksama teradinya
infeksi di dalam cairan ketuban, yang mana dalam keadaan ini membutuhkan
antibiotik yang spectrum luas.
$
Danita yang masuk pada persalinan spontan diobservasi, baik pada ibu
dan aninnya. Danita tersebut di observasi pada $0 am pertama dan kemudian
dilakukan induksi persalinan bila servik sudah matang. Kemudian, Shalev dan
teman-teman melaporkan menunda persalinan spontan sampai dengan 7$ am
dan hasilnya tidak ada manfaat pada ibu atau anin dan tambah memperlama
waktu dan resiko infeksi tambah besar.
9
studi oleh 5annah dan teman4teman penanganan ekpektantif, untuk
menunda induksi persalinan sampai dengan $0 am atau lebih setelah pecahnya
ketuban. 1api kenyataannya menunda induksi persalinan harus di tinggalkan
karena berhubungan dengan peningkatan frekuensi infeksi ibu dan anin.
9
8esiko infeksi lebih kecil ika ketuban pecah prematur masih dalam waktu
$0 am pertama. Penanganan ekspektatif dan menunggu persalinan spontan bisa
di buat pertimbangan pada 1$4$0 am pertama ika memang menginginkan
penanganan ekspektatif.
$
!eberapa penelitian melaporkan prostaglandin pervaginam dan endoservik
digunakan pada wanita KPP aterm dan servik yang belum matang.
Prostaglandin lebih bagus dari pada oksitosin karena dapat mematangkan
servik dan menginduksi persalinan.
9
5annah and coworkers melaporkan secara acak, prospective clinical
investigation adalah penelitian tentang ketuban pecah premature pada wanita
aterm. Eebih dari 6... wanita diambil secara acak pada 0 kelompok
10
penanganan yang berbeda : yang pertama diinduksi segera dengan oksitosin
atau prostaglandin 7
$
gel vagina, atau penanganan ekpektant diikuti dengan
induksi oksitosin atau prostaglandin gel ika persalinan tidak teradi pada 0 hari.
Danita dengan penanganan ekpektanti ) oksitosin , kelompok ini mendapat
tingginya frekuensi dari infeksi dari pada wanita dengan induksi dengan
oksitosin kelompok ini lebih sedikit untuk mendapatkan antibiotic untuk curiga
sepsis dari pada keduanya yaitu penanganan ekspektant atau induksi dengan
prostaglandin.
9
Pada dua studi yang besar memperlihatkan keuntungan penggunaan
antibiotik pada KPP di 1he National Institute of Child Health and Human
Development - Maternal etal Medi!ine "nits #NICHD-MM"$. Pada studi
F+A5;, antiboiotik +.2 digunakan untuk 0? am ) yang digunakan ampicilin $
g tiap 9 am dan eritromicin $6. mg tiap 9 am ,. Pasien dirumah diberi terapi
oral amoksilin $6. mg iap ? am, erytromicin 3.. mg tiap ? am sampai
lengkap 7 hari pemberian antibiotic. hasilnya pada pemberian antibiotic
mengurangi angka kematian anin. Keadian korioamnionitis dan sepsis pada
anin, termasuk sepsis karena streptokokus group ! uga menurun.
$

BAB 7I
RINGKASAN
16
Ketuban pecah premature pada kehamilan aterm adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum waktunya persalinan dan pada atau melebihi
kehamilan 37 minggu.
Ketuban pecah premature teradi 941- / dalam kehamilan aterm.
Ketuban pecah premature teradi $ / didalam kehamilan premature.
"aktor4faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban :
+nfeksi genital atau uterus, yang tergolong penyakit menular
seksual ) %1; ,, 1erlalu regangnya selaput ketuban, yang biasanya
teradi pada gameli atau hidramnion, 1rauma , <erokok, 1indakan
pembedahan pada servik sebelumnya, seperti biopsi cone ) conisasi ,
atau penahitan cerclage.
;iagnosa dari ketuban pecah premature adalah melalui anamnesa
riwayat sebelumnya, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium
tertentu.
Komplikasi pada ketuban pecah prematur adalah : infeksi intrauterin
dan tali pusat menumbung
'ntuk terapinya sendiri menurut urnal yang kami dapat lebih memilih
induksi persalinan dari pada menunggu persalinan spontan atau
ekspektant.
%ecara umum, prognosis baik setelah kehamilan 3$ minggu sepanang
tidak ada faktor komplikasi, kelainan kongenital atau penyakit paru
hipoplasia.
BAB 7II
DAFTAR PUSTAKA
19
1. 5ayley willacy, Premature rupture of membranes, in ournal patient 'K 1he
%ame 5ealth +mformation,P:149.$..7
$. *llahyar &azayeri, Premature rupture of membranes, in ournal 7medicine from
web <;, PL 14?.$..9
3. Ahaudhuri %nehamay, Premature rupture of membranes at term, in the ournal of
obstetric and gynecology of +ndia,PL146. $..9
0. *lison <.%tuebe, Premature rupture of membranes, in Penn obstetricHgynecology
Aare, P:14$. $..6
6. 1anya <.<edina, preterm premature rupture of membrane, in * Peer 8eviewed
ournal of the *merican academy of family physician,PL 14- . $..9
9. Patrick ;uff, Premature rupture of membranes at term, in the Few 7ngland
&ournal Cf medicine, P:140.1---
17

You might also like