You are on page 1of 6

5

Keterbatasan Fungsional

Kebanyakan pasien penderita cedera hamstring tidak memiliki sisa
kelemahan dan kembali ke tingkat fungsi sebelumnya. Namun, yang lainnya bisa
saja mengalami kesulitan berjalan atau berlari, kehilangan waktu bekerja, dan
penundaan untuk kembali berolahraga. Cedera hamstring sembuh perlahan dan
berada pada risiko tinggi berulang jika kembali beraktivitas terlalu cepat. Pada
cedera berat, penderita kurang lebih dapat beraktivitas setelah satu tahun pasca
cedera, pada beberapa kasus ruptur penuh, pasien tidak pernah kembali ke tingkat
fungsi sebelumnya.
1,3
Studi Diagnostik
Cederah hamstring pada umumnya tidak memerlukan uji tambahan karena
diagnosis dibuat berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis. Namun, dalam
keadaan berat bisa diperlukan diagnostik pencitraan. Jika cedera terlokalisasi
dekat dengan asal hamstring, radiografi polos dapat membantu mengidentifikasi
penyimpangan dari tuberositas iskia, seperti avulsi tulang dari tuberositas iskia
(terutama pada remaja). Temuan radiografik lain mungkin termasuk kalsifikasi
ektopik konsisten dengan osifikasi miositis kronis.
1,8
Magnetic Imaging
Resonance (MRI) sangat sering digunakan untuk menentukan derajat cedera dan
untuk mengidentifikasi cedera total avulsi proksimal.
Diagnosis Banding
S1 radikulopati
Piriformis sindrom
Nyeri alih dari sendi sakroiliaka atau vertebrae lumbalis
Avulsi tulang atau apoptisis tuberositas iskia
Ischial bursitis (weavers bottom)
Fraktur stress pada pelvis, leher femoral atau batang femoral
Cedera aduktor magnus

6



Tatalaksana
Tatalaksana Awal
Tatalaksana awal cedera hamstring terdiri dari prinsip PRICE (Protection,
Rest, Ice, Compression, dan Elevation). Istirahat dan perlindungan relatif dapat
melibatkan beban berat sebagai tahanan atau, dengan tingkat cedera yang lebih
tinggi (cedera tingkat II atau tingkat III), tongkat atau penopang jalan. Bantuan
rawat jalan membantu mencegah iritasi jaringan dan menghasilkan inflamasi,
keduanya yang memperpanjang penyembuhan. Alat bantu harus digunakan
hingga pasien dapat berjalan tanpa pincang dengan cara berjalan normal.
Penerapan es sesering setiap 2 atau 3 jam selama 20 menit beberapa hari pertama
diindikasikan untuk membatasi nyeri dan bengkak. Es memberikan efek anti
inflamasi dan membantu mengurangi bengkak. Penggunaan es secara terus
menerus selama penyembuhan untuk mencegah inflamasi dan penyembuhan otot.
Kompresi dengan dengan menekan atau pembungkus elastik paha dikombinasikan
dengan elevasi mengurangi perdarahan, dengan demikian dapat membantu
mengontrol edema dan nyeri. Obat anti inflamasi non-steroid dan analgesik lain
paling sering digunakan untuk membatasi reaksi inflamasi dan mengendalikan
nyeri pada beberapa hari pertama. Mobilisasi jaringan lunak ke lokasi nyeri harus
dihindari paling tidak lima hari terakhir karena dapat mengeksaserbasi respon
inflamasi.
Rehabilitasi
Elemen dari program rehabilitasi hamstring melibatkan perkembangan dari
peregangan bebas nyeri, penguatan, dan aktivitas olah raga spesifik. Dalam fase
akut, jarak gerakan bebas nyeri harus dapat dicapai secepat mungkin untuk
mencegah perlekatan dan jaringan parut di jaringan otot. Pasien harus mulai
dengan tingkatan gerakan bebas nyeri aktif yang berkembang ke tingkatan
gerakan bebas nyeri pasif dan peregangan secara halus. Untuk mencapai
peregangan penuh otot hamstring, pinggul harus difleksikan 90 derajat dan lutut
harus diregangkan penuh. Peregangan dapat tercapai dengan baik pada posisi
7



supinasi, handul dapat memfasilitasi pemanjangan otot hamstring. Ini juga
penting untuk meningkatkan fleksibilitas tulang belakan dan ekstremitas bawah.
Penguatan dapat dimulai ketika pasien mencapai ekstensi aktif penuh tanpa rasa
nyeri. Ini saat terbaik untuk memulai dengan kontraksi statik, seperti latihan
beberapa sudut isometrik submaksimal.
14
Sekali dilakukan pada usaha 100%
tanpa nyeri, pasien dapat maju pada latihan isotonik, seperti penguatan hamstring
pronasi dan latihan isokinetik. Latihan kekuatan konsentrik ini diikuti dengan
latihan kekuatan eksentrik dan aktivitas olah raga spesifik sebagai tahanan.
Olahraga kembali diperbolehkan ketika gerakan penuh sudah pulih, kekuatan
setidaknya 90% pada sisi yang tidak cedera, dan rasio kekuatan hamstring-
quadrisep simetris.
6
Fleksibilitas hamstring harus di pertahankan selama proses
rehabilitasi untuk mencegah cedera berulang. Kondisi aerobik harus diteruskan
selama proses rehabilitasi. Direkomendasikan untuk bersepeda tanpa penjepit
kaki (penjepit kaki meningkatkan penggunaan hamstring), berenang atau jogging
di kolam renang, dan egometri tubuh bagian atas. Program rehabilitasi
menggabungkan kelincahan progresif dan latihan kestabilan tubuh telah terbukti
menurunkan tingkat cedera berulang.
15

Sangat penting untuk mendidik pasien mengenai cara mencegah
berulangnya cedera hamstring. Termasuk periode pemanasan yang baik sebelum
berolahraga. Untuk kembali bermain secara penuh harus bertahap karena risiko
berulangnya cedera cukup tinggi. Sebagai tambahan, kesalahan pelatihan, seperti
tiba-tiba memutar ke permukaan yang keras atau meningkatkan intensitas latihan,
harus dihindari.
Prosedur
Prosedur tidak biasanya dilakukan pada cedera hamstring.
Operasi
Cedera hamstring biasanya tidak memerlukan intervensi operasi dan
reponnya baik terhadap program rehabilitasi konservatif. Namun, pada kasus
avulsi hamstring penuh dari tuberositas iskia, direkomendasikan operasi perbaikan
8



karena hilangnya sisa kekuatan dan fungsi terjadi pada penyembuhan pasien
nonoperatif.
3,4,16
Operasi neurolisis juga direkomendasikan untuk komplikasi
yang jarang dari jaringan parut simptomatis disekeliling saraf siatika.
9,10

Potensial Penyakit Komplikasi
Komplikasi tersering dari cedera hamstring adalah cedera berulang.
Hilangnya fleksibilitas dan kekuatan hamstring serta koordinasi neuromuskular
menempatkan pasien pada risiko cedera berulang, terutama jika kembali
beraktivitas sebelum sembuh sepenuhnya.
Dua kasus sindrom kompartemen paha posterior telah dilaporkan dengan
robekan hamstring penuh, satu dihasilkan dari cedera itu sendiri dan satunya
merupakan komplikasi terapi antikoagulan.
17,18
Robekan hamstring penuh dapat
menghasilkan pembentukan luka substansial disekitar saraf siatika di paha
posterior. Gejala yang timbul pada pasien dapat berupa gejala tipe radikular
mulai dari paresthesia sensorik sampai footdrop.
Tatalaksana Komplikasi Potensial
Obat anti-inflamasi nonsteroid diketahui memberikan efek samping pada
pencernaan, ginjal, dan hati. Terapi ultrasound harus dihindari dalam tatalaksana
akut pada cedera tingkat tinggi, terutama jika diduga terdapat pembentukan
hematom, karena dapat memperluas hematom.
18







9








Daftar Pustaka
1. Morris AF. Sports Medicine: Prevention of Athletic Injuries. Dubuque,
William C. Brown Publishers, 1984: 162-163.
2. Kujala UM, Otawa S, Jarvinen M, Hamstring injuries: current trends in
treatment and prevention. Sports Med 1997; 23:397-404.
3. Brewer BJ. Athletic Injuries; musculotendinous unit. Clin Orthop 1962;
23:30-38.
4. Blasier RB, Morawa LG. Complete rupture of the hamstring origin from a
water skiing injuriy. Am J Sports Med 1990; 18 : 435-437.
5. Burkett LN. Investigation into hamstring strains: the case of the hybrid
muscle. J. Sports Med 1976; 3:228-231.
6. Young JL, Laskoski ER, Rock M. Thigh injures in athletes. Mayo Clin Proc
1993;68:1099-1106.
7. Agre JC. Hamstring injuries: proposed aetiological factors, prevention, and
treatment. Sports Med 1985; 2:21-33.
8. Zarins B, Ciullo JV. Acute muscle and tendon injuries in athletes. Clin
Spors Med 1983; 2:167-182.
9. Street CC, Burks RT, Chronic complete hamstring avulsion causing foot
drop. Am J Sprots Med 2000; 28:1-3.
10. Hernesman SC, Hoch AZ, Vetter CS, Ypung CC, Foot drop in a marathon
runner from chronic complete hamstring tear. Clin J Sports Med 2003;
13:365-368.
10



11. Brockett CL, Morgan DL, Proske U. Predicting hamstring strain injury in
elite athletes. Med Sci Sports Exerc 2004; 36:379-387.
12. Best TM. Soft-tissue injuries and muscle tears. Clin Sports Med
1997;16:419-434.
13. Salley PI, Friedman RL, Coogan PG, et al. Hamstring muscle injuries
among water skiers: functional outcome and prevention. Am J Sports Med
1996; 24:130-136.
14. Worrel TW. Factors associated with hamstring injuries: an approach to
treatment of acute hamstring strains. J Orthop Sports Phys Ther 2004;
34:116-125.
15. Sherry MA, Best TM. A comparison of 2 rehabilitation programs in the
treatment of acute hamstring strains. J Orthop Sports Phys Ther 2004;
34:116-125.
16. Cross MG, Vandersluis R, Wood D, Banff M. Surgical repair of chronic
complete hamstring tendon rupture in the adult patient. Am J Sports Med
1998; 26:785-788.
17. Osteo MC, Edwards JC, Acus RW. Posterior thigh compartement syndrome
associated with hamstring avulsion and chronic anti-coagulation therapy.
Orthopedics 2004; 27:299-230.
18. Kwong Y, Patel J. Spontanous complete hamstring avulsion causing
posterior thigh compartement syndrome. Br J Sports Med 2006; 40:723-724.

You might also like