You are on page 1of 22

Landasan terhadap lingkungan

Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa
lingkungan hidup yang baik dan sehat
merupakan hak asasi dan hak konstitusional
bagi setiap warga negara Indonesia.
Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan
seluruh pemangku kepentingan
berkewajiban untuk melakukan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup dalam
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan
agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap
menjadi sumber dan penunjang hidup bagi
rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain
Indonesia juga berada pada posisi yang
sangat rentan terhadap dampak
perubahan iklim.
Dampak tersebut meliputi turunnya
produksi pangan, terganggunya
ketersediaan air, tersebarnya hama dan
penyakit tanaman serta penyakit
manusia, naiknya permukaan laut,
tenggelamnya pulau-pulau kecil, dan
punahnya keanekaragaman hayati
Ketersediaan sumber daya alam secara
kuantitas ataupun kualitas tidak merata,
sedangkan kegiatan pembangunan
membutuhkan sumber daya alam yang
semakin meningkat.
Kegiatan pembangunan juga
mengandung risiko terjadinya
pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Kondisi ini dapat mengakibatkan daya
dukung, daya tampung, dan produktivitas
lingkungan hidup menurun yang pada
akhirnya menjadi beban sosial.
lingkungan hidup Indonesia harus
dilindungi dan dikelola dengan baik
berdasarkan asas tanggung jawab negara,
asas keberlanjutan, dan asas keadilan.
Selain itu, pengelolaan lingkungan hidup
harus dapat memberikan kemanfaatan
ekonomi, sosial, dan budaya yang
dilakukan berdasarkan prinsip kehati-
hatian, demokrasi lingkungan,
desentralisasi, serta pengakuan dan
penghargaan terhadap kearifan lokal dan
kearifan lingkungan
Indonesia mengandalkan kontribusi dalam
menyumbang pertumbuhan ekonomi dan
sumber devisa serta modal pembangunan
terbesar dari sumberdaya alam.
sumberdaya alam mempunyai peranan
penting dalam perekonomian Indonesia
baik pada masa lalu, saat ini maupun
masa mendatang.
ANALISA LINGKUNGAN HIDUP
Indonesia mempunyai hutan tropis dunia sebesar
10 persen.
Sekitar 12% keadaan hutan di Indonesia yang
merupakan bagian dari jumlah binatang yang
tergolong jenis mamalia,
16% persen merupakan bagian dari spesies
amphibi dan binatang sejenis reptil dan 25% dari
bagian spesies sejenis burung dan sekitar 1.519
merupakan bagian dari spesies burung. Sisanya
merupakan endemik yang hanya dapat ditemui
didaerah tersebut.
Penyusutan luas hutan alam yang merupakan asli
Indonesia mengalami kecepatan menurunan yang
cukup memprihatinkan.
Menurut World Resource Institute (1997),
hingga saat ini hutan asli Indonesia. Selama
periode 1985-1997 kerusakan hutan
mencapai 1,6 juta hektar per tahun. Pada
periode 1997-2000 bertambah menjadi 3,8
juta hektar per tahun.
Berdasarkan pada hasil penelitian citra
landsat pada tahun 2000 terdapat 101,73 juta
hektar hutan dan lahan mengalami kerusakan
yang cukup serius. Diantaranya, hutan seluas
59,62 juta hektar berada dalam kawasan
hutan (Badan Planologi Dephut,2003).
Menurut data yang diperoleh dari Bakornas
Penanggulangan Bencana pada tahun 2003,
bencana yang terjadi selama tahun 1998
hingga pertengahan 2003 data yang didapat
menunjukan telah terjadi 647 bencana dengan
2022 korban jiwa dan mengalami kerugian
milyaran rupiah dengan 85% merupakan
bencana banjir dan longsor.
Persoalan lingkungan pra 2009
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang
lingkungan hidup dianggap tidak mampu
mengatasi persoalan lingkunagn
Pemahaman masyarakat tentang undang-undang
lingkungan hidup masih lemah. Survei yang
dilakukan Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia
(IALHI) pada tahun 2009 tersebut menunjukkan
bahwa tingkat pemahaman masyarakat Indonesia
terhadap Undang-undang Lingkungan Hidup
sangat rendah
Penegakan hukum lingkungan terhadap
pelanggaran undang-undang dirasakan lemah
Ego sektoral daerah akibat pemberlakuan otonomi
daerah sehingga persoalan lingkungan tidak
diperhatikan oleh pemerintah daerah

Persoalan lingkungan pra 2009
Pendanaan yang sangat minim baik
ditingkat pusat maupun di daerah dalam
persoalan monitoring lingkungan.
Peran masyarakat yang tidak jelas
bahkan cendrung diabaikan. Masyarakat
yang mengadukan pelanggaran kembali
diancam dengan pidana oleh pihak yang
dilaporkan.
Undang-Undang No 32 tahun 2009
Terjadi perubahan mendasar terhadap
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dengan memasuki wilayah perencanaan, dengan
memunculkan instrumen wajib Rencana
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(RPPLH), Kajian Lingkungan Hidup Strategis dan
Tata Ruang.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
meliputi:
a. perencanaan;
b. pemanfaatan;
c. pengendalian;
d. pemeliharaan;
e. pengawasan; dan
f. penegakan hukum
TUGAS & WEWENANG
PEMERINTAH :
Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, Pemerintah bertugas dan berwenang:
menetapkan kebijakan nasional;
menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH nasional;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai KLHS;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL;
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH (2)
mengembangkan standar kerja sama;
mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;
menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam nasional dan emisi gas rumah
kaca;
mengembangkan standar kerja sama;
mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup;
TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH (3)
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai sumber daya alam hayati dan
nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber
daya genetik, dan keamanan hayati produk
rekayasa genetik;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pengendalian dampak perubahan
iklim dan perlindungan lapisan ozon;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai B3, limbah, serta limbah B3;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai perlindungan lingkungan laut;

TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH (4)
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas batas negara;
melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan nasional,
peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah;
melakukan pembinaan dan pengawasan
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang-undangan;
mengembangkan dan menerapkan instrumen
lingkungan hidup;
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja sama
dan penyelesaian perselisihan antardaerah
serta penyelesaian sengketa;
TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH (5)
mengembangkan dan melaksanakan kebijakan
pengelolaan pengaduan masyarakat;
menetapkan standar pelayanan minimal;
menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat,
kearifan lokal, dan hak masyarakat hukum adat
yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
mengelola informasi lingkungan hidup nasional;
mengoordinasikan, mengembangkan, dan
menyosialisasikan pemanfaatan teknologi ramah
lingkungan hidup;

TUGAS DAN WEWENANG
PEMERINTAH (6)
memberikan pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan;
mengembangkan sarana dan standar
laboratorium lingkungan hidup;
menerbitkan izin lingkungan;
menetapkan wilayah ekoregion; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan

pemerintah provinsi
Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah provinsi
bertugas dan berwenang:
menetapkan kebijakan tingkat provinsi;
menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat
provinsi;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH provinsi;
menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai amdal dan UKL-UPL;
menyelenggarakan inventarisasi sumber daya
alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
provinsi;
mengembangkan dan melaksanakan kerja
sama dan kemitraan;
mengoordinasikan dan melaksanakan
pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup lintas kabupaten/kota;
melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan
daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota;
melakukan pembinaan dan pengawasan
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan terhadap ketentuan perizinan
lingkungan dan peraturan perundang-
undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;

mengembangkan dan menerapkan
instrumen lingkungan hidup;
mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja
sama dan penyelesaian perselisihan
antarkabupaten/antarkota serta
penyelesaian sengketa;
melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan
pengawasan kepada kabupaten/kota di
bidang program dan kegiatan;
melaksanakan standar pelayanan minimal;
menetapkan kebijakan mengenai tata cara
pengakuan keberadaan masyarakat hukum
adat, kearifan lokal, dan hak masyarakat
hukum adat yang terkait dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup pada tingkat provinsi;
mengelola informasi lingkungan hidup
tingkat provinsi;
mengembangkan dan menyosialisasikan
pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
hidup;
memberikan pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan;
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat
provinsi; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan
hidup pada tingkat provinsi.

pemerintah kabupaten/kota
Dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, pemerintah
kabupaten/kota bertugas dan berwenang:

menetapkan kebijakan tingkat
kabupaten/kota;
menetapkan dan melaksanakan KLHS
tingkat kabupaten/kota;
menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai RPPLH
kabupaten/kota;
menetapkan dan melaksanakan
kebijakan mengenai amdal dan UKL-
UPL;
menyelenggarakan inventarisasi sumber
daya alam dan emisi gas rumah kaca
pada tingkat kabupaten/kota;
mengembangkan dan melaksanakan
kerja sama dan kemitraan;
mengembangkan dan menerapkan
instrumen lingkungan hidup;
memfasilitasi penyelesaian sengketa;
melakukan pembinaan dan pengawasan
ketaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan terhadap ketentuan
perizinan lingkungan dan peraturan
perundang-undangan;
melaksanakan standar pelayanan minimal;
melaksanakan kebijakan mengenai tata
cara pengakuan keberadaan masyarakat
hukum adat, kearifan lokal, dan hak
masyarakat hukum adat yang terkait
dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pada tingkat
kabupaten/kota;
mengelola informasi lingkungan hidup
tingkat kabupaten/kota;
mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan sistem informasi lingkungan
hidup tingkat kabupaten/kota;
memberikan pendidikan, pelatihan,
pembinaan, dan penghargaan;
menerbitkan izin lingkungan pada tingkat
kabupaten/kota; dan
melakukan penegakan hukum lingkungan
hidup pada tingkat kabupaten/kota.

Peran Masyarakat
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan
seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
Peran masyarakat dilakukan untuk :
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial;
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam
rangka pelestarian lingkungan hidup.
SANKSI
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Sanksi administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.
Penyelesaian sengketa
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup dapat ditempuh melalui
pengadilan atau di luar pengadilan.
Pilihan penyelesaian sengketa lingkungan hidup dilakukan secara suka
rela oleh para pihak yang bersengketa.
Gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila upaya
penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dipilih dinyatakan tidak
berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dilakukan
untuk mencapai kesepakatan mengenai:
a. bentuk dan besarnya ganti rugi;
b. tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan;
c. tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya
pencemaran dan/atau perusakan; dan/atau
d. tindakan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku terhadap tindak
pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan dapat
digunakan jasa mediator dan/atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
Strategi Implementasi UU
PPLH
Mensosialisasikan UU No 32 Tahun
2009
Pemerintah dengan segera dapat
mengeluarkan Peraturan pemerintah
dan Peraturan menteri dari UU No 32
tahun 2009.
Peran serta masyarakat untuk turut
serta mensosialisasilakn dan
mengawasi terhadap pelanggaran
undang-undang No 32 Tahun 2009
mutlak diperlukan

You might also like