You are on page 1of 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa waktu yang lalu dunia sempat dihebohkan dengan suatu wabah yang proses
penyebarannya sangat cepat dan mematikan yakni Avian Influenza atau yang lebih dikenal
dengan sebutan flu burung dalam bahasa indonesia. Virus yang dapat menyerang bangsa aves
dan mamalia manusia ini telah banyak merenggut jutaan nyawa masyarakat di belahan
dunia dan merugikan jutaan peternak unggas dan peternak bangsa mamalia lainnya di dunia.
Melihat kenyataan yang terjadi, para peneliti yang tergabung dari para pakar epidemiologi,
pakar penyakit zoonosis, para dokter hewan dan manusia dari berbagai dunia mulai
melakukan penelitian tentang asal usul penyakit tersebut. Setelah melakukan berbagai
penelitian dan mendapatkan informasi yang cukup, para peneliti tersebut mulai melakukan
sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit ini agar masalah avian influenza ini dapat
ditekan angka terinfeksinya, baik itu hewan ke hewan maupun hewan ke manusia.
Melihat persoalan yang terjadi pada masyarakat ini, penulis tertarik untuk
mengangkat suatu judul paper yakni AVIAN INFLUENZA: PROSES INFEKSI DAN
PENYEBARAN, PENANGGULANGAN SERTA PENCEGAHAN PADA AYAM
(GALLUS GALLUS). terlepas dari penyakit tersebut dapat menjangkiti manusia, pada
kesempatan ini penulis hanya akan menyinggung tentang bagaimana proses seekor ayam
(Gallus gallus) dapat terserang avian influenza dan dapat menularkannya pada sesama
spesiesnya dan bagaimana cara penanggulangannya dan pencegahannya pada ayam yang
tidak terserang penyakit tersebut.
1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujan penulisan dari pembuatan paper ini ada beberapa yakni yang pertama,
untuk memberikan informasi yang cukup kepada para pembaca tentang apa itu sebenarnya
avian influenza, bagaimana cara infeksinya serta penyebarannya. Kedua, penulis mencoba
memberikan cara ataupun teknik pencegahan kepada pembaca yang sekiranya dapat dijadikan
referensi yang dapat membantu dalam proses pemeliharaan unggas yang dalam pembahasan
penulis ayam (Gallus gallus), khususnya untuk para peternak unggas ayam. Ketiga dapat
2

digunakan sebagai referensi dalam jurnal ataupun tulisan mengenai kesejahteraan
masyarakat veteriner.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun maksud dari pembuatan paper ini adalah untuk mendapatkan nilai tugas atau
UTS pada mata kuliah Penghayatan Profesi Veteriner (PPV).
1.3 SISTEMATIKA DAN METODE PENULISAN
Pada proses pembuatan paper ini penulis menggunakan metode penelitian semu. Maksud
dari pernyataan penulis yakni dalam proses penusunan paper ini, penulis tidak melakukan
penelitian terlebih dahulu, namun sebagai acuan dalam proses penyusunannya, penulis
mengambil teori-teori yang telah ada dan fakta-fakta yang terjadi di lapangan. Oleh karena
dalam proses penyusunannya tulisan bersifat ilmiah, maka penulis menggunakan body note
pada setiap pernyataan yang diambil dari sumber tertentu dan memasukkan referensinya
dalam kepustakaan.
Adapun secara ringkas isi dari paper ini adalah:
Pada bab satu yakni pendahuluan, penulis menguraikan tentang latar belakang dari
masalah yang diangkat serta pembatasan masalah. Selanjutnya penulis menguraikan maksud
ataupun tujuan dari pembuatan paper yang memuat tujuan umum yang di dalamnya
membahas tentang apa yang ingin penulis bagikan kepada para pembaca. Selain itu, penulis
juga mencantumkan maksud dan tujuan khusus yang ingin penulis dapatkan di akhir
pembuatan dan penyerahan paper. Selanjutnya penulis juga memberikan sistematika dan
metode penulisan yang di dalamnya termuat metode atau cara yang penulis pakai untuk
proses penyelesaian paper dan sistematika penulisan yang mana di dalamnya termuat
ringkasan secara umum penulisan paper. Pada akhir bab penulis mencoba menyuguhkan
beberapa manfaat yang sekiranya dapat dipetik dari pembaca yang sekiranya juga dapat
berguna baik untuk menambah pengetahuan serta referensi dari topic yang penulis angkat.
Selanjutnya, pada bab dua, yakni kajian teori, penulis mencoba menguak beberapa
teori yang sekiranya dapat menguatkan tulisan dari paper penulis, yang di dalamnya termuat
pengertian avian influenza, jenis-jenis avian influenza, pengertian ayam (Gallus gallus),
jenis-jenis ras ayam, pengertian infeksi dan apa itu proses penyebaran penyakit.
3

Pada bab tiga atau pembahasan, penulis membeberkan tentang proses infeksi dari
avian influenza dan penyebarannya, serta akhirnya memberikan penanggulangan baik pada
ayam yang telah terinfeksi maupun pencegahan pada ayam yang belum terinfeksi.
Pada bab empat, penulis memberikan kesimpulan dari paper yang ada mulai dari awal
sampai akhir. Sebagai masukan pula, penulis memberikan saran yang sekiranya dapat
diterima oleh pembaca untuk perkembangan selanjutnya dan juga kritik yang mungkin ingin
disampaikan kepada penulis berkaitan dengan topik yang penulis angkat.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Dengan adanya paper ini penulis berharap dapat menambah wawasan pembaca tentang
apa itu Avian Influenza, apa yang menyebabkan terjadinya penyakit tersebut dan bagaimana
proses kerjanya dalam tubuh inangnya. Penulis juga berharap dengan adanya paper ini
pembaca dapat mendapatkan informasi juga tentang cara menanggulangi ayam yang telah
terinfeksi dan bagaimana pencegahannya. Dalam paper ini penulis hanya dapat membagikan
sebagian kecil info tentang penyakit avian influenza. Penulis meyakini, bahwa pembaca lebih
memahami dan mengetahui lebih banyak tentang penyakit ini. Namun demikian, penulis
berharap dengan adanya paper ini dapat menyumbangkan sedikit pengetahuan tentang
penyakit tersebut kepada para pembaca, dan yang mungkin dapat dijadikan referensi untuk
tulisan selanjutnya.









4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN
2.1.1 Virus
Dalam kehidupan kita mengenal 2 jenis benda, yakni banda hidup dan benda mati.
Namun dalam prakeknya, ternyata terdapat satu makluk peralihan, yakni makhluk peralihan
antara benda mati dan benda hidup. Dikatakan hidup karena dapat memperbanyak diri dan
dikatakan benda mati karena dapat dikristalkan. Benda tersebut disebut virus (latin Virion =
racun). Virus pertama kali berhasil dikristalkan oleh Wendell Stanley melalui percobaan
tentang daun tembakau(wiki, http://id.wikipedia.org/wiki/Virus, diakses tanggal 12 Desember
2013). Virus merupakan parasit obligat yakni parasit yang hanya mampu bertahan hidup
pada inang yang hidup dan jika dalam alam bebas berupa kristal. Ukuran virus sangat kecil
(20 nm) dan lebih kecil dari ribosom (wikipedia). Berbeda dengan makluk hidup lainnya yang
mempunyai DNA dan RNA sebagai materi genetiknya, virus hanya memiliki salah satunya
saja (DNA atau RNA saja). Bentuk virus bermacam-macam, ada yang berbentuk batang,
bola, silinder, lembaran dan bahkan ada yang bentuknya sangat unik, seperti virus bakteriofag
T4 yang hanya menyerang bakteri.
2.1.2 Avian influenza
Avian influenza atau yang lazim disebut dengan flu burung merupakan salah satu dari
jutaan penyakit yang penyebab atau yang dibawa oleh virus. Avian influenza sendiri
merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus H5N1. Virus H5N1 sendiri merupakan jenis
virus influenza subtype A dan termasuk dalam famili Orthomyxoviridae (Indi
Dkk,jurn.kedokteran hewan, No.2 vol 22, 2006:79). Virus flu burung umumnya menyerang
jenis unggas (Aves) dan Mamalia (termasuk manusia). Menurut Indi Dharmayanti,dkk, virus
flu burung hanya menyerang jenis unggas yang dipelihara, seperti kalkun dan ayam ras serta
hanya sedikit saja dalam beberapa kasus menyerang burung ataupun unggas liar (Indi
Dkk,jurn.kedokteran hewan, No.2 vol 22, 2006:79). Namun demikian, pembawa virus H5N1
sebagian besar berasal dari jenis unggas air atau itik (Indi Dkk,jurn.kedokteran hewan, No.2
vol 22, 2006:79).
5

2.1.3 Ayam
Ayam (Gallus gallus) termasuk dalam hewan yang bertulang belakang (subfilum =
Vertebrata). Secara rinci jika dijelaskan, ayam termasuk dalam kerajaan Animalia,
mempunyai filum Chordata, mempunyai kelas Aves, ordo Galliformes, family Phasianidae,
serta bergenus Gallus (wiki, http://id.wikipedia.org/wiki/Ayam, diakses tanggal 12 Desember
2013). Secara khusus di Indonesia sendiri hewan jenis ini merupakan jenis unggas yang
sering dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan, sebagai contoh saja dalam bidang
industry biasa sebagai penghasil telur dan sebagai hewan potong. Ayam juga bisa
dimanfaatkan sebagai alat penghasil uang dalam beberapa kasus, seperti taji ayam. Bahkan
ada pula yang menggunakan ayam sebagai hewan peliharaan.
2.2 JENIS-JENIS VIRUS INFLUENZA
Berdasarkan penelitian, virus influenza dapat dibagi menjadi 3 jenis, yakni tipe A, B,
dan C ( suprijanto, http://indoavianflu.blogspot.com/, diakses tanggal 10 Desember 2013).
dari ketiga tipe virus influenza tersebut, diketahui bahwa tipe B dan C adalah tipe virus yang
lazim menyerang manusia, sedangkan tipe A adalah tipe yang hanya dapat menyerang unggas
dan hewan lainnya. Namun dalam beberapa kasus, virus influenza tipe A dapat bermutasi dan
beralih dapat menyerang manusia, seperti penyakit Avian Influenza. Virus H5N1 yang
menyebabkan penyakit Avian Influenza termasuk dalam virus influenza subtipe A. Dalam
klasifikasinya, virus influenza tipe A terbagi lagi menjadi beberapa subkelas, diantaranya
Influenza A H5 (yang termasuk di dalamnya H5N1), Influenza A H7, dan Influenza A H9
(centre for disease control and prevention, http://www.cdc.gov/flu/avianflu/influenza-a-virus-
subtypes.htm, diakses tanggal 12 Desember 2013). Masing-masing subtype dari virus
influenza ini tidak dibahas dalam paper penulis, namun dari beberapa subtype virus tersebut
tentunya mempunyai keunikan dan keganasannya masing-masing.
2.3 REPLIKASI VIRUS H5N1
Sebagai virus yang digolongkan dalam benda peralihan (bukan benda hidup, bukan
juga benda mati), tentunya virus harus berada pada inang yang hidup agar dapat
memperbanyak diri. Proses memperbanyak diri dari virus secara umum telah dipelajari dalam
materi SMA, namun secara spesifik, proses replikasi virus H5N1 akan sedikit disinggung
dalam paper penulis. Terutama yang menjadi focus penulis yakni replikasi virus influenza
tipe A. Secara singkat proses tersebut dapat dijelaskan demikian: Infeksi virus influenza tipe
6

A dimulai dengan terbentuknya ikatan antara virus tersebut dengan sel inangnya (sel-sel
unggas atau sel-sel manusia). Ikatan ini difasilitasi oleh Hemagglutinin yang banyak terdapat
di permukaan virus influenza tipe A dengan reseptor asam sialik yang banyak terdapat pada
permukaan sel-sel saluran pernafasan. Ikatan antara Hemagglutinin dengan reseptor asam
sialik tersebut menyebabkan partikel virus menempel pada sel inangnya. Selanjutnya sel
inang akan melakukan endositosis sehingga virus kemudian masuk ke dalam sel dalam
bentuk endosom (partikel virus yang diselingkupi oleh membran sel inang). Sebagai bagian
dari sistem pertahanan, sel inang akan menghancurkan virus yang berada di dalam endosom
dengan cara menurunkan keasaman endosom. Namun demikian, pada saat pH endosom turun
menjadi 6,0 Hemagglutinin yang berada di permukaan virus menjadi tidak stabil, terurai
secara partial dan melepaskan fusion peptide yakni uraian asam amino yang berasal dari
dinding virus yang mengait dengan kuat pada membran endosom. Fusion peptide ini
kemudian akan mendekatkan membran endosom dengan membran virus yang kemudian
mengakibatkan kedua membran tersebut berfusi. Fusi antara kedua membran ini
mengakibatkan seluruh isi virus masuk kedalam sitoplasma sel inang.
Setelah materi virus masuk kedalam sitoplasma sel, selanjutnya virus memulai proses
replikasi, yang dimulai dengan proses sintesis +ssRNA (mRNA) dengan menggunakan
-ssRNA yang merupakan materi genetik virus influenza tipe A. Proses ini difasilitasi oleh
RNA replicase yang merupakan salah satu isi partikel virus tersebut. Setelah mRNA
terbentuk, selanjutnya dengan menggunakan sistem translasi sel inang, mRNA yang
dihasilkan digunakan untuk mensintesis berbagai protein yang dibutuhkan untuk membentuk
virus yang baru. Pada saat yang sama dengan menggunakan mRNA yang dihasilkan,
dilakukan juga sintesis ssRNA menggunakan RNA replicase. Ketika ssRNA dan protein-
protein yang dibutuhkan untuk membentuk partikel virus telah terbentuk, maka partikel virus
mulai terbentuk dan siap keluar dari dalam sel untuk menginfeksi sel atau hewan lainnya.
Keluarnya progeni virus yang baru terbentuk dari dalam sel difasilitasi oleh Neuraminidases
(N) yang terdapat dipermukaan partikel virus.
(Wardono, http://wardononiloperbowo.wordpress.com/2013/02/14/40/, diakses tanggal 12
Desember 2013). Jika dalam perkembangannya, Neuraminidases dari partikel virus sesuai
dengan Neuraminidases dari sel inangnya, maka virus akan menetap pada sel inangnya dan
mulai memperbanyak diri lagi menggunakan bahan sisa yang ada pada sel inang yang telah
terinfeksi tersebut, sebaliknya, jika tidak sesuai, maka virus akan mencari sel dari inang yang
sesuai dengan virus tersebut untuk mulai melakukan replikasi.
7

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 PROSES INFEKSI DAN CARA PENULARAN VIRUS
Proses infeksi dari virus H5N1 sebagian telah dijelaskan dalam replikasi virus H5N1
pada bab sebelumnya. Namun dalam proses infeksi dan penyebaran virus akan dijelaskan
bagaimana virus H5N1 yang telah masuk dalam tubuh inangnya dan menimbulkan gejala-
gejala yang dapat diamati dari luar. Pada dasarnya, virus H5N1 dibawa oleh unggas liar yang
ada di sekitar. Virus ini dapat menyebar melalui udara yang telah tercemar. Udara yang
tercemar tersebut masuk lewat saluran pernafasan dan menimbulkan beberapa gejala seperti
ayam menjadi kurang nafsu makan, bulu ayam nampak pucat serta berdiri tegak bahkan
sampai sesak nafas (situs PMI (seperti yang dikutip dari FAO),
http://fluburungpmi.wordpress.com/flu-burung/, diakses tanggal 13 Desember 2013).
Dalam beberapa kasus yang berada pada tahap selanjutnya, beberapa unggas akan terlihat
lemas pada saat berdiri bahkan berjalan dengan sempoyongan. Untuk ayam betina, akan
menghasilkan telur dengan cangkang yang lunak, tetapi akan segera berhenti bertelur. Tahap
terakhir yang biasanya dapat mengakibatkan kematian pada ayam, unggas dapat menjadi
sangat malas untuk melakukan aktivitas, bahkan dalam keadaan berdiri ataupun duduk,
kepala ayam tidak dapat diangkat dan hanya bisa menunduk ke bawah, dengan pial ayam
yang tampak sangat pucat dan berwarna agak kebiruan. Nafas pada ayam terlihat makin berat
(sesak napas) dengan diare yang parah. Hal ini dapat disebabkan karena organ pencernaan
ayam sudah terinfeksi oleh virus H5N1 tersebut. Tampak luar, ayam terlihat sangat haus dan
diperparah dengan mata yang makin berwarna pucat kemerahan. Menurut sumber, tingkat
kematian pada tahap ini mencapai 50-100% (situs PMI (seperti yang dikutip dari FAO),
http://fluburungpmi.wordpress.com/flu-burung/ diakses tanggal 13 Desember 2013).
Tingkat penularan penyakit pada sesama ayam sangat tinggi pada tahap ketiga yang
telah dijelaskan di atas. Walaupun sebenarnya pada gejala awal, potensi menularkan penyakit
dapat saja terjadi. Penularan penyakit selain melalui udara, dapat juga terjadi melalui kontak
langsung dengan ayam yang terinfeksi. Ayam yang telah terinfeksi dapat saja tidak
menunjukkan gejala yang mencolok. Tingkat penularan menjadi semakin tinggi pada ayam
yang ditempatkan pada kandang masal. Penularan yang terjadi pada ayam yang dikandangkan
masal biasanya terjadi karena tempat makan dan minum yang tidak higienis dan juga karena
tempat makan yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga dari puluhan atau ratusan unggas
8

hanya mempunyai tempat makan dan tempat minum yang sedikit jumlahnya dan terpaksa
menggunakannya secara bersama. Resiko penularan pada manusia juga sangat tinggi pada
kasus kandang ayam masal ini.
3.2 PENANGGULANGAN PADA AYAM YANG TERINFEKSI
Penanggulangan awal yang harus dilakukan jika mendapatkan gejala ayam yang
terserang flu burung adalah melaporkan kejadian tersebut pada dinas kesehatan setempat,
terutama jika ditemukan gejala perubahan warna pada kulit (kulit berwarna kebiruan).
Menurut situs annehira, tujuan melaporkan pada dinas kesehatan hewan adalah untuk segera
dilakukan tindakan medis, baik pengambilan sampel darah, dan terutama penanganan pada
ayam tersebut. Penanganan yang dilakukan bisa berupa identifikasi gejala luar bahkan sampai
memberikan vaksin jika diperlukan (Annehira, http://www.anneahira.com/penanganan-flu-
burung.htm, diakses tanggal 13 Desember 2013).
Langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah melakukan isolasi pada kandang
tempat ayam dipelihara, semua aktivitas di sekitar kandang dihentikan dan ayam yang
mungkin masih tersisa (yang sehat) dipisahkan dari ayam yang sakit. Selanjutnya pada ayam
yang sehat dapat diberikan vaksin untuk mencegah penularan virus dan jika diperlukan
diambil sampel darah dari tiap-tiap ayam yang dipisahkan dari yang sakit tadi. Tujuan
pemisahan dan pengambilan sampel darah adalah untuk mencegah kemungkinan adanya
ayam lain yang tertular penyakit Avian Influenza dan untuk meminimalisir kemungkinan
tertular pada manusia.
Sebagai tindakan terakhir, ayam yang telah terinfeksi tahap parah dapat langsung
dimatikan dan dibakar, ataupun jika ayam terlanjur mati dan setelah pemeriksaan
laboratorium terbukti positif flu burung, dapat langsung dibakar dengan terlebih dahulu
membuat lubang yang cukup dalam sebagai tempat untuk proses pembakaran. Proses
pembakaran ayam yang positif terjangkit Avian Influenza harus dilakukan di ruangan terbuka
dan jauh dari pemukiman serta harus menggunakan masker selama proses pemusnahan.
Setelah semua terselesaikan, tahap terakhir adalah penyemprotan. Daerah sekitar tempat
terinfeksi harus dibersihkan dengan penyemprotan dan hanya dilakukan oleh petugas
kesehatan hewan. Masyarakat yang tinggal disekitar tempat terinfeksi juga dapat diberikan
perawatan dan penyuntikan jika diperlukan untuk mengurangi resiko tertular.

9

3.3 PENCEGAHAN
Ada pepatah klasik, lebih baik mencegah daripada mengobati. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, bahwa virus H5N1 yang membawa penyakit Avian Influenza dapat
dapat menular melalui media udara dan dapat menyerang bangsa Aves (khususnya unggas)
dan Mamalia. Ayam merupakan salah satu dari jenis unggas yang kapan saja bisa tertular
virus H5N1 ini. Sebagai peternak ayam dan juga dokter hewan tentunya memikirkan solusi
tentang bagaimana cara mencegah penularan virus ini pada ayam dan juga bahkan pada
manusia. Oleh karena itu, penulis menawarkan beberapa solusi yang dapat menjadi acuan
untuk mencegah penularan virus H5N1 ini, diantaranya:
1. Menjaga kebersihan kandang ayam dengan jalan mencuci kandang sekurang-
kurangnya tiga kali dalam seminggu, atau jika mau boleh setiap sore.
2. Memberikan vaksin kepada ayam.
3. Memperhatikan lingkungan sekitar kandang ayam.
4. Kotoran ayam tidak boleh dibuang sembarangan di luar kandang.
5. Posisi kandang tidak boleh terlalu menjorok ke hutan. hal ini disebabkan salah satu
penyebab terjadinya flu burung adalah karena adanya kontak dengan unggas atau
ayam hutan (hewan liar).
6. Selalu memperhatikan kesehatan ayam, dengan jalan memberikan vitamin atau
lainnya.
7. Segera melaporkan jika terjadi keanehan pada tingkah laku ayam atau jika ayam sakit.
hal ini untuk mengurangi resiko terjangkit Avian Influenza pada ayam lainnya jika
terbukti positif.
8. Segera pisahkan ayam yang sakit dengan ayam yang sehat.
Beberapa poin pencegahan yang ditawarkan penulis bukanlah suatu harga mati yang menjadi
patokan dalam bertindak, tetapi sebagai masyarakat yang sadar akan kesehatan hewan
peliharaannya, hal ini dapat menjadi pilihan yang dapat dipakai jika ingin agar kita dan ayam
peliharaan kita sehat.



10

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Penyakit Avian Influenza atau yang lazim disebut dengan sebutan flu burung adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus H5N1. Virus H5N1 merupakan jenis virus influenza tipe
A dan merupakan subtype H5. Virus ini mereplikasikan dirinya dengan jalan awal
melekatkan tubuhnya ke dinding sel inangnya, yang kemudian sel inang akan melakukan
endositosis. Selanjutnya virus akan melakukan replikasi dengan bahan yang ada pada sel
inangnya.
Avian Influenza yang terjadi pada ayam akan menyebabkan beberapa gejala awal,
diantaranya kurang nafsu makan, malas beraktivitas dan pada stadium akhirnya akan
menyebabkan ayam tidak mampu mengangkat kepalanya dan warna pial ayam akan berubah
menjadi warna kebiruan yang berujung pada kematian pada ayam.
Penanganan pada ayam yang telah terinfeksi virus H5N1 dapat langsung dimatikan.
Pada beberapa kasus dalam stadium gejala awal ayam dapat divaksin terlebih dahulu. Sebagai
pencegahan, ayam yang tidak sakit dapat dipisahkan dengan hewan yang telah terinfeksi.
Alternatif lain sebagai pencegahan yakni dapat dengan memberikan vaksin terlebih dahulu
pada ayam yang sehat agar tidak tertular virus H5N1.
4.2 SARAN
Mengingat penyakit ini digolongkan sebagai penyakit yang mematikan, sebagai
seorang calon dokter hewan khususnya harus perlu mempelajari dengan baik tentang
penyakit ini agar dapat mengenali dengan baik tentang penyakit ini. Saran untuk para
peternak ayam dan unggas pada umumnya, harus lebih mengetahui gejala dari penyakit ini
dan bisa lebih sigap dengan apa yang terjadi, mengingat penyakit ini merupakan salah satu
penyakit yang dikategorikan dalam penyakit zoonosis, yakni penyakit yang dapat menular
pada manusia, kita tentunya tidak menginginkan jika sampai penyakit ini menjangkiti semua
anggota keluarga kita. Sedangkan untuk awam, semoga dengan paper ini penulis berharap
dapat membuka cakrawala wawasan kita tantang penyakit ini dan cara penanggulangannya,
dan akhirnya dapat menjadi masyarakat yang sadar kepada kesehatannya dan kesehatan
hewan sekitarnya serta lingkungannya.

You might also like