You are on page 1of 4

Mekanisme toksisitas TCA terhadap jantung Terjadi karena efek antikolinergik pada hati dan

penekanan pada miokardial. TCA dan antikolinergik lainnya memblok saraf vagus yang akan
melepaskan asetilkolin yang akan mengurangi detak jantung.
Penanganan keracunan obat golongan TCA (Tricyclic Antidepresant)
a.Monitoring terhadap jantung dan pernafasan.
b.Pemberian fisostigmin yang dapat menghasilkan bradichardia dan asistol.
c.Pemberian fenitoin untuk penanganan keracunan TCA yang menimbulkan aritmia jantung.
d.Pemberian dobutamin atau dopamin guna menghasilkan perbaikan pada hipotensi.
e.Untuk mengurangi efek hipertemia dapat dilakukan pengompresan dengan menggunakan air
es.
Mekanisme toksisitas obat golongan organofosfat
Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel
darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara normal menghidrolisis asetilkolin
menjadi asetat dan kholin. Pada saat enzim dihambat,mengakibatkan jumlah asetilkolin
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada sistem saraf pusat dan
perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada
seluruh bagian tubuh. Penghambatan kerja enzim terjadi karena organofosfat melakukan
fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil.Gejala keracunan organofosfat
Muskarinik
a.Salivasi, lacrimasi, urinasi, dan diare (SLUD)
b.Kejang perut
c. Nausea dan vomitus
d.Bradicardia
e.Miosis
f.Berkeringat
Nikotinik
a.Pegal-pegal, lemah
b.Tremor
c.Paralysis
d.Dyspnea
e.Tachicardia
Sistem saraf pusat
a.Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
b.Sakit kepala
c.Emosi tidak stabil
d.Bicara terbata-bata
e.Kelemahan umum
f.Convulsi
g.Depresi respirasi dan gangguan jantuung
h.Koma
Penanganan keracunan organofosfat
a.Pemberian asupan oksigen (menjaga sistem pernafasan)
b.Mengurangi sekresi broncus (penyedot)
c.Secara ingesti (termakan)
1)Ipeka untuk merangsang muntah
2) Gastric lavage
3)Pemberian karbon aktif
d.Bila terpapar melalui kulit Dicuci, menggunakan sarung tangan, tempat diisolasi.

Mekanisme toksisitas obat golongan NSAID terhadap saluran pencernaan Obat-obat NSAID
yang non-selektif dan tradisional dapat menyebabkan kerusakan padamukosa lambung. NSAID
dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan akibatinhibisi pada prostaglandin,
berhubungan dengan inhibisi proses fosforilasi oksidatif dimitokondria, inhibisi pada enzim
fosforilase, dan / atau aktivasi dari proses apoptosis.Dengan penurunan metabolisme dari asam
arakidonat melalui jalur siklooksigenase pada pengguna NSAID, metabolisme asam arakidonat
beralih pada jalur alternatif lain yaitu jalur lipo-oksigenase, dan akan berakibat terjadinya
peningkatan produksi leukotrien.Prostaglandin disintesis dari asam lemak esensial, dan
konsentrasi tertingginya terdapatdi mukosa saluran cerna. Pembentukan prostaglandin yang
berkelanjutan oleh mukosalambung dan usus memperlihatkan suatu proses fisiologik yang
dibutuhkan untukmempertahankan integritas selular dari mukosa saluran cerna. Hampir semua
mekanisme pertahanan mukosa lambung dirangsang dan / atau difasilitasi oleh adanya
prostaglandin.Prostaglandin dapat menghambat sekeresi asam, merangsang sekresi mukus,
bikarbonat,dan sekresi fosfolipid, meningkatkan aliran darah mukosa dan
mempercepat pembentukan epitel dan penyembuhan mukosa lambung. Sebagai kesimpulan,
kerusakanmukosa lambung akibat NSAID adalah terjadi akibat inhibisi pada
pembentukan prostaglandin dan induksi dari hipermotilitas lambung dan gangguan
mikrovaskulerdikaitkan dengan defisiensi prostaglandin yang disebabkan oleh karena inhibisi
enzimsiklooksigenase-1 yang menyebabkan pengurangan prostaglandin
akibat penggunaan NSAID. Kurangnya prostaglandin membuat sekresi asam meningkat di
lambung.

Gejala toksisitas obat golongan NSAIDa.

Mual dan muntah b.

Diarec.

Pendarahan lambungd.

Dispepsiae.

HipertensiPenanganan keracunan obat golongan NSAIDkeracunan akut karena obat anti-
inflamasi nonsteroid terdiri terutama dari tindakansuportif dan simptomatik. Tindakan
yang harus diambil bila terjadi overdosis adalahsebagai berikut : cegah penyerapan sesegera
mungkin dengan bilas lambung dan pemberian zat arang aktif. Pengobatan supportif dan
simptomatik harus dilakukan untukkomplikasi seperti hipotensi, gagal ginjal, konvulsi, iritasi
saluran pencernaan dandepresi pernafasan.Pengobatan spesifik seperti diuresis paksa, dialisis
atau hemoperfusi kemungkinan dapatmenolong dalam menghilangkan obat anti-inflamasi
nonsteroid, karena tingkat pengikatannya dengan protein yang tinggi dan metabolismenya yang
ekstensif. karbamatM e k a n i s m e t o k s i s i t a s d a r i
k a r b a m a t a d a l a h s a m a d e n g a n
o r g a n o f o s f a t , d i m a n a e n z i m a c h E d i h a m b a t d a n
m e n g a l a m i k a r b a m i l a s i , t e t a p i e f e k h a mb a t a n
k o l i n e s t e r a s e b e r s i f a t r e v e r s i b e l d a n t i d a k me mp u n y a i e f e k
s e n t r a l karena tidak dapat menembus blood brain barrier.

Mekanisme Aksi
Organofosfat mempunyai aksi sebagai inhibitor enzim kholinesterase. Kholinesterase
adalahenzim yang berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis menjadi asetat dan kholin.
Organofosfatmampu berikatan dengan sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja enzim ini
terhambat.Akibatnya jumlah asetilkholin dalam sipnasis meningkat sehingga menimbulkan
stimulasireseptor possinap yang persisten.Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf, terutama
sekali asetilkholin berperan pentingpada sistem saraf autonom. Senyawa ini berperan sebagai
neurotransmiter pada gangliasistem saraf simpatik dan parasimpatik, yang mana senyawa ini
berikatan dengan reseptornikotinik. Inhibisi kholinesterase pada ganglia sistem saraf simpatik
dapat menimbulkanmidriasis, takikardi, dan hipertensi. Sedangkan, penghambatan kholinesterase
pada gangliasistem saraf parasimpatik menimbulkan efek miosis, bradikardi, dan salivasi.



Asetilkholin juga merupakan neurotransmitter posganglionik pada saraf parasimpatik yangsecara
langsung mempengaruhi jantung, bermacam-macam kelenjar, otot polos bronchial.Tidak seperti
reseptor pada ganglia, reseptor pada organ ini adalah reseptor muskarinink.
C. Biotransformasi
Bioaktivasi senyawa ini terdiri dari desulfurisasi oksidasi yang sebagian besar terjadi di
hatitetapi tidak secara eksklusif. Metabolisme dilakukan oleh enzim Sitokrom P450
yangmendorong terbentuknya oxon atau oksigen yang analog dengan induk pestisida.Berbagai
macam enzim Sitokrom P450 terlibat dalam aktivasi organofosforotioat menjadioxon-oxonnya
dengan spesifitas substrat yang berbeda. Sebagai contoh, diazinon diaktivasioleh CYP2C19,
sementara parathion diaktivasi oleh CYP3A4/5 dan CYP2C8, danKlorpyrifos diaktivasi oleh
CYP2B6. Aktivasi organofosfat tidak hanya melalui desulfurisasioksidasi tetapi reaksi lain juga
dapat mengaktivasi senyawa ini. Sejalan dengan hal tersebut,insektisida organofosfat mengalami
oksidasi tioeter (pembentukan sulfoksida S=O, diikutipembentukan sulfon O=S=O) yang terjadi pada
sebagian
leaving group
yang juga dikatalisoleh Sitokrom P450. Sebagai contoh, pada kasus organofosfat disulfoton,
sulfoksida dansulfon lebih poten sebagai inhibitor kolinesterase dibandung senyawa induknya.
Padabiotransformasi pestisida senyawa diubah menjadi metabolit yang lebih poten. Hal
tersebutberbeda dengan metabolisme senyawa lain yang bertujuan untuk deaktivasi atau
mengubahsenyawa menjadi tidak toksik

Keracunan organofosfat merupakan suatu keadaan intoksikasi yang disebabkan oleh
senyawa organofosfat seperti malathion, parathion, tetraetilpirofosfat (TEPP) dan
oktamil pirofosforamida (OMPA) yang bisa masuk kedalam tubuh baik dengan cara
tertelan, terhirup nafas, atau terabsorbsi lewat kulit dan mata.
Patofisiologi
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang
dilepaskan oleh susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf
parasimpatis, dan ujung-ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase
menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.

Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron neuron yang ada di post sinaps,
sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi adanya katalisis
dari asam asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf tepi,
sistem saraf pusatm neomuscular junction dan sel darah merah, Akibatnya akan
menimbulkan hipereksitasi secara terus menerus dari reseptor muskarinik dan
nikotinik.
Didalam kasus kita ini menyangkut keracunan baygon, perlu diketahui dulu bahwa
didalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin.
Propoxur adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa Seperti organofosfat
tetapi efek hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak mempunyai efek
sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama dengan
keracunan organofosfat tetapi lebih ringan dan waktunya lebih singkat.
Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan organofosfat.

You might also like