Crashana Siregar I1A008072 Perencanaan pasien Premedikasi Jenis anestesi Evaluasi Managemen intraoperatif Managemen postoperatif EVALUASI PASIEN PREOPERATIF ANESTHETIC PLAN
pasien alat obat prosedur 4 Preoperative evaluation 1. Penyakit yang diderita dan akan di lakukan penatalaksanaan sekarang
2. Masalah atau penyakit penyerta yang diderita
3. Riwayat medis sebelumnya Allergi Drug intolerances Penggunaan obat rutin baik herbal maupun kimia Alcohol Merokok atau tidak
4. Riwayat operasi sebelumnya, penggunan obat anastesi, riwayat kehamilan dan nyeri yang pernah diderita
5. Riwayat penyakit atau kelainan bawaan 6. Review of organ systems General (including activity level) Respiratory Cardiovascular Renal Gastrointestinal Hematological Neurological Endocrine Psychiatric Orthopedic Musculoskeletal Dermatological 7. Last oral intake
5 Anamnesis Keadaan umum Tampak sakit ringan, sedang, atau berat Penampilan dari pasien tersebut Kesadaran Aktifitas fisik yang tampak
6 Pemeriksaan fisik Tanda vital Tekanan darah Sistol tidak boleh 160 mmhg Diastol 110 mmhg Nadi : 60-120 kali permenit Respiratory rate : 12-22 kali permenit Suhu : 36,5- 37,5 7 Pemeriksaan fisik umum paru Jantung Inspeksi: gerak nafas, retraksi intercostal, Palpasi: krepitasi, benjolan, nyeri, Perkusi: redup, pekak, cairan, massa, Auskultasi: Rh, Wh,
Inspeksi: ictus cordis, Palpasi : apex jantung, nyeri Perkusi: batas jantung Auskultasi: bunyi jantung, mitral auskultasi, regurgutasi Abdomen, bladder Px neurologis & muskul0skletal Inspkesi: distensi, datar, edem, urine Palpasi: nyeri tekan, massa< Perkusi: timpani, batas organ dalam Aukultasi: bunyi usus, Pemeriksaan saraf kranialis n. I-XII Pemeriksaan kekuatan otot Refleks fisiologis dan patologi: refleks patella, refleks trisep Hemoglobin & Hematokrit - wanita menstruasi - pasien di atas 60 tahun - pasien dgn kemungkinan perdarahan banyak Serum glukosa & kreatinin EKG >40 tahun X Foto thoraks > 60 tahun LABORATORIUM 1 = Pasien sehat 2 = Pasien dengan kelainan sistemik ringan 3 = Pasien dengan kelainan sistemik moderat sampai berat, dengan keterbatasan fungsi 4 = Pasien dengan kelainan sistemik berat dengan kelainan yang mengancam jiwa 5 = Pasien yang tidak diharapkan hidup dalam 24 jam dengan atau tanpa pembedahan 6 = Pasien brain dead
E = ditambahkan bila statusnya emergency KLASIFIKASI ASA Tekanan darah
Faktor resiko hipertensi Age >55 yr (male); >65 yr (female) Smoking Hypercholesterolaemia >6.5 mmol litre1 Diabetes Family history of cardiovascular events
P Foex DPhil FRCA, JW Sear. The surgical hypertensive patient. Continuing Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain | Volume 4 Number 5 2004 12 The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, August 2004 Klasifikasi Mallampati :pemeriksaan subjektif untuk mengetahui kemudahan dalam melakukan intubasi dalam menjaga airway Class I: Faucial pillars, soft palate and uvula. Class II: Faucial pillars and soft palate. Uvula is masked by the tongue base. Class III: Only soft palate is visible Class IV: Only hard palate is visible Kelas 1 paling mudah dalam penjagaan intubasi, kelas 4 paling susah penjagaan airway 13 Penilaian jalan nafas Laboratorium Darah rutin HB :
10g/dl untuk operasi, jika kurang tansfusi PRC sampai mencapai target. Leukosit
INTRAOPERATIF Pengecekan mesin anestesi Reevaluasi pasien yg akan dilakukan anestesi REKAM MEDIS INTRAOPERATIF Penulisan hasil laboratorium yg baru (kalau ada) Pengecekan informed consent Waktu pemberian, dosis & rute pemberian obat Monitoring intraoperatif (kehilangan darah, produksi urin) Pemberian cairan intravena Penggunaan teknik anestesia Kejadian-kejadian penting selama operasi Komplikasi yg timbul selama operasi Kondisi pasien setelah operasi selesai REKAM MEDIS POST OPERATIF Perawatan pasien di Post Anesthesia Care Unit (PACU) Pengawasan tanda vital Komplikasi yang berkaitan dengan anestesi REKAM MEDIS Intraoperative anesthesia record. It functions as a useful intraoperative monitor, a reference for future anesthetics for that patient, and a tool for quality assurance. This record should be as pertinent and accurate as possible 21 Tujuan : mengurangi rasa cemas menjelang pembedahan, memperlancar induksi, mengurangi ke gawatan akibat anastesia, mengurangi efek hipersalivasi, bradikardia, dan muntah 5 golongan: Analgesik narkotik Sedatif barbiturat Benzidiazepin Antikolinergik neuroleptik premedikasi Analgesik narkotik: Morfin, fentanyl Keuntungan: nyeri pasca bedah berkurang, mual muntah(<), Kerugian: depresi kardiovaskuler, waktu pemulihan lebih lama Barbiturat Menimbulkan sedasi, jarang mual muntah, Pentobarbital oral maupun im Dosis 1 mg/kgBB pada anak diatas 6 bulan 100-150 mg utk dewasa Benzodiazepin Lebih dianjurkan, amnesia retrograd, menyebabkan tidur, sedikit mendepresi nafas, Lorazepam: 0.05mg/kgBB midazolam Neuroleptik Megurangi rasa mual dan muntah Sedasi lebih bagus Menimbulkan efek hipotensi dan takikardi Mayor transquilezier CPZ Antimuskarinik Mengurangi dan mencegah hipersekresi kelenjar ludah dan bronkus Atropine 0.02 mg/kgBB
Monitoring selama operasi Non-Invasif Invasif Sirkulasi Di lakukan dengan tanpa alat, stetoskop, oksimetri denyut, Kapnometri Ventilasi Biasanya di lakukan pada bayi dan anak Suhu tubuh Oksigenasi Monitoring POST ANESTHESIA CARE UNIT Pendahuluan PACU Meminimalkan kematian pasien post OP Jarak dekat dengan ruang operasi dan fasilitas perawatan khusus
Ruang terbuka
Ruangan yang besar & pencahayaan baik
Terdapat saluran keluar penghubung elektrik (O2, Udara, dan suction) Design PACU
Pulse oximetry (SpO 2 ) Ectrocardiogram (ECG) Blood pressure (NIBP) monitors Selimut penghangat Kereta dorong Saluran elektrik : O2, suction Minor set Infus set dan syringe pump DC shock
Perlengkapan Bangun dari Anestesi Perlahan dan bertahan, pasien mengalami stress fisiologis Waspada : Obtruksi jalan nafas, mengigil, nyeri, mual dan muntah, hipotermi, agitasi, gelisah. Hati-hati pada pasien spinal/ epidural dapat menyebabk an TD menurun Pasien dengan keadaan tersedasi atau hemodinamik tidak stabil pada regional anestesi harus diberikan oksigen
Yang harus diperhatikan pada Anestesi regional : Tingkat sensoris dan motorik secara bertahap Tekanan darah Kateter urine Anestesi Regional Pemindahan dari Ruang Operasi Pindah ke RR : stabil, jalan nafas terjaga, ventilasi adekuat, oksigen dan hemodinam ik stabil Berikan O2 selama pemindahan pada pasien dgn resiko hipoksia (SpO2 <90) Pasien tidak stabil harus dalam intubasi dan dipindahkan dengan disertai monitor dan persediaan obat emergenci Posisikan pasien dengan baik : posisi trendelenbru g atau posisi kepala diatas Posisi lateral berguna untuk pasien dengan resiko muntah atau perdarahan jalan nafas atas seperti tonsilektomi , Kriteria minimal untuk memindahkan pasien : 1.Mudah bergerak 2.Sadar penuh 3.Dapat mempertahankan jalan nafas 4.Tanda vital stabil selama 15-30 menit 5.Mampu minta tolong bila perlu 6.Tidak ada komplikasi operasi secara nyata (pendarahan yang aktif) Yang paling dibutuhkan : - Mengontrol nyeri postoperatif - Mengontol mual dan muntah - Mengembalikan suhu normal Untuk anestesi regional diperlukan juga kembalinya sensoris dan motorik Kriteria pemindahan (PACU)
39 Kontrol Nyeri Nyeri ringan sedang Oral : Acetaminopen + codein, hydrocodone, oxycodone Dengan IV : - Butorphanol 1-2 mg, Nalbupine 5-10 mg (opiod agonis-antagonis) - Ketorolak tromethamine 30 mg
Nyeri sedang sampai berat Parenteral atau intraspinal opioid Regional anestesi Blok saraf Kateter Epidural Opioid yang sering digunakan termasuk yang sedang dan yang panjang durasinya : Meperedine 10-20mg Hidromorphone 0,25-0,5mg Morphin 2-4m Obat yang digunakan dalam epidural : Fentanyl 50-100g Sufentanil 20-30gMorphin3-5mg dimonitor dalm 12-24 jam
Gelisah Etiologi Nyeri Gangguan sistemik (hipoksia, asidosis, hipotensi) Distensi kantung kemih Komplikasi operasi (mis. Pendarahan abdominal) Lainnya : Preoperatif anxietas, efek obat Terapi -Prostigmin 1-2mg iv (0,05mg/kgBB untuk anak) efektif untuk delirium akibat atropin dan scopolamin
- Sedasi sedang iv, midazolam 0,5-1mg (0,5mg/kgBB untuk anak) dapat digunakan untuk kegelisahan yang lama
Mual-Muntah Etiologi - Obat anestesi (opioid) - Jenis tindakan operasi ( operasi intraperitoneal, operasi strabismus) - Faktor pasien ( wanita muda, menstruasi, riwayat merokok ) - Penggunaan propofol dapat menurunkan kejadian mual dan muntah
Terapi - Serotonin rereptor 3 antagonis : Ondansetron 4mg (0,1 mg/kgBB dosis anak) Granisetron 0,01-0,04mg/kgBB Dolasetron 12,5mg (0,035mg dosis anak) -Metoclopramid 0,15mg/kgBB kurang efektif -Transdermal scopolamin -Dexametason 4-10mg (0,10mg dosis anak) + anti muntah untuk kasus yang berat -Droperidol 0,625-1,25mg (0,05-0,075mg/kgBB dosis anak)
Lain-lain -Hidrasi yang adekuat (20ml/kgBB) setelah puasa -Akupuntur di titik P6 dipergelangan tangan
Menggigil dan Hipotermi Etiologi Hipotermi Obat anestesi Setelah melahirkan Suhu dalam kamar operasi Luasnya luka operasi Cairan dingin yang diberikan
Terapi Lampu atau selimut hangat Meperidipine 10-50mg dosi kecil iv
43 Obstruksi Jalan Napas Komplikasi Post OP Etiologi 1. lidah yang jatuh kebelakang 2. Laringospasme 3. odem pita suara 4. Sekret 5. Muntahan Obtruksi jalan nafas partial
Laringospasme Tanda : suara pernafasan dengan nada tinggi /tidak ada sama sekali spasme pita suara adanya darah atau sekret dalam jalan nafas. Terapi : Jaw thrust Succinylcholine 10-20 mg dan tekanan positif ventilasi dengan O2 100%
Edema glottis Terjadi pada bayi atau anak kecil Terapin : Dexamethason 0,5mg/kgBB atau epinephrine spay 0,5 ml 2,25% dengan 3 ml normal saline.
44 Hipoventilasi Komplikasi Post OP Definisi : PaCO2 > 45 mmHg
Gejala klinis : 1. PaCO2 > 60mmHg, Ph < 7,25 2. Somnolene 3. Obstruksi jalan nafas 4. RR turun 5. Takipnea dengan napas dangkal dan susah 6. Takhikardi dan hipertensi ( ringan atau sedang pernafasan asidosis) Etiologi 1. Opioid : RR turun dengan volume tidal yang besar 2. Overdosis, hypotermi, interaksi obat, berubahnya faktor metabolik farmakokinetik 3. Nyeri dan kelainan fungsi diafragma 4. Distensi Abdomen-kompartemen sindrom Terapi 1. Kontrol ventilasi 2. Depresi sirkulasi dan asidosis berat indikasi untuk inkubasi 3. Naloxon (opioid antagonis) hati-hati akan terjadi renarcotization 4. Cholinesterasi inhibitor (Paralisis otot residual) 5. Kontrol nyeri dengan Analgetik Opioid (iv atau intraspinal) epidural anestesi atau intercostal nerve blok
Hipoksemia Komplikasi post OP Ringan
Ringan-sedang (PaO2 50-60 mmHg) Akibat kurang masuknya O2 saat hampir sadar
Dicurigai dari: gelisah, takhikardi, tanda lanjut yang terjadi bradikardi, hipotensi dan cardiac arrest Penyebabnya: Hipoventilasi Terapi : - 30-60% O2 dengan atau tanpa tekanan positif dapat mencegah hipoksia dengan hipoventilasi sedang dan hiperkapnia.
Berat Terapi: Berikan O2 100% dengan nonbreathing mask atau ETT,ventilasi dapat digunakan bila perlu Paling sering yang terjadi : - Hipotensi - Hipertensi - Aritmia Komplikasi - Sirkulasi